• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

7. Tinjauan tentang Belajar

Belajar adalah salah satu kata kerja yang sangat lekat dalam kehidupan manusia sehari-hari. Seseorang dapat dikatakan mulai belajar saat lahir di dunia. Ketika lahir di dunia, manusia mulai belajar dengan

mengenal lingkungan sekitarnya mulai dari hal yang sederhana hingga kompleks sesuai dengan perkembangannya. Belajar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.

Belajar menurut Sandiman (1986: 1) adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Tanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik) maupun nilai dan sikap (afektif) (Sandiman, 1986: 1). Hal inilah yang membuat kata belajar menjadi istimewa karena dalam kegiatan belajar, tidak hanya sekedar menambah ilmu pengetahuan saja tetapi juga meningkatkan keterampilan yang kita miliki dan dapat menumbuh kembangkan sikap-sikap baik dalam diri.

Belajar juga diartikan sebagai proses untuk merubah diri seseorang (peserta didik) agar memiliki pengetahuan, sikap dan tingkah melalui latihan, baik latihan yang penuh dengan tantangan atau melalui pelbagai pengalaman yang telah terjadi (Sulistyorini, 2009: 6). Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Tentu saja, ketika seorang peserta didik belajar terlebih peserta didik Sekolah Dasar, peserta didik tersebut akan melihat, meniru dan melakukan suatu hal yang sama seperti guru atau orang yang mengajarkan. Dengan begitu, peserta didik mulai menerima informasi sebagai stimulus dan memberi respon sehingga ia memiliki pemahaman

atau perilaku baru. Pada setiap tahap pembelajaran, peserta didik harus didampingi oleh guru. Tugas guru tidak hanya menilai kemajuan peserta didik namun guru adalah sebagai pamong dan harus membimbing peserta didik untuk dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan setiap peserta didik termasuk peserta didik yang berkesulitan belajar.

Slameto (2010: 2) juga mengungkapkan mengenai pengertian belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan salah satu bentuk usaha di mana seseorang memperoleh suatu ilmu bukan dengan sikap pasif, tetapi harus aktif. Keaktifan membuat proses belajar menjadi cepat sehingga wawasan di luar pengetahuan peserta didik tersebut lebih pesat bertambah dan berkembang daripada yang pasif.

Dapat disimpulkan dari pendapat para ahli bahwa belajar merupakan sebuah proses perubahan menjadi lebih baik lagi oleh seseorang sehingga dapat meningkatkan sikap atau perilaku, cara berpikir, kreativitas dan keterampilannya melalui interaksi dengan lingkungannya.

b. Prinsip-prinsip Belajar

Belajar tentu memiliki prinsip. Prinsip dipandang sebagai dasar pokok untuk berpikir atau melakukan sesuatu. Prinsip inilah yang menguatkan proses belajar. Dengan adanya prinsip dalam sebuah

pembelajaran, pendidik mampu meningkatkan mutu pembelajaran sehingga peserta didik mencapai keberhasilan belajarnya.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 42), prinsip-prinsip belajar meliputi perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung atau berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, dan terakhir adalah perbedaan individu. Prinsip-prinsip tersebutlah yang dibutuhkan peserta didik dalam melaksanakan sebuah kegiatan belajar. Perhatian dan motivasi merupakan peranan yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada peserta didik apabila bahan yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Selain perhatian, motivasi juga menjadi prinsip penting dalam belajar. Motivasi adalah tenaga yang dapat menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang dalam kehidupan (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 42). Motivasi dapat bersifat internal atau datang dari dalam dirinya sendiri atau dapat bersifat eksternal yang datang dari pengaruh orang lain. motivasi belajar dapat ditingkatkan apabila didukung oleh kedua faktor tersebut yaitu dengan memperhatikan ketertarikan oleh peserta didik dan pembelajaran yang mendukung ketertarikan tersebut.

Dalam melaksanakan pembelajaran, prinsip belajar akan membantu seorang pendidik dalam memilih tindakan yang tepat sehingga dapat memaksimalkan proses pembelajaran (Suprihatiningrum, 2016: 99). Prinsip-prinsip yang perlu dijadikan dasar belajar adalah perhatian dan

motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual (Dimyati dalam Suprihatiningrum, 2016: 100). Salah satu prinsip belajar yang terlihat nyata adalah perbedaan individu. Setiap kelas memiliki jumlah peserta didik yang tidak sama serta memiliki keberagaman karakteristik yang artinya peserta didik dalam suatu kelas bersifat heterogen (Suprihatiningrum, 2016: 104). Pendidik harus melihat setiap perbedaan setiap individu dan berusaha memfasilitasinya dalam kegiatan belajar.

Baharuddin dan Esa (2015: 19) mengungkapkan prinsip belajar yang utama adalah harus memperhatikan dari segi objeknya yaitu peserta didik. Pertama, peserta didik adalah objek dalam kegiatan belajar. Apa pun yang dipelajari oleh peserta didik, maka dialah yang akan belajar. Kedua, setiap peserta didik akan belajar sesuai dengan tingkatan kemampuannya. Penting untuk guru, agar selalu memperhatikan karakteristik peserta didik karena setiap kemampuan yang dimiliki tidak sama. Ketiga, peserta didik sangat membutuhkan penguatan agar dapat belajar dengan baik. Penguatan yang dimaksud adalah dorongan untuk belajar. Dorongan ini dapat berbentuk dukungan sebagai stimulus atau dapat dilakukan dengan menggunakan cara atau metode yang memungkinkan adanya penguatan seperti eksperimen, diskusi, tanya jawab dan lainnya (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 49). Keempat, penguasaan seluruh materi pembelajaran oleh peserta didik membuat proses belajar akan lebih berarti. Jika peserta didik mampu memahami

dan mengerti setiap pembelajaran yang sudah diberikan, maka dapat dikatakan bahwa peserta didik telah melakukan proses belajar dengan baik. Kelima, motivasi belajar peserta didik akan lebih meningkat jika diberikan tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas proses belajarnya. Peserta didik memiliki karakter yang berbeda begitu pula dengan cara belajar. Pendidik harus mampu mengetahui cara belajar peserta didik yang beragam sehingga dapat terhindar dari pemusatan metode atau cara belajar oleh salah satu peserta didik.

Dari ketiga pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah fokus guru kepada peserta didik yang meliputi perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung dalam proses pembelajaran, penguatan, pengulangan dan tantangan, dan perbedaan individu.

c. Pengertian Minat Belajar

Kegiatan belajar mengajar membutuhkan minat. Minat merupakan salah satu kecenderungan rasa suka terhadap suatu benda atau kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila materi pelajaran yang akan dipelajari tidak sesuai dengan minat peserta didik, maka peserta didik tidak akan belajar dengan baik karena tidak adanya daya tarik untuk mempelajari.

Dalam bukunya, Slameto (2010: 180) menjelaskan mengenai pengertian minat yaitu, suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya

adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar pula minat. Slameto (2010: 181) mengungkapkan bahwa minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Maka, minat terhadap sesuatu yang sedang dipelajari akan mempengaruhi minat belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru lainnya. Diketahui bahwa unsur timbulnya minat adalah perhatian dan rasa senang atau suka. Seorang peserta didik yang memiliki minat terhadap subjek atau objek tertentu, cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar pada subjek atau objek itu karena hal tersebut juga menjadi kesukaan bagi peserta didik tersebut. Maka, akan timbul ketertarikan oleh peserta didik kemudian akan timbul motivasi untuk lebih mengetahuinya. Perhatian itu terjadi ketika peserta didik mulai mengarahkan panca indera atau sistem persepsinya untuk menerima informasi tentang sesuatu. Maka, dapat dikatakan bahwa indikator terbentuknya minat adalah dengan adanya perhatian dan rasa senang atau suka terhadap sesuatu yang muncul dari dalam dirinya sendiri.

Baharuddin dan Esa (2015: 29) juga mengungkapkan definisi minat sebagai kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi, disebabkan ketergantungan terhadap berbagai faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Jika seorang peserta didik merasa ingin tahu, menaruh

perhatian dan bermotivasi tinggi untuk kebutuhannya, maka itu disebut peminatan (Baharuddin dan Esa, 2015: 30). Penting untuk meningkatkan minat belajar peserta didik dengan cara membuat materi pembelajaran semenarik mungkin agar tidak membosankan. Baik dari segi buku pembelajarannya, desain pembelajarannya ataupun media yang digunakan sebagai penarik perhatian. Pemilihan jurusan atau bidang studi juga mampu meningkatkan minat seseorang. Karena dengan memilih jurusan yang diinginkan, ia akan lebih tertarik untuk mendalaminya. Dengan begitu, indikator terbentuknya minat adalah ketika seseorang mempunyai rasa perhatian dan motivasi tinggi untuk tahu tentang sesuatu yang menarik keingintahuannya.

Minat menurut Djamarah (2011: 166) merupakan kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas, maka seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat dapat diartikan sebagai rasa lebih suka atau senang dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat terhadap sesuatu itu, dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya. Jadi, akan banyak tumbuh minat pada diri seseorang dengan berjalannya waktu. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan belajar. Peserta didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan bersungguh-sungguh karena hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri baginya. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan

minat peserta didik didik agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami peserta didik. Salah satunya adalah dengan menggunakan berbagai macam bentuk kegiatan belajar, metode, tehnik bahkan media pembelajaran yang menarik bagi peserta didik. Minat belajar yang besar, cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah (Dalyono dalam Djamarah, 2011: 191). Maka indikator terbentunya minat adalah karena adanya kecenderungan untuk selalu memperhatikan sesuatu secara konsisten dan mengikuti suatu kegiatan dengan rasa senang atas ketertarikkannya terhadap sesuatu.

Menurut pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa minat merupakan sebuah kecenderungan untuk menyukai suatu aktivitas dan memiliki daya tarik tinggi untuk mengetahuinya secara lebih. Minat dapat ditandai dengan adanya indikator senang atau suka, motivasi, menetapkan perhatian dan ketertarikan. Berdasar pada indikator minat yang telah dikemukakan oleh ahli, peneliti mengambil indikator minat yang akan diteliti adalah rasa senang yaitu ditandai dengan adanya semangat atau tidak mengeluh saat belajar dan perhatian yang ditandai dengan menyimak atau memperhatikan penjelasan guru.

Dengan memperhatikan minat peserta didik dalam pengembangan prototipe rancangan pembelajaran ini, diharapkan agar peserta didik lebih tertarik belajar tentang perkalian dan pembagian bilangan bulat sehingga hasil nilai pada materi tersebut lebih meningkat.

d. Faktor yang Mempengaruhi Minat dalam Proses Belajar

Dalam proses belajar, minat menjadi salah satu hal yang penting karena minat salah satu kunci untuk mingkatkan kualitas pembelajaran. Minat dapat muncul melalui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil pembelajaran. Baharuddin dan Esa (2015: 85) menyebutkan faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik secara individu dan dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Faktor internal ini meliputi:

a. Faktor fisiologis.

Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik dari masing-masing peserta didik. Kondisi fisik penting saat berlangsungnya pembelajaran, karena dengan kondisi tubuh yang sehat dan panca indera yang berfungsi dengan baik sangat mempengaruhi aktivitas belajar peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik dan guru harus mengusahakan terciptanya kesehatan jasmani.

b. Faktor psikologis. Faktor psikologis adalah keadaan psikologis dari masing-masing individu yang meliputi kecerdasan peserta didik, motivasi, minat, sikap dan bakat (Baharuddin dan Esa, 2015: 24). Kelima faktor psikologis tersebut, memiliki keterkaitan yang berperan dalam proses pembelajaran untuk mencapai kesuksesan belajar sehingga kualitas belajar peserta

didik meningkat. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi proses belajar digolongkan menjadi dua yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial (Baharuddin dan Esa, 2015: 32). Lingkungan sosial yang dimaksud adalah lingkungan sosial sekolah, masyarakat dan keluarga. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi peserta didik untuk belajar lebih baik. Lingkungan nonsosial meliputi lingkungan alamiah (lingkungan sebagai tempat belajar), faktor instrumental (fasilitas belajar hardware maupun

software) dan faktor materi pelajaran.

Suprihatiningrum (2016: 85) menyatakan faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran meliputi peserta didik, pendidik, kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga non pendidik serta lingkungan. Peserta didik adalah objek pembelajaran. Guru harus memperhatikan setiap karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik agar dapat menyampaikan materi sesuai dengan kemampuan peserta didik. Sehingga, kualitas pembelajaran setiap peserta didik baik. Sebagai seorang pendidik, kompetensi yang harus dimiliki adalah kompetensi pribadi atau personal, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Kompetensi menciptakan seorang pendidik sebagaimana mestinya menjadi seorang pengajar yang tercermin dalam sikap dan perilaku dalam dirinya sendiri dan dalam kegiatan dan perencanaan pembelajaran.

Mufarrokah (2009: 27) mengungkapkan faktor yang mempengaruhi belajar, yang adalah

1. Bahan atau hal yang dipelajari oleh peserta didik. Bahan yang dipelajari akan menentukan cara atau metode belajar yang akan digunakan sesuai dengan waktu yang ada. Jadi, metode belajar ditentukan oleh macam-macam materi yang akan dipelajari. 2. Faktor lingkungan. Proses belajar akan berhasil dan mencapai

kualitas maksimal apabila didukung oleh lingkungan sekitarnya seperti lingkungan alami (suhu udara, cuaca, dan lainnya) dan lingkungan sosial.

3. Faktor instrumental. Faktor ini berhubungan dengan fasilitas yang dapat digunakan sebagai sarana prasarana kegiatan belajar.

4. Kondisi individu peserta didik. Kondisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kondisi fisiologis dan kondisi psikologis. Kedua kondisi ini sangat erat hubungannya dengan keberhasilan proses pembelajaran. Kondisi tubuh yang terjaga kesehatannya (kondisi fisiologis) juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya seperti munculnya minat, bakat, motivasi belajar dan kemampuan-kemampuan yang dimiliki.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat dalam proses belajar adalah faktor lingkungan sekitar peserta didik

yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, kondisi peserta didik yaitu kondisi fisiologis dan psikologisnya.

e. Gaya Belajar Tipe Visual

Tipe belajar visual adalah tipe belajar yang dilakukan melalui kegiatan melihat, memandangi, mengamati dan sejenisnya. Ula (2013: 31) mengatakan bahwa tipe seseorang dengan tipe belajar visual adalah sesorang yang mudah belajar dengan melihat sesuatu, baik yang berupa gambar atau diagram, pertunjukan, peragaan atau video. Orang yang memiliki gaya tipe belajar visual lebih menyukai belajar dengan melihat atau membaca sesuatu sehingga mereka akan lebih mudah dalam menerima informasi.

Kekuatan gaya belajar visual terletak pada indra penglihatan. Maka dari itu mata merupakan alat yang sangat penting untuk menangkap setiap gejala atau stimulus (rangsangan) belajar (Ula, 2013: 31). Seseorang yang memiliki kemampuan belajar visual dapat dilihat melalui ciri-ciri perilaku: (1) Rapi dan teratur, (2) Berbicara dengan cepat, (3) Mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik, (4) Teliti dan rinci, (5) Mengingat sesuatu berdasar asosiasi visual, (6) Memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik, (7) Merupakan pembaca yang tepat dan tekun, (8) Lebih suka membaca daripada dibacakan, (9) Lebih mudah mengingat melalui kegiatan melihat daripada mendengar, (10) Sulit menerima instruksi verbal dan mudah menerima instruksi tertulis, (11) Lupa menyampaikan pesan verbal pada orang lain, (12) Sering menjawab

pertanyaan dengan singkat seperti “Ya” atau “Tidak”, (13) Lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) dari pada musik, (14) Lebih menyukai kegiatan demonstrasi daripada menjelaskan, (15) Dapat membayangkan kata-kata. Tahu apa yang harus dilakukan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata (Ula, 2013: 32)