• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PROGRAM SIARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI RRI JEMBER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PROGRAM SIARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI RRI JEMBER"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN PROGRAM SIARAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DI RRI JEMBER

OLEH

TIM PENELITI

PUSLITBANGDIKLAT LPP RRI

2015

(2)
(3)

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... 5 BAB I ... 6 PENDAHULUAN ... 6 A. Latar Belakang ... 6 B. Pertanyaan Penelitian ... 8 C. Tujuan Penelitian... 8 D. Manfaat Penelitian ... 9 E. Kerangka Konsep ... 9 F. Metode Penelitian ... 11 BAB II ... 13

PROFIL KABUPATEN JEMBER ... 13

A. Sejarah Kabupaten Jember ... 13

B. Letak Geografis ... 16 C. Demografi... 16 D. Pertanian ... 17 E. Media Radio ... 18 BAB III ... 20 HASIL PENELITIAN ... 20 A. Profil Responden ... 20 B. Kebiasaan Bermedia ... 25

C. Kekuatan RRI sebagai Rujukan bagi Responden ... 33

D. Evaluasi Program Siaran RRI Jember ... 35

E. Kebutuhan Responden ... 44

F. Siaran Pemberdayaan Masyarakat ... 50

BAB IV ... 59

EVALUASI DAN PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ... 59

A. Produksi Siaran Pedesaan sebagai Program Pemberdayaan Masyarakat ... 59

1. Dialog Interaktif ... 60

2. Paket Siaran ... 62

3. Siaran Langsung dari Lapangan ... 64

(4)

4

C. Pengembangan Program Siaran Pemberdayaan Masyarakat ... 73

BAB V ... 78

TINJAUAN SEMINAR, KESIMPULAN, DAN REKOMENDASI ... 78

A. Tinjauan Seminar ... 78

B. Kesimpulan ... 83

C. Rekomendasi ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 89

Dokumentasi Kegiatan ... 90

LAPORAN HASIL PRA SURVEI ... 94

KUESIONER ... 102

Indepth Interview ... 109

DAFTAR PETUGAS TAHAP 1 ... 112

(5)

5

KATA PENGANTAR

Undang-Undang No. 32 tahun 2002 pasal 4 menjelaskan fungsi lembaga penyiaran adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. Selain itu, juga menjalankan fungsi ekonomi dan kebudayaan. RRI sebagai lembaga penyiaran publik (pasal 14 ayat 2) dituntut mampu memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat.

Tagline RRI Programa 1 adalah sebagai program pemberdayaan masyarakat. Peran RRI dalam pemberdayaan masyarakat dapat diidentifikasi melalui program-program siaran yang berfungsi menerjemahkan kebijakan pemerintah dan organisasi lain dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Saat ini, pemberdayaan masyarakat tidak bisa hanya berlangsung secara top-down, tetapi juga harus melibatkan partisipasi masyarakat sehingga pemberdayaan akan lebih cepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri yang tentu saja berbeda-beda sesuai kondisi di wilayahnya masing-masing atau bersifat lokal.

Pelayanan RRI kepada masyarakat secara nyata diwujudkan melalui program siaran. Program siaran yang dikelolapun harus berdasarkan pada kebutuhan masyarakat yang harus diketahui oleh penyelenggara siaran. Maka Puslitbangdiklat mengadakan penelitian pengembangan program siaran pemberdayaan masyarakat dengan lokus penelitian di RRI Jember. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui kebutuhan pendengar atas siaran RRI Pro 1 di Kabupaten Jember; mengetahui evaluasi siaran RRI Pro 1 di Kabupaten Jember ; dan membuat pengembangan siaran pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Jember.

Dari penelitian ini dapat diketahui profil responden, kebiasaan bermedia, temuan RRI sebagai rujukan, evaluasi program siaran RRI Jember, kebutuhan responden, dan pendapat responden terhadap siaran pemberdayaan masyarakat. Di samping itu secara khusus penelitian ini mengungkap program siaran pedesaan di RRI berkenaan dengan bagaimana sebaiknya siaran pedesaan itu dilaksanakan. Temuan ini menjadi penting sebagai rekomendasi bagi RRI Jember dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pendengar sekaligus menavigasi, mengarahkan, dan menginspirasi masyarakat melalui program siaran pemeberdayaan masyarakat.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh RRI, terutama RRI Jember, sebagai bahan evaluasi program siaran mereka selama ini. Selain itu, penelitian ini juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan rekomendasi bagi pengembangan siaran RRI Jember secara umum maupun siaran pemberdayaan masyarakat secara khusus. Dengan demikian, siaran pemberdayaan masyarakat di RRI Jember bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan para pendengarnya.

Semoga bermanfaat.

Jakarta, Juni 2015 Kepala Puslitbangdiklat RRI,

(6)

6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi lembaga penyiaran seperti RRI, urgensi riset khalayak dilihat dalam dua hal. Pertama, secara ideologis, lembaga penyiaran adalah melayani atau masyarakat dalam pengertian luas. Konsep melayani, dalam konteks ini, adalah memberikan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pendengar berkenaan dengan informasi atau hiburan. Dengan kata lain, memenuhi motif-motif mereka mendengarkan siaran radio. Oleh karenanya, menjadi penting bagi RRI untuk mengetahui apa yang dibutuhkan publik. Kedua, mengetahui respon pendengar terhadap program siaran RRI yang nantinya dapat digunakan untuk melakukan perbaikan program. Dalam hal ini, komentar atau tanggapan khalayak atas program yang sudah ada akan sangat membantu RRI untuk mengembangkan program siarannya di masa depan.

Fakta yang tidak bisa kita mungkiri bahwa khalayak sangat menentukan keberadaan media, tidak peduli apakah kita menggunakan pendekatan publik ataukah pasar (lihat Croteau dan Hoyness, 2003). Kesemuanya akan bermuara pada bagaimana media mampu melayani publik pembaca, pendengar, atau penontonnya dengan baik. Jika tidak, maka media itu akan ditinggalkan oleh khalayak. Bagi lembaga penyiaran swasta, keberadaan khalayak akan jauh lebih berpengaruh karena menentukan kelangsungan hidup media tersebut. Jumlah khalayak akan menentukan besaran iklan yang mereka dapatkan. Oleh karena itu, media swasta akan senantiasa berusaha untuk membuat program yang diminati khalayak, tidak peduli jika program tersebut seringkali “membodohi” atau tidak membuat masyarakat cerdas. Target terpenting mereka adalah rating dan iklan.

Berbeda dengan lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran publik mempunyai mandat yang berbeda. Tugas pokoknya adalah melayani kebutuhan masyarakat dengan informasi dan hiburan yang cerdas dan mendidik. Oleh karena itu, tantangan terbesarnya selain membuat program acara yang cerdas dan mendidik, juga bagaimana mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat.

Di sisi lain, kebutuhan masyarakat semakin berkembang, pun dengan gaya hidup dan alternatif-alternatif pemuasan kebutuhan. Oleh karenanya, radio publik seperti RRI

(7)

7 tidak hanya harus bersaing dengan media-media yang lain, tapi juga sumber-sumber alternatif pemuasan kebutuhan yang semakin beragam. Untuk mengantisipasi kondisi yang demikian, RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik dituntut untuk mampu membuat program acara siaran yang berorientasi kepada kebutuhan dan kepentingan publik.

Pengetahuan atas kebutuhan dan kepentingan publik semacam itu hanya mungkin dapat diketahui melalui sebuah penelitian. Tanpa adanya penelitian, maka penyusunan program hanya akan berdasarkan pada asumsi-asumsi para pembuat program. Akibatnya, program-program yang disusun bisa memenuhi kebutuhan khalayak, tapi bisa juga tidak. Oleh karenanya, sebuah penelitian khalayak merupakan hal yang sangat penting sebagai usaha untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khalayak yang hendak dilayani dan sebagai bahan utama melakukan evaluasi dan pengembangan program.

Selanjutnya, Pasal 3 UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran menetapkan bahwa tujuan penyiaran yaitu memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia. Selanjutnya, pasal 4 menjelaskan fungsi lembaga penyiaran sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. Selain itu, juga menjalankan fungsi ekonomi dan kebudayaan. Dengan demikian RRI sebagai lembaga penyiaran dan telah ditetapkan sebagai lembaga penyiaran publik (pasal 14 ayat 2) dituntut mampu memberikan pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat.

Undang-undang tersebut tidak jauh berbeda dengan pandangan McQuaill yang dikutip oleh Darmanto dkk. (2007) bahwa siaran radio publik setidaknya mempunyai enam fungsi yaitu (1) media penyiaran publik yang menjangkau secara universal seluruh wilayah geografis; (2) menyediakan keberagaman selera, kepentingan, kebutuhan dan juga keberagaman pendapat dan kepercayaan; (3) melayani kelompok-kelompok minoritas; (4) memberi perhatian terhadap budaya nasional, bahasa, dan identitas bangsa; (5) melayani kebutuhan sistem politik dengan menghargai prinsip yang berimbang, imparsial terhadap isu-isu konflik; dan yang terakhir (6) media penyiaran publik memberikan perhatian khusus pada kualitas isi media. Dari pendapat tersebut dapat digarisbawahi bahwa siaran radio publik harus dapat bermanfaat serta dapat memberikan pendidikan kepada masyarakat khususnya pada kelompok-kelompok minoritas.

(8)

8 Untuk mewujudkan tugas dan fungsi RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik, RRI telah merealisasikan dalam bentuk saluran programa siaran, misalnya programa 1 dengan tag line pemberdayaan masyarakat, programa 2 kanal inspirasi untuk anak muda, programa 3 jaringan berita nasional, dan programa 4 channel khusus untuk pendidikan dan budaya. Semua programa ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui siaran.

RRI Jember merupakan salah satu Satuan Kerja LPP RRI yang telah memberikan layanan siaran kepada seluruh masyakat yang menjadi jangkauan layanan siaran termasuk kelompok tani dan kelompok UMKM yang lain. Program siaran tersebut perlu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kelompok-kelompok masyarakat yang ada. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas program siaran Pemberdayaan Masyarakat, maka Puslitbangdiklat LPP RRI akan melakukan Penelitian Pengembangan Program Siaran Pemberdayaan Masyarakat di RRI Jember.

B. Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini akan menjawab beberapa pertanyaan berikut.

1. Bagaimana kebutuhan pendengar atas siaran RRI Pro 1 di Kabupaten Jember?

2. Bagaimana penilaian pendengar terhadap siaran RRI Pro 1 di Kabupaten Jember?

3. Bagaimana pengembangan siaran pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Jember?

C. Tujuan Penelitian

Dari pertanyaan penelitian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab ketiga pertanyaan tersebut, yaitu:

1. Mengetahui kebutuhan pendengar atas siaran RRI Pro 1 di Kabupaten Jember.

4. Mengetahui penilaian pendengar terhadap siaran RRI Pro 1 di Kabupaten Jember?

2. Membuat pengembangan siaran pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Jember.

(9)

9

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh RRI, terutama RRI Jember, sebagai bahan evaluasi program siaran mereka selama ini. Selain itu, penelitian ini juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan rekomendasi bagi pengembangan siaran RRI Jember secara umum maupun siaran pemberdayaan masyarakat secara khusus. Dengan demikian, siaran pemberdayaan masyarakat di RRI Jember bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan para pendengarnya.

E. Kerangka Konsep

Konsep pemberdayaan masyarakat muncul karena adanya anggapan bahwa ada masyarakat yang selama ini tidak berdaya. Ketidakberdayaan masyarakat ini ditandai dengan banyak fenomena permasalahan di masyarakat. Contoh yang paling jelas dari ketidakberdayaan masyarakat adalah adanya kemiskinan. Selama ini, kemiskinan menjadi sebuah problem yang harus dihadapi oleh masyarakat. Data BPS menyebutkan bahwa pada September 2014, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 27,73 juta orang (10,96%). Problem ini terus menjadi perhatian bagi pemerintah dengan berbagai program untuk mengurangi jumlah penduduk miskin. Beragam cara ditempuh oleh pemerintah maupun oleh pihak-pihak lain yang berkonsentrasi pada pemberantasan kemiskinan, seperti organisasi sosial, lembaga swadaya masyarakat, maupun kelompok-kelompok masyarakat lainnya.

Kemiskinan menjadi satu contoh ketidakberdayaan masyarakat dalam aspek ekonomi. Sebenarnya, ketidakberdayaan masyarakat bisa terjadi pada banyak aspek, yaitu sosial, politik, budaya, dan tentu saja ekonomi. Dalam aspek sosial, ketidakberdayaan masyarakat bisa dilihat dari partisipasi mereka dalam kehidupan sosial di sekitarnya, termasuk eksklusi atau diskriminasi yang dilakukan lingkungan sosial mereka. Contoh ketidakberdayaan politik adalah adanya dominasi dalam pengambilan keputusan oleh kelompok atau orang tertentu. Pada aspek ekonomi, ketidakmampuan menguasai sumber daya menunjukkan ketidakberdayaan itu. Ketidakberdayaan masyarakat salah satunya disebabkan oleh kondisi struktural masyarakat yang mendiskriminasi dan mendominasi mereka yang tidak berdaya.

Indonesia, pada masa Orde Baru, menggunakan konsep pertumbuhan sebagai jalan keluar dari problem ketidakberdayaan. Nyatanya, konsep pertumbuhan yang bersifat top-down tersebut banyak mendapatkan kritik karena dianggap tidak menjadikan

(10)

10 masyarakat sebagai subjek pembangunan, melainkan hanya sebagai objek. Selain itu, pembangunan lebih banyak dilakukan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi dan produktivitas serta fokus pada infrastruktur, bukan pada pembangunan manusia. Konsep tersebut membuat pemerintah menjadi otoritatif dan masyarakat lantas menjadi tergantung pada pemerintah, alih-alih menjadi warga yang berdaya.

Saat ini, pemberdayaan masyarakat menjadi model pembangunan yang paling populer dan diadopsi oleh banyak negara. Konsep ini menjadi antitesis dari pembangunan dengan konsep pertumbuhan. Konsep pemberdayaan masyarakat sendiri memiliki banyak pengertian dan varian metode. Pembangunan masyarakat itu sendiri dimaknai sebagai proses perubahan yang bersifat multidimensi menuju kondisi semakin terrwujudnya hubungan yang serasi antara needs dan resources melalui pengembangan kapasitas masyarakat untuk mengembangkan dirinya, terutama dalam memanfaatkan peluang dan sumber daya, mengantisipasi tantangan dan menangani masalah sosial yang muncul, sehingga terwujud kondisi kehidupan yang semakin sejahtera (Soetomo, 2013:35).

Pemberdayaan masyarakat dimaknai sebagai proses menyiapkan masyarakat dengan berbagai sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa depan mereka, serta berpartisipasi dan memengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri (Ife, dalam Martono, 2011). Pengertian tersebut menitikberatkan pada kemampuan dan kekuatan masyarakat serta partisipasi untuk memberdayakan diri mereka sendiri.

Jika selama ini pendekatan pertumbuhan mendapatkan banyak kritikan, saat ini model pemberdayaan masyarakat yang sedang banyak dikembangkan adalah antitesis dari model pertumbuhan, yaitu people centered development. Dalam model ini, pemberdayaan masyarakat mengarah pada desentralisasi, bottom up, fokus pada variasi lokal, menekankan pada proses belajar, berorientasi pada keberlanjutan, memerhatikan inklusi sosial, serta transformasi (Soetomo, 2013).

Media massa memiliki peran yang penting dalam pemberdayaan masyarakat. Ia mempercepat proses pemberdayaan masyarakat tersebar ke berbagai lapisan. Lembaga penyiaran publik memiliki andil yang lebih besar lagi dalam pemberdayaan masyarakat dibandingkan dengan media swasta. Pertama, lembaga penyiaran publik tidak dituntut untuk mencari keuntungan sebagaimana media swasta sehingga pemberdayaan masyarakat bisa menjadi agenda bagi media yang bersangkutan.

(11)

11 Kedua, lembaga penyiaran—terutama radio—bisa menjangkau kelbih banyak lapisan masyarakat dan murah, dibandingkan media cetak.

Peran media dalam pemberdayaan masyarakat terutama adalah perannya dalam menyediakan informasi yang memberdayakan masyarakat serta sebagai penghubung antara pemerintah atau organisasi lain yang melakukan pemberdayaan kepada masyarakat. Media massa, dalam hal ini media publik, harus bisa mendorong partisipasi warga dalam pemberdayaan masyarakat. Saat ini, pemberdayaan masyarakat tidak bisa hanya berlangsung secara top-down, tetapi juga harus melibatkan partisipasi masyarakat sehingga pemberdayaan akan lebih cepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri yang tentu saja berbeda-beda sesuai kondisi di wilayahnya masing-masing atau bersifat lokal.

F. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa survei dan wawancara mendalam.

a. Survei dilakukan kepada pendengar RRI di Jember untuk mendapatkan masukan dan evaluasi dari pendengar RRI di Jember atas siaran RRI Jember secara umum. Pengumpulan data survei dilakukan dengan menyebar kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan oleh enumerator yang telah dilatih oleh peneliti. Proses pengumpulan data dilakukan enumerator melalui wawancara secara langsung kepada tiap-tiap resoponden sehingga kuesioner tidak diisi sendiri oleh responden. b. Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan informasi yang

lebih tajam dan mendalam tentang evaluasi program siaran RRI Jember, kebutuhan pendengar, dan terutama untuk mendapatkan masukan dari narasumber tentang pengembangan program pemberdayaan masyarakat. Narasumber wawancara mendalam adalah wakil dari kelompok-kelompok masyarakat dan usaha kecil dan menengah di Jember.

2. Kriteria Sampel dan Teknik Sampel

Kriteria sampel pada penelitian ini mengacu pada kriteria umum pendengar RRI Pro 1 dan kemudahan mendesain pengambilan sampel. Berangkat dari kedua hal

(12)

12 tersebut, kriteria sampel pada penelitian ini meliputi: (a) pendengar RRI Pro 1, (b) berusia di atas 15 tahun, (c) bertempat tinggal di Jember dan terdaftar dalam KK.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 382 responden. Jumlah ini ditentukan agar hasil penelitian dapat mendekati keadaan yang sebenarnya karena angka ini diambil dengan asumsi sampling error 5% dan berada pada tingkat kepercayaan 95% (Eriyanto, 2007:292).

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode multistage random sampling, yaitu gabungan antara stratified random sampling dan cluster random sampling. Teknik ini dipilih karena menjanjikan hasil sampel yang proporsional dari populasi yang kompleks dan heterogen. Teknik ini dapat menghemat biaya, waktu, dan tenaga (Eriyanto, 2007:141). Sampel diambil secara mulai dari kecamatan-kecamatan yang ada di Jember secara acak namun proporsional dengan memerhatikan tingkat urban, suburban, dan rural. Dari kecamatan terpilih dilakukan lagi pengambilan sampel ke tingkat kelurahan, RW, hingga RT. Dari tingkat RT sebagai kelompok terkecil, diambil responden secara acak.

3. Teknik Analisis Data

Beragam teknik analisis data digunakan dalam penelitian ini agar dapat menjelaskan hasil penelitian dan fenomena yang terjadi. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan yaitu:

a. Analisis kuantitatif

Analisis kuantitatif dilakukan dengan deskriptif analisis menggunakan distribusi frekuensi. Teknik ini digunakan untuk memetakan kebutuhan pendengar dan evaluasi siaran RRI Jember. Selain itu, digunakan pula teknik cross-tabulation untuk mengetahui variasi jawaban responden terkait dengan latar belakang responden secara ekonomi, pendidikan, usia, dan sebagainya.

b. Analisis kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan pada hasil wawancara mendalam untuk melengkapi analisis data kuantitatif.

(13)

13

BAB II

PROFIL KABUPATEN JEMBER

A. Sejarah Kabupaten Jember

Keberadaan Kabupaten Jember secara geografis memiliki posisi yang sangat strategis dengan berbagai sumber daya alam yang potensial, sehingga banyak menyimpan peristiwa-peristiwa sejarah yang menarik untuk digali dan dikaji. Tentang nama Jember sendiri dan kapan wilayah ini diakui keberadaannya, hingga saat ini memang masih belum diperoleh kepastian fakta sejarahnya. Berbagai upaya baik seminar maupun penelitian yang telah dilakukan oleh lembaga penelitian, Perguruan Tinggi maupun oleh sejarawan belum bisa mengungkap kejelasan yang pasti tentang kapan Kabupaten ini lahir. Pemkab Jember masih memberi Kesempatan luas untuk menampung sumbangan pemikiran untuk dijadikan bahan kajian dalam menentukan fakta sejarah guna mengetahui kapan hari jadi Kabupaten Jember sebenarnya. Hari jadi bagi suatu daerah sangatlah penting dan mendasar, karena menandai suatu awal pemerintahan sehingga dapat dijadikan ukuran waktu bagi daerah kapan mulai berpemerintahan ? Sementara ini untuk menentukan hari jadi Kabupaten Jember berpedoman pada sejarah pemerintahan kolonial Belanda, yaitu berdasarkan pada Staatsblad nomor 322 tanggal 9 Agustus 1928 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 1929 Sebagai Dasar hukumnya. Dalam Staatsblad 322 tersebut, dijelaskan bahwa Pemerintah Hindia Belanda telah mengeluarkan ketentuan tentang penataan kembali pemerintahan desentralisasi di Wilayah Propinsi Jawa Timur, antara lain dengan REGENSCHAP DJEMBER sebagai masyarakat kesatuan hukum yang berdiri sendiri. Secara resmi ketentuan tersebut diterbitkan oleh Sekretaris Umum Pemerintahan Hindia Belanda (De Aglemeene Secretaris) G.R. Erdbrink, pada tanggal 21 Agustus 1928. Mempelajari konsideran Staatsblad Nomor 322 tersebut, diperoleh data yang menunjukkan bahwa Kabupaten Jember menjadi kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri dilandasi 2 macam pertimbangan, yaitu Pertimbangan Yuridis Konstitusional dan Pertimbangan Politis Sosiologis Yang unik adalah, Pemerintah Regenschap Djember diberi waktu itu dibebani pelunasan hutang-hutang berikut bunganya menyangkut tanggungan Regenschap Djember. Dari artikel ini dapat dipahami bahwa dalam pengertian administratif serta sebutan regent atau Bupati sebagai Kepala Wilayah Kabupaten, diatur dalam artikel 7.

(14)

14 Demikian juga pemisahan secara tegas antara Jember dan Bondowoso sebagai bagian dari wilayah yang lebih besar, yaitu Besuki dijelaskan pada artikel 7 ini. Pada ayat 2 dan 4 artikel 7 ini disebutkan bahwa ayat 2 artikel 121 Ordonasi Propinsi Jawa Timur adalah landasan kekuatan bagi pembuatan Staatsblad tentang pembentukan Kabupaten-kabupaten di jawa Timur. Semua ketentuan yang dijabarkan dalam staatsblad ini dinyatakan berlaku mulai tanggal 1 Januari 1929, ini disebutkan pada artikel terakhir dari staatsblad ini. Hal inilah yang memberikan keyakinan kuat kepada kita bahwa secara hukum Kabupaten Jember dilahirkan pada tanggal 1 Januari 1929 dengan sebutan “REGENSCHAP DJEMBER.

Sebagaimana lazimnya sebuah peraturan perundang-undangan, supaya semua orang mengetahui maka ketentuan penataan kembali pemerintahan desentralisasi Wilayah Kabupaten Jember yang pada waktu itu disebut regenschap, dimuat juga dalam Lembaran Negara Pemerintahan Hindia Belanda.

Selanjutnya perlu diketahui pula bahwa, Staatsblad nomor 322 tahun 1928 diatas ditetapkan di Cipanas oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda dengan Surat Keputusan Nomor : IX tertanggal 9 Agustus 1928. Pada perkembangannya dijumpai perubahan-perubahan sebagai berikut:

Pemerintah Regenschap Jember yang semula terbagi menjadi 7 Wilayah Distrik pada tanggal 1 Januari 1929 sejak berlakunya Staatsblad Nomor 46 tahun 1941 tanggal 1 Maret 1941 maka Wilayah Distrik dipecah-pecah menjadi 25 Onderdistrik, yaitu :

 Distrik Jember, meliputi onderdistrik Jember, Wirolegi dan Arjasa

 Distrik Kalisat, meliputi onderdistrik Kalisat, Ledokombo, Sumberjambe dan Sukowono

 Distrik Rambipuji, meliputi onderdistrik Rambipuji, Panti, Mangli dan Jenggawah  Distrik Mayang, meliputi onderdistrik Mayang, Silo, Mumbulsari dan Tempurejo  Distrik Tanggul, meliputi onderdistrik Tanggul, Sumberbaru dan Bangsalsari  Distrik Puger, meliputi onderdistrik Puger, Kencong, Gumukmas dan Umbulsari  Distrik Wuluhan, meliputi onderdistrik Wuluhan, Ambulu dan Balung.

Perkembangan perekonomian begitu pesat, mengakibatkan timbulnya pusat-pusat perdagangan baru terutama perdagangan hasil-hasil pertanian, seperti padi, palawija dan lain-lain, sehingga bergeser pulalah pusat-pusat pemerintahan di tingkat distrik, seperti distrik Wuluhan ke Balung, sedangkan distrik Puger bergeser ke Kencong.

(15)

15 Berdasarkan Undang-undang Nomor: 12 Tahun 1950 tentang Pemerintah Daerah Kabupaten di Jawa Timur, menetapkan pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur (dengan Perda) antara lain Daerah Kabupaten Jember ditetapkan menjadi kabupaten Jember. Dengan dasar Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1976, maka dibentuklah Wilayah Kota Jember dengan penataan wilayah-wilayah Baru sebagai berikut Kecamatan Jember dihapus dan dibentuk 3 kecamatan baru, masing-masing Sumbersari, Patrang dan Kaliwates, sedang Kecamatan Wirolegi menjadi Kecamatan Pakusari dan Kecamatan Mangli menjadi kecamatan Sukorambi Bersamaan dengan pembentukan Kota Administratif Jember, Wilayah Kawedanan Jember bergeser pula dari Jember ke Arjasa yang wilayah kerjanya meliputi Arjasa, Pakusari dan Sukowono yang sebelumnya masuk Distrik Kalisat. Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, pada perkembangan berikutnya maka secara administratif, Kabupaten Jember terbagi menjadi 7 Wilayah Pembantu Bupati, 1 Wilayah Kota Administratif dan 31 Kecamatan, yaitu:

 Kota Administratif jember, meliputi Kec. Kaliwates, Patrang dan Sumbersari  Pembantu Bupati di Arjasa, meliputi Kec. Arjasa, Jelbuk, Pakusari dan Sukowono  Pembantu Bupati di Kalisat, meliputi Kec. Ledokombo, Sumberjambe dan Kalisat  Pembantu Bupati di Mayang, meliputi Kec. Mayang, Silo, Mumbulsari dan

Tempurejo

 Pembantu Bupati di Rambipuji, meliputi Kec. Rambipuji, Panti, Sukorambi, Ajung dan Jenggawah.

 Pembantu Bupati di Balung, meliputi Kec. Ambulu, Wuluhan dan Balung

 Pembantu Bupati di Kencong, meliputi Kec. Kencong, jombang, Umbulsari, Gumukmas dan Puger

 Pembantu Bupati di Tanggul, meliputi Kec. Semboro, Tanggul, Bangsalsari dan Sumberbaru.

Namun dengan diberlakukannya Otonomi Daerah sebagaimana tuntutan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka sejak tanggal 1 Januari 2001 Pemerintah Kabupaten Jember juga telah melakukan penataan kelembagaan dan struktur organisasi, termasuk dihapusnya Kota Administratif Jember. Demikian juga lembaga Pembantu Bupati berubah menjadi Kantor Koordinasi Camat. Namun setelah mengevaluasi selama setahun terhadap implementasi Otoda, Pemkab Jember melalui Perda Nomor 12 Tahun 2001 melikuidasi lembaga Kantor Koordinasi Camat. Sehingga dalam menjalankan roda pemerintahan di era Otonomi Daerah ini

(16)

16 Pemerintah Kabupaten Jember telah berhasil menata struktur organisasi dan kelembagaan hingga tingkat pemdes/kel.

Dengan demikian, maka terhitung mulai tanggal 1 Januari 2001 Kabupaten Jember memasuki paradigma baru dalam sistem pemerintahan yaitu dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi atau Otonomi Daerah, dengan melaksanakan 10 kewenangan wajib otonomi sehingga memberikan keleluasaan penuh untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai keinginan dan aspirasi rakyatnya sesuai peraturan perundangan yang berlaku, dengan misi utama, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (www.kemendagri.go.id)

B. Letak Geografis

Kabupaten Jember yang terletak 250 km dari ibu kota propinsi Jawa Timur, Surabaya. Kabupaten Jember terletak pada posisi 113°30’ s/d 114°02’30’’ Bujur Timur dan 7°59’6’’ s/d 8°33’56’’ Lintang Selatan.

Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Jember memiliki batas wilayah: Barat Laut Kabupaten Probolinggo, Utara Kabupaten Probolinggo, Timur Kabupaten Banyuwangi, Selatan Samudra Indonesia dan Barat Kabupaten Lumajang. Secara administrasi Luas wilayah kabupaten jember 3.293,34 Km2 yang terbagi menjadi tiga

puluh satu kecamatan yaitu kecamatan Kencong, Gomok Mas, Puger, Wuluhan, Ambulu, Tempurejo, Silo, Mayamg, Mumbulsari, Jenggawah, Ajung, Rambipuji, Mbalung, Umbulsari, Semboro, Jombang, Sumberbaru, Tanggul Mbangsalsari, Panti, Sukorambi, Arjasa, Pakusari, Kalisat, Ledokombo, Sumberjambe, sukowono, Jelbuk, Kaliwates, Sumbersari dan Patrang. Dari 31 kecamatan, wilayah yang paling luas adalah kecamatan Tempurejo sebesar 524,46 Km2. Sedangkan wilayah yang paling kecil

adalah kecamatan Kaliwates sebesar 24,94 Km2.

C.

Demografi

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010. Luas wilayah kabupaten Jember sebesar 3.293,34 Km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 2.332.726 jiwa dengan kepadatan 708.32 jiwa/ Km2. Dari keseluruhan jumlah penduduk tersebut sebagian besar berada pada usia produktif yaitu pada usia 15 – 49 Tahun. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel, Komposisi Penduduk Kabupaten Jember berdasarkan Usia menurut Kecamatan dan Kelompok Umur , hasil sensus penduduk Tahun 2010 sebagai berikut.

(17)

17

Tabel 2.1

Komposisi Penduduk Kabupaten Jember Berdasarkan Usia Kelompok Umur Tahun 2010

0 – 4 185.884 0 – 9 201.245 10 – 14 206.608 15 – 19 189.909 20 – 24 173.999 25 – 29 184.578 30 – 34 172.505 35 – 39 185.705 40 – 44 175.341 45 – 49 158.137 50 – 54 137.394 55 – 59 107.071 60 – 64 87.481 65 + 166.869 Jumlah 2.332.726

Kemudian berdasarkan Hasi Survey Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2013 Persentase Penduduk Kelompok Umur dan jenis kelamin dapat dilihat sebagaimana pada table berikut.

Tabel 2.2

Komposisi penduduk Kabupaten Jember Berdasarkan Jenis Kelamin Penduduk Kota

Jember

Laki-Laki Perempuan Jumlah 1.164.772 1.204.478 2.369.25o

D.

Pertanian

Kabupaten Jember dengan luas wilayah ± 3.293,34 Km persegi, mempunyai potensi besar untuk berkembang menjadi kota raya. Tanahnya yang subur menjadikan kota di belahan timur Jawa Timur ini dikenal sebagai daerah agraris dan penghasil berbagai komoditas pertanian, hortikultura dan perkebunan. Dari segi topografi, sebagian Kabupaten Jember di wilayah selatan merupakan dataran rendah yang relatif subur untuk pengembangan tanaman padi dan tanaman pangan lainnya. Secara keseluruhan wilayah Kabupaten Jember memiliki curah hujan yang relatif cukup, yaitu antara 1.471 mm – 3.767 mm pertahun. Dengan demikian Kabupaten Jember merupakan daerah subur untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. Karena itu wajar,

(18)

18 kalau setiap tahun Kabupaten Jember mengalami surplus beras hingga mencapai 200 ribu ton.

Untuk masa mendatang Jember mencoba untuk mengembangkan tanaman impor, seperti Buah Naga Merah (Dragon Fruit) dan Cabe Jepang (Bullnose Pepper). Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang produksi tanaman pangan maupun luas panen yang meliputi tanaman padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya.Buah Naga (hylocereus undatus) kini menjadi salah satu komoditi andalan Dinas Pertanian Jember. Buktinya, hasil penjualan buah Naga pada panen bulan ini mencapai Rp150 juta. Itu dari hasil budidaya milik Dinas Pertanian sendiri. Belum buah Naga yang dibudidaya oleh masyarakat , luas budidaya yang dimiliki oleh Dinas Pertanian Jember mencapai tiga hektare. Tanaman satu ini belakangan makin digemari. Konon, buahnya punya khasiat menyembuhkan banyak penyakit. Selain itu, penampilannya tak kalah menawan dibanding tanaman hias. Namanya belakangan jadi buah bibir. Kenapa? Penampilannya, jelas memang menarik. Bulat mengerucut dengan batang segitiga yang tak lazim. Biasanya, segi empat atau malah banyak segi. Tubuhnya dihiasi duri, meski pendek dan tidak mencolok. Sepintas, mirip kaktus. Bobot tubuhnya lumayan, per buah mencapai setengah kilo.

Kebun buah naga tersebut terletak di kawasan wisata Rembangan, Jember.Sementara itu jika di gabungkan dengan budidaya milik masyarakat, luas kebun buah Naga di kabupaten itu mencapai 12 hektare. Setelah Maret biasanya musim panen mulai menurun, meskipun buah Naga masih berbuah tetapi pada bulan-bulan tersebut dipergunakan untuk perawatan, seperti pemupukan dan penyemaian.

Standar hasil produksi yang diterapkan Dinas Pertanian adalah buah dari tanaman yang pemupukannya menggunakan organik. Sebab hal itu akan berdampak pada kualitas buah. Selama ini, buah naga di Jember dijual sekitar Rp20.000 untuk buah naga putih, merah Rp 40.000 dan kuning Rp70.000.Dinas Pertanian Jember sendiri, lebih banyak membudidayakan buah naga putih, yaitu mencapai 90% dari total luas area yang ada. Sementara 6% jenis buah Naga merah dan 4% buah Naga kuning

E. Media Radio

Kabupaten Jember merupakan kabupaten yang paling banyak stasiun radionya bila dibandingkan dengan kabupaten di sekelilingnya, Kabupaten Probolinggo mempunyai 6 Stasiun radio, Kabupaten Lumajang mempunyai 5 Stasiun radio, Kabupaten Banyuwangi mempunyai 12 Stasiun Radio dan Kabupaten Jember memiliki

(19)

19 15 Stasiun radio. Data selengkapnya Stasiun Radio yang ada di Kabupaten Jember dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3

Jumlah Stasiun Radio di Kabupaten Jember

NO Nama Frekuensi

1. RRI Jember 963 AM, 87,9 FM, 89,5 FM, 95,4 FM

2. Radio Suara Akbar 94,6 FM

3. Radio Ratu 88,7 FM 4. Radio Bass FM 90,2 FM 5. Radio Bintang FM 97 FM 6. Radio Karunia 92,7 FM 7. Radio KISS FM 96,2 FM 8. Radio DIGI FM 100,6 FM 9. Radio PROSALINA FM 101,3 FM

10. Radio Soka Adiswara 102,1 FM

11. Radio Suara Arbika 104,1 FM

12. Radio Kartika 102,9 FM

13. Radio Mutiara 107,3 FM

14. Radio Nada STAIN Jember 107,8 FM

(20)

20

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Profil Responden

1. Jenis Kelamin

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 382 orang. Dari jumlah tersebut responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada responden perempuan. Dari 382 responden sebanyak 240 atau sebesar 62,83% berjenis kelamin laki-laki, dan sebanyak 142 atau sebesar 37,17% adalah perempuan. Grafik 3.1 menunjukan komposisi responden berdasarkan jenis kelamin.

Grafik 3.1

Jenis Kelamin Responden 2. Usia

Jika dilihat dari komposisi usia, maka dapat diketahui bahwa jumlah responden yang paling banyak berada pada rentang usia >43 – 53 tahun. Responden yang masuk dalam rentang usia tersebut sebanyak 106 orang (27,75%). Kemudian kelompok responden berikutnya adalah kelompok usia >33 – 43 tahun sebanyak 94 orang (24,61%). Selanjutnya kelompok rentang usia >23 – 33 tahun sebanyak 78 orang (20,42%) dan yang menempati urutan keempat adalah responden dengan rentang usia 15 – 23 tahun sebanyak 51 orang (13,35%). Selengkapnya kelompok responden berdasarkan usia dapat dilihat melalui grafik 3.2.

(21)

21 Grafik 3.2

Usia Responden 3. Status dalam Keluarga

Profil responden juga dilihat dari statusnya dalam keluarga. Status ini terbagi dalam status sebagai ayah, ibu, anak, saudara, dan lainnya. Dalam penelitian ini, status responden dalam keluarga dibatasi pada responden yang tinggal di rumah tersebut, bukan kos atau tamu. Dilihat dari statusnya dalam keluarga, komposisi responden terbanyak dalam penelitian ini adalah ayah, yaitu sebanyak 193 responden (50,52%). Kelompok responden selanjutnya adalah ibu. Responden yang berstatus sebagai ibu sebanyak 120 responden (31,52%). Kemudian responden yang berstatus sebagai anak sebanyak 67 responden (17,54%). Responden yang berstatus sebagai sudara dan lainnya masing-masing 1 responden (0,26%).

Grafik 3.3 Status dalam Keluarga 4. Pekerjaan Utama

Dilihat dari pekerjaan utama responden, kelompok pekerjaan yang paling tinggi adalah petani. Responden yang bekerja sebagai petani sebanyak 119 responden (31,15%). Profesi sebagai petani memang merupakan profesi mayoritas penduduk di

(22)

22 Kota Jember. Selanjutnya kelompok terbesar kedua adalah responden sebagai ibu rumah tangga. Jumlah responden sebagai ibu rumah tangga serbanyak 69 responden (18,06%). Kemudian responden yang menduduki urutan ketiga adalah responden yang menyatakan dirinya sebagai pedagang sebanyak 56 responden (14,66%). Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1

Pekerjaan Utama Responden

Pekerjaan Utama Frekuensi Persentase

petani 119 31.15%

ibu rumah tangga 69 18.06%

pedagang 56 14.66% wiraswasta 41 10.73% lainnya 28 7.33% mahasiswa/pelajar 23 6.02% pegawai pemerintah/PNS 14 3.66% tidak bekerja 9 2.36% guru/dosen 7 1.83% buruh pabrik 4 1.05% pekerja serabutan 4 1.05% pegawai BUMN/BUMD 3 0.79% pensiunan 3 0.79% TNI/Polri 2 0.52% Jumlah 382 100.00% 5. Pendidikan Terakhir

Dari 382 responden yang disurvei, responden berpendidikan SD merupakan yang paling banyak, yaitu sebanyak 130 responden (34,03%). Responden yang menduduki urutan kedua adalah responden yang tamat SMA sebanyak 115 responden (30,10%). Kemudian responden yang tamat SLTP sebanyak 87 responden (22,77%). Tiga besar pendidikan terakhir responden yang demikian menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan responden di Kota Jember masih rendah. Terlebih fakta bahwa masih juga ada responden yang tidak lulus SD, yaitu sebanyak 4,97%, dan yang tidak sekolah sebanyak10 responden (2,62%). Responden yang mencapai pendidikan tinggi masih sedikit, yaitu DI/D2/D3 sebanyak 4 responden (1,05%), S1/D4 sebanyak 16 orang (4,19%) dan responden yang pendidikannya sampai S2/S3 hanya 1 responden (0,26) (lihat grafik 3.4).

(23)

23 Grafik 3.4

Tingkat Pendidikan Responden 6. Agama

Sebagian besar masyarakat Jember memeluk agama Islam. Demikian pula dengan responden pada penelitian ini. Jumlah responden yang memeluk agama Islam sebanyak 362 responden (94,75%). Sedangkan responden yang memeluk agama Kristen hanya 20 responden atau sebanyak 5,24%.

Grafik 3.5 Agama Responden 7. Pengeluaran per Bulan

Pengeluaran per bulan bisa digunakan untuk melihat strata sosial seseorang. Dari hasil penelitian ini, terlihat bahwa responden pendengar RRI berada pada strata sosial menengah ke bawah. Persentase responden terbesar memiliki pengeluaran >Rp500.000 – Rp1.000.000, yaitu 155 responden (40,58%). Urutan selanjutnya dengan pengeluaran lebih rendah, yaitu kurang dari Rp500.000 dengan jumlah responden 22,77%. Pada urutan ketiga adalah responden dengan pengeluaran Rp1.000.000 – Rp1.500.000 (18,59%). Persentase responden berdasarkan pengeluaran per bulan bisa dilihat dalam tabel 3.2.

(24)

24 Tabel 3.2

Perkiraan Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan Perkiraan Pengeluaran Rumah

Tangga per Bulan Frekuensi Persentase

≤Rp500.000,00 87 22,77% >Rp500.000,00 – Rp1.000.000,00 155 40,58% >Rp1.000.000,00 – Rp1.500.000,00 71 18,59% >Rp1.500.000,00 – Rp2.000.000,00 32 8,38% >Rp2.000.000,00 – Rp2.500.000,00 15 3,93% >Rp2.500.000,00 22 5,76% Jumlah 382 100,00%

8. Kepemilikan Teknologi Media

Televisi menempati urutan pertama sebagai media yang paling banyak dimiliki oleh responden. Mereka yang memiliki televisi di rumahnya mencapai 355 responden (92,93%). Teknologi media kedua yang banyak dimiliki responden adalah HP, yaitu oleh 89,79%. Kedua teknologi tersebut memang tidak bisa dimungkiri menjadi dua benda yang tidak terpisahkan dari manusia modern. Radio menempati urutan ketiga dengan jumlah pemilik 334 responden (87,43%). Teknologi media lainnya adalah komputer atau laptop (18,59%), VCD/DVD Player (39,79%), dan MP3/MP4 Player (7,59%).

Grafik 3.6

Kepemilikan Teknologi Media di Rumah 9. Media yang Diakses

Keberagaman jenis media yang diakses oleh responden menunjukkan bahwa responden tidak hanya mengakses satu jenis media saja. Untuk itu, responden dibolehkan untuk memilih berapapun jumlah media yang mereka akses. Pada penelitian ini, responden yang dipilih adalah mereka yang mendengarkan RRI. Oleh karena itu,

(25)

25 responden yang mengakses radio pun jumlahnya 100%. Televisi menempati urutan kedua sebagai media yang paling banyak diakses, yaitu oleh 90,05% responden. Kedua media ini—radio dan televisi—merupakan media yang paling populer, setidaknya bagi responden. Media massa lainnya tidak diakses oleh banyak orang. Media online yang berada pada urutan ketiga hanya diakses oleh 11,52% responden. Media lainnya seperti surat kabar, majalah, dan tabloid bahkan hanya diakses oleh kurang dari 10% responden. Grafik 3.7 menunjukkan secara lengkap media yang diakses oleh responden beserta persentasenya.

Grafik 3.7

Media yang Diakses Responden

B. Kebiasaan Bermedia

1. Rata-rata Mendengarkan RRI per Hari

Waktu yang digunakan untuk mendengarkan radio mengindikasikan kategori pendengar. Orang yang mendengarkan radio kurang dari 7 jam per minggu termasuk dalam kategori light listener, 7 – 20 jam per minggu termasuk kategori medium listener. Sementara orang yang menghabiskan waktu lebih dari 20 jam per minggu untuk mendengarkan radio termasuk kategori heavy listener (pendengar berat).

Dari hasil survei terhadap 382 pendengar RRI di Jember menunjukkan bahwa mayoritas responden merupakan pendengar kategori sedang. Sebanyak 179 responden (46,86%) menjawab rata-rata mendengarkan radio 1-3 jam per hari. Posisi berikutnya jatuh pada kategori pendengar ringan yang mendengarkan radio rata-rata kurang dari 1 jam per hari, yaitu sebanyak 38,48%.

(26)

26 Sementara responden yang masuk kategori pendengar berat masing-masing mendengarkan radio rata-rata 3-5 jam perhari sebanyak 8,12% dan lebih dari 5 jam sebanyak 6,54%.

Grafik 3.8

Rata-rata per Hari Mendengarkan Radio 2. Waktu Paling Sering Digunakan untuk Mendengarkan RRI

Untuk menyusun programming siaran yang baik, pengelola radio perlu mengetahui pola waktu yang digunakan audiens untuk mendengarkan radio sehari-hari. Pola waktu mendengarkan ini berkaitan dengan penentuan prime time, yaitu waktu-waktu yang paling banyak digunakan untuk mendengarkan radio.

Dari data survei pendengar radio di Jember menunjukkan bahwa persentase responden yang mendengarkan radio di pagi hari (05.00 – 08.00) relatif banyak, yaitu 19,90%. Memasuki pukul 08.00 – 10.00 jumlah pendengar radio sedikit berkurang 0,53%. Pada rentang pukul 10.00 – 12.00 jumlah pendengar radio mengalami penurunan drastis sampai pada angka 4,71% dari 382 responden. Hal ini dapat dimaklumi karena waktu tersebut responden berkonsentrasi pada pekerjaan/aktivitas masing-masing. Mulai pukul 12.00 siang sampai pukul 17.00 sore jumlah pendengar radio perlahan mengalami peningkatan. Rentang pukul 17.00 sore hingga 21.00 malam merupakan puncak waktu yang banyak digunakan responden untuk mendengarkan radio yaitu sebanyak 21,99%. Dinamika jumlah pendengar radio di Jember dalam sehari dapat diilustrasikan sebagai berikut.

(27)

27 Grafik 3.9

Waktu Paling Sering Mendengarkan Radio

Informasi mengenai pola waktu mendengarkan tersebut dapat digunakan oleh pengelola program siaran RRI sebagai pertimbangan dalam menyusun pola siaran di masing-masing daypart. Dengan kata lain, program siaran untuk daypart pagi, sore, dan malam perlu mendapatkan perhatian khusus karena konsentrasi pendengar pada siaran radio banyak tercurah. Meski begitu tidak berarti kualitas paket siaran pada jam-jam minim pendengar dapat diabaikan.

3. Tempat Paling Sering Digunakan untuk Mendengarkan RRI

Dilihat dari tempat yang biasanya digunakan untuk mendengarkan RRI, responden di Jember memiliki kebiasaan mendengarkan RRI di rumah, yaitu sebanyak 345 responden (90,31%). Berikutnya dengan selisih yang cukup jauh, sebanyak 28 responden (7,33%) mendengarkan radio di tempat kerja. Angka ini mengindikasikan bahwa rumah merupakan tempat yang paling nyaman untuk mendengarkan radio. Tingginya persentase responden yang mendengarkan radio di rumah juga menunjukkan bahwa mendengarkan radio merupakan aktivitas di waktu senggang atau di luar jam-jam kerja. Ini konsisten dengan temuan waktu mendengarkan favorit respoden, yang berada di luar jam-jam kerja (pagi, sore, dan dan malam hari). Persentase paling kecil adalah mendengarkan radio di tempat umum yaitu sebanyak 1 responden (0,26%).

(28)

28 Grafik 3.10

Tempat Paling Sering Mendengarkan RRI 4. Jenis Program Acara Paling Sering Didengarkan

Program siaran merupakan produk jasa yang dijajakan oleh media untuk memenuhi kebutuhan audiens. Secara umum, jasa layanan tersebut bisa dibedakan menjadi dua yaitu informasi dan hiburan. Bagi khalayak pendengar RRI di Jember, mayoritas responden memilih musik/hiburan sebagai program yang paling diminati yaitu sebanyak 181 responden (47,38%). Disusul kemudian berita/informasi yang dipilih oleh 167 responden (43,72%). Selisih yang tidak terlalu jauh ini mengindikasikan bahwa sebenarnya hiburan dan informasi sama pentingnya bagi pendengar RRI di Jember. Selain itu, ada pula responden yang lebih memilih program spesifik seperti pendidikan (6,02%), kebudayaan (2,09%), dan iklan (0,26%). Untuk pertanyaan ini, masing-masing ada 1 responden (0,26) yang menjawab lainnya dan tidak menjawab.

Tabel 3.3

Program RRI Paling Sering Didengarkan

Frekuensi Persentase musik/hiburan 181 47.38% berita/informasi 167 43.72% pendidikan 23 6.02% kebudayaan 8 2.09% iklan 1 0.26% lainnya 1 0.26% tidak menjawab 1 0.26% Jumlah 382 100.00%

(29)

29 5. Alasan Utama Mendengarkan RRI

Mengenai alasan responden mendengarkan RRI, berita/informasi menempati urutan pertama yang dipilih oleh 186 responden (48,69%). Sementara hiburan berada di urutan kedua dengan jumlah 166 responden (43,46%). Berturut-turut berikutnya, responden memilih alasan pendidikan (4,45%), kebudayaan (2,36%), lainnya (0,79%), dan iklan/promo/pengumuman (0,26%) sebagai alasan utama mendengarkan RRI. Berikut ini tabel jawaban responden tentang alasan utama mendengarkan RRI.

Tabel 3.4

Alasan Utama Mendengarkan RRI

Frekuensi Persentase berita/informasi 186 48.69% hiburan 166 43.46% pendidikan 17 4.45% kebudayaan 9 2.36% lainnya 3 0.79% iklan/promo/pengumuman 1 0.26% Jumlah 382 100.00%

Jika dicermati, ada sedikit perbedaan antara program RRI yang sering didengarkan dengan alasan utama mendengarkan RRI. Pada pertanyaan program RRI yang paling sering didengarkan, musik/hiburan menjadi pilihan mayoritas responden sedangkan berita/informasi berada di urutan kedua. Sebaliknya ketika ditanya alasan utama mendengarkan RRI, berita/informasi menjadi yang pertama. Meski begitu, selisih antara keduanya bisa dikatakan kecil. Data ini bisa dimaknai bahwa responden pendengar RRI di Jember cenderung menyukai berita/informasi ringan yang melalui acara yang memadukan unsur hiburan dan informasi sekaligus.

6. Aktivitas Ketika Mendengarkan RRI

Salah satu kelebihan media radio dibandingkan media massa lainnya adalah fleksibilitas dalam mengaksesnya. Mendengarkan radio bisa dilakukan sembari mengerjakan aktivitas keseharian lainnya karena sifatnya yang auditif. Walaupun ada juga pendengar yang lebih suka mendengarkan radio tanpa mengerjakan aktivitas lainnya. Bagi pendengar jenis kedua, aktivitas mendengarkan radio diposisikan lebih sebagai hiburan sembari beristirahat santai.

(30)

30 Dari temuan penelitian, diketahui bahwa sebanyak 274 responden (71,73%) hanya mendengarkan radio saja. Temuan ini konsisten dengan temuan sebelumnya terkait tempat, waktu, dan program siaran favorit yang lebih condong pada suasana santai, di luar jam-jam kerja, dan ketika responden berada di rumah. Selebihnya, sebanyak 108 responden (28,27) mendengarkan radio sambil melakukan aktivitas lainnya.

Terkait dengan aktivitas lain yang dikerjakan ketika mendengarkan radio, jawaban responden bervariasi antara lain memasak, membersihkan rumah, bekerja, berdagang atau menjaga warung, belajar, SMS-an, dan lain sebagainya. Dilihat dari aktivitas tersebut sebagian besar merupakan aktivitas domestik di mana responden memiliki keleluasaan mengatur waktu.

Grafik 3.11

Aktivitas ketika Mendengarkan Radio

7. Perangkat Paling Sering Digunakan untuk Mendengarkan RRI

Dilihat dari perangkat yang digunakan untuk mendengarkan radio, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa radio transistor menempati urutan teratas. Sebanyak 248 responden (64,92%) mendengarkan RRI melalui radio transistor. Perangkat berikutnya yang banyak digunakan adalah handphone yaitu sebanyak 125 responden (32,72%). Meskipun ada pula yang menggunakan perangkat media lain, persentasenya sangat sedikit. Beberapa di antaranya yakni radio mobil (1,31%), radio streaming (0,52%), alat pemutar MP3/MP4 (0,26%), dan perangkat lainnya (0,26%). Jika diilustrasikan dalam grafik akan tampak sebagai berikut.

(31)

31 Grafik 3.12

Perangkat yang Digunakan untuk Mendengarkan RRI

Dari data di atas bisa ditarik simpulan bahwa secara umum khalayak pendengar RRI di Kabupaten Jember lebih menyukai perangkat teknologi konvensional meski perkembangan teknologi radio sudah sedemikian canggih. Kecilnya persentase responden yang menggunakan radio streaming mengindikasikan bahwa khalayak pendengar RRI di Kabupaten Jember belum familiar dengan tren konvergensi media, dalam konteks ini melalui aplikasi RRI Play. Selain karena faktor teknologi, hal ini juga bisa disebabkan karena faktor ekonomi. Sebagaimana kita ketahui bahwa untuk mengakses radio streaming pendengar perlu mengeluarkan biaya internet sedangkan jika menggunakan radio handphone tidak perlu biaya tambahan.

8. Gaya Penyiar RRI Paling Disukai

Bagi sebagian pendengar, radio tidak sekadar alat untuk mendapatkan informasi maupun hiburan tetapi lebih sebagai teman melakukan aktivitas keseharian bahkan sebagai sahabat tempat berbagi curhat dan nasehat. Hal itu tak bisa dilepaskan dari peran penyiar yang menyapa pendengar dan membawa kabar. Tak heran jika ada pendengar yang merasa begitu dekat dengan penyiar meski belum pernah bertemu langsung. Bisa dikatakan bahwa penyiar adalah personifikasi dari identitas stasiun radio. Oleh karena itu penting untuk mengetahui persepsi pendengar tentang gaya penyiar.

Dari 382 responden dalam penelitian ini, sebanyak 248 responden (64,92%) menyukai penyiar RRI karena suaranya yang bagus. Angka tersebut merupakan mayoritas dari sekian alasan yang disukai pendengar terhadap gaya penyiar RRI. Humoris menjadi alasan kedua yang paling banyak disukai responden dari penyiar RRI, yaitu sebanyak 14,40%. Berturut-turut alasan yang disukai dari penyiar RRI antara lain lugas/tegas (6,81%), ekspresif (6,02%), berwibawa (5,24%). Sementara gaya penyiar

(32)

32 yang interogatif kurang diminati pendengar dengan persentase sebesar 0,52%. Temuan selengkapnya dapat dilihat dalam grafik berikut.

Grafik 3.13

Gaya Penyiar yang Paling Disukai 9. Gaya Reporter RRI Paling Disukai

Dalam penelitian ini responden juga ditanya tentang gaya reporter yang paling disukai. Hal ini berkaitan dengan penyampaian berita-berita jurnalistik yang disiarkan RRI untuk memenuhi kebutuhan informasi pendengar. Dari jawaban responden diketahui bahwa suara bagus masih menjadi alasan terbanyak yang disukai pendengar, yaitu sebanyak 204 responden (53,40%). Selain alasan suara bagus, responden memiliki alasan-alasan berbeda dalam menyukai penyiar dan reporter. Dalam konteks reporter, responden lebih menyukai gaya yang lugas/tegas (16,75%) daripada humoris (10,21%). Begitu pula dengan alasan kewibawaan reporter yang lebih disukai oleh 7,85% pendengar daripada gaya ekspresif (6,28%). Sementara dimensi interogatif lebih mendapat perhatian untuk kasus reporter, yaitu sebanyak 3,93%.

Grafik 3.14

(33)

33

C. Kekuatan RRI sebagai Rujukan bagi Responden

Sebagai lembaga penyiaran publik, tentu RRI diharapkan bisa menjadi rujukan bagi pendengarnya dalam berbagai hal. Hasil penelitian di Jember yang melibatkan 382 pendengar RRI menunjukkan bahwa RRI Jember menjadi rujukan utama bagi para pendengar, baik pada siaran budaya, siaran pendidikan, hiburan, berita, dan bahkan iklan.

Persentase tertinggi ada pada berita, yaitu 85,08%. Ini berarti bahwa 85,08% responden menganggap RRI Jember merupakan rujukan utama mereka ketika mencari berita/informasi dibandingkan dengan radio lain di Jember. Sementara itu, 56 responden (14,66%) menyebutkan bahwa mereka hanya kadang-kadang saja merujuk ke RRI ketika ingin mendengarkan berita. Hanya satu responden yang dengan tegas menyatakan RRI bukan rujukan bagi mereka untuk memperoleh berita.

Siaran hiburan berada di bawah berita/informasi. Sebanyak 76,18% responden menyebutkan RRI sebagai rujukan pertama mereka ketika ingin mendapatkan hiburan. Terdapat 21,73% responden yang menyatakan kadang-kadang saja menjadikan RRI sebagai rujukan hiburan mereka. Hanya 8 responden (2,09%) yang jelas-jelas menyebut RRI bukanlah rujukan hiburan mereka atau mereka lebih memilih radio lain untuk mendapatkan hiburan.

RRI juga menjadi rujukan bagi responden untuk mendapatkan siaran budaya. Hanya saja, jumlah responden yang menyatakan RRI sebagai rujukan siaran budaya tidak sebanyak yang menyatakan RRI sebagai rujukan berita dan hiburan. Responden yang menyebutkan RRI sebagai rujukan untuk mendapatkan siaran budaya sebanyak 237 responden (62,04%). Meski angka ini cukup tinggi, namun responden yang hanya kadang-kadang saja menjadikan RRI sebagai rujukan siaran budaya juga banyak, yaitu 30,89%. Bahkan, 27 responden (7,07%) dengan jelas menyatakan RRI bukan rujukan bagi mereka untuk mendapatkan siaran budaya.

Selanjutnya, untuk siaran pendidikan, hanya 60,73% responden yang menyatakan RRI sebagai rujukan utama mereka. Sementara sisanya adalah 125 responden (32,72%) yang menyatakan kadang-kadang menjadikan RRI sebagai rujukan siaran pendidikan dan 25 responden (6,54%) menjawab RRI bukanlah rujukan mereka untuk mendapatkan siaran pendidikan.

(34)

34 Terakhir, jumlah responden yang menjadikan RRI sebagai rujukan iklan dan responden yang menjawab kadang-kadang berjumlah sama, yaitu masing-masing 42,67%. Sisanya, 56 responden (14,66%) menjawab tidak menganggap RRI sebagai rujukan iklan. Penjelasan di atas bisa dilihat lebih jelas pada grafik berikut ini.

Grafik 3.15 RRI sebagai Rujukan

Penjelasan di atas menunjukkan hasil yang positif. Rujukan berita/informasi mendapat persentase terbesar dibandingkan siaran lainnya. Hanya saja, untuk siaran budaya dan siaran pendidikan, mestinya RRI Jember bisa mendapat persentase yang lebih besar. Meski persentase responden yang menjadikan RRI Jember sebagai rujukan siaran budaya dan siaran pendidikan cukup tinggi, responden yang menjawab kadang-kadang dan tidak mencapai hampir sepertiga responden. RRI Jember seharusnya bisa memaksimalkan perannya sebagai rujukan budaya dan pendidikan mengingat radio ini tidak ditujukan untuk memperoleh keuntungan sebagaimana radio swasta sehingga bisa lebih leluasa dalam menyajikan siaran budaya dan pendidikan. Sementara pada iklan, RRI Jember tidak menjadi pemimpin. Hal ini tidak masalah karena memang RRI sebagai radio publik tidak banyak menayangan iklan sehingga hasil ini menjadi hasil yang wajar.

(35)

35

D. Evaluasi Program Siaran RRI Jember

1. Evaluasi Program Siaran secara Umum

Pada bagian ini akan dipaparkan tentang penilaian responden terhadap program-program siaran RRI Jember secara umum. Semua responden berhak memberikan penilaian mereka. Pada penilaian secara umum ini, program-program yang dinilai antara lain program hiburan, program berita/informasi, siaran pendidikan, siaran budaya, dan siaran iklan. Berikut hasil penilaian tersebut.

a. Program Siaran Hiburan

Program siaran hiburan bisa berupa acara musik maupun acara non-musik. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, RRI Jember menjadi rujukan bagi 76,18% responden untuk mendapatkan hiburan. Hal ini berarti program hiburan di RRI Jember dianggap bagus. Penilaian terhadap program hiburan secara umum menunjukkan anggapan tersebut. Dari 382 responden, mayoritas menilai bagus, yaitu 66,49%. Kemudian, 73 responden (19,11%) bahkan menilai sangat bagus. Hanya saja, masih ada responden yang menilai program hiburan di RRI Jember biasa saja (14,14%) dan buruk (0,26%). Jumlah responden yang menilai biasa saja maupun buruk memang sedikit, namun penilaian ini perlu diperhatikan oleh RRI Jember karena hiburan tidak bisa dimungkiri merupakan faktor penarik utama orang mendengarkan radio.

Tabel 3.5

Penilaian Program Hiburan Penilaian Program

Hiburan Frekuensi Persentase

sangat bagus 73 19,11% bagus 254 66,49% biasa saja 54 14,14% buruk 1 0,26% Jumlah 382 100,00% b. Program Berita/Informasi

Program berita seringkali menjadi daya tarik paling utama bagi pendengar radio untuk mendengarkan RRI. Tak heran jika 85,05% responden menjadikan RRI sebagai rujukan utama mereka untuk mendapatkan berita/informasi. Penilaian responden terhadap berita/informasi yang dihadirkan oleh RRI secara umum pun sangat baik. Hal ini terbukti dari mayoritas responden yang memberikan penilaian positif. 252 responden

(36)

36 (65,97%) menilai program berita RRI Jember bagus. Bahkan, lebih dari seperempat responden menilai sangat bagus (28,53%). Responden yang memberi nilai biasa hanya 5,24%. Akan tetapi, ada 0,26% responden yang menilai sangat buruk. Penilaian sangat buruk ini, meski jumlahnya kecil, perlu menjadi perhatian khusus.

Tabel 3.6

Penilaian Program Berita/Informasi Penilaian Program

Berita/ Informasi Frekuensi Persentase

sangat bagus 109 28,53%

bagus 252 65,97%

biasa saja 20 5,24%

sangat buruk 1 0,26%

Jumlah 382 100,00%

c. Program Siaran Pendidikan

Selama ini, program siaran pendidikan bukanlah program yang banyak dikembangkan oleh radio, terutama radio swasta. Akan tetapi, siaran pendidikan merupakan salah satu program siaran yang wajib diproduksi oleh RRI sebagai radio publik. Oleh karena itu, program siaran pendidikan hampir tidak mempunyai pesaing dari radio swasta dibandingkan program berita dan lebih-lebih program hiburan yang menjadi roh utama radio swasta. Sayangnya, penilaian responden terhadap siaran pendidikan yang diselenggarakan oleh RRI Jember tidak sebagus penilaian atas berita atau hiburan. Meski mayoritas responden memberikan penilaian positif, masih ada responden yang menilai biasa saja yaitu sebesar 15,97% dan responden yang menilai program siaran pendidikan RRI buruk mencapai 1,05%. Program siaran pendidikan di RRI perlu ditingkatkan sehingga RRI benar-benar memimpin segmen siaran pendidikan.

(37)

37 Tabel 3.7

Penilaian Program Siaran Pendidikan Penilaian Program

Siaran Pendidikan Frekuensi Persentase

sangat bagus 51 13,35%

bagus 266 69,63%

biasa saja 61 15,97%

buruk 4 1,05%

Jumlah 382 100,00%

d. Program Siaran Kebudayaan

Hampir sama dengan siaran pendidikan, siaran budaya juga tidak banyak dikembangkan oleh radio swasta, meski bukan berarti tidak ada sama sekali. Dari antara program hiburan, berita, dan siaran pendidikan, program siaran budaya mendapatkan penilaian paling buruk. Setidaknya ada 22,51% responden yang menilai biasa saja dan bahkan lebih dari dua persen menilai siaran budaya RRI Jember buruk (2,36%). Responden yang menilai sangat bagus hanya sebesar 13,87%, lebih sedikit daripada responden yang menilai biasa saja. Dari keterangan responden, salah satu kekecewaan mereka terhadap RRI Jember adalah siaran wayang yang dihentikan atau diputar berulang-ulang sehingga pendengar merasa bosan.

Tabel 3.8

Penilaian Program Siaran Budaya Penilaian Program

Siaran Budaya Frekuensi Persentase

sangat bagus 53 13,87%

bagus 234 61,26%

biasa saja 86 22,51%

buruk 9 2,36%

Jumlah 382 100,00%

e. Program Siaran Iklan/Penunjang

Penilaian terhadap iklan yang disiarkan oleh RRI Jember adalah sebagai berikut. Responden yang menilai iklan di RRI bagus sebanyak 49,21% dan yang menilai sangat bagus 2,88%. Penilaian biasa saja diberikan oleh 46,07% responden. Hanya 1,83% responden yang menyatakan bahwa iklan di RRI Jember buruk. Berikut tabel yang menyajikan penilaian iklan di RRI Jember.

(38)

38 Tabel 3.9

Penilaian Iklan

Penilaian Siaran Iklan Frekuensi Persentase

sangat bagus 11 2,88%

bagus 188 49,21%

biasa saja 176 46,07%

buruk 7 1,83%

Jumlah 382 100,00%

2. Evaluasi Program Siaran secara Khusus

Pada penelitian ini, kami juga menanyai responden tentang penilaian mereka terhadap program-program siaran yang mereka dengarkan di RRI Jember. Namun, berbeda dengan penilaian program secara umum, penilaian pada bagian ini hanya dilakukan oleh responden yang mendengarkan acara yang bersangkutan. Penilaian dilakukan terhadap penyajian maupun isi program siaran tersebut. Setidaknya ada 7 program yang kami sebutkan pada kuesioner, yaitu program Titian Pagi, Selamat Pagi Jember, OPSI, Cetar, Siaran Pedesaan, Zona Edukasi, dan Obrolan bersama Cak Itok. Secara umum, pendengar program-program acara tersebut tidak banyak meskipun program-program tersebut merupakan program unggulan. Hanya program Titian Pagi, Selamat Pagi Jember, dan Siaran Pedesaan yang didengarkan oleh lebih dari 20% responden. Responden lebih banyak mendengarkan program acara musik yang tidak masuk dalam 7 acara yang tertulis pada kuesioner. Berikut penilaian responden terhadap ketujuh program acara tersebut.

a. Program Titian Pagi

Program acara Titian Pagi didengarkan oleh 80 responden. Dari responden yang mendengarkan program tersebut, mayoritas responden memberi penilaian positif. Dalam hal penyajian, 54 responden (67,50%) menyatakan bagus dan bahkan 23 responden (28,75%) menyatakan sangat bagus. Sementara pada penilaian isi hasilnya sedikit lebih baik, yaitu 31,25% menilai sangat bagus dan 65% bagus.

(39)

39 Tabel 3.10

Penilaian Titian Pagi

Penilaian Titian Pagi Penyajian Isi

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

sangat bagus 23 28,75% 25 31,25%

bagus 54 67,50% 52 65,00%

biasa saja 3 3,75% 3 3,75%

Jumlah 80 100,00% 80 100,00%

b. Program Selamat Pagi Jember

Pendengar program acara Selamat Pagi Jember merupakan program yang paling banyak didengarkan, yaitu 99 responden (25,9%). Responden yang mendengarkan acara ini memberikan penilaian yang baik dari segi penyajian maupun isi. Dalam hal penyajian, 75 responden (75,76%) menilai program Selamat Pagi Jember bagus dan 17,17% menilai sangat bagus. Sedikit lebih baik dari penyajian, dalam hal isi, 18,18% responden menyatakan sangat bagus dan 75,76% responden menyatakan bagus. Untuk program yang disiarkan tiap pukul 06.30 ini, ada 7,07% responden yang menilai penyajiannya biasa saja dan 6,06% yang menilai isi program ini biasa saja. Meski jumlahnya kecil, penilaian biasa saja perlu diperhatikan oleh pengampu acara mengingat pemberi nilai pada program ini adalah mereka yang benar-benar mendengarkan program acara ini.

Tabel 3.11

Penilaian Selamat Pagi Jember Penilaian Selamat

Pagi Jember

Penyajian Isi

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

sangat bagus 17 17,17% 18 18,18%

bagus 75 75,76% 75 75,76%

biasa saja 7 7,07% 6 6,06%

Jumlah 99 100,00% 99 100,00%

c. Program OPSI

OPSI adalah sebuah program di RRI Jember dalam bentuk dialog interaktif yang membahas tentang persoalan sehari-hari yang dihadapi oleh warga Jember. OPSI atau Opini dan Aspirasi disiarkan tiap Senin sampai Sabtu pukul 08.00-09.00. Program ini didengarkan oleh 47 responden. Penilaian terhadap program ini cukup baik, terutama pada isi. Pada penyajian, sebanyak 61,70% responden memberi nilai bagus dan 19,15%

(40)

40 memberi nilai sangat bagus. Akan tetapi, ada 17,02% responden yang menilai biasa saja. Angka ini cukup besar dibandingkan acara-acara yang sudah disebutkan pada poin sebelumnya. Penilaian pada isi jauh lebih baik, yaitu 68,09% menilai bagus dan 25,53% menilai sangat bagus. Hanya ada 6,38% responden yang menilai biasa saja.

Tabel 3.12 Penilaian OPSI

Penilaian OPSI Penyajian Isi

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

sangat bagus 9 19,15% 12 25,53% bagus 29 61,70% 32 68,09% biasa saja 8 17,02% 3 6,38% tidak menjawab 1 2,13% Jumlah 47 100,00% 47 100,00% d. Program Cetar

Program Cetar atau Celoteh Tamu RRI disiarkan setiap Senin sampai Sabtu dengan pembahasan atau tema yang berbeda-beda setiap hari. Tema psikologi dan kesehatan disiarkan tiap hari Senin dan tema tentang permasalahan hukum disiarkan hari Selasa. Hari Rabu, RRI bekerja sama dengan Kepolisian untuk menyiarkan Polisi Menyapa. Program bisnis dan usaha disiarkan tiap Kamis dan Kampung Baca disiarkan tiap Jumat. Hari Sabtu, Program Cetar mengangkat tema pariwisata. Penilaian responden terhadap program Cetar cukup baik, terutama pada penyajian karena ada 31,25% responden yang menilai penyajian program Cetar sangat bagus dan 56,25% menilai bagus. Pada dimensi isi, penilaian responden juga baik meski tak sebaik pada penyajian. Responden yang menilai sangat bagus ada 25% dan yang menilai bagus ada 62,5%.

Tabel 3.13 Penilaian Cetar

Penilaian Cetar Penyajian Isi

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

sangat bagus 10 31,25% 8 25,00%

bagus 18 56,25% 20 62,50%

biasa saja 4 12,50% 3 9,38%

tidak menjawab 1 3,13%

(41)

41 e. Program Siaran Pedesaan/Gema Desa

Jumlah pendengar acara Siaran Pedesaan menempati urutan kedua setelah Selamat Pagi Jember, yaitu mencapai 83 responden. Penilaian responden atas program acara inipun positif. Dari segi penyajian, ada 6,45% responden yang menilai bagus dan bahkan sekitar sepertiga responden menilai sangat bagus (33,73%). Sementara pada segi isi, ada 72,29% responden yang menilai bagus dan 25,30% menilai sangat bagus. Penilaian positif atas program ini sangat berarti bagi RRI Jember karena Jember yang mayoritas warganya berada di pedesaan tentu membutuhkan program ini. Namun, tentu saja jumlah pendengar yang hanya mencapai 21% perlu ditingkatkan dengan melakukan promosi, program off air, dan pengenalan program ke masyarakat petani maupun nelayan yang merupakan mayoritas di Jember.

Tabel 3.14

Penilaian Siaran Pedesaan Penilaian Siaran

Pedesaan

Penyajian Isi

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

sangat bagus 28 33,73% 21 25,30%

bagus 51 61,45% 60 72,29%

biasa saja 4 4,82% 2 2,41%

Jumlah 83 100,00% 83 100,00%

f. Program Zona Edukasi

Program Zona Edukasi hanya disiarkan seminggu sekali, yaitu pada hari Minggu pukul 20.30-21.30. Dengan demikian, tidak mengherankan jika pendengar Zona Edukasi hanya 24 responden (6,3%) karena berbeda dengan program lain yang disiarkan setiap hari sehingga lebih mudah dikenali oleh pendengar. Meski hanya didengarkan sedikit responden, penilaian mereka terhadap program ini sangat baik. Dari segi penyajian, separuh responden menilai sangat bagus dan 41,67% menilai bagus. Responden yang memberi nilai sangat bagus lebih banyak daripada yang menilai bagus atau biasa saja. Tak berbeda jauh dari segi penyajian, penilaian dari segi isi pun juga sangat bagus. Terdapat masing-masing 45,83% yang menilai bagus dan sangat bagus.

(42)

42 Tabel 3.15

Penilaian Zona Edukasi

Penilaian Zona Edukasi Penyajian Isi

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

sangat bagus 12 50,00% 11 45,83%

bagus 10 41,67% 11 45,83%

biasa saja 2 8,33% 2 8,33%

Jumlah 24 100,00% 24 100,00%

g. Program Ngobrol Bareng Cak Itok

Program Ngobrol Bareng Cak Itok merupakan program yang relatif baru di RRI Jember. Program ini berupa obrolan dengan pemandu acara Cak Itok, dosen Universitas Muhammadiyah Jember yang sekaligus pemerhati RRI. Format acara ini adalah obrolan langsung di studio dengan mengundang narasumber yang sesuai dengan tema yang diangkat. Program ini juga melibatkan pendengar di studio untuk berinteraksi secara langsung dalam obrolan tersebut. Obrolan ini dilakukan secara santai. Isu-isu yang diangkat biasanya menyangkut isu aktual atau isu yang dekat dengan masyarakat Jember dengan tujuan untuk memberdayakan pendengar. Meski masih baru, jumlah pendengarnya terbilang cukup banyak, yaitu 6,8%. Dari jumlah responden tersebut, mereka memberikan penilaian yang cukup baik. Dari segi penyajian, ada 19,23% responden yang menilai sangat bagus dan 73,08% menilai bagus. Dari segi isi, penilaian responden lebih baik lagi, yaitu 26,92% menilai sangat bagus dan 65,38% menilai bagus. Penilaian ini sudah bagus mengingat acara ini masih baru dan hanya ditayangkan seminggu sekali.

Tabel 3.16

Penilaian Ngobrol Bareng Cak Itok

Penilaian Cak Itok Penyajian Isi

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

sangat bagus 5 19,23% 7 26,92%

bagus 19 73,08% 17 65,38%

biasa saja 2 7,69% 2 7,69%

Gambar

Grafik 3.3  Status dalam Keluarga  4.  Pekerjaan Utama
Grafik 3.5  Agama Responden  7.  Pengeluaran per Bulan
Grafik 3.15  RRI sebagai Rujukan
Grafik 3.17  Penilaian Kualitas Suara
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan

Sebagai sebuah peta konsep spider web , tentu saja peta ini dapat dimaknai sebagai berikut; (1) bahwa setiap item yang terdapat dalam peta itu memiliki hubungan-hubungan, walau

207 Anggota KPU, KPU provinsi, KPU kabupaten /kota, PPK, PPS, dan PPLN tidak menindaklanjuti temuan Bawaslu, Panwaslu provinsi, Panwaslu kabupaten/kota, Panwaslu kecamatan,

Terbang Sultan Haji Ahmad Shah, bypass Kuantan, Lebuhraya Pantai Timur 3.. BIL ALAMAT HOMESTAY/HOTEL NO.DIHUBUNGI HARGA KEMUDAHAN CATATAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu kualitas pelayanan taman baca berpengaruh signifikan sebesar 43,4

Masyarakat adalah warga dari suatu kampung yang memiliki jalan fikiran masing masing, dan tentunya mereka semua tidak sejalan, mungkin sebagian kelompok mudah untuk diajak

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di Puskesmas Ranotana Weru maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan pada ibu postpatum

Dari pernyataan tersebut maka dijelaskan bahwa besarnya pembagian sisa hasil usaha kepada anggota koperasi sesuai dengan jasa yang diberikan kepada koperasi dan akan