• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2. Tinjauan tentang Aksesibilitas Program

Aksesibilitas berasal dari kata dasar akses (access dalam bahasa inggris) yang berarti jalan masuk. Aksesibilitas/accessibility berarti hal yang mudah dicapai. Artinya, aksesibilitas tidak hanya melihat faktor ketersediaan saja, tetapi juga kemudahan dalam mencapai ketersediaan tersebut. Secara umum, aksesibilitas erat kaitannya dengan ilmu geografi dan pelayanan bagi orang-orang berkebutuhan khusus. Hal ini sesuai dengan definisi Tamin (dalam Miro, 2009:18) yang berpendapat bahwa aksesibilitas adalah mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang bergerak diatasnya. Pendapat tersebut mendefinisikan aksesibilitas dalam kaitannya dengan konsep keterjangkauan sebuah lokasi dengan berbagai macam faktor pertimbangan.

18

Dalam definisi lain, aksesibilitas dapat pula diartikan sebagai kemudahan atau keterjangkauan terhadap suatu objek. Menurut Bambang Susantono (2004: 24) aksesibilitas merupakan suatu ukuran potensial atau kemudahan orang untuk mencapai tujuan dalam suatu perjalanan. Oleh karena itu, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi, sarana dan prasarana penghubung. Tingkat aksesibilitas sebuah daerah juga memperngaruhi tingkat mobilitas penduduknya baik dari luar ke dalam ataupun sebaliknya. Daerah seperti kawasan perumahan di tengah kota akan memiliki mobilitas penduduk yang tinggi jika dibandingkan dengan kawasan pedesaan di bawah kaki pegunungan dikarenakan akses terhadap fasilitas dan sarana prasarana yang mendukung.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa aksesibilitas memiliki konteks makna yang luas. Aksesibilitas merupakan level kemudahan dan keterjangkauan terhadap suatu objek dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang mempengaruhinya seperti: jarak, waktu, kondisi sarana prasarana, biaya, informasi dan pihak-pihak yang memiliki akses di dalamnya. Secara singkat aksesibilitas juga dapat diartikan sebagai seperangkat komponen yang dapat mempermudah jalannya sebuah proses.

b. Program Edukasi di KRKB Gembira Loka

KRKB Gembira Loka merupakan salah satu lembaga konservasi ex-situ yang ada di Provinsi DIY. Menurut peraturan Menteri Kehutanan No.

19

P.31/Menhut-II/2012 tentang lembaga konservasi, lembaga konservasi ex-situ adalah konservasi tumbuhan dan/atau satwa yang dilakukan diluar habitat aslinya. KRKB Gembira Loka sebagai lembaga konservasi ex-situ memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai tempat penelitian, edukasi, dan rekreasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Tirtodiprojo (2008: 44) yang menyatakan bahwa konsep Gembira Loka yang naturalistik, adalah sebagai wadah kegiatan rekreasi alami yang fungsi dan tujuannya sebagai tempat rekreasi, konservasi, penelitian dan edukasi, perkembangan ilmu zoology dan botani di Indonesia dan kesadaran masyarakat dalam merawat, menjaga dan melindungi flora dan fauna. Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa KRKB Gembira Loka sebagai lembaga yang bergerak dibidang konservasi khususnya konservasi ex-situ memiliki tiga fungsi penting yang harus dijalankan disamping fungsinya sebagai pusat konservasi flora dan fauna yaitu fungsi pendidikan, fungsi penelitian, dan fungsi rekreasi.

Salah satu dari ketiga fungsi tersebut yaitu fungsi edukasi. Fungsi edukasi menjadi penting adanya mengingat adanya fungsi ini menjadikan lembaga konservasi juga bertanggungjawab dalam mendidik generasi penerus agar dapat peduli terhadap lingkungan dan kelestarian satwa. Sebagai upaya dalam merealisasikan fungsi edukasi yang diemban, KRKB Gembira Loka membuat program-program edukatif namun dengan konsep yang menyenangkan yaitu Pembelajaran Luar Sekolah (PLS GL zoo) dan Satwa Masuk Sekolah (SMS). Pada penelitian ini, peneliti mengambil titik

20

fokus pada satu program edukasi yang diselenggarakan KRKB GembiraLoka yaitu program PLS GL zoo mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki. Program PLS GL zoo dirancang khusus untuk pelajar mulai dari tingkat TK hingga SMA sebagai salah satu upaya dalam pengenalan flora dan fauna serta pendidikan konservatif. Selain sebagai realisasi dari lembaga konservatif yang memiliki fungsi edukasi, program PLS GL zoo ini juga merupakan program CSR atau program sosial kemasyarakatan. Program CSR ini merupakan program sebagai implementasi tanggung jawab sosial yang dimiliki badan usaha atau perusahaan terhadap masyarakat disekitarnya. Oleh karena itu, program ini tidak berorientasi kepada keuntungan semata.

c. Komponen program PLS GL zoo

Komponen merupakan bagian-bagian dari sebuah sistem yang memiliki peran dalam berlangsungnya sebuah proses. Sedangkan yang dimaksud komponen pembelajaran yaitu kumpulan dari beberapa item/hal yang memiliki peran dan tugas masing-masing namun berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Komponen program PLS GL zoo mengacu pada komponen pembelajaran pada umumnya. Menurut Sumiati dan Asra (2009: 3) komponen pembelajaran dibagi dalam tiga kategori utama yaitu guru, isi atau materi pembelajaran, dan siswa. Lebih lanjut juga dijelaskan bahwa interaksi antara ketiga komponen tersebut juga melibatkan metode, media pembelajaran dan penataan lingkungan belajar sehingga tercapai situasi pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran.

21

Dari komponen pembelajaran yang telah diuraikan diatas, komponen program PLS GL zoo memiliki sedikit perbedaan baik dalam hal istilah maupun itemnya. Secara rinci, komponen program PLS GL zoo meliputi tujuan program, pemandu, peserta program, materi/isi, media pembelajaran, strategi pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Dalam komponen program PLS GL zoo tidak terdapat kurikulum yang baku, namun pemberian materi, pemilihan media, dan strategi yang digunakan disesuaikan dengan tingkatan perkembangan peserta baik dari segi usia maupun jenjang kelas yaitu dari PAUD hingga SMA.

d. Aksesibilitas program PLS GL zoo

Aksesibilitas merupakan suatu konsep yang luas dan fleksibel. Menurut Derek Halden Consultancy (2004) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa pemahaman mengenai aksesibilitas dapat dicirikan melalui tiga kategori pertanyaan yaitu:

1) Siapa atau dimana – aksesibilitas adalah bagian dari orang, atau tempat;

2) Apa peluang yang akan dicapai – meliputi fungsi dan aktivitas yang ada di dalamnya, atau sumber daya (termasuk orang-orang) yang memungkinkan orang dapat memenuhi kebutuhannya;

3) Bagaimana – faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akses terhadap suatu objek.

22

Dalam kaitannya dengan sebuah program khususnya program jasa, aksesibilitas berarti segala komponen yang seharusnya terlibat dalam proses berjalannya program agar program tersebut dapat berjalan dengan lancar dan sesuai tujuan serta sasaran dari program itu sendiri dengan melihat berbagai aspek untuk dipertimbangkan. Aksesibilitas program dalam kaitan dengan program PLS GL zoo sendiri terdiri dari: (1) pihak-pihak yang memiliki akses di dalam program PLS GL zoo baik sebagai konsumen maupun pelaksana kegiatan, (2) pelaksanaan program, (3) strategi dan kebijakan yang ambil dalam rangka memperluas aksesibilitas yang dimiliki, (4) fakor-faktor pendukung dan penghambat yang berkaitan dengan aksesibilitas program PLS GL zoo.

3. Tinjauan tentang Pembelajaran Luar Sekolah

Dokumen terkait