• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

6. Tinjauan tentang Komik sebagai Hasil Karya Seni Rupa

Seni dipandang menjadi salah satu unsur keindahan yang dapat disalurkan ke dalam berbagai macam bentuk seperti, seni tari yaitu tarian, seni musik yaitu terciptanya alunan nada, seni rupa yang berupa lukisan dan lain sebagainya. Seni rupa merupakan segala kegiatan manusia untuk

mengkomunikasikan pengalaman batinnya pada orang lain melalui penggunaan indera yaitu indera raba (Herawati dan Iriaji, 1999: 3). Pernyataan tersebut menyatakan bahwa banyak sekali hasil karya seni rupa manusia yang dapat dinikmati melalui penglihatan dan indera peraba.

Seni juga diartikan sebagai aktivitas yang penciptaannya memerlukan koordinasi mata dan tangan karena seni rupa dapat dilihat, diraba dan juga dirasakan (Kamaril, 1999: 1.20). Dengan menggunakan koordinasi mata dan tangan, maka keterampilan dasar yang diperoleh peserta didik adalah latihan motorik halus. Dalam konsepnya, seni memiliki berbagai macam aspek atau sering disebut sebagai matra substansial seni (Kamaril, 1999: 1.21). Matra terbagi menjadi beberapa bagian yaitu, matra pengetahuan, matra apresiasi, matra keterampilan dan matra kreativitas. Bidang seni kreativitas dan keterampilan berpadu bersama dalam suatu karya. Seperti dikatakan bahwa seni rupa memadukan gerak mata dan tangan, akan sama dengan keterampilan mengolah tubuh hingga mampu menciptakan gerakan-gerakan yang indah. Itu adalah hal yang yang diolah dalam matra keterampilan. Kemampuan keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan senso- motorik seseorang.

Dalam berkarya, kegiatan seni rupa dapat menimbulkan kegembiraan. Kegembiraan peserta didik akan nampak dan terlihat disebabkan oleh keaktifan atau kesempatan bergerak, bereksperimen,

berlomba dan berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa senangnya peserta didik-peserta didik berkarya melalui seni rupa, mereka akan bergerak-gerak dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu yang diinginkan dan mereka selalu berlomba untuk menyelesaikan karyanya sesuai dengan gagasan masing-masing. Apabila peserta didik berhasil berkarya, dengan spontan ia akan menunjukkan perasaan senangnya dengan berteriak dan bergerak. Demikian sesuai yang disampaikan Muharam dan Sundaryati (1992: 4) bahwa seni rupa adalah rasa keindahan, rasa keharuan yang melengkapi kesejahteraan hidup yang dinyatakan melalui pikiran menjadi bentuk yang dapat disalurkan dan dimiliki oleh setiap orang. Ketika seseorang meluapkan rasa emosionalnya pada sebuah bidang gambar untuk menggambarkan isi hati atau pemikirannya, disitulah fungsi seni rupa sebagai penghilang tekanan jiwa akibat kegagalan ataupun ketidakpuasan seseorang. Sehingga, seni dikatakan menjadi sebuah wadah yang baik karena hasil karya yang terbentuk juga dapat dinikmati melalui panca indera.

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa seni rupa merupakan sebuah hasil karya seni yang dibuat oleh manusia menggunakan inderanya untuk menggambarkan pemikiran, ungkapan perasaan melalui sebuah gambar.

b. Pendidikan Seni Rupa di SD

Pendidikan seni rupa sudah lama diterapkan di sekolah. Pendidikan seni rupa saat ini tidak hanya dilakukan agar peserta didik

mampu membuat hasil karya seni, namun lebih ditujukan agar peserta didik dapat lebih kreatif. Maka dari itu, seni rupa menjadi salah satu pendidikan yang diajarkan di Sekolah Dasar. Sekolah Dasar atau SD merupakan jenjang pendidikan dasar yang akan ditempuh oleh peserta didik di awal usia ketika menginjak 6 atau 7 tahun. SD menjadi tempat bagi peserta didik untuk mengembangkan diri dan juga talenta yang dimilikinya. Tidak hanya itu, Sekolah Dasar juga diharapkan mampu membentuk perilaku peserta didik menjadi lebih baik dengan cara berpikir dan menyelesaikan masalah sehingga terbentuklah pribadi peserta didik. Pendidikan sangat penting dalam membentuk kepribadian seorang peserta didik.

Metode-metode dalam pendidikan pun kian berkembang, salah satunya adanya metode pendidikan seni seperti, seni tari, seni musik, seni rupa dan lain sebagainya. Pendidikan melalui seni, bertujuan untuk mengusahakan pendidikan peserta didik seutuhnya dengan seni sebagai wahana. Tabrani (2014: 6) mengatakan pendidikan melalui seni rupa mempersiapkan peserta didik untuk menghayati, membuat dan menangkap pesan rupa baik melalui imajinasinya sendiri maupun melalui karya gambarnya.

Pendidikan seni rupa peserta didik penting bukan hanya untuk pembinaan, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik yang seimbang, tetapi juga karena setiap peserta didik memiliki kesenangan untuk menggambar meskipun tidak memiliki bakat tersebut. Tabrani

(2014: 6) mencantumkan sebuah skema perkembangan bahasa seni rupa gambar peserta didik dan hasilnya menyatakan bahwa peserta didik usia 2 sampai sekitar 13 tahun mempunyai perkembangan tahap menggambar yang makin kompleks. Dikatakan, apabila pembinaan bahasa rupa gambar pada peserta didik ini berhasil, peserta didik yang berbakat menggambar akan menjadi calon senirupawan bahkan yang tidak memiliki bakat pun akan tetap suka menggambar dan tidak takut untuk melukiskan sebuah gambar sedangkan jika pembinaan gagal, peserta didik tidak suka menggambar bahkan menyatakan dirinya tidak bisa menggambar.

Menurut Herawati dan Iriaji (1999: 9), konsep pendidikan seni di Sekolah Dasar diarahkan pada pembentukan sikap, sehingga terjadi keseimbangan intelektual dan sensibilitas, rasional dan irasional, akal pikiran dan kepekaan emosi. Jika dilihat, konsep tersebut menempatkan seni sebagai sarana dalam pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pernyataan tersebut mengacu pada pengertian seni adalah sebagai suatu materi, alat atau media ataupun metode yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut (Herawati dan Iriaji, 1999: 10). Jika konsep pendidikan seni di Sekolah Dasar ini dapat berjalan dengan baik, tidak hanya dapat menyeimbangkan kemampuan berpikir dan berkarya, namun dapat berfungsi sebagai media ekspresif. Ekspresif tersebut dapat dituangkan dalam sebuah gambar sebagai perwujudan ekspresi perasaan peserta didik. Ketika peserta didik tidak dapat mengungkapkan

perasaannya, peserta didik dapat menggunakan gambar sebagai media komunikasi yang cukup efektif.

Kamaril (1999: 1.41) juga mengungkapkan tentang tujuan pendidikan seni di Sekolah Dasar adalah mengembangkan keterampilan berkarya serta menumbuh kembangkan cita rasa keindahan dan kemampuan menghargai seni. Selain itu, pendidikan seni juga memiliki manfaat yaitu, mengolah keterampilan berpikir peserta didik. Keterampilan berpikir tersebut meliputi berpikir kreatif, inovatif dan kritis yang diolah melalui cara belajar yang seimbang.

Konsep dasar pendidikan seni di SD diajukan oleh pakar pendidikan seni bernama Herbert Read dan Lowenfeld serta Brittain, konsep tersebut adalah Education Through Arts atau dalam bahasa Indonesia pendidikan melalui seni (Tabrani, 2014: 8). Konsep ini diterapkan karena melalui pendidikan seni kemampuan-kemampuan peserta didik untuk belajar dapat dikembangkan yang meliputi fisik, cerap (perspektual), pikir, emosional, cipta dan estetika. Dengan demikian, munculnya seni selalu mengikuti perkembangan fisik peserta didik yang disertai bertambahnya kemampuan peserta didik dalam menerima masukan, mengolah kesadaran, mencurahkan perasaan, kemampuan mencipta, kemampuan peserta didik mengolah kesadaran sosial dan mengolah kepekaan perasaan akan nilai-nilai keindahan (Tabrani, 2014: 9). Kemampuan dasar fisik yang dapat diolah melalui aktivitas seni adalah motorik kasar dan halus, serta koordinasi dari berbagai motorik

kasar dan halus tersebut dengan indera-indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan juga perabaan.

Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan seni di SD berorientasi pada perkembangan kemampuan peserta didik serta kebutuhan-kebutuhannya. Kemampuan dan kebutuhan tersebut diolah melalui kemahirannya berpikir kritis, kreatif dan inovatif dalam pendidikan seni.

c. Pengertian Komik

Saat ini komik sebagai sebuah bacaan sudah dikenal dengan baik oleh masyarakat terutama kalangan pecinta komik. Komik dapat ditemukan di toko-toko buku, minimarket maupun di tempat perbelanjaan lainnya. Komik memiliki daya tarik tersendiri bagi penikmatnya yaitu menikmati perjalanan sebuah cerita dengan ilustrasi gambar yang mendukung. Sehingga pembaca komik makin tertarik dan ingin terus menerus membaca.

Komik adalah suatu bentuk-bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca (Sudjana dan Rivai, 2010: 64). Seperti yang dituturkan oleh ahli tersebut, komik tentu terdiri dari gambar dan cerita, serta terdapat tokoh dan alur ceritanya yang ingin menyampaikan maksud dan tujuan secara runtut. Pemilihan karakter selalu disesuaikan dengan pembaca dan berdasar konteks cerita yang ingin dibuat.

Menurut Santyasa (2007: 14), komik adalah suatu bentuk sajian cerita dengan seri bergambar yang lucu. Cerita dalam komik biasanya berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang dikemas secara menarik dan menampilkan tokoh atau karakter yang memiliki perwatakan tertentu. Sajian yang dikemas ke dalam sebuah komik, lebih diperkuat pada gambar yang menceritakan sesuatu. Sehingga komik tidak membutuhkan banyak tulisan untuk menjelaskan alur cerita.

Smith (2006: 2) juga menyatakan pengertian komik yang merupakan sebuah media yang dapat menggambarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia nyata, dimana pengilustrasiannya dibatasi oleh imajinasi pengarangnya. Seorang pencipta komik, terlebih dahulu akan membuat sebuah ilustrasi cerita yang ingin dikembangkan dalam komik dengan berdasar pada sebuah tema. Ilustrasi tersebut banyak diambil dari peristiwa nyata atau imajinasi yang dialami oleh pengarang. Pengilustrasian tersebut penting dalam menarik minat pembaca. Pengilustrasian yang tepat dan sesuai dengan usia perkembangan seseorang, dapat menimbulkan minat dan motivasi untuk lebih mengetahuinya.

Dapat disimpulkan dari ketiga definisi komik menurut para ahli, bahwa pengertian komik adalah sebuah bentuk karya seni berupa cerita bergambar yang berisi suatu peristiwa-peristiwa yang digunakan sebagai hiburan bagi pembaca.

d. Kelebihan Komik sebagai Media Pembelajaran

Perkembangan media belajar sudah semakin berkembang karena kemajuan teknologi. Begitu pula dengan perkembangan dunia di bidang seni dan pendidikan. Saat ini, keduanya sudah dapat dipadukan untuk menciptakan sebuah pembelajaran yang menyenangkan dan menarik perhatian peserta didik, salah satunya adalah komik. Komik saat ini tidak hanya berfungsi sebagai buku bacaan saja, namun komik dapat dijadikan sebagai suatu media yang dapat dipergunakan untuk proses belajar. Menurut Waluyanto (2005: 51) komik sebagai media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pada konteks ini, pembelajaran merujuk pada sebuah proses komunikasi yang terjalin antara si pembaca yang adalah peserta didik dan penggunaan komik sebagai sumber belajar. Komunikasi belajar akan berjalan dengan maksimal jika pesan pembelajaran disampaikan secara jelas, runtut, dan menarik. Komik memiliki beberapa keunggulan yang dapat meningkatkan mutu penggunaannya sebagai sarana belajar.

Menurut pendapat Smith (2006: 6), diketahui bahwa komik memiliki keunggulan sebagai berikut:

1. Komik merupakan media yang tepat bagi peserta didik dengan karakter belajar visual yang baik dan memiliki kemampuan fokus rendah, terlebih melalui kombinasi teks dan ilustrasi.

2. Komik mampu mendukung perkembangan imajinasi peserta didik dalam pembelajaran sehingga peserta didik tidak hanya terfokus dengan belajar menghafal (rote learning).

3. Penggunaan ilustrasi dalam komik dapat meningkatkan kemampuan analisis peserta didik terhadap suatu literatur dan menemukan informasi yang terdapat di dalamnya.

4. Mengarahkan peserta didik untuk belajar mandiri dengan membaca dan memahami informasi yang ada didalam komik.

Selain itu, komik adalah salah satu wujud penyajian materi pembelajaran yang dapat menampilkan permasalahan-permasalahan yang relevan dengan peristiwa atau kejadian nyata di kehidupan sehari-hari, kelebihan inilah yang membuat komik semakin mudah dipahami oleh peserta didik Sekolah Dasar (Smith, 2006: 7). Hal ini tentunya dapat membantu guru dalam menyampaikan konsep-konsep yang abstrak ke dalam bentuk yang lebih konkret berupa gambar dan menarik bagi peserta didik.

Komik menurut Gene (dalam Wurianto, 2009), memiliki lima kelebihan jika digunakan dalam pembelajaran yaitu :

1. Komik dapat memotivasi peserta didik selama proses belajar mengajar.

2. Komik terdiri dari gambar-gambar yang merupakan media yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Komik bersifat permanen; komik bisa membangkitkan minat membaca dan mengarahkan peserta didik untuk disiplin membaca khususnya mereka yang tidak suka membaca.

4. Komik adalah bagian dari budaya popular.

5. Komik sebagai media pembelajaran juga dapat memperjelas materi, menciptakan nilai rasa lebih dalam memahami materi, membangkitkan perhatian dan minat peserta didik untuk membaca (Hermawan, 2011). Sehingga, munculah motivasi rasa keingintahuan peserta didik untuk terus belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelebihan komik sebagai media pembelajaran adalah komik dapat menjadi suatu media pembelajaran yang dapat menarik motivasi dan semangat belajar melalui pembelajaran visual.

e. Kelebihan Gambar sebagai Visualisasi Seni Rupa dalam Komik

Gambar dapat dijadikan sebuah media yang sangat umum dipakai dalam proses pembelajaran. Gambar merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Oleh karena itu, ada pepatah Cina mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata.

Gambar menjadi alat visual penting dan mudah sekali didapat. Penting, sebab dapat memberikan penggambaran visual yang konkret yang digambarkannya. Gambar membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung di dalamnya dengan jelas, lebih jelas

daripada hanya sekedar diungkapkan dengan kata-kata yang ditulis ataupun diucapkan. Gambar menjadi media untuk belajar dan mengajar serta dapat dipergunakan dalam jangka panjang dengan efektif.

Banyak sekali macam-macam gambar yang termasuk dalam kategori alat visual. Alat visual yaitu alat yang dapat memperlihatkan rupa dan bentuk yang dikenal sebagai peraga. Alat visual atau peraga ini terbagi menjadi dua, mulai dari alat visual dua dimensi seperti, gambar di atas kertas karton, poster, slide, filmstrip, grafik, diagram, foto, poster, komik gambar dan lain sebagainya, maupun alat visual tiga dimensi seperti, diorama, benda asli, model, contoh barang atau specimen, dan masih banyak lagi. Bahkan akibat perkembangan zaman yang sudah modern ini, muncul alat audio-visual yaitu alat yang dapat menghasilkan rupa dan suara dalam satu unit. Terkadang, akibat terlalu mudahnya untuk menemukan gambar sebagai media, kita sering menganggapnya terlalu biasa dan melupakan manfaatnya.

Kelebihan gambar yang dikemukakan oleh Suleiman (1981: 29- 30) menyatakan bahwa:

1. Gambar mudah diperoleh dan mudah digunakan.

2. Penggunaan gambar merupakan hal yang wajar dalam proses belajar tanpa memberi kesan “show” seperti penggunaan slaid atau

film.

4. Gambar mudah diatur dan dapat disesuaikan dengan pelajaran atau ukuran yang diinginkan.

Karena kemudahannya, gambar dijadikan sebagai media yang sampai sekarang masih sering digunakan sebagai media pendidikan. Pengajar bisa membuatnya secara manual, menemukan diinternet, atau menggunting dari majalah, koran dan lain sebagainya.

Selain itu, gambar juga merupakan curahan hati dan pikiran manusia yang diungkapkan melalui gambar. Gambar yang indah serta warna yang menarik menjadi perhatian tersendiri bagi penikmat seni atau bahkan orang biasa yang melihatnya. Kelebihan gambar menurut Hamalik (1982: 81-82):

1. Gambar memiliki sifat konkret.

2. Gambar mengatasi batas waktu dan ruang.

3. Gambar mengatasi kekurangan daya mampu panca indera manusia.

4. Dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang salah. 5. Gambar mudah didapat dan murah.

6. Mudah digunakan oleh individu maupun kelompok

Sandiman (1986: 29-30) pun mengungkapkan pendapatnya mengenai kelebihan gambar yaitu:

1. Sifatnya konkret karena gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

3. Media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

4. Dapat memperjelas suatu masalah. 5. Murah, mudah didapat dan digunakan.

Dengan menimbang kelebihan dari penggunaan gambar tersebut, tidak ada salahnya jika gambar menjadi media yang memudahkan kita dalam belajar dan mengajar. Penggunaan gambar juga mengolah panca indera penglihat kita untuk memahami suatu gambar dan mampu diterjemahkan oleh otak menjadi sebuah ungkapan. Gambar sangat cocok digunakan sebagai media dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. Umumnya, karena peserta didik lebih mudah memahami gambar dari pada kalimat atau ucapan yang panjang. Terbebas dari itu, peserta didik menyukai keindahan dan senang membuat bentuk-bentuk yang adalah unsur dalam sebuah gambar.

Berdasarkan gagasan para ahli, dapat disimpulkan bahwa kelebihan gambar sebagai media adalah gambar memiliki sifat konkret yang mudah didapat, mudah digunakan dan dapat memperjelas suatu kondisi berdasar pada sebuah gambar.

7. Tinjauan tentang Belajar