• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKSESIBILITAS PROGRAM PEMBELAJARAN LUAR SEKOLAH DI KEBUN RAYA KEBUN BINATANG (KRKB) GEMBIRA LOKA YOGYAKATA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AKSESIBILITAS PROGRAM PEMBELAJARAN LUAR SEKOLAH DI KEBUN RAYA KEBUN BINATANG (KRKB) GEMBIRA LOKA YOGYAKATA."

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

i

AKSESIBILITAS PROGRAM PEMBELAJARAN LUAR SEKOLAH DI KEBUN RAYA KEBUN BINATANG (KRKB) GEMBIRA LOKA

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Rahmat Dwi Sanjaya NIM 13102241045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

 Tebar kebaikan, tuai kebermanfaatan (Penulis)

 Jadikan setiap langkah yang dijalani sebagai perwujudan dari sebuah harapan dan mimpi yang dimiliki (Penulis)

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Atas karunia Allah SWT

Aku Persembahkan Karya Tulis ini Kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya serta do’a yang tidak pernah lupa mereka sisipkan, sehingga penulis dapat berhasil menyusun karya ini. Terimakasih atas semua pengorbanan yang telah diberikan.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar.

3. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mencari pengalaman yang sangat luar biasa.

(7)

vii

AKSESIBILITAS PROGRAM PEMBELAJARAN LUAR SEKOLAH DI KEBUN RAYA KEBUN BINATANG (KRKB) GEMBIRA LOKA

YOGYAKATA

Oleh

Rahmat Dwi Sanjaya NIM 13102241045

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang: (1) aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah, (2) faktor pendukung dan penghambat aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek penelitian ini yaitu bagian marketing, pemandu program, dan guru pendamping. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data komponensial secara induktif dengan metode interaktif yang meliputi: pengumpulan, reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan keabsahan data yang digunakan adalah trianggulasi sumber.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) aksesibilitas program PLS GL zoo terdiri dari pihak-pihak yang memiliki akses dan peranannya yaitu dinas pendidikan selaku pemberi izin, pengelola KRKB selaku pemegang kebijakan, Jurusan PLS selaku konseptor program dan penyedia SDM pemandu, sekolah selaku peserta program, serta media massa selaku penyebarluasan informasi; kebijakan dan strategi yang diterapkan yaitu potongan tarif, pemandu, dan membentuk bidang khusus; pelaksanaan program sudah sesuai dengan langkah-langkah dan mendapat tanggapan positif; serta upaya untuk memperluas aksesibilitas program yaitu membuat kebijakan baru, menjalin kerjasama, membuat buku informasi dan penambahan konten; (2) Faktor pendukung aksesibilitas program meliputi adanya kepedulian pihak mitra, kebijakan internal yang pro terhadap program, dan kebutuhan lembaga sekolah akan program pembelajaran luar sekolah. Faktor penghambat aksesibilitas program meliputi SDM pemandu yang statusnya masih mahasiswa, kebijakan sekolah, alokasi pendanaan pihak sekolah, dan lokasi.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Aksesibilitas Program Pembelajaran Luar Sekolah di Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta”, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melaksanakan kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana

sehingga studi saya berjalan dengan lancar.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan kelancaran dalam penyusunan skripsi.

4. Bapak Dr. Sujarwo, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan mengarahkan dan membimbing penulis hingga menyelesaikan skripsi. 5. Ibu Widyaningsih, M. Si., selaku dosen Penasehat Akademik yang selalu

memberikan motivasi dalam proses belajar dan penyusunan skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal proses penelitian ini.

7. Direktur Utama Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka, yang telah memberikan ijin dan bantuan untuk penelitian.

8. Bapak dan Ibu pengelola KRKB Gembira Loka, yang telah bersedia membantu dalam penelitian.

(9)

ix

10. Sahabat-sahabatku di grup Hi Skripsi Rita, Hikmah, dan Ngaesty yang selalu memberikan dorongan motivasi dan semangat dalam penulisan penelitian ini. 11. Semua teman-teman Jurusan Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2013 yang

telah memberikan bantuan dan motivasi untuk peneluisan penelitian ini. 12. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat

disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak diatas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca dan pihak lain yang membutuhkannya.

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

(11)

xi

1. Tinjauan tentang Wisata Belajar ... 12

a. Definisi Wisata Belajar ... 12

b. Tujuan Wisata Belajar ... 13

c. Program Wisata Belajar ... 14

d. Kelebihan dan Kekurangan Wisata Belajar ... 15

2. Tinjauan tentang Aksesibilitas Program ... 17

a. Definisi Aksesibilitas ... 17

b. Program Edukasi di KRKB Gembira Loka... 18

c. Komponen Program PLS GL zoo ... 20

d. Aksesibilitas Program PLS GL zoo ... 21

3. Tinjauan tentang Pembelajaran Luar Sekolah ... 22

a. Definisi Pembelajaran ... 22

b. Tujuan Pembelajaran ... 23

c. Pengertian Pembelajaran Luar Sekolah ... 24

d. Jenis-jenis Pembelajaran Luar Sekolah... 25

e. Langkah-langkah Pembelajaran Luar Sekolah ... 29

4. Tinjauan tentang Pendidikan Luar Sekolah ... 36

a. Definisi Pendidikan Luar Sekolah ... 36

b. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ... 38

5. Tinjauan tentang Kebun Binatang... 39

a. Pengertian Kebun Binatang ... 39

b. Wisata Belajar di Kebun Binatang ... 41

(12)

xii

C. Penentuan Subjek dan Objek Penelitian ... 49

D. Teknik Pengumpulan Data ... 52

E. Instrumen Penelitian ... 56

F. Teknik Analisis Data ... 59

G. Keabsahan Data... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 65

1. Lokasi dan Keadaan KRKB Gembira Loka ... 65

2. Profil KRKB Gembira Loka ... 66

3. Aksesibilitas Program PLS GL zoo ... 75

4. Faktor Pendukung dan Penghambat ... 91

B. Pembahasan ... 95

1. Aksesibilitas Program PLS GL zoo ... 95

2. Faktor Pendukung dan Penghambat ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 108

(13)

xiii

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 116

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ... 118

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ... 121

Lampiran 4. Catatan Lapangan ... 126

Lampiran 5. Hasil Dokumen Foto ... 141

Lampiran 6. Reduksi, Display, dan Kesimpulan ... 147

Lampiran 7. Bagan Struktur Organisasi ... 165

Lampiran 9. Data Reservasi Program PLS GL zoo Bulan Februari ... 166

Lampiran 10. Buku Informasi Program Edukasi ... 167

Lampiran 11. Surat Rekomendasi dari Dinas Pendidikan ... 177

Lampiran 12. Surat Rekomendasi dari Departemen Agama... 178

Lampiran 13. Surat Izin Penelitian dari Fakultas ... 179

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dari sekian banyak provinsi yang ada di Indonesia, Yogyakarta menjadi salah satu provinsi yang menyandang gelar daerah keistimewaan. Hal ini bukan tanpa alasan, sebagai contoh dari segi budaya masyarakat Yogyakarta masih memegang teguh adat istiadat warisan leluruh, segi pemerintahan yang masih menggunakan sistem kerajaan atau keraton, maupun kehidupan sosial masyarakatnya yang masih sangat kental dengan semangat gotong royong dan tolong menolong ditengah kebersahajaannya. Fakta tersebut merupakan beberapa alasan mengapa provinsi ini menyandang gelar sebagai daerah keistimewaan hingga saat ini. Selain menyandang gelar sebagai daerah keistimewaan, banyak lagi sebutan yang juga dapat digunakan untuk menyebut kota ini, seperti kota pendidikan, representasi indonesia dalam lingkup kecil, kota 1000 perguruan tinggi, kota wisata budaya, dan masih banyak lainnya. Keseluruhan gelar dan sebutan tersebut merupakan wujud cerminan dari kesuksesan lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam mengembangkan dan mengoptimalkan setiap potensi yang dimiliki. Tidak heran rasanya jika banyak masyarakat ataupun wisatawan yang juga ingin merasakan “keistimewaan” Kota Yogyakarta.

(18)

2

Pariwisata DIY pada tahun 2014, jumlah objek wisata yang ada di DIY yaitu sebanyak 132 objek wisata yang terdiri dari objek wisata alam, wisata budaya, dan desa/kampung wisata yang tersebar diseluruh wilayah DIY (visitingjogja.jogjaprov.go.id). Deretan objek wisata yang banyak terdapat di Yogyakarta tersebut seakan tak pernah kehilangan pesonanya untuk memikat para wisatawan. Selain karena banyaknya perguruan tinggi yang ada di kota ini, wisata belajar pun turut andil dalam mempromosikan Yogyakarta menjadi kota pendidikan. Wisata sambil belajar atau wisata belajar telah menjadi tren di Yogyakarta seiring bertambahnya pelajar maupun mahasiswa luar daerah yang memilih Yogyakarta sebagai tujuannya dalam mencari sekolah atau perguruan tinggi. Kondisi tersebut selain membawa dampak positif dalam dunia pendidikan di Yogyakarta, juga membawa beberapa dampak negatif yaitu semakin padatnya Yogyakarta dan daya saing yang semakin ketat dalam segala sektor kehidupan diakibatkan banyaknya perantau yang akhirnya menetap di Yogyakarta karena terhipnotis akan keistimewaannya.

(19)

3

Yogyakarta misal perpustakaan kota, taman pintar, museum, kampung cyber, kebun binatang, desa wisata, dan lain-lain. Konsep perpaduan antara wisata dan pendidikan yang banyak diterapkan dibanyak tempat wisata di Yogyakarta merupakan nilai jual positif yang mungkin tidak banyak ditemui di daerah-daerah lainnya. Hal ini akan semakin menyamarkan anggapan yang selama ini berkembang ditengah masyarakat bahwa pendidikan adalah sama dengan sekolahan. Padahal pendidikan tidak harus dilakukan di sekolah, tetapi dapat dilakukan dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun asalkan sesuai dengan nilai dan norma serta mengarah kepada hal yang positif.

(20)

4

yang mengharuskan sebuah perusahaan/lembaga bisnis untuk ikut peduli terhadap kehidupan masyarakat disekitarnya. Menurut European Commission (2006) Tanggung jawab sosial perusahaan adalah konsep dimana perusahaan mengintegrasikan perhatian pada aspek sosial dan lingkungan di dalam kegiatan bisnis dan interaksi dengan para pemangku kepentingan berdasar pada asas sukarela (dalam Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.2 No.1, Januari-Juni 2011). Di Indonesia sendiri, kebijakan mengenai program CSR diatur dalam Undang-undang Perseroan Terbatas (PT) No. 40 Tahun 2007 ayat 74 tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Impementasi dari program CSR ini, yaitu adanya program pembelajaran luar sekolah yang sudah berlangsung selama kurang lebih 4 tahun terakhir.

(21)

5

keterampilan dan keahlian dasar tertentu sebagai sarana menumbuhkan kreativitas siswa. Mahasiswa Jurusan PLS selaku pemandu juga sebelumnya telah dibekali mengenai apa-apa yang diperlukan selama kepemanduan di kebun binatang berlangsung. Pemandu program PLS GL zoo merupakan mahasiswa aktif Jurusan PLS khususnya yang tergabung dalam tim kepemanduan.

(22)

6

Jurusan PLS sebagai penyedia Sumber Daya Manusia dalam program ini selalu berupaya memperbaiki manajemen yang ada guna membuka akses yang seluas-luasnya bagi mahasiswanya untuk dapat berpartisipasi dalam program tersebut. Salah satu upaya yang ditempuh yaitu dengan membentuk tim inti yang fokus mengelola dan mengembangkan program PLS GL zoo agar dapat lebih baik lagi. Tim inti ini terdiri dari mahasiswa aktif PLS yang didampingi oleh seorang dosen pendamping serta telah diseleksi dan mengikuti serangkaian pembekalan. Upaya lain yang juga telah dilakukan oleh pihak Jurusan PLS yaitu dengan mengintegrasikan program PLS GL zoo ini kedalam beberapa mata kuliah. Hal ini bertujuan agar seluruh mahasiswa aktif Jurusan PLS dapat mengakses program ini secara bergiliran. Namun upaya-upaya tersebut dirasa masih belum mampu menjawab permasalahan yang ada khususnya dalam bidang Sumber Daya Manusia (SDM) kepemanduan program PLS GL zoo baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya.

(23)

7

di lingkup Kota Jogja. Metode sosialisasi yang digunakan yaitu secara langsung dengan membagikan selebaran dan undangan ke sekolah-sekolah dengan pelampiran surat rekomendasi untuk mengikuti program yang dikeluarkan oleh pihak Dinas Pendidikan DIY. Harga tiket khusus juga diberlakukan bagi pengunjung KRKB Gembira Loka yang merupakan peserta dari program PLS GL zoo. Keselurahan kebijakan tersebut diterapkan oleh pihak pengelola KRKB Gembira Loka guna mempermudah dan memperluas akses lembaga pendidikan terhadap program ini. Walaupun telah berjalan dengan baik, metode sosialisasi langsung yang diterapkan dirasa kurang efektif mengingat banyaknya SDM yang dibutuhkan dan luasnya daerah yang harus dijangkau. Hal ini kemungkinan besar akan berakibat pada tidak tersampaikannya informasi mengenai program PLS GL zoo ke sekolah sasaran dengan baik.

(24)

8

untuk menyebarluaskan informasi mengenai program ini. Menurut McQuail (2005: 3) media massa merupakan sumber kekuatan, alat kontrol manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. Oleh karena itu, optimalisasi peran media massa untuk penyebarluasan informasi mengenai program PLS GL zoo ini sangat penting diupayakan guna menambah aksesibilitas yang dimiliki.

Secara ringkas dalam empat tahun berjalannya program, permasalahan yang bersangkutan mengenai aksesibilitas program PLS GL zoo diantaranya yaitu belum maksimalnya koordinasi dengan Dinas Pendidikan DIY, terbatasnya sumber daya manusia (mahasiswa) selaku eksekutor dalam hal kualitas dan kuantitas yang dimiliki, kebijakan yang diambil oleh pihak pengelola GL zoo, dan kurangnya pelibatan peran media massa guna penyebarluasan informasi mengenai program tersebut. Permasalahan-permasalahan tersebut perlu segera diselesaikan agar tidak berlarut-larut dan mengganggu kelangsungan program kedepannya. Berdasarkan hal tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijabarkan diatas, telah teridentifikasi beberapa masalah, yaitu :

(25)

9

2. Belum adanya perhatian dan koordinasi yang baik antara Dinas Pendidikan DIY dengan KRKB Gembira Loka khususnya dalam hal sosialisasi program PLS GL zoo;

3. Minimnya sumber daya manusia yaitu mahasiswa selaku eksekutor program baik dalam hal kualitas maupun kuantitas;

4. Metode sosialisasi langsung yang diterapkan oleh pengelola KRKB Gembira Loka untuk program PLS GL zoo dirasa kurang efektif mengingat banyaknya SDM yang dibutuhkan dan luasnya daerah yang harus dijangkau;

5. Perlunya pengembangan terhadap konten dan media yang digunakan dalam pelaksanaan program PLS GL zoo;

6. Belum adanya pelibatan media massa guna penyebarluasan informasi mengenai program PLS GL zoo;

7. Belum diketahuinya aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogykarta baik bagi lembaga sekolah, mahasiswa, dan pihak KRKB Gembira Loka sendiri.

C. Fokus Penelitian

(26)

10 D. Rumusan Masalah

Dengan berdasarkan fokus penelitian di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dan diteliti yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogykarta?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogykarta?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dituliskan di atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk memperoleh informasi tentang aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogykarta;

2. Untuk mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogykarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, harapan tersebut antara lain:

1. Manfaat Teoritis

(27)

11 2. Manfaat Praktis

(28)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan tentang Wisata Belajar a. Definisi Wisata Belajar

Wisata diidentikkan sebagai kegiatan melepas penat dan kebosanan dari rutinitas sehari-hari. Selain hal tersebut, wisata juga dapat digunakan sebagai sarana refreshing sekaligus membelajarkan bagi anak-anak jika direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Banyak istilah yang dapat menggambarkan penggabungan antara wisata dan belajar, diantaranya karyawisata, studytour, wisata edukasi, outbound edukasi, outing class dan lain-lainnya. Menurut Husamah (2013: 53), pembelajaran melalui wisata belajar merupakan sebuah proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan kegiatan mempelajari sumber belajar yang ada di luar kelas, dengan tujuan agar siswa memiliki wawasan yang luas tentang bahan ajar yang dipelajari di dalam kelas. Sedangkan menurut Moeslichatoen (2007: 21), wisata belajar merupakan salah satu metode yang melaksanakan kegiatan pengajaran dengan dunia luar secara langsung yang mendorong anak untuk memperoleh kesan yang sesuai dengan apa yang diamati.

(29)

13

memperkaya wawasan dan pengetahuan siswa dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada dilingkungan sekitar. Kegiatan pembelajaran model ini akan membawa siswa untuk berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar sehingga siswa tidak hanya sekedar tahu teorinya saja tetapi dapat langsung mempraktekkan dan menerapkannya. Tugas guru dalam proses ini adalah sebagai fasilitator dan konsultan ketika siswa menemukan kesulitan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.

Wisata belajar dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek di luar sekolah. Hal ini memungkinkan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang mungkin tidak akan diperoleh ketika mereka melakukannya di dalam kelas. Ketika di kelas, pembelajaran yang dilaksanakan hanya akan melibatkan indera penglihatan dan pendengaran saja. Namun ketika siswa diajak langsung mengunjungi hal yang sedang mereka pelajari, siswa dapat melibatkan seluruh indera yang mereka miliki dalam upayanya bereksplorasi. Semakin banyak indera yang terlibat dalam sebuah proses pembelajaran, maka semakin baik pula ingatan akan hal tersebut tersimpan dimemori siswa.

b. Tujuan Wisata Belajar

(30)

14

1) Sebagai pembanding antara teori yang dipelajari siswa dikelas dengan keadaan atau praktek nyatanya di lapangan.

2) Untuk menghilangkan kejenuhan siswa dalam belajar. Kejenuhan yang terjadi saat proses pembelajaran menyebabkan materi yang disampaikan oleh guru tidak akan dipahami dan diserap dengan optimal oleh siswa.

3) Sebagai rekreasi belajar. Untuk menumbukhan motivasi siswa agar lebih giat lagi dalam mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa wisata belajar merupakan sebuah kegiatan pengayaan pembelajaran yang digunakan untuk mengeluarkan siswa dari kejenuhannya terhadap interaksi dalam kelas dengan tujuan agar siswa mampu kembali optimal dalam menyerap materi yang disampaikan oleh guru dalam proses belajar mengajar dikemudian hari. Wisata belajar juga bertujuan untuk mengembangkan kreativitas siswa, sehingga mampu memecahkan masalah yang dihadapi secara mandiri dan percaya diri.

c. Program Wisata Belajar

(31)

15

mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek di luar sekolah seperti pabrik, bengkel, peternakan, dan museum. Pernyataan diatas membuktikan program wisata belajar dapat diselenggarakan tidak terbatas dalam lingkungan lembaga persekolahan semata. Wisata belajar sebagai sebuah program pembelajaran dapat diselenggarakan diberbagai tempat, asal direncanakan dan dipersiapkan secara matang.

Program wisata belajar merupakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan memadukan unsur edukatif dan rekreatif. Menurut Aditya (2015: 9) program wisata belajar merupakan program yang dapat mendorong siswa untuk berpikir kreatif dengan bersumber pada pengetahuan-pengetahuan baru yang diperoleh siswa dengan mengalaminya langsung sehingga lebih mudah diingat dan dipahami. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa program wisata belajar merupakan program pembelajaran yang menggabungkan unsur edukatif dan rekreatif, dapat dilakukan diberbagai tempat serta dapat mendorong siswa untuk berpikir kreatif bersumber pada pengalaman yang didapatkannya secara langsung.

d. Kelebihan dan Kekurangan Wisata Belajar

(32)

16

1) Kegiatan belajar mengajar lebih bermakna sebab siswa memperolehnya dengan mengalaminya secara langsung;

2) Membangkitkan sisi eksporatif siswa dalam usahanya menyelesaikan sesuatu;

3) Memperlihatkan kondisi nyata di lapangan dengan mengintegrasikannya dengan pengajaran di dalam kelas sehingga menciptakan kepribadian yang komplit baik bagi guru maupun siswa; 4) Memperbanyak pengetahuan dan wawasan yang diperoleh siswa baik

di dalam maupun luar kelas;

5) Memberikan kesenangan siswa terhadap alam sekitarnya.

Dari sekian banyak kelebihan yang diperoleh siswa dengan mengikuti wisata belajar, terdapat beberapa kekurangan dari kegiatan ini. Menurut Husamah (2013: 55), kekurangan dari kegiatan wisata belajar yaitu:

1) Persiapan harus matang dan cenderung memakan waktu yang cukup lama;

2) Biaya yang relatif tinggi dan sarana prasarana yang relatif banyak; 3) Persiapan yang kurang matang akan memperngaruhi hasil yang

diperoleh dari kegiatan;

(33)

17

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sebagai salah satu kegiatan pembelajaran, wisata belajar memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari kegiatan wisata belajar banyak yang dapat langsung dirasakan siswa maupun guru ketika kegiatan tersebut berlangsung. Sedangkan untuk kekurangan yang dimiliki oleh kegiatan wisata belajar dapat ditanggulangi dengan perencanaan dan persiapan yang matang sebelum kegiatan akan dilaksanakan.

2. Tinjauan tentang Aksesibilitas Program a. Definisi Aksesibilitas

(34)

18

Dalam definisi lain, aksesibilitas dapat pula diartikan sebagai kemudahan atau keterjangkauan terhadap suatu objek. Menurut Bambang Susantono (2004: 24) aksesibilitas merupakan suatu ukuran potensial atau kemudahan orang untuk mencapai tujuan dalam suatu perjalanan. Oleh karena itu, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi, sarana dan prasarana penghubung. Tingkat aksesibilitas sebuah daerah juga memperngaruhi tingkat mobilitas penduduknya baik dari luar ke dalam ataupun sebaliknya. Daerah seperti kawasan perumahan di tengah kota akan memiliki mobilitas penduduk yang tinggi jika dibandingkan dengan kawasan pedesaan di bawah kaki pegunungan dikarenakan akses terhadap fasilitas dan sarana prasarana yang mendukung.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa aksesibilitas memiliki konteks makna yang luas. Aksesibilitas merupakan level kemudahan dan keterjangkauan terhadap suatu objek dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang mempengaruhinya seperti: jarak, waktu, kondisi sarana prasarana, biaya, informasi dan pihak-pihak yang memiliki akses di dalamnya. Secara singkat aksesibilitas juga dapat diartikan sebagai seperangkat komponen yang dapat mempermudah jalannya sebuah proses.

b. Program Edukasi di KRKB Gembira Loka

(35)

19

P.31/Menhut-II/2012 tentang lembaga konservasi, lembaga konservasi ex-situ adalah konservasi tumbuhan dan/atau satwa yang dilakukan diluar

habitat aslinya. KRKB Gembira Loka sebagai lembaga konservasi ex-situ memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai tempat penelitian, edukasi, dan rekreasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Tirtodiprojo (2008: 44) yang menyatakan bahwa konsep Gembira Loka yang naturalistik, adalah sebagai wadah kegiatan rekreasi alami yang fungsi dan tujuannya sebagai tempat rekreasi, konservasi, penelitian dan edukasi, perkembangan ilmu zoology dan botani di Indonesia dan kesadaran masyarakat dalam merawat, menjaga dan melindungi flora dan fauna. Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa KRKB Gembira Loka sebagai lembaga yang bergerak dibidang konservasi khususnya konservasi ex-situ memiliki tiga fungsi penting yang harus dijalankan disamping fungsinya sebagai pusat konservasi flora dan fauna yaitu fungsi pendidikan, fungsi penelitian, dan fungsi rekreasi.

(36)

20

fokus pada satu program edukasi yang diselenggarakan KRKB GembiraLoka yaitu program PLS GL zoo mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki. Program PLS GL zoo dirancang khusus untuk pelajar mulai dari tingkat TK hingga SMA sebagai salah satu upaya dalam pengenalan flora dan fauna serta pendidikan konservatif. Selain sebagai realisasi dari lembaga konservatif yang memiliki fungsi edukasi, program PLS GL zoo ini juga merupakan program CSR atau program sosial kemasyarakatan. Program CSR ini merupakan program sebagai implementasi tanggung jawab sosial yang dimiliki badan usaha atau perusahaan terhadap masyarakat disekitarnya. Oleh karena itu, program ini tidak berorientasi kepada keuntungan semata.

c. Komponen program PLS GL zoo

(37)

21

Dari komponen pembelajaran yang telah diuraikan diatas, komponen program PLS GL zoo memiliki sedikit perbedaan baik dalam hal istilah maupun itemnya. Secara rinci, komponen program PLS GL zoo meliputi tujuan program, pemandu, peserta program, materi/isi, media pembelajaran, strategi pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Dalam komponen program PLS GL zoo tidak terdapat kurikulum yang baku, namun pemberian materi, pemilihan media, dan strategi yang digunakan disesuaikan dengan tingkatan perkembangan peserta baik dari segi usia maupun jenjang kelas yaitu dari PAUD hingga SMA.

d. Aksesibilitas program PLS GL zoo

Aksesibilitas merupakan suatu konsep yang luas dan fleksibel. Menurut Derek Halden Consultancy (2004) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa pemahaman mengenai aksesibilitas dapat dicirikan melalui tiga kategori pertanyaan yaitu:

1) Siapa atau dimana – aksesibilitas adalah bagian dari orang, atau tempat;

2) Apa peluang yang akan dicapai – meliputi fungsi dan aktivitas yang ada di dalamnya, atau sumber daya (termasuk orang-orang) yang memungkinkan orang dapat memenuhi kebutuhannya;

(38)

22

Dalam kaitannya dengan sebuah program khususnya program jasa, aksesibilitas berarti segala komponen yang seharusnya terlibat dalam proses berjalannya program agar program tersebut dapat berjalan dengan lancar dan sesuai tujuan serta sasaran dari program itu sendiri dengan melihat berbagai aspek untuk dipertimbangkan. Aksesibilitas program dalam kaitan dengan program PLS GL zoo sendiri terdiri dari: (1) pihak-pihak yang memiliki akses di dalam program PLS GL zoo baik sebagai konsumen maupun pelaksana kegiatan, (2) pelaksanaan program, (3) strategi dan kebijakan yang ambil dalam rangka memperluas aksesibilitas yang dimiliki, (4) fakor-faktor pendukung dan penghambat yang berkaitan dengan aksesibilitas program PLS GL zoo.

3. Tinjauan tentang Pembelajaran Luar Sekolah a. Definisi Pembelajaran

(39)

23

pengalaman yang dimiliki sehingga dapat pula merubah tingkah laku individu tersebut.

Kegiatan pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai komunikasi dua arah antara orang yang tahu dan orang yang tidak tahu. Dalam dunia persekolahan, kegiatan pembelajaran diidentikkan sebagai proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didiknya didalam kelas. Hal tersebut menyebabkan timbulnya pandangan bahwa sumber belajar utama yaitu seorang pendidik. Hal tersebut menyebabkan kegiatan pembelajaran berubah menjadi proses transfer pengetahuan pendidik ke peserta didik semata. Padahal sebenarnya masih banyak sumber belajar lain disekitar peserta didik yang dapat digunakan guna memperkaya dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki.

b. Tujuan Pembelajaran

(40)

24

Pendapat serupa disampaikan oleh Wina (2008: 86) yang mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Perumusan tujuan pembelajaran penting adanya karena dapat dijadikan tolak ukur yang nyata dari keberhasilan dari proses pembelajaran dalam membentuk pola pikir dan tingkah laku siswa didik. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai juga menentukan langkah-langkah yang akan diambil sekolah maupun pendidik dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk mempermudah siswa dalam memperoleh pengetahuan dan pola pikir baru melalui rumusan yang terperinci dan nyata sehingga pencapaian yang diraih dapat diukur secara nyata.

c. Pengertian Pembelajaran Luar Sekolah

(41)

25

dijelaskan mengenai pengertian pendidikan nonformal yaitu sebagai jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Oleh karena itu, pembelajaran luar sekolah merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh lembaga formal namun dengan perspektif nonformal.

Proses pembelajaran luar sekolah menekankan pada penggalian informasi dan pengetahuan secara mandiri oleh peserta didik. Hal ini dilakukan agar peserta didik memiliki ruang untuk bereksplorasi dan berkreasi terhadap apa-apa yang mereka temukan dilapangan. Pembelajaran model ini memungkinkan peserta didik untuk mengalami dan merasakan langsung, sehingga tidak hanya aspek kognitifnya saja yang akan berkembang, tetapi afektif dan psikomotoriknya juga. Kegiatan pembelajaran luar sekolah memanfaatkan lingkungan sekiatr sebagai sumber belajar guna memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Dalam hal ini, peneliti berfokus pada kegiatan pembelajaran luar sekolah yang diselenggarakan di kebun binatang khususnya KRKB Gembira Loka. Kegiatan pembelajaran tersebut meliputi: bina suasana, pojok kreatif, mengenal satwa (tour the zoo), dan pengulasan kembali (recalling).

d. Jenis-jenis Pembelajaran Luar Sekolah

(42)

26

digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk tujuan pembelajaran. Diantara banyak jenis pembelajaran luar sekolah yang ada, peneliti akan menguraikan tiga jenis pembelajaran luar sekolah yang paling banyak dilaksanakan, yaitu:

1) Outing class

Outing class merupakan salah satu metode pembelajaran yang

mulai popular khususnya dalam pendidikan anak usia dasar. Pembelajaran outing class adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan di luar ruangan kelas atau sekolah yang bertujuan membekali keterampilan anak didik dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki (Lenterahati. 2012 dalam Wijilestari 2013: 11). Dalam metode pembelajaran semacam ini, memungkinkan seorang pendidik dan peserta didik untuk membangun kedekatan yang lebih intim antar satu sama lain. Pembelajaran outing class dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran.

(43)

27

konsep pengetahuan ketika mereka mengerjakan sambil mempraktekkan. Semakin banyak panca indera yang berinteraksi dalam sebuah pembelajaran, makan akan semakin baik pula pengetahuan tersebut disimpan oleh memori peserta didik.

Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa outing class bukan semata-mata kegiatan memindahkan lokasi belajar

mengajar dari kelas ke alam bebas. Namun, perlu adanya upaya agar siswa dapat menyatu dengan alam dan melakukan beberapa aktivitas yang bermuara pada perubahan tingkah laku dan penambahan pengetahuan yang dimiliki. Aktivitas yang dilakukan dapat berupa olahraga, outbound, studi kasus, eksplorasi, pengamatan, dan lain-lain. Harapannya, siswa mampu menyikapi masalah yang dihadapi dengan kritis dan menyelesaikannya secara mandiri dengan belajar pada lingkungan sekitarnya.

2) Field Trip

Field trip ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan

mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, bengkel mobil, toserba, dan sebagainya (Asmani 2010: 150). Field trip adalah sebuah metode pembelajaran yang menggabungkan

(44)

28

Pendapat lain disampaikan oleh Syaiful Sagala (2006: 214) yang menyebutkan metode field trip sebagai pesiar (ekskursi) yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Metode field trip sengaja dimasukkan kedalam kurikulum sekolah sebagai salah satu

cara untuk menetralisir kejenuhan siswa akan proses belajar mengajar di dalam kelas yang cenderung monoton dan membosankan. Metode pembelajaran field trip juga dapat digunakan sebagai ajang peserta didik untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan yang di dapatnya di kelas dengan kehidupan nyata.

Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode field trip merupakan metode penyampaian materi dengan cara membawa

langsung siswa ke obyek di luar kelas atau di lingkungan yang berdekatan dengan sekolah agar siswa mendapatkan pengalaman belajar langsung dan dapat mengintegrasikan pengetahuan yang di dapatnya di kelas ke dalam kehidupan nyata.

3) Outbound

(45)

29

dimana peserta diajak untuk membuat terobosan-terobosan baru dan diajak untuk berfikir kreatif. Menurut Djamaludin (2007: 2) dalam dunia pendidikan sudah banyak lembaga yang menerapkan metode outbound dalam proses pengajarannya karena dinilai memberikan kontribusi positif terhadap kesuksesan belajar. Hal tersebut dikarenakan dalam proses outbound, peserta dituntut untuk dapat mandiri dalam menggali potensi yang dimiliki dalam suasana yang menyenangkan namun penuh tantangan sehingga muncul sebagai pribadi yang tangguh dan siap menghadapi masa depan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa outbound adalah kegiatan pembelajaran yang berada diluar ruangan atau luar sekolah dengan tujuan meningkatkan dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki melalui beberapa rangkaian kegiatan/permainan. Bentuk kegiatan outbound dapat berupa simulasi situasi dalam organisasi yang dikemas dengan bentuk permainan kreatif, rekreatif, dan edukatif baik secara individual maupun kelompok dengan tujuan untuk mengembangkan potensi diri baik secara individu maupun kelompok.

e. Langkah-langkah Pembelajaran Luar Sekolah

(46)

30

luar sekolah dalam kajian ini akan difokuskan pada pelaksanaan program PLS GL zoo. Program PLS GL zoo merupakan program pendampingan yang dilakukan mahasiswa Jurusan PLS FIP UNY terhadap siswa siswi usia sekolah dasar yang mengikuti program PLS di KRKB Gembira loka.

Menurut Rokhmah (2012: 4), pendamping adalah perorangan atau lembaga yang melakukan pendampingan, dimana antara kedua belah pihak (pendamping dan didampingi) terjadi kesetaraan, kemitraan, kerjasama, dan kebersamaan tanpa ada batas golongan (kelas atau status sosial) yang tajam. Sedangkan yang dimaksud sebagai pendampingan yaitu suatu kegiatan yang disengaja dilaksanakan secara sistematis dan sesuai aturan karena pembelajaran tersebut terjadi ditempat kerja, dan pekerjaanya sesuai dengan apa yang dikerjakan. (Istiningsih, 2008: 85)

Program PLS GL zoo terdiri atas 3 tahapan pendampingan yaitu yang meliputi:

1) Perencanaan

(47)

31

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan kegiatan perencanaan yaitu kegiatan awal yang digunakan untuk membuat langkah sistematis guna mencapai tujuan yang diharapkan berdasarkan pada kebutuhan yang ada. Perencanaan memegang peranan penting dalam sebuah program ataupun kegiatan. Perencanaan digunakan untuk menjabarkan rangkaian langkah-langkah yang akan ditempuh dalam melaksanakan program. Perencanaan juga digunakan sebagai garis batas agar pelaksanaan kegiatan/program dapat tersusun secara sistematis dan mencapai tujuan yang diinginkan. Diharapkan dengan perencanaan yang matang, maka kegiatan/program yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan.

(48)

32 2) Pelaksanaan

Rencana yang telah disusun selanjutnya diimplementasikan dalam bentuk pelaksanaan kegiatan. Kegiatan pelaksanaan yang didahului dengan perencanaan yang matang dimaksudkan untuk meminimalkan hambatan yang mungkin ditemui dan menemukan alternatif solusinya. Menurut Sujarwo (2013: 38) guna mencapai tujuan yang hendak dicapai, fasilitator (pendamping) hendaknya memiliki kemampuan untuk memilih metode, media, alat evaluasi pembelajaran, dan memanfaatkannya secara tepat. Dalam program PLS GL zoo ini, tahapan pelaksanaan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a) Pengondisian peserta

Kegiatan pengondisian peserta didahului dengan penyambutan peserta dan guru pendamping. Selanjutnya peserta dikondisikan dengan berbaris sesuai dengan kelas atau kelompok masing-masing. Kegiatan ini bertujuan sebagai langkah perkenalan awal dalam upayanya membentuk kedekatan antara peserta dan pendamping. Kedekatan yang terjalin antar peserta dan pendamping akan mempermudah pendamping dalam memberikan penjelasan dan arahan selama program PLS GL zoo berlangsung.

b) Bina suasana

(49)

33

berlangsung. Menurut Sujarwo (2013: 37) perkenalan menjadi sangat penting adanya guna membangun hubungan yang hangat antar fasilitator (pemandu) dan peserta didik. Permainan yang dilaksanakan dalam tahap bina suasana ini berisi permainan-permainan kecil yang selain menyenangkan namun juga terdapat nilai yang terkandung didalamnya. Permainan yang dilakukan biasanya merupakan permainan yang dapat melatih koordinasi gerak dan otak peserta program. Agar suasana hangat dapat terbangun diantara peserta dan pendamping, permainan juga diiringi lagu dan tanya jawab di dalamnya.

c) Pojok Kreatif

(50)

34

nilai tambah yang sengaja diadakan guna menunjang kegiatan wisata belajar di KRKB Gembira loka.

d) Tour the zoo

Kegiatan ini berisi kepemanduan dan penjelasan mengenai satwa-satwa yang ada di kebun binatang. Dalam kegiatan ini siswa bebas mengeksplorasi sumber-sumber belajar yang ada disekitarnya. Jika di dalam kelas, siswa hanya mampu melihat gambar, membayangkan dan berimajinasi tentang bentuk fisik satwa, dalam kegiatan ini siswa dapat secara langsung mengamati dan bereksplorasi secara mandiri. Tugas pendamping dalam kegiatan ini adalah sebagai fasilitator dan konsultan ketika siswa menemukan masalah dalam eksplorasinya. Selain bentuk fisik satwa, dengan bantuan guru dan pendamping, siswa juga dapat belajar mengenai karakteristik satwa yang juga dapat digunakan sebagai sumber belajar siswa. Kegiatan tour the zoo ini menggunakan langkah-langkah yang selain dapat menambah wawasan dan pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta kasih terhadap sesama dan cinta lingkungan dalam diri peserta program.

3) Evaluasi

(51)

35

menyajikan informasi tentang suatu program yang digunakan sebagai dasar membuat keputusan dan menyusun program selanjutnya (Eko, 2009: 6). Sedangkan menurut Sudaryono (2012: 41) evaluasi kaitannya dengan sebuah program bertujuan untuk mengetahui pencapaian target program dan digunakan untuk menentukan seberapa jauh target program pengajaran tercapai. Tolak ukur yang digunakan yaitu tujuan awal yang tertera dalam perencanaan dari penyelenggaraan program itu sendiri.

(52)

36

Selain itu, evaluasi program secara keseluruhan yang dilaksanakan diakhir periode program juga turut diselenggarakan guna perbaikan dan pengembangan program kearah yang lebih baik lagi. Kegiatan evaluasi ini diikuti oleh seluruh pihak yang terlibat dalam program PLS GL zoo. Harapan dari adanya kegiatan ini yaitu seluruh pihak dapat terlibat langsung dalam pengembangan dan pengambilan kebijakan mengenai program PLS GL zoo kedepannya.

4. Tinjauan tentang Pendidikan Luar Sekolah a. Definisi Pendidikan Luar Sekolah

(53)

37

penyelenggaraan yang jelas mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi guna keberhasilan proses pembelajaran.

Pendidikan luar sekolah juga meliputi pendidikan informal. Namun terdapat perbedaan diantara keduanya yaitu jika pendidikan nonformal memiliki standarisasi dan terstruktur maka pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak terstruktur dan bahkan pelaksanaannya terkadang terjadi tanpa disadari. Namun, keduanya merupakan pendidikan yang dapat berlangsung sepanjang hayat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Marzuki (2010: 137) dalam bukunya “Pendidikan Non Formal” yang menyatakan

pendidikan informal sebagai proses belajar yang berlangsung sepanjang hayat dan terjadi pada setiap individu.

(54)

38

lebih menitikberatkan pembelajarannya pada pengembangan keterampilan dan pemberdayaan masyarakat.

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 26 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nonformal diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal guna mendukung pendidikan sepanjang hayat. Contoh dari beberapa program pendidikan nonformal yang sudah banyak ditemukan yaitu pendidikan kejar paket, Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), lembaga pelatihan kerja, kursus, bimbingan belajar, dan masih banyak lainnya. Lain program lain pula sasarannya, lain pula metode yang digunakan. Begitulah karakteristik pendidikan nonformal yang dianggap lebih sesuai dengan keadaan dan kebutuhan dari sasarannya.

b. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah

(55)

39

mampu menyentuh lapisan paling bawah masyarakat yang selama ini dianggap sebagai kaum yang tidak berdaya.

Sejalan dengan pendapat diatas, tujuan pendidikan luar sekolah juga tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1991 Bab II pasal 2 yang berbunyi :

1) Melayani Warga Belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sendini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya;

2) Membina Warga Belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah, atau melanjutkan ketingkat yng lebih tinggi;

3) Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.

Kesimpulannya, pendidikan luar sekolah merupakan upaya yang diselenggarakan guna meningkatkan kualitas sumber daya semaksimal mungkin dengan tujuan agar masyarakat mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki dalam rangka meningkatkan atau mewujudkan kesejahteraan sosialnya maupun negaranya.

5. Tinjauan tentang Kebun Binatang a. Pengertian Kebun binatang

(56)

40

Menurut Abdullah kebun binatang merupakan taman stwa yang artunya tempat atau wadah dengan fungsi utama konservasi ex-situ yang melakukan usaha perawatan dan penangkaran berbagai jenis satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam (dalam Jurnal Biologi Edukasi Online (JBE), 2010). Selain fungsinya sebagai tempat untuk konservasi seperti yang telah dijelaskan diatas, kebun binatang juga dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana memperoleh ilmu pengetahuan dan rekreasi. Oleh karena itu, kebun binatang sebagai lembaga konservasi mempunyai fungsi lebih dari sekedar pengembangbiakan dan pelestarian flora serta fauna. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.31/Menhut-II/2012 tentang lembaga konservasi yang menyebutkan bahwa kebun binatang sebagai lembaga konservasi juga memiliki fungsi sebagai tempat pendidikan, peragaan, penitipan sementara, sumber indukan dan cadangan genetik untuk mendukung populasi in-situ, sarana rekreasi yang sehat serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

(57)

41 b. Wisata Belajar di Kebun Binatang

Menurut Surakhmad dalam Suryaningsih (2012: 5) perjalanan wisata dalam rangka belajar merupakan bentuk pengalaman yang tidak pernah dapat diabaikan begitu saja, karena karyawisata sesungguhnya memberikan kesempatan pengalaman kongkrit secara terpimpin. Kegiatan wisata belajar merupakan salah satu alternatif pilihan kegiatan untuk mengoptimalkan penyampaian materi pembelajaran oleh pendidik. Pengoptimalan tersebut dikarenakan adanya integrasi materi pelajaran yang didapat siswa di kelas, dengan pengalaman langsung yang didapat siswa ketika melakukan wisata belajar. Hal inilah yang mendasari pentingnya kegiatan wisata belajar diinternalisasikan dalam kurikulum persekolahan.

Metode pembelajaran secara langsung dan nyata memiliki daya rangsang terhadap kreativitas anak lebih baik jika dibandingkan pembelajaran monoton yang terjadi di kelas. Menurut Aditya (2015: 14) penggunaan metode pembelajaran yang berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar akan meningkatkan daya kreativitas anak. Hal tersebut berhubungan langsung dengan proses dan kemapuan siswa dalam menyerap pengetahuan yang disampaikan oleh pendidik.

(58)

42

sosial siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Rohani (1990: 19) yang menyebutkan bahwa sumber belajar siswa tidak hanya terbatas pada apa yang disampaikan guru dan ada dalam buku tetapi diperlukan faktor penunjang lain seperti metode, media, dan fasilitas-fasilitas lain termasuk lingkungan belajar.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa wisata belajar di kebun binatang merupakan sarana rekreasi yang sekaligus dapat membelajarkan bagi anak-anak untuk mengoptimalkan perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik melalui kegiatan yang menyenangkan dan membelajarkan.

c. Fungsi Wisata Belajar di Kebun Binatang

(59)

43

Wisata belajar dikebun binatang sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat diintegrasikan kedalam kurikulum sekolah mengingat pentingnya kegiatan sejenis guna meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang dimiliki siswa. Menurut Moeslichatoen (2007: 72), anak yang dibawa ke kebun binatang akan memperoleh pemahaman penuh tentang bermacam kehidupan fauna yang ada ditempat tersebut sehingga dapat menciptakan sikap mencintai binatang. Tidak terbatas pada mempelajari bentuk fisiknya saja, lebih lanjut anak-anak dengan arahan guru ataupun pendamping pun dapat belajar mengenai karakteristik binatang. Karakteristik binatang dapat pula dijadikan sebagai sumber belajar tentang karakter bagi anak-anak. Karakter binatang misalnya gajah yang setia, merpati yang sehidup semati dengan pasangannya, dan karakter-karakter binatang lainnya dapat diajarkan kepada anak sehingga anak dapat membedakan karakter yang baik dan buruk dengan melihat karakter yang dimiliki binatang.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian berikut ini adalah penelitian yang dinilai relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan dengan mengangkat masalah antara lain:

(60)

44

luar sekolah di Gembira Loka Zoo serta faktor pendukung dan penghambat yang menyertainya.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyo Nugroho tahun 2013 Program Studi Pendidikan Geografi mengenai Aksesibilitas Halte dan Kualitas Pelayanan Trans Jogja dengan Keputusan Pengguna. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan aksesibilitas halte dengan keputusan pengguna, hubungan kualitas pelayanan Trans Jogja dengan keputusan pengguna serta hubungan aksesibilitas dan kualitas pelayanan Trans Jogja secara bersama-sama dengan keputusan pengguna.

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan dan belajar merupakan dua hal yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Pendidikan dapat diselenggarakan dimanapun dan dengan beragam metode. Proses belajar kearah yang lebih baik dan positif merupakan salah satu tujuan dari diselenggarakannya pendidikan. Lembaga penyedia fasilitas dan sarana belajar pun kita tidak terbatas pada lembaga persekolahan saja. Banyak juga tempat wisata yang menawarkan kegiatan wisata belajar guna menunjang aktivitas pembelajaran di kelas. Kesimpulannya, pendidikan tidak terbatas dalam sistem persekolahan semata. Pendidikan dapat dilaksanakan di objek-objek wisata atau biasa disebut sebagai wisata belajar.

(61)

45

PLS FIP UNY. Program kerjasama dalam bidang CSR tersebut diimplementasikan dengan mengadakan program Pembelajaran Luar Sekolah dengan sasaran utama yaitu anak-anak usia sekolah dasar. Program ini merupakan program pendampingan, dimana jurusan PLS FIP UNY berperan dalam penyediaan SDM pendamping kegiatan dan KRKB Gembira Loka sebagai penyedia fasilitas dan sumber belajar. Program kerjasama yang telah berlangsung selama kurang lebih 4 tahun ini diprioritaskan untuk sekolah-sekolah dasar yang ada dilingkup Kota Jogja. Kesimpulannya, KRKB Gembira Loka selaku objek wisata khususnya kebun binatang melaksanakan program wisata belajar yang dinamakan program pembelajaran luar sekolah dan bekerja sama dengan jurusan PLS FIP UNY.

Progam pembelajaran luar sekolah yang diselenggarakan di KRKB Gembira Loka (PLS GL zoo) meliputi: bina suasana, pojok kreatif, tour the zoo, dan recalling. Kegiatan ini memungkinkan anak untuk dapat mengembangkan jiwa eksploratif dan mandiri dalam menghadapi permasalahan yang ditemui. Metode pembelajaran luar sekolah juga diselenggarakan untuk mengurang kejenuhan peserta terhadap metode pembelajaran dikelas yang sifatnya kaku dan monoton. Kesimpulannya, program PLS GL zoo dilaksanakan dengan metode yang berbeda dengan pembelajaran di kelas guna menghindari kejenuhan siswa.

(62)

46

kebijakan yang diambil oleh pihak pengelola KRKB Gembira Loka, serta kurangnya pelibatan media massa sebagai sarana penyebarluasan informasi mengenai keberadaan program. Permasalahan-permasalah tersebut memunculkan banyak pertanyaan seperti sebenarnya pihak mana saja yang memiliki akses terhadap program ini, bagaimana tanggapan yang diberikan terhadap pelaksanaan program ini, apa saja kebijakan dan strategi yang telah diterapkan, apa upaya yang dilakukan untuk memperluas aksesibilitas program tersebut, dan apa saja faktor pendukung dan penghambat dari aksesibilitas program PLS GL zoo ini.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat diajukan pertanyaan penelitian yang dapat menjawab permasalahan yang akan diteliti yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta :

a. Siapa saja pihak-pihak yang memiliki akses terhadap program PLS GL zoo?

b. Apa saja peran masing-masing pihak tersebut dalam program PLS GL zoo?

(63)

47

d. Bagaimana pelaksanaan program PLS GL zoo dilihat dari segi aksesibilitasnya?

e. bagaimana strategi dan upaya yang akan ditempuh guna memperluas aksesibilitas program PLS GL zoo kedepannya?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogykarta.

(64)

48 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong (2012: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan baik secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan aspek-aspek secara holistik terkait aksesibilitas program PLS GL zoo.

(65)

49

kebijakan yang sudah diterapkan; dan (d) upaya untuk memperluas aksesibilitas program PLS GL zoo kedepannya.

B. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di KRKB Gembira Loka yang beralamatkan di Jl. Kebun Raya No. 2, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi tersebut dipilih sebagai setting penelitian dengan alasan sebagai berikut:

1. Akses transportasi yang mudah dikarenakan letak KRKB Gembira Loka berada di tengah kota;

2. KRKB Gembira loka merupakan tempat berlangsungnya program;

3. Keseluruhan narasumber yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data dapat ditemui dilokasi tersebut

4. Lokasi tersebut mudah dijangkau oleh peneliti sehingga memungkinkan penelitian dapat berjalan lancar;

5. Sikap terbuka yang ditunjukkan oleh pihak pengelola KRKB Gembira Loka dalam aktivitas penelitian dan pengumpulan data.

C. Penentuan Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Sumber data atau informan bisa berupa orang, dokumentasi (arsip), atau berupa kegiatan. Pemilihan subjek penelitian dilakukan menggunakan teknik pengambilan sampel secara bertujuan (purposive sampling technique). Penentuan ini berdasarkan pernyataan Sugiyono (2010: 300)

(66)

50

diobservasi dilakukan secara purposive sampling, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.

Subjek dalam penelitian ini adalah pemandu dan guru pendamping dari sekolah peserta program PLS GL zoo. Selain subjek utama tersebut, peneliti juga mengumpulkan data melalui sumber informasi atau key informan. Sumber informasi atau key informan yang memiliki cukup informasi tentang fokus penelitian adalah bagian marketing KRKB Gembira Loka Yogyakarta. Sumber informasi atau key informan dalam penelitian ini adalah informan yang dipilih secara purposive dengan pertimbangan memiliki cukup informasi dan mengetahui tentang aksesibilitas program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka Yogyakarta. Maksud dari pemilihan subjek ini adalah untuk mendapat sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber sehingga data yang diperoleh valid dan dapat diakui kebenarannya.

Subjek penelitian yang menjadi key informan adalah bapak MS dan bapak YH. Berikut merupakan deskripsi dari key informan penelitian yaitu:

a. Bapak MS adalah salah satu staff bagian marketing di KRKB Gembira Loka. Beliau menjabat sebagai kepala bidang pendidikan sejak bagian marketing dipecah menjadi 3 bidang pada 2016.

(67)

51

Tabel 1. Sumber Data Penelitian (Key Informan)

No. Nama Umur Jabatan di KRKB Gembira Loka

1 MS 39 Kepala Bidang Pendidikan

2 YH 31 Kepala Bidang Humas

Subjek penelitian yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Ibu TSN dan Ibu SM selaku guru pendamping serta RA dan HKA selaku pemandu program PLS GL zoo. Berikut merupakan deskripsi dari informan penelitian yaitu:

a. Ibu TSN merupakan salah satu guru pendamping dari sekolah peserta program PLS GL zoo di bulan februari. Beliau berumur 45 tahun dan sekarang menduduki jabatan sebagai kepala sekolah.

b. Ibu SM merupakan salah satu guru pendamping dari sekolah peserta program PLS GL zoo di bulan februari. Beliau berumur 40 tahun dan sekarang menduduki jabatan sebagai salah satu guru kelas.

c. RA merupakan salah satu pemandu PLS GL zoo yang tergabung sebagai tim inti yaitu sebagai koordinator umum pada periode 2015/2016. RA berusia 20 tahun dan masih berstatus sebagai mahasiswa aktif di Jurusan Pendidikan Luar Sekolah.

(68)

52

Tabel 2. Sumber Data Penelitian (Informan)

No. Nama Umur Jabatan

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang

terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu (Sugiyono, 2010: 297-298)

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diketahui objek yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta.

D. Teknik Pengumpulan Data

(69)

53

(2010: 306) peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan.

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan

data lebih banyak pada observasi berperanserta (participan observation), wawancara mendalam (in depth interview), dan dokumentasi (Sugiyono, 2010: 309). Untuk mendapatkan data mengenai aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta maka digunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dapat diperoleh dari staff marketing, mahasiswa selaku pemandu kegiatan, serta pihak sekolah selaku peserta program PLS GL zoo. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

(70)

54

kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Suharsimi Arikunto, 2010: 199).

Teknik observasi digunakan peneliti karena peneliti ingin mengetahui secara langsung apa saja yang dilakukan atau yang terjadi di lapangan mengenai aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta. Teknik ini difokuskan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan program, kondisi fisik daerah penelitian, dan penerapan kebijakan yang berkaitan dengan program PLS GL zoo. Dari observasi yang dilakukan akan menghasilkan pengamatan mengenai aktivitas-aktivitas yang relevan dan berkaitan dengan aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah. Observasi dilakukan pada aspek fisik dan non fisik yang berkaitan dengan aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta guna kepentingan penarikan kesimpulan dari data yang telah diperoleh.

2. Wawancara

(71)

55

makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dilakukan dengan bertatap muka secara langsung dengan narasumber (face to face). Proses wawancara yang dilakukan disesuaikan dengan pedoman wawancara yang telah peneliti susun sebelum kegiatan berlangsung.

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi dari semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka. Dalam penelitian ini menggunakan wawancara semi struktur. Hal ini dikarenakan wawancara tersebut sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Selain itu dalam wawancara ini pihak yang diwawancarai dimintai pendapat dan ide-idenya. Teknik wawancara ini digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data mengenai pihak-pihak yang memiliki akses terhadap program serta peranannya terhadap program dalam konteks aksesibilitasnya dan upaya yang akan dilakukan untuk memperluas aksesibilitas program PLS GL zoo. Melalui teknik ini, diharapkan dapat mempermudah peneliti dalam memperoleh data yang valid sesuai keadaan di lapangan untuk membantu proses penelitian yang dilakukan.

3. Dokumentasi

(72)

56

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelititan kualitatif (Sugiyono, 2010: 329). Teknik dokumentasi telah lama dipergunakan dalam penelitian sebagai sumber data. Karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk mengkaji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2012: 217).

Penggunaan studi dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi data yang tidak dapat diperoleh melalui wawancara dan observasi. Data yang dimaksud yaitu berupa foto, dokumen, maupun arsip yang berkaitan dengan kegiatan pelaksanaan program PLS GL zoo. Harapannya, data yang diperoleh dari metode dapat menambah serta melengkapi data yang terkumpul dari dua teknik pengumpulan data lainnya guna kepentingan penarikan kesimpulan.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen utama dan pendukung. Baik instrumen utama ataupun instrumen pendukung dalam penelitian ini, diharapkan mampu memberikan informasi yang dapat memudahkan peneliti mendapatkan data secara optimal. Instrumen dalam penelitian ini di antaranya adalah:

1. Peneliti sebagai instrumen utama.

2. Buku catatan sebagai instrumen pendukung.

(73)

57

Sugiyono (2010: 306) berpendapat bahwa peneliti kualitatif merupakan instrumen utama penelitian, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Nasution dalam Sugiyono (2010: 307) mengatakan peneliti sebagai instrumen utama memiliki ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia. 4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami

dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan.

(74)

58

7. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang berbeda dan bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Tabel 3. Teknik Pengumpulan Data Mengenai Aksesibilitas Program Pembelajaran Luar Sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta

No Aspek Sumber Teknik

Pengumpulan Data 1 Pihak-pihak yang

memiliki akses terhadap program PLS GL zoo dan peranannya

3 Kebijakan serta strategi yang telah diterapkan

4 Upaya dan strategi yang dipilih guna memperluas

(75)

59 F. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2010: 333) mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam. Sugiyono (2010: 335) menerangkan bahwa teknik analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan atau menjadi hipotesis, kemudian data disimpulkan. Apabila penyimpulan tersebut diterima maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.

Macam-macam teknik analisis data kualitatif menurut Spradley dalam Sugiyono (2010: 348) sebagai berikut:

1. Analisis domain (domain analysis). Memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek/ penelitian atau situasi sosial. Ditemukan berbagai domain atau kategori. Diperoleh dengan pertanyaan grand dan minitour. Peneliti menetapkan domain tertentu sebagai pijakan untuk

peneliti selanjutnya. Makin banyak domain yang dipilih, maka akan semakin banyak waktu yang diperlukan untuk penelitian.

2. Analisis taksonomi (taxonomic analysis). Domain yang dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi lebih rinci, untuk mengetahui struktur internalnya. Dilakukan dengan observasi terfokus.

(76)

60

Dilakukan melalui obervasi dan wawancara terseleksi dengan pernyataan yang mengontraskan (contrast question).

4. Analisis tema kultural (discovering cultural theme). Mencari hubungan diantara domain, dan bagaimana hubungan dengan keseluruhan, dan selanjutnya dinyatakan kedalam tema judul penelitian.

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis komponensial yang dilakukan secara induktif. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Model interaktif yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif Sumber: Miles dan Huberman (dalam M. Djamal 2015: 146)

Adapun komponen-komponen analisis data Model Interaktif diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan atau

Gambar

Tabel 1. Sumber Data Penelitian (Key Informan)
Tabel 2. Sumber Data Penelitian (Informan)
Tabel 3. Teknik Pengumpulan Data Mengenai Aksesibilitas Program Pembelajaran Luar Sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta
Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menjalani suatu hubungan antara sesama manusia harus dilandasi dengan Akhlak mulia (Akhlak yang terpuji).. hanya dirasakan oleh manusia itu sendiri dalam

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan atau

Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan polutan NH 4 Cl dan Pantai, dapat diketahui bahwa kenaikan persentase bahan pengisi silane menyebabkan sudut kontak

Key words: Continuity, compactness, fixed points, integral equations, Liapunov

Membawa dokumen asli atau fotocopy yang dilegalisir untuk semua berkas sesuai dengan Dokumen Penawaran dan Isian Kualifikasi Saudara. Menyerahkan berkas-berkas asli penawaran dan

Salah satu alternatif pengendalian vektor penyakit demam berdarah dengue adalah dengan membuat sabun mandi yang telah dikombinasikan dengan ekstrak daun kecombrang yang diduga

Sistem terintegrasi ini memiliki proses kerja yaitu sistem PDAM akan mengirimkan pemberitahuan pada sistem web yang di bengkel setelah sampai pada tahap order kerja

Ketidakpuasan yang dirasakan tersebut dapat dilihat pada kebersihan toilet, kebersihan ruang ganti, kenyamanan toilet, kenyamanan ruang ganti, sirkulasi udara ruangan, kualitas