• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

2. Tinjauan Tentang Disiplin Kerja

a. Pengertian Disiplin Kerja

Henry Simammora (2006: 610) menyatakan bahwa “Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Kerja adalah seseorang yang melakukan sesuatu yang bertujuan untuk menciptakan produk”. Sedangkan T Hani Handoko (2001: 208) mendefisinikan “Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar organisasional”

Muchdarsyah Sinungan (2005: 145) disiplin merupakan suatu keadaan tertentu dimana orang-orang yang tergabung dalam organisasi tunduk pada peraturan yang ada dengan rasa senang hati. Sedangkan kerja adalah segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk menggapai tujuan yang telah ditetapkan.

commit to user

Menurut Siswanto Sastrohadiwiryo (2003: 291) menyatakan bahwa “Disiplin kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya”.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja karyawan adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat karyawan terhadap peraturan atau prosedur yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis dalam suatu organisasi serta sanggup menjalankannya dan apabila dilanggar akan menerima sanksi yang sudah dibuat dalam peraturan dimana dia bekerja.

b. Jenis-jenis Pendisiplinan

Dalam usaha menegakkan sikap disiplin para karyawan, perusahaan perlu melalukan pendisiplinan untuk semua karyawannya. Disiplin kerja karyawan memerlukan adanya penggolongan disiplin. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan membedakan tingkat tindakan mana yang akan dikenakan pada karyawan yang menyimpang dari peraturan perusahaan.

Menurut T. Hani Handoko (2001: 208) menyatakan jenis-jenis pendisiplinan yaitu sebagai berikut:

1) Pendisiplinan preventif

Adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah.

2) Pendisiplinan korektif

Adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan dengan mencoba untuk menghindari pelanggaran- pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif ini sering berupa bentuk hukuman yang disebut tindakan pendisiplinan.

3) Pendisiplinan progresif

Adalah kegiatan memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran- pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil tindakan korektif sebelum hukuman-hukuman yang lebih serius dilaksanakan.

commit to user 4) Aturan Kompor Panas

Suatu pedoman yang sangat berguna untuk disiplin korektif adalah aturan “kompor-panas”. Aturan ini pada hakikatnya menyatakan bahwa tindakan pendisiplinan hendaknya mempunyai ciri-ciri yang sama dengan hukuman yang diterima seseorang karena menyentuh sebuah kompor panas. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah bahwa disiplin hendaknya dilakukan dengan peringatan, segera, konsisten dan tidak bersifat pribadi.

Peringatan adalah esensial dilakukan dengan mengkomunikasikan peraturan-peraturan kepada semua karyawan. Disiplin hendaknya juga segera diterapkan agar karyawan dapat memahami hubungan dua peristiwa yang dialami sehingga memungkinkan pelanggaran sejenis diwaktu yang akan datang bisa diperkecil. Konsisten adalah bagian dari keadilan. Ini berarti karyawan-karyawan yang melakukan kesalahan yang sama hendaknya diberikan hukuman yang sama pula. Dan yang terakhir adalah tidak bersifat pribadi, sama persis kompor panas yang menyebabkan luka bakar bagi semua orang, pria dan wanita, tua dan muda.

Sedangkan menurut Sondang P Siagian (2002: 305) mengemukakan jenis-jenis pendisiplinan adalah:

1) Pendisiplinan preventif

Pendisiplinan yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para karyawan untuk taat kepada bagian tertentu yang berlaku dan memenuhi standard yang telah ditetapkan

2) Pendisiplinan korektif

Jika ada karyawan yang nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi standard yang telah ditetapkan kepadanya dikenakan sanksi disipliner.

Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penerapan disiplin tersebut meliputi beberapa hal yang harus diperhatikan oleh karyawan pada saat melakukan pekerjaan yaitu:

1) Karyawan perlu diberi penjelasan dan diberi kesadaran mengenai ketentuan yang harus ditaati dalam perusahaan dan standar kerja yang harus dipenuhi

Dalam melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan karyawan harus diberikan penjelasan mengenai peraturan apa saja yang harus ditaati dan dilaksanakan di dalam perusahaan sehingga para karyawan memiliki

commit to user

kesadaran dan tanggung jawab untuk mematuhi peraturan tersebut secara standar kerja yang telah ditetapkan dapat terpenuhi dengan maksimal. 2) Karyawan harus mempunyai rasa memiliki terhadap perusahaan

Dengan adanya kesadaran dan tanggung jawab untuk mematuhi peraturan perusahaan maka karyawan harus selalu merasa memiliki perusahaan tersebut. Hal tersebut dilakukan agar karyawan mempunyai tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan sebab berhasil atau tidaknya kedisiplinan suatu perusahaan itu tergantung dari karyawannya. Jadi dengan adanya hal tersebut maka perusahaan akan dapat berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3) Karyawan menentukan sendiri cara pendisiplinan dalam diri untuk ketentuan yang berlaku umum dalam perusahaan

Dalam hal ini kedisiplinan bukan ditentukan atau diatur oleh perusahaan melainkan karyawan sendiri yang mengatur disiplin yang ada dalam diri mereka. Dengan mengatur disiplin diri sendiri karyawan akan merasa memiliki hak dan tidak diatur oleh perusahaan. Akan tetapi walaupun mereka merasa mempunyai hak untuk mengatur disiplin diri sendiri, mereka harus tetap mempertimbangkan apakah disiplin yang mereka atur dalam diri sendiri tersebut sudah sesuai dengan ketentuan umum dalam perusahaan atau belum.

c. Tujuan Disiplin Kerja

Setiap usaha selalu memiliki tujuan yang hendak dicapai. Begitu pula dengan sebuah organisasi juga memiliki tujuan yang pada akhirnya harus dicapai.

Alex S Nitisemito (2002: 200) mengatakan bahwa “Menegakkan kedisiplinan penting bagi suatu perusahaan, dengan kedisiplinan itu diharapkan sebagian besar peraturan ditaati oleh sebagian karyawannya”.

Sedangkan menurut Henry Simamora (2006: 611) mengemukakan tentang tujuan kedisiplinan yaitu:

commit to user

1) Menciptakan atau mempertahankan rasa hormat dan rasa saling percaya diantara atasan dan bawahannya

2) Memastikan bahwa perilaku-perilaku karyawan konsisten dengan aturan-aturan perusahaan

Sedangkan menurut Siswanto Sastrohadiwiryo (2001: 292) bahwa tujuan dari disiplin kerja adalah:

1) Agar para karyawan menaati segala peraturan dan kebijakan perusahaan yang berlaku, baik tertulis maupun idak tertulis, serta melaksankan perintah manajemen.

2) Dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada pihak tertentu yang berhubungan dengan perusahaan sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya.

3) Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan jasa perusahaan dengan sebaik-baiknya.

4) Dapat bertindak dan dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada perusahaan.

5) Karyawan mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan harapan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Selain itu tujuan disiplin kerja menurut peneliti tidak kalah penting adalah agar organisasi dapat berjalan atau hidup terus tanpa berhenti ditengah jalan. Tujuan berikutnya agar kegiatan berjalan lancar dan efisien agar tujuan organisasi dapat tercapai sesuai dengan rencana yang ditetapkan.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembentukan disiplin kerja adalah:

1) Memastikan bahwa perilaku karyawan konsisten dengan aturan-aturan perusahaan.

2) Menciptakan atau mempertahankan rasa hormat dan saling percaya diantara penyelia dan bawahan-bawahannya.

3) Tenaga kerja mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan harapan organisasi atau perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun panjang.

commit to user

5) Memelihara kelancaran kegiatan organisasi agar berjalan secara efektif dan efisien.

6) Mewujudkan tujuan organisasi berdasarkan rencana yang telah disepakati.

Adanya kedisiplinan tersebut dapat memberikan manfaat bagi karyawan baik kepentingan individu maupun kepentingan perusahaan sebab pekerjaan akan dikerjakan dengan penuh tanggung jawab dan dikerjakan secara sungguh-sungguh demi tercapainya tujuan bersama.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan disiplin kerja adalah agar peraturan yang telah diterapkan dan digunakan dalam perusahaan dipatuhi dan dilaksanakan oleh karyawan sesuai dengan norma yang berlaku sehingga karyawan mempunyai tanggung jawab dan disiplin kerja yang tinggi untuk bekerja sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

d. Aspek-Aspek Disiplin Kerja

Disiplin akan membuat diri seseorang tahu untuk dapat membedakan mana yang seharusnya dilakukan mana yang tidak harus dilakukan. Menurut Soegeng Prijodarminto (2002: 23) berpendapat bahwa ada tiga disiplin yaitu:

1) Sikap mental yang merupakan sikap taat dan tertib. Sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengembangan watak.

2) Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, kriteria dan standar yang sedemikian rupa sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran bahwa ketaatan akan aturan merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan

3) Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.

commit to user

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Ada faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja agar penerapan disiplin kerja dalam suatu perusahaan dapat berhasil. Menurut Siswanto Sastrohadiwiryo (2001: 293) menyatakan bahwa “Keteladanan seorang manajer berpengaruh langsung dalam membangkitkan disiplin para tenaga kerja dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan suatu saat akan dipertanggung jawabkan kepada manajer”

Menurut Alex Nitisemito (2000: 200) mengemukakan bahwa berhasil atau tidaknya suatu tingkat kedisiplinan dari para pegawai atau karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1) Kesejahteraan

2) Keteladanan pemimpin

3) Ketegasan dalam pelaksanaan disiplin

4) Partisipasi karyawan dalam pelaksanaan disiplin 5) Ancaman

Sedangkan Malayu Hasibuan (2005: 194) faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja adalah sebagai berikut:

1) Tujuan dan kemampuan 2) Teladan pimpinan 3) Balas jasa 4) Keadilan 5) Pengawasan melekat 6) Sanksi hukum 7) Ketegasan 8) Hukuman kemanusiaan

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja di atas kiranya harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh pimpinan, karena keberhasilan disiplin kerja karyawan tersebut kuncinya adalah sejauh mana perlakuan dari perusahaan kepada karyawan. Dari pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan adalah sebagai berikut:

1) Ancaman

Adanya hukuman bagi karyawan yang melanggar disiplin, karyawan akan berusaha mentaati peraturan untuk menghindari sanksi atau hukuman

commit to user

apabila melakukan pelanggaran peraturan disiplin. Ancaman hukuman yang diberikan tidak bertujuan untuk menghukum tetapi lebih bertujuan untuk mendidik mereka supaya bertingkah laku sesuai dengan yang diinginka bersama. Dengan adanya hukuman ini diharapkan akan membuat karyawan lebih disiplin lagi dalam bekerja. Karyawan jadi lebih berhati-hati dan bersunggung-sungguh dalam bekerja dan kesalahan dalam bekerjapun dapat berkurang.

2) Ketegasana dalam pelaksanaan kedisiplinan

Seorang pimpinan berusaha jangan sampai membiarkan suatu pelanggara yang diketahuinya tanpa suatu tindakan atau membiarkan pelanggaran tersebut terjadi berlarut-larut tanpa tindakan yang tegas. Adanya kejadian tersebut yaitu membiarkan pelanggaran tanpa tindakan tegas sesuai dengan ancaman, maka bagi karyawan tersebut akan menganggap bahwa ancaman yang diberikan hanyalah ancaman kosong belaka. Maka mereka berani melanggar lagi, sebab tidak ada tindakan yang tegas. Keadaan ini menjadi lebih parah lagi apabila pelanggaran tersebut diketahui oleh teman-temannya, dan mereka semua mengetahui bahwa pimpinan mengetahui pelanggaran itu tetapi membiarkannya. Hal seperti ini akan menimbulkan kesan bahwa peraturan yang mencantumkan ancaman hukuman untuk suatu pelanggaran telah dicabut.

Selain membiarkan ketegasan dalam tindakan kedisiplinan seorang pimpinan juga harus bersifat adil. Adil berarti menyamakan karyawan, seorang pemimpin tidak boleh membedakan antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lainnya. Sehingga tidak terjadi kecemburuan sosial antara karyawan yang satu dengan yang lainnya.

3) Tujuan dan kemampuan

Kedisiplinan diwujudkan untuk tujuan perusahaan selain itu juga ditegakkan sesuai dengan kemampuan dari bawahan. Jangan menyuruh melakukan sesuatu yang sulit apalagi disetai ancaman, maka aturan-aturan tersebut hanya omong kosong dan akan mengurangi kewibawaan dari pimpinan.

commit to user 4) Kesejahteraan

Menegakkan kedisiplinan tidak hanya dengan ancaman-ancaman saja, tetapi perlu diimbangi dengan kesejahteraan yang cukup. Tingkat kesejahteraan yang dimaksud adalah besarnya tingkat upah yang diterima oleh karyawan sehingga mereka dapat hidup layak. Dengan demikian mereka lebih tenang dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan dengan ketenangan tersebut diharapkan mereka akan lebih disiplin.

Oleh karena itu antara kedisiplinan dengan kesejahteraan mempunyai hubungan yang sangat erat, hal ini berarti bagi suatu perusahaan yang ingin meningkatkan kedisiplinan perlu meningkatkan kesejahteraan, terutama bila kesejahteraan diberikan relatif rendah.

5) Teladan pimpinan

Teladan dari pimpinan sangat penting sekali untuk pendisiplinan karyawan, karena pimpinan selalu diperhatikan karyawan dengan perintah-perintah yang diberikan kepadanya. Sehingga pimpinan selalu dilihat oleh bawahannya untuk dijadikan contoh atau telada. Dengan demikian selalu berbuat baik dan melaksanakan peraturan yang ada. Jadi seorang pimpinan itu dituntun untuk disiplin dalam bekerja untuk dicontoh para bawahannya.

6) Partisipasi karyawan dalam pelaksanaan pendisiplinan

Pegawai sangat berperan dalam pelaksanaan disiplin kerja, karena itu semua karyawan yang berada dalam suatu organisasi dituntun untuk berpartisipasi aktif untuk mencapai tujuan. Dengan adanya partisipasi kerja karyawan yang aktif tentu akan efektif juga pada pelaksanaan kinerja karyawan, sehingga kinerja karyawan akan sesuai yang diharapkan dan tujuan dari suatu organisasi dapat tercapai.

7) Hubungan kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis antara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan baik bersifat vertical maupun horizontal. Manajer harus berusaha menciptakan hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertical

commit to user

maupun horizontal di antara semua karyawan. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan.

f. Pembinaan Disiplin

Untuk menanamkan disiplin para bawahan dapat dilakukan dan dikembangkan dengan berbagai cara. Faktor-faktor yang menunjang pembinaan disiplin yang diungkapkan oleh Susilo Maryoto (2002: 125) sebagai berikut:

1) Motivasi

Motivasi merupakan faktor penting dalam pencapaian disiplin kerja. Apabila tidak ada motivasi, maka seseorang dalam bekerja tidak akan bergairah.

2) Pendidikan dan Latihan

Pendidikan dan latihan merupakan salah satu program dalam aspek pengembangan pegawai atau karyawan. Dengan adanya diklat, diharapkan pegawai atau karyawan dapat memperbaiki dan mengembangkan kemampuannya agar sesuai dengan kebutuhan organisasi.

3) Kepemimpinan

Seorang pimpinan adalah panutan bagi bawahannya. Apabila pimpinan memberikan contoh yang baik dan bawahan mau mengikuti pimpinannya tentu berdampak positif bagi organisasi. Demikian sebaliknya, apabila pimpinan bertindak sesuka hati tanpa mengikuti disiplin kerja, akan memberikan contoh yang tidak baik bagi organisasi, tentunya berdampak negatif bagi pencapaian organisasi. 4) Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan yang diterima pada saat bekerja akan berdampak bagi bawahan. Apabila tingkat kesejahteraan yang diberikan organisasi tinggi akan memotivasi pegawai untuk disiplin dalam bekerja. Apabila kesejahteraan yang diterima tidak sesuai, maka pegawai cenderung bekerja seenak hatinya.

commit to user 5) Penegakan disiplin lewat hukum

Penegakan disiplin lewat hukum merupakan penegakkan disiplin yang bersumber pada tatanan hukum yang ada dan sudah diatur dalam perundang-undangan yang wajib ditaati dan dipatuhi oleh masing-masing pegawai tanpa adanya pengecualian.

g. Pedoman Dalam Pendisiplinan

Menurut Agus Dharma (2003: 259) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu diingat pada waktu pendisiplinan seseorang yaitu:

1) Jangan terlalu emosi 2) Jangan menyerang pribadi 3) Spesifik

4) Tepat waktu 5) Konsisten

6) Jangan mengancam 7) Bersikap adil

8) Ingat bahwa pendisiplinan itu tidak untuk memperkuat perilaku jelek

Sedangkan Heidjrachman dan Suad Husnan (2001: 241) mengemukakan pedoman pendisiplinan sebagai berikut:

1) Pendisiplinan dilakukan secara pribadi 2) Pendisiplinan harus bersifat membangun

3) Pendisiplinan dilakukan dilakukan secara langsung dan segera 4) Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan

5) Pimpinan tidak seharusnya memberikan pendisiplinan pada waktu bawahan sedang absen

6) Setelah pendisiplinan sikap pimpinan harus wajar kembali

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pedoman pendisiplinan adalah sebagai berikut:

1) Jangan terlalu emosi

Dalam melakukan tindakan pendisiplinan pimpinan seharusnya bersikap tenang dan menahan emosi. Pimpinan perlu mengatur tekanan emosi sedemikian rupa sehingga karyawan atau bawahan menyadari adanya masalah tetapi jangan sampai larut dalam masalah tersebut agar pekerjaan tidak terganggu.

commit to user 2) Jangan menyerang pribadi

Pada waktu melakukan pendisiplinan terhadap seorang karyawan jangan menyerang harga diri orang yang bersangkutan sebagai manusia. Pisahkan orang itu sebagai pribadi dari perilaku. Penyerangan pribadi karyawan ini akan memberi dampak yang negative pada karyawan. Dampak ini bisa berupa karyawan menjadi kurang semangat dalam bekerja.

3) Tepat waktu

Jangan menunda-nunda tindakan pendisiplinan sampai masalah terlupakan. Sewaktu kesalahan baru saja terjadi, segera tegur karyawan yang melakukan kesalahan tersebut. Hal ini dilakukan agar masalah dapat segera terselesaikan dan dapat dicari penyelesaiannya, sehingga masalah tidak akan berlarut-larut dan karyawan segera menyadari akan kesalahan yang dilakukan.

4) Konsisten

Suatu kesalahn yang sama hendaknya diberi hukuman yang sama pula. Harus dihindari melakukan pendisiplinan dengan pilih kasih, penguatan yang positif harus diberikan kepada setiap orang yang berprestasi diseluruh lingkungan perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kecemburuan antara karyawan yang satu dengan yang lainnya.

5) Jangan mengancam

Seorang pimpinan dalam mendisiplinkan karyawannya tidak boleh memberikan ancaman kepada karyawan tersebut. Setelah pimpinan mendisiplinkan karyawannya, hendaknya memperlihatkan sikap yang wajar terhadap karyawan tersebut, seolah-olah tidak ada persoalan. Hal tersebut dilakukan supaya proses bekerja dapat berjalan dengan lancar.

6) Bersikap adil

Pimpinan dalam memberikan sanksi atau hukuman terhadap kesalahan seorang karyawan hendaknya seimbang, jangan terlalu berat atau ringan. Hukuman harus disesuaikan dengan tingkat kesalahan yang dilakukan oleh seorang karyawan. Dengan sikap yang adil tentu akan menghindari kecemburuan sosial antara pegawai dalam perusahaan tersebut.

commit to user

h. Pengukuran Disiplin Kerja

Cara mengetahui disiplin kerja seorang karyawan dalam melaksanakan pekerjaan, Alfred D Laiteiner dalam Imam Soedjana (2000: 72) mengemukakan:

“Umumnya disiplin kerja yang sejati terdapat apabila karyawan datang di tempat kerja dengan teratur dan tepat pada waktunya, mereka berpakaian serba baik pada tempat pekerjaannya, mereka mempergunakan bahan-bahan dan perlengkapan dengan hati-hati. Apabila menghasilkan jumlah dan kualitas pekerjaanya dengan semangat baik”.

Alex S Nitisemito (2003: 200) mengemukakan bahwa “Menegakkan kedisiplinan penting bagi perusahaan, dengan disiplin itu diharapkan sebagian besar peraturan ditaati oleh sebagian karyawan”.

Berdasarkan pendapat Alfred Laitener dalam Imam Soejana tersebut Di atas dapat disimpulkan bahwa indikator disiplin kerja yaitu:

1) Ketaatan dalam penggunaan waktu

Merupakan kesediaan para karyawan dalam bentuk disiplin terhadap penggunaan waktu kerja yang telah ditentukan oleh perusahaan. Hal ini meliputi jam masuk kerja, pulang kerja, ketepatan dalam menyelesakan tugas yang diberikan dan meninggalkan tempat kerja tepat waktu jam kerja.

2) Ketaatan dalam menjalankan tugas dan perintah atasan

merupakan ketaatan para karyawan dalam melaksanakan perintah atasan. Hal ini meliputi sikap dan perasaan dalam melaksanakan perintah atasan, dan ketaatan dalam melaksanakan tugas dari atasan apabila tidak ada pengawasan.

3) Ketaatan dalam menggunakan fasilitas kerja

Merupakan kepatuhan dalam mengikuti petunjuk dalam menggunakan peralatan dan perlengkapan kantor serta penyimpanan alat-alat kerja. Karyawan yang taat terhadap peraturan dalam menggunakan fasilitas kerja tentu akan mengurangi resiko pada kerusakan fasilitas yang diberikan pada suatu perusahaan.

commit to user 4) Ketaatan dalam mengikuti petunjuk cara kerja

Merupakan ketaatan para karyawan dalam mengikuti petunjuk tata kerja yang digunakan dalam bekerja. Hal ini meliputi sikap terhadap prosedur kerja yang ada dalam perusahaan dan sikap jika melakukan penyimpangan terhadap cara kerja yang berlaku.

Dokumen terkait