• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

3. Tinjauan tentang Pembelajaran Luar Sekolah

Menurut Trianto (2010:17), pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks dan tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Menurut Corey (dalam Syaiful Sagala, 2011:61) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses dari tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti yang dilakukan berdasarkan pada interaksi antara pengembangan dan

23

pengalaman yang dimiliki sehingga dapat pula merubah tingkah laku individu tersebut.

Kegiatan pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai komunikasi dua arah antara orang yang tahu dan orang yang tidak tahu. Dalam dunia persekolahan, kegiatan pembelajaran diidentikkan sebagai proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didiknya didalam kelas. Hal tersebut menyebabkan timbulnya pandangan bahwa sumber belajar utama yaitu seorang pendidik. Hal tersebut menyebabkan kegiatan pembelajaran berubah menjadi proses transfer pengetahuan pendidik ke peserta didik semata. Padahal sebenarnya masih banyak sumber belajar lain disekitar peserta didik yang dapat digunakan guna memperkaya dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. b. Tujuan Pembelajaran

Sifatnya yang disengaja dan terstruktur, menyebabkan sebuah pembelajaran pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai. Menurut H. Daryanto (2005: 58) definisi dari tujuan pembelajaran yaitu tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Tujuan pembelajaran harus dirumuskan berdasarkan pertimbangan yang matang dan kesesuaiannya dengan komponen pendidikan yang lainnya. Dalam arti lain, tujuan pembelajaran merupakan garis akhir yang harus dicapai ketika sebuah pembelajaran dapat dikatakan berhasil.

24

Pendapat serupa disampaikan oleh Wina (2008: 86) yang mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Perumusan tujuan pembelajaran penting adanya karena dapat dijadikan tolak ukur yang nyata dari keberhasilan dari proses pembelajaran dalam membentuk pola pikir dan tingkah laku siswa didik. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai juga menentukan langkah-langkah yang akan diambil sekolah maupun pendidik dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk mempermudah siswa dalam memperoleh pengetahuan dan pola pikir baru melalui rumusan yang terperinci dan nyata sehingga pencapaian yang diraih dapat diukur secara nyata.

c. Pengertian Pembelajaran Luar Sekolah

Pembelajaran luar sekolah merupakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan diluar ruangan atau sekolah dengan memanfaatkan media pembelajaran yang dapat mendukung terjadinya proses belajar. Dalam prosesnya kegiatan ini memcampurkan proses pendidikan nonformal ke dalam pendidikan formal guna memperoleh metode pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Lebih lanjut juga

25

dijelaskan mengenai pengertian pendidikan nonformal yaitu sebagai jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Oleh karena itu, pembelajaran luar sekolah merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh lembaga formal namun dengan perspektif nonformal.

Proses pembelajaran luar sekolah menekankan pada penggalian informasi dan pengetahuan secara mandiri oleh peserta didik. Hal ini dilakukan agar peserta didik memiliki ruang untuk bereksplorasi dan berkreasi terhadap apa-apa yang mereka temukan dilapangan. Pembelajaran model ini memungkinkan peserta didik untuk mengalami dan merasakan langsung, sehingga tidak hanya aspek kognitifnya saja yang akan berkembang, tetapi afektif dan psikomotoriknya juga. Kegiatan pembelajaran luar sekolah memanfaatkan lingkungan sekiatr sebagai sumber belajar guna memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Dalam hal ini, peneliti berfokus pada kegiatan pembelajaran luar sekolah yang diselenggarakan di kebun binatang khususnya KRKB Gembira Loka. Kegiatan pembelajaran tersebut meliputi: bina suasana, pojok kreatif, mengenal satwa (tour the zoo), dan pengulasan kembali (recalling).

d. Jenis-jenis Pembelajaran Luar Sekolah

Sebagai salah satu metode pembelajaran, pembelajaran luar sekolah dalam pelaksanaannya memiliki banyak jenis dan variasi. Menurut Agus (2016: 50) yang dimaksud sebagai metode pembelajaran yaitu cara yang

26

digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk tujuan pembelajaran. Diantara banyak jenis pembelajaran luar sekolah yang ada, peneliti akan menguraikan tiga jenis pembelajaran luar sekolah yang paling banyak dilaksanakan, yaitu:

1) Outing class

Outing class merupakan salah satu metode pembelajaran yang mulai popular khususnya dalam pendidikan anak usia dasar. Pembelajaran outing class adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan di luar ruangan kelas atau sekolah yang bertujuan membekali keterampilan anak didik dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki (Lenterahati. 2012 dalam Wijilestari 2013: 11). Dalam metode pembelajaran semacam ini, memungkinkan seorang pendidik dan peserta didik untuk membangun kedekatan yang lebih intim antar satu sama lain. Pembelajaran outing class dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran.

Menurut Komarudin (dalam Husamah, 2013: 19) outing class merupakan aktivitas yang dilakukan di luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas atau sekolah dan berada di lingkungan luar seperti bermain di lingkungan sekolah, taman, sawah, dan kegiatan yang sifatnya petualangan serta dapat mengembangkan aspek pengetahuan yang relevan. Peserta didik akan lebih mudah dalam memahami sebuah

27

konsep pengetahuan ketika mereka mengerjakan sambil mempraktekkan. Semakin banyak panca indera yang berinteraksi dalam sebuah pembelajaran, makan akan semakin baik pula pengetahuan tersebut disimpan oleh memori peserta didik.

Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa outing class bukan semata-mata kegiatan memindahkan lokasi belajar mengajar dari kelas ke alam bebas. Namun, perlu adanya upaya agar siswa dapat menyatu dengan alam dan melakukan beberapa aktivitas yang bermuara pada perubahan tingkah laku dan penambahan pengetahuan yang dimiliki. Aktivitas yang dilakukan dapat berupa olahraga, outbound, studi kasus, eksplorasi, pengamatan, dan lain-lain. Harapannya, siswa mampu menyikapi masalah yang dihadapi dengan kritis dan menyelesaikannya secara mandiri dengan belajar pada lingkungan sekitarnya.

2) Field Trip

Field trip ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, bengkel mobil, toserba, dan sebagainya (Asmani 2010: 150). Field trip adalah sebuah metode pembelajaran yang menggabungkan antara rekreasi dan belajar. Dalam proses field trip, peserta didik akan dapat menggunakan semua hal yang ada di lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar.

28

Pendapat lain disampaikan oleh Syaiful Sagala (2006: 214) yang menyebutkan metode field trip sebagai pesiar (ekskursi) yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Metode field trip sengaja dimasukkan kedalam kurikulum sekolah sebagai salah satu cara untuk menetralisir kejenuhan siswa akan proses belajar mengajar di dalam kelas yang cenderung monoton dan membosankan. Metode pembelajaran field trip juga dapat digunakan sebagai ajang peserta didik untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan yang di dapatnya di kelas dengan kehidupan nyata.

Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode field trip merupakan metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung siswa ke obyek di luar kelas atau di lingkungan yang berdekatan dengan sekolah agar siswa mendapatkan pengalaman belajar langsung dan dapat mengintegrasikan pengetahuan yang di dapatnya di kelas ke dalam kehidupan nyata.

3) Outbound

Menurut Muchlisin (2009: 11) outbound adalah usaha olah diri (olah pikir dan fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja dan prestasi dalam rangka melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi secara lebih baik lagi. Outbound bukan hanya bermakna kegiatan diluar, namun lebih dari itu

29

dimana peserta diajak untuk membuat terobosan-terobosan baru dan diajak untuk berfikir kreatif. Menurut Djamaludin (2007: 2) dalam dunia pendidikan sudah banyak lembaga yang menerapkan metode outbound dalam proses pengajarannya karena dinilai memberikan kontribusi positif terhadap kesuksesan belajar. Hal tersebut dikarenakan dalam proses outbound, peserta dituntut untuk dapat mandiri dalam menggali potensi yang dimiliki dalam suasana yang menyenangkan namun penuh tantangan sehingga muncul sebagai pribadi yang tangguh dan siap menghadapi masa depan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa outbound adalah kegiatan pembelajaran yang berada diluar ruangan atau luar sekolah dengan tujuan meningkatkan dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki melalui beberapa rangkaian kegiatan/permainan. Bentuk kegiatan outbound dapat berupa simulasi situasi dalam organisasi yang dikemas dengan bentuk permainan kreatif, rekreatif, dan edukatif baik secara individual maupun kelompok dengan tujuan untuk mengembangkan potensi diri baik secara individu maupun kelompok. e. Langkah-langkah Pembelajaran Luar Sekolah

Langkah merupakan tahapan yang harus dilaksanakan secara berurutan agar dapat mencapai tujuan atau maksud tertentu. Langkah-langkah Pembelajaran luar sekolah disusun guna mempermudah dan memperlancar proses berjalannya kegiatan. Langkah-langkah pembelajaran

30

luar sekolah dalam kajian ini akan difokuskan pada pelaksanaan program PLS GL zoo. Program PLS GL zoo merupakan program pendampingan yang dilakukan mahasiswa Jurusan PLS FIP UNY terhadap siswa siswi usia sekolah dasar yang mengikuti program PLS di KRKB Gembira loka.

Menurut Rokhmah (2012: 4), pendamping adalah perorangan atau lembaga yang melakukan pendampingan, dimana antara kedua belah pihak (pendamping dan didampingi) terjadi kesetaraan, kemitraan, kerjasama, dan kebersamaan tanpa ada batas golongan (kelas atau status sosial) yang tajam. Sedangkan yang dimaksud sebagai pendampingan yaitu suatu kegiatan yang disengaja dilaksanakan secara sistematis dan sesuai aturan karena pembelajaran tersebut terjadi ditempat kerja, dan pekerjaanya sesuai dengan apa yang dikerjakan. (Istiningsih, 2008: 85)

Program PLS GL zoo terdiri atas 3 tahapan pendampingan yaitu yang meliputi:

1) Perencanaan

Menurut Hamzah (2006: 2) perencanaan adalah kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Menurut Majid (2008: 15) perencanaan merupakan penyusunan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, perencanaan dibuat berdasarkan kebutuhan yang ada dan disusun dengan sistematis serta mudah dipahami.

31

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan kegiatan perencanaan yaitu kegiatan awal yang digunakan untuk membuat langkah sistematis guna mencapai tujuan yang diharapkan berdasarkan pada kebutuhan yang ada. Perencanaan memegang peranan penting dalam sebuah program ataupun kegiatan. Perencanaan digunakan untuk menjabarkan rangkaian langkah-langkah yang akan ditempuh dalam melaksanakan program. Perencanaan juga digunakan sebagai garis batas agar pelaksanaan kegiatan/program dapat tersusun secara sistematis dan mencapai tujuan yang diinginkan. Diharapkan dengan perencanaan yang matang, maka kegiatan/program yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan.

Kegiatan perencanaan dalam program PLS GL zoo selanjutnya dilanjutkan dengan persiapan materi, media pembelajaran, dan SDM pendamping. Materi dan media pembelajaran yang dipersiapkan disesuaikan dengan tahapan perkembangan siswa siswi sasaran kegiatan. Hal ini agar materi yang disampaikan selama kegiatan dapat diterima dengan baik oleh sasaran. Penyampaian materi dilaksanakan dengan metode belajar dan bermain. Sedangkan untuk SDM pendamping merupakan mahasiswa aktif jurusan PLS FIP UNY yang mendapatkan izin pengalihan perkuliahan pada hari itu. Jumlah pendamping yang diterjunkan disesuaikan dengan jumlah siswa siswi sasaran. Biasanya seorang pendamping diberikan tugas untuk memandu 15-20 orang siswa yang tergabung dalam 1 kelompok.

32 2) Pelaksanaan

Rencana yang telah disusun selanjutnya diimplementasikan dalam bentuk pelaksanaan kegiatan. Kegiatan pelaksanaan yang didahului dengan perencanaan yang matang dimaksudkan untuk meminimalkan hambatan yang mungkin ditemui dan menemukan alternatif solusinya. Menurut Sujarwo (2013: 38) guna mencapai tujuan yang hendak dicapai, fasilitator (pendamping) hendaknya memiliki kemampuan untuk memilih metode, media, alat evaluasi pembelajaran, dan memanfaatkannya secara tepat. Dalam program PLS GL zoo ini, tahapan pelaksanaan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a) Pengondisian peserta

Kegiatan pengondisian peserta didahului dengan penyambutan peserta dan guru pendamping. Selanjutnya peserta dikondisikan dengan berbaris sesuai dengan kelas atau kelompok masing-masing. Kegiatan ini bertujuan sebagai langkah perkenalan awal dalam upayanya membentuk kedekatan antara peserta dan pendamping. Kedekatan yang terjalin antar peserta dan pendamping akan mempermudah pendamping dalam memberikan penjelasan dan arahan selama program PLS GL zoo berlangsung.

b) Bina suasana

Kegiatan bina suasana diisi dengan perkenalan pendamping, permainan-permainan dan pembacaan peraturan selama program

33

berlangsung. Menurut Sujarwo (2013: 37) perkenalan menjadi sangat penting adanya guna membangun hubungan yang hangat antar fasilitator (pemandu) dan peserta didik. Permainan yang dilaksanakan dalam tahap bina suasana ini berisi permainan-permainan kecil yang selain menyenangkan namun juga terdapat nilai yang terkandung didalamnya. Permainan yang dilakukan biasanya merupakan permainan yang dapat melatih koordinasi gerak dan otak peserta program. Agar suasana hangat dapat terbangun diantara peserta dan pendamping, permainan juga diiringi lagu dan tanya jawab di dalamnya.

c) Pojok Kreatif

Pojok kreatif merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk menumbuhkan kreativitas peserta program. Pojok kreatif menggunakan media pembelajaran yang dapat menunjang proses pelaksanaan kegiatan. Pojok kreatif disesuaikan dengan tingkatan perkembangan peserta sasaran. Pengelompokan usia dan pojok kreatif yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: kelompok usia PAUD/TK hingga sekolah dasar kelas 1-2 menggunakan media mewarnai mahkota gajah; kelompok usia kelas 3-4 sekolah dasar menggunakan gantungan kunci satwa sebagai pojok kreatifnya; dan kelas 5-6 sekolah dasar hingga SMP menggunakan tabel pengelompokan binatang yang harus diisi sesuai petunjuk dan arahan pendamping. Kegiatan pojok kreatif ini merupakan salah satu

34

nilai tambah yang sengaja diadakan guna menunjang kegiatan wisata belajar di KRKB Gembira loka.

d) Tour the zoo

Kegiatan ini berisi kepemanduan dan penjelasan mengenai satwa-satwa yang ada di kebun binatang. Dalam kegiatan ini siswa bebas mengeksplorasi sumber-sumber belajar yang ada disekitarnya. Jika di dalam kelas, siswa hanya mampu melihat gambar, membayangkan dan berimajinasi tentang bentuk fisik satwa, dalam kegiatan ini siswa dapat secara langsung mengamati dan bereksplorasi secara mandiri. Tugas pendamping dalam kegiatan ini adalah sebagai fasilitator dan konsultan ketika siswa menemukan masalah dalam eksplorasinya. Selain bentuk fisik satwa, dengan bantuan guru dan pendamping, siswa juga dapat belajar mengenai karakteristik satwa yang juga dapat digunakan sebagai sumber belajar siswa. Kegiatan tour the zoo ini menggunakan langkah-langkah yang selain dapat menambah wawasan dan pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta kasih terhadap sesama dan cinta lingkungan dalam diri peserta program.

3) Evaluasi

Evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan

35

menyajikan informasi tentang suatu program yang digunakan sebagai dasar membuat keputusan dan menyusun program selanjutnya (Eko, 2009: 6). Sedangkan menurut Sudaryono (2012: 41) evaluasi kaitannya dengan sebuah program bertujuan untuk mengetahui pencapaian target program dan digunakan untuk menentukan seberapa jauh target program pengajaran tercapai. Tolak ukur yang digunakan yaitu tujuan awal yang tertera dalam perencanaan dari penyelenggaraan program itu sendiri.

Kesimpulannya, evaluasi merupakan pengumpulan data dan fakta mengenai pelaksanaan program beserta hambatan-hambatan yang ditemui untuk dapat dicarikan alternatif solusi guna pengembangan program. Tingkat kesesuaian antara hasil evaluasi dan tujuan awal menentukan berhasil tidaknya sebuah program/kegiatan dilaksanakan. Dalam kaitannya dengan program PLS GL zoo, evaluasi dilaksanakan melalui kegiatan yang disebut recalling. Recalling berisi pengulasan kembali apa-apa yang sudah dialami dan dapatkan oleh peserta program selama berkeliling kebun binatang. Pengulasan kembali dilakukan dengan metode bercerita dan sharing pengalaman antar peserta program. Dari kegiatan tukar cerita inilah akan timbul budaya diskusi dan saling menghargai sejak anak usia dini. Recalling berfungsi untuk mengetahui seberapa banyak peserta memahami materi yang telah diberikan oleh pemandu selama pelaksanaan progam PLS GL zoo (Sujarwo dalam JPPM, 4 (1), 2017, 90-100).

36

Selain itu, evaluasi program secara keseluruhan yang dilaksanakan diakhir periode program juga turut diselenggarakan guna perbaikan dan pengembangan program kearah yang lebih baik lagi. Kegiatan evaluasi ini diikuti oleh seluruh pihak yang terlibat dalam program PLS GL zoo. Harapan dari adanya kegiatan ini yaitu seluruh pihak dapat terlibat langsung dalam pengembangan dan pengambilan kebijakan mengenai program PLS GL zoo kedepannya.

4. Tinjauan tentang Pendidikan Luar Sekolah

Dokumen terkait