• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Tentang Gaya Kepemimpinan

a. Pengertian Kepemimpinan

Menurut Joko Widodo (2007: 5) menyatakan bahwa “Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain agar orang yang dipengaruhi mau mengikuti keinginan dari orang yang mempengaruhi”. Menurut Djoko Santosa (2008: 7) menyatakan bahwa “Kepemimpinan ialah kemampuan seseorang mempengaruhi perilaku orang lain untuk berfikir dan berperilaku dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan organisasi di dalam situasi tertentu”

Menurut Sondang P. Siagian (2002: 62) “Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu tidak disenanginya”.

Berdasarkan berbagai pendapat tentang kepemimpinan dapat disimpulkan bahwa masing-masing definisi berbeda menurut sudut pandang penulisnya. Namun demikian ada kesamaan dalam mendefisinikan kepemimpinan yakni mengandung makna bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi, mengarahkan, menyuruh, melarang seseorang atau sekelompok orang dalam rangka pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

Definisi kepemimpinan tersebut menekankan bahwa kepemimpinan merupakan suatu yang penting dan sebegitu pentingnya dikatakan pula bahwa kepemimpinan adalah kunci keberhasilan suatu organisasi. Sehingga apabila dalam suatu organisasi itu tidak ada unsur kepemimpinan maka dalam organisasi tidak akan tercapai keberhasilan.

commit to user

b. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan seorang pemimpin merupakan hal yang ikut menentukan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Penerapan gaya kepemimpinan antara organisasi yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Disesuaikan dengan kondisi organisasi dan pola kerja para anggota organisasinya. Sehingga diharapkan melalui penerapan gaya kepemimpinan ini akan meningkatkan kepuasan kerja anggota organisasi. Menurut Joko Widodo (2007: 10) menyatakan bahwa “Gaya kepemimpinan adalah perilaku yang ditunjukan seorang pemimpin pada saat mereka mencoba mempengaruhi perilaku orang lain (bawahan)”. Selanjutnya Veithzal Rivai (2007: 64) menyatakan bahwa “Gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya”. Sedangkan menurut Husaini Umar (2006: 267) menyebutkan bahwa “Gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang oleh seseorang pada saat orang itu mempengaruhi perilaku orang lain”. Senada dengan pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seseorang pemimpin baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahanya yang digunakan untuk mempengaruhi orang lain dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang dilakukan oleh seorang pemimpin pada saat mempengaruhi perilaku bawahan agar bekerja mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

c. FungsiKepemimpinan

Kepemimpinan yang efektif akan terwujud bila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan, harus sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkan. Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing.

commit to user

Veithzal Rivai (2004: 53) mengemukakan fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi :

1) Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin.

2) Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi.

Selanjutnya secara operasional, dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan yaitu :

1) Fungsi instruksi

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakan dan memotivasi orang lain agar melaksanakan perintah.

2) Fungsi konsultatif

Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah, meski sangat tergantung pada pihak pemimpin. Pada tahap pertama adalah usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskan berkonsultasi dengan orang yang dipimpinnya.

3) Fungsi partisipasi

Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melasanakannya.

4) Fungsi delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang penerima delegasi ini harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi.

commit to user 5) Fungsi pengendalian

Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya terarah dan dalam kondisi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.

d. Teori Kepemimpinan

Banyak studi ilmiah dilakukan orang mengenai kepemimpinan, dan hasilnya berupa teori-teori tentang kepemimpinan. Setiap teoritikus mempunyai segi penekanannya sendiri, dipandang dari satu aspek tertentu.

Menurut Ig. Wursanto (2003: 197) “Ada beberapa teori kepemimpinan diantaranya ialah: teori kelebihan teori sifat teori keturunan, teori kharismatis, dan teori bakat”.

Keterangan mengenai macam-macam teori tersebut akan dipaparkan di bawah ini:

1) Teori kelebihan

Teori ini beranggapan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin apabila ia memiliki kelebihan dari para pengikutnya. Pada dasarnya kelebihan yang dimiliki seseorang pemimpin mencakup 3 hal yaitu:

a) Kelebihan ratio: ialah kelebihan dalam menggunakan pikiran, kelebihan dalam pengetahuan tentang hakikat tujuan dari organisasi, dan kelebihan dalam memiliki pengetahuan tentang cara-cara menggerakan organisasi, serta dalam penggambilan keputusan yang cepat dan tepat. Untuk itu seorang pemimpin mampu mengatasi segala macam persoalan yang dihadapi oleh organisasi. Pemimpin merupakan tumpuan dari para pengikutnya. b) Kelebihan rohaniah: berarti seorang pemimpin harus mampu

menunjukan keluhuran budi pekertinya kepada para bawahanya. Seorang pemimpin harus mempunyai moral yang tinggi karena

commit to user

pada dasarnya pemimpin merupakan panutan para pengikutnya. Segala tindakan, perbuatan, sikap dan ucapan hendaknya menjadi suri teladan bagi para pengikunya.

c) Kelebihan badaniah: berarti seorang pemimpin hendaknya memiliki kesehatan badaniah yang lebih dari pengikutnya sehingga memungkinkan untuk bertindak dengan cepat. Akan tetapi masalah kelebihan badaniah ini bukan merupakan faktor pokok atau faktor yang menentukan.

2) Teori sifat

Pada dasarnya teori sifat sama dengan teori kelebihan. Teori ini menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin yang baik apabila memiliki sifat-sifat yang lebih dari pada yang dipimpinya. Disamping memiliki tiga macam kelebihan (kelebihan rasio, rohaniah,dan badaniah), hendaknya seorang pemimpin mempunyai sifat-sifat yang positif sehingga para pengikutnya dapat menjadi pengikut yang baik, dan memberikan dukungan kepada pemimpinnya. Menurut Mukti Ali, dalam Ig Wursanto (2003: 199), ciri-ciri tertentu dari mental yang siap membangun yaitu:

a) Suka bekerja keras

b) Sabar menderita dan menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan c) Bersifat terbuka, suka menerima ide-ide baru karena salah satu sifat

dari masyarakat ialah selalu berubah

d) Mau kerja sama dengan pihak-pihak lain (perseorangan, badan-badan, atau instansi-instansi) yang mempunyai ide-ide baru yang baik

e) Berani melakukan eksperimen. Kalau tidak berani melakukannya maka tidak akan pernah timbl ide-ide baru yang baik.

f) Hemat, tidak boros g) Teliti dalam pekerjaan h) Jujur

i) Bersifat mau berbakti atau mempunyai dedikasi

j) Suka rukun, antara lain dalam hubungan antara agama kerukunan adalah salah satu persyaratan dalam pembangunan.

3) Teori keturunan

Teori kerukunan disebut juga teori pembawaan lahir, ada juga yang menyebut teori genetik. Menurut teori keturunan, seseorang dapat menjadi

commit to user

seorang pemimpin adalah karena keturunan atau warisan. Orang tuanya seorang pemimpin maka secara otomatis anaknya akan menjadi pemimpin menggantikan orang tuanya. Hal ini berarti seolah-olah seseorang menjadi pemimpin karena ditakdirkan. Pada jaman penjajahan dulu, khususnya pada jaman penjajahan belanda, teori ini sering menjadi kenyataan.

4) Teori kharismatis

Menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena orang tersebut mempunyai kharisma (pengaruh) yang sangat besar. Kharisma itu diperoleh dari kekuatan yang maha kuasa. Dalam hal ini terdapat suatu kepercayaan bahwa orang itu adalah pancaran dari zat tunggal, dari tuhan yang maha Esa. Sehingga ia dianggap mempunyai kekuatan gaib (supranatural power). Pemimpin yang bertipe kharismatis biasanya memiliki daya tarik, kewibawaan dan pengaruh yang sangat besar. Tokoh-tokoh atau pemimpin yang mempunyai tipe kharismatis, misalnya panglima besar sudirman, Ir Soekarno,John F. Kenney, Nehru dan lain-lain.

5) Teori bakat

Teori bakat disebut juga teori ekologis, yang berpendapat bahwa pemimpin itu lahir karena bakatnya. Ia menjadi pemimpin karena memang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin, bakat kepemimpinan itu harus dikembangkan, misalnya dengan memberi kesempatan orang tersebut menduduki suatu jabatan.

6) Teori sosial

Teori sosial beranggapan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat menjadi pemimpin. Setiap orang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin asalkan dia diberi kesempatan. Setiap orang dapat dididik menjadi pemimpin karena masalah kepemimpinan dapat dipelajari, baik melalui pendidikan formal maupun melalui pengalaman praktek. Yang

commit to user

menjadi masalah adalah apakah orang yang bersangkutan mempunyai kesempatan ataukah tidak.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa teori-teori yang dimunculkan menunjukan perbedaan dalam pendapat dan uraian, metodologinya, interprestasi yang diberikan, dan kesimpulan yang ditarik. Teori kepemimpinan menceritakan bagaimana seorang pemimpin menjadi seorang pemimpin, atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin.

e. Jenis-Jenis Gaya Kepemimpinan

Jenis-jenis gaya kepemimpinan menurut Hasibuan (2005: 170) adalah sebagai berikut:

1) Kepemimpinan otoriter

Kepemimpinan otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap berada pada pimpinan. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pimpinan, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.

2) Kepemimpinan partisipatif

Kepemimpinan partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinan dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan.

3) Kepemimpinan delegasi

Kepemimpinan delegasi adalah apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin tidak peduli cara bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada bawahan.

4) Kepemimpinan situasional

Kepemimpinan situasional adalah perilaku pemimpin dan anggota pengikut dalam kelompok dan situasi yang variatif. Dalam kepemimpinan situasional, tidak ada cara satupun yang baik untuk mempengaruhi orang lain. Gaya kepemimpinan yang mana yang harus digunakan terhadap individua atau kelompok tergantung pada tingkat kesiapan orang yang akan dipengaruhi.

Berdasarkan uraian gaya kepemimpinan di atas dapat diketahui bahwa kepemimpinan otoriter merupakan jenis gaya kepemimpinan yang dipandang sebagai karakteristik yang negatif. Karena gaya kepemimpinan menunjukan

commit to user

sikap dominan pimpinan serta mengabaikan peranan bawahan, cenderung memperlakukan bawahan hanya sebagai alat atau mesin. Sedangkan gaya kepemimpinan partisipatif, gaya kepemimpinan ini mengikutsertakan bawahan untuk memberikan ide atau sarannya kepada pimpinan dalam mengambil keputusan. Sedangkan kepemimpinan delegasi merupakan jenis gaya kepemimpinan yang memberikan sebagian wewenang pimpinan kepada bawahan untuk mengambil keputusan. Selanjutnya kepemimpinan situasional merupakan gaya kepemimpinan yang bervariasi yang disesuaikan dengan keadaan bawahan.

Menurut Suyanto (2009: 104) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan berdasarkan aspek kekuasaan dan wewenang adalah sebagai berikut:

1) Otoriter (otokratik)

Pemimpin berorientasi pada tugas yang harus segera diselesaikan. Menggunakan posisi dan power dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan dan pengambilan keputusan. Pada gaya kepemimpinan ini motivasi yang dilakukan dengan memberikan reward dan punishment

2) Demokrasi

Pemimpin menghargai sifat dan kemampuan tiap staf. Menggunakan pribadi dan posisi untuk mendorong munculnya ide dari staf serta memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Oleh karena itu mereka didorong untuk membuat rencana, melaksanakan dan melakukan pengontrolan sesuai dengan yang disepakati.

3) Partisipatif

Pimpinan yang menganut gaya kepemimpinan ini hanya memegang kendali yang kecil dalam proses pengambilan keputusan, ia hanya menyajikan informasi mengenai suatu masalah dan memberikan kesempatan pada anggota tim untuk mengembangkan stategi dan pemecahannya. Tugas pemimpin hanya mengarahkan tim kepada tercapainya konsesus.

4) Bebas Tindak (Laiser-faire)

Pimpinan hanya sebagai official, staf yang menentukan sendiri kegiatan yang akan dilaksanakan tanpa pengarahan, supervise dan koordinasi. Sehingga kendali yang dilakukan pimpinan sangat minimal dan hanya bersifat laporan.

Perbedaan jenis kepemimpinan yang disebut Hasibuan dengan Suyanto adalah gaya kepemimpinan demokrasi dan bebas tindak (Laiser-faire). Pada gaya kepemimpinan demokrasi seorang pimpinan berperan sebagai

commit to user

koordinator dari sesuatu yang sudah disepakati dengan bawahannya. Sedangkan gaya kepemimpinan bebas tindak (Laiser-faire) seorang pimpinan terlihat pasif dan membiarkan organisasi berjalan dengan sendirinya.

Sedangkan Joko Widodo (2007: 10-11) menyatakan bahwa perilaku pemimpin dalam mempengaruhi, mengarahkan, dan menggerakkan bawahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Perilaku direktif, yaitu perilaku yang menunjukkan kadar keterlibatan pemimpin dalam komunikasi satu arah menetapkan peranan bawahan dan memberi tahu bawahan tentang apa yang seharusnya dikerjakan, kapan, dimana, dan bagaimana melakukannya sekaligus mengawasi secara ketat pelaksanaan tugas yang diberikan kepada bawahan. 2) Perilaku suportif, yaitu perilaku yang menunjukan kadar keterlibatan

pemimpin dalam komunikasi dua arah, mendengar, mendorong, serta melibatkan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Dari kombinasi gaya kepemimpinan tersebut, menghasilkan empat gaya, yatu:

1) Gaya instruksi, yaitu pemimpin banyak memberikan pengarahan (direktif tinggi) dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan secara ketat serta sedikit bahkan sama sekali tidak memberikan kesempatan bawahan untuk terlibat dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

2) Gaya konsultasi, adalah gaya seorang pemimpin yang menunjukan perilaku lebih banyak memberikan pengarahan (direktif tinggi) dan mendengarkan bawahan (suportif tinggi). Dengan gaya ini seorang pemimpin menjelaskan keputusan yang diambilnya dan mendengarkan saran-saran bawahan dan pada saat yang sama masih memberikan pengarahan yang spesifik dan melakukan pengawasan secara ketat dalam penyelesaian tugas bawahan.

3) Gaya delegasi, adalah gaya (perilaku) pemimpin yang menunjukan kadar perilaku suportif rendah dan direktif rendah. Seorang pemimpin banyak mendelegasikan kewenangan dalam proses pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan tanggung jawab pelaksanaan tugas kepada bawahan.

4) Gaya partisipatif, adalah gaya (perilaku) pemimpin yang dicirikan kadar suportivitas tinggi dan kadar direktif rendah. Dengan gaya ini seorang pemimpin menyusun keputusan secara bersama-sama (partisipasi) dengan bawahan dan mendorong usaha mereka dalam menyelesaikan tugas.

Dari uraian gaya kepemimpinan menurut Joko Widodo di atas menambahkan jenis gaya kepemimpinan yaitu direktif dan suportif. Dimana

commit to user

keduanya dikombinasikan menjadi empat macam gaya yaitu instruksi, konsultasi, partisipatif, dan delegasi. Setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Dasar yang digunkan dalam memilih gaya kepemimpinan merupakan tugas yang harus dilakukan oleh pimpinan. Seorang pemimpin harus mempunyai kapasitas untuk membaca situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinanya sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi. Artinya gaya kepemimpinan yang otoriter belum tentu sepenuhnya tidak baik dan efektif dalam mempengaruhi bawahan. Demikian gaya demokratis belum tentu sepenuhnya baik dan efektif dalam mempengaruhi perilaku bawahan. Hal ini sangat tergantung kepada tuntutan situasi tertentu yang ada. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan cenderung berbeda dari satu situasi kesituasi lainnya.

Dari beberapa pendapat di atas, peneliti memilih jenis gaya kepemimpinan dalam sebuah organisasi adalah sebagai berikut:

1) Kepemimpinan direktif

Perilaku pemimpin yang menunjukan kadar keterlibatan pemimpin dalam komunikasi satu arah yaitu menetapkan peranan bawahan, memberi tahu, bawahan tentang apa yang seharusnya dikerjakan, kapan, dimana dan bagaiman melakukannya sekaligus mengawasi secara ketat pelaksanaan tugas yang diberikan kepada bawahan. 2) Kepemimpinan suportif

Perilaku yang menunjukan kadar keterlibatan pemimpin dalam komunikasi dua arah yaitu mendengarkan aspirasi bawahan, serta melibatkan bawahan dalam pemecahan masalah, dan menarik minat kerja bawahan.

3) Kepemimpinan partisipatif

Perilaku yang menunjukkan gabungan antar otoriter dan demokratis, yaitu pimpinan menciptakan kerjasama diantara bawahan, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pimpinan memotivasi para bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Dengan gaya ini seorang pemimpin menyusun keputusan secara

commit to user

bersama-sama dengan bawahan dan mendorong usaha mereka dalam menyelesaikan tugas.

Berbagai jenis gaya kepemimpinan yang telah dijelaskan di atas pada dasarnya memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Penerapan gaya kepemimpinan dapat memilih salah satu gaya kepemimpinan atau kombinasikan beberapa gaya kepemimpinan yang sesuai dengan keadaan organisasi, sehingga pemilihan gaya kepemimpinan akan meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan organisasi.

f. Indikator Gaya Kepemimpinan

Berdasarkan uraian jeni-jenis gaya kepemimpinan di atas maka indikator yang digunakan peneliti untuk mengukur gaya kepemimpinan adalah sebagai berikut:

1) Kepemimpinan direktif 2) Kepemimpinan suportif 3) Kepemimpinan partisipatif

Dokumen terkait