• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Tentang Pengaruh Pemahaman Politik Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kesadaran Politik

BAB II LANDASAN TEORI

3. Tinjauan Tentang Pengaruh Pemahaman Politik Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kesadaran Politik

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan didalam suatu konsep pendidikan sangatlah perlu diberikan kepada seorang siswa yang menempuh suatu jenjang pendidikan baik SD, SMP, maupun SMA serta perguruan tinggi karena Pendidikan Kewarganegaraan dapat mencakup semua aspek pelajaran baik mata pelajaran geografi, sosiologi, sejarah maupun dibidang Antropologi. Oleh karena Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan yang penting dalam pembentukan moral dan budi pekerti seseorang dalam kehidupan bernegara seperti yang GLXQJNDSNDQ ROHK 6XPDUVRQR EDKZD ´3HQGLGLNDQ .HZDUJDQHJDUDDQ adalah dimaksudkan agar warga negara memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap, dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan pancasila. Semua itu diperlukan demi WHWDSXWXKGDQWHJDNQ\D1.5,´

Pendidikan Kewarganegaraan/civic education adalah program pendidikan/ pembelajaran yang secara programatik prosedural berupaya memanusiakan (humanizing) dan membudayakan (civilizing) serta memberdayakan (empowering)

commit to user

manusia/anak didik (diri dan kehidupannya) menjadi Warga Negara yang baik sebagaimana ditentukan keharusan/yuridis konstitusional Bangsa/Negara yang bersangkutan(Anonim, 2010).

Dalam standar kompetensi kurikulum 2004, ditegaskan bahwa "Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education)" adalah merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945.

Menurut Soedijarto GDODP )DGOL\DQXU EDKZD ³Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik yang demokratis.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang menyangkut tentang warga negara dan negara serta hak dan kewajiban warga negara. Pembelajaran di dalamnya bertujuan untuk mendidik generasi muda agar menjadi warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab serta berkesadaran.

b. Ruang Lingkup dan Tujuan Materi Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah yaitu mulai dari tingkat SD, SMP hingga SMA tercakup beberapa tujuan dan ruang lingkup materi.

Tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam hal :

(1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

(2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

commit to user

24

(3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

(4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

(Departemen Pendidikan Nasional, 2006)

Sedangkan Tujuan PKn menurut Eric (1996) yang dikutip dalam Journal

International of Definition Civic Education as Subject dari

http//www.Geogle.com. bahwa, ´The first objective of civic education is to teach thoroughly the meaning of the most basic idea, so that students will know what a constitutional democracy is and what it is not´

Artinya bahwa tujuan pertama pendidikan kewarganegaraan adalah teliti di dalam mengajar sehingga siswa akan mengetahui apa yang termasuk konstitutional dan demokrasi ataupun dengan yang tidak konstitutional dan tidak demokrasi sehingga siswa diharapkan dapat membedakan diantara keduanya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolahan yang bertujuan dan berfungsi membentuk diri peserta didik cerdas, terampil dan berkarakter, berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif serta bertindak sesuai dengan amanat pancasila dan UUD 1945.

Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi beberapa aspek-aspek sebagai berikut :

1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

2) Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata terrtib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan

commit to user

bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.

3) Hak Asasi Manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara.

5) Konstitusi negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.

6) Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sitem pemerintahan, Pers dalam masyrakat demokrasi. 7) Pancasila, meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan

ideologi negara, Proses perumusan pancasila senagai dasar negara, Pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

8) Globalisasi, meliputi: Globalisasi dilingkungannya, Politik luar negeri, Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Menguasai globalisasi.

(Departemen Pendidikan Nasional, 2006)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan di setiap jenjang pendidikan formal di sekolah mempunyai beberapa aspek yang menjadi ruang lingkupnya. Ruang lingkup dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut adalah meliputi persatuan dan kesatuan bangsa, norma hukum dan peraturan, HAM, kebutuhan warga negara, konstitusi negara,

commit to user

26

kekuasaan dan politik, pancasila dan globalisasi. Kemudian dari aspek-aspek tersebut nantinya akan dijabarkan ke dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dalam hal ini pemahaman materi politik di sekolah, salah satu aspek materi yang melingkupi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu tentang politik. .

c. Komponen dalam Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam aspek pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terdapat tiga komponen utama yang harus di miliki. Menurut Branson yang dikutip oleh Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah (2007: 186-191) berdasarkan kompetensi yang perlu dikembangkan dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan didalamnya mencakup tiga komponen utama yang perlu dipelajari yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan/kecakapan kewarganegaraan (civic skills), dan watak atau karakter kewarganegaraan (civic dispositions). Penjelasan dari tiga komponen diatas adalah sebagai berikut : 1) (Civic Knowledge) Pengetahuan kewarganegaraan

Pengetahuan kewarganegaraan ini berkaitan dengan kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara mengenai hak dan kewajiban warga negara. Dari ranah pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) di atas dapat diperinci lagi. Dalam Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah (2007:31-33) menyatakan bahwa :

Knowledge: the content of Civic Education: a). why do we need a goverment?, b). the purpose of goverment, c). constitutional princilples, d). concepts, principles, and values underlying the political, system, i.e.,authority, justice, diversity, rule of law, e). individual rights (personal, political, economic), f). responsibilities of citizen, g). role of citizen in a democracy, h). how the cirizen can participate in community decisions. Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa isi pengetahuan kewarganegaraan dalam Pendidikan Kewarganegaraan dapat diperinci menjadi tentang a). mengapa pemerintahan dibutuhkan, b). tujuan dari pemerintahan, c). prinsip-prinsip yang mendasari konstitusi, konsep, prinsip, dan nilai-nilai yang menjadi dasar politik, d). sistem, kewenangan, keadilan, keaneka ragaman, kepastian hukum, e). hak-hak individu (pribadi, politis, ekonomi), f). tanggung-jawab warganegara, g). peran warga negara di dalam suatu demokrasi, h).

commit to user

bagaimana warga negara dapat mengambil bagian di dalam menentukan keputusan.

2) (Civic skills) Keterampilan/kecakapan kewarganegaraan

Selain harus menguasai pengetahuan tentang lingkup kewarganegaraan juga harus perlu memiliki kecakapan-kecakapan intelektual dan partisipatoris.

CCE dalam Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah (2007:33) menyatakan bahwa :

Skills: what a citizen needs to be able to do participate effectively. a). Critical thinking skills: gather and assess information, clarify an prioritize, identity and assess consequences, evaluate, reflect. b). Participation skills: communicate, negotiate, cooperate, manage conflicts peacefully and fairly, reach consensus.

Pendapat di atas dapat diartikan bahwa ketrampilan apa yang dibutuhkan warganegara di dalam berpartisipasi secara efektif a). Pemikiran kritis, meliputi keterampilan dalam mengumpulkan dan menilai informasi, menegaskan suatu keutamaan, identitas dan memahami suatu akibat, mengevaluasi, mencerminkan. b). Partisipasi, yang meliputi keterampilan: komunikasi, musyawarah, bekerja sama, mengatur konflik dengan damai dan wajar, mencari kesepakatan.

3) (Civic dispositions) Watak atau karakter kewarganegaraan

Komponen dasar yang ketiga dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah (Civic dispositions) watak atau karakter kewarganegaraan yang mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional.

Menurut CCE dalam Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah (2007:33) merinci civic despositions PHQMDGL ³Civility, respect for the rights of other individuals, respect for law, honesty, open mindedness, critical mindedness, negotiation and compromise, persistence, compasion, patriotism, courage, tolerance of ambiguity´ <DQJ DUWLQ\D DGDODK ZDWDN NHZDUJDQHJDUDDQ GDSDW diperinci menjadi kesopanan, menghargai hak/ kebenaran individu lain, menghormati hukum, kejujuran, terbuka, kritis, bermusyawarah dan berunding, ketekunan, compasion, patriotisme, keberanian, toleransi.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa seorang warga negara harus memiliki pengetahuan kewarganegaraan yang baik, selanjutnya

commit to user

28

memiliki keterampilan intelektual maupun partisipatif, dan pada akhirnya pengetahuan serta keterampilan itu akan membentuk suatu karakter atau watak yang baik, sehingga menjadi sikap dan kebiasaan serta kesadaran akan perilaku dan tindakannya dalam sehari-hari.

d. Pengaruh Pemahaman Politik Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kesadaran Politik

Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah mengikuti proses belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat dilihat dari hasil belajar yang mereka dapatkan. Melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah pada tingkat jenjang SMA, yang salah satunya melingkupi materi yaitu mengenai politik ini sebagai salah satu pembelajaran awal mengenal tentang politik. Pemahaman akan materi politik merupakan suatu kondisi yang mengerti akan suatu permasalahan yang berhubungan dengan pemerintahan maupun kewarganegaraan dalam bermasyarakat.

Siswa yang memiliki pemahaman materi tentang politik yang mencakup kemampuan untuk mengerti makna dan arti dari bahan yang dipelajari diharapkan akan mempunyai kesadaran akan berpolitik yang baik diterapkan di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat nantinya. Adanya pemahaman dalam diri siswa tersebut berasal dari proses belajar dan pendidikan di sekolah, melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini, siswa akan memiliki pemahaman yang baik paham akan pentingnya mempelajari politik. Dengan pemahaman yang baik tersebut akan berpengaruh pada perilaku dan tindakannya, karena dengan paham akan materi politik nantinya siswa akan sadar politik, seperti yang telah tercantum dalam hakikat program Pendidikan Kewarganegaraan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran mengenai materi politik yang salah satunya diberikan lewat mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini akan mampu mempengaruhi proses penanaman kesadaran politik dalam diri siswa. Dengan adanya pendidikan di sekolah khususnya Pendidikan Kewarganegaraan dengan materi tentang politik ini siswa akan mempunyai pemahaman akan politik sehingga akan berpengaruh pada siswa

commit to user

untuk mendapatkan pengetahuan dan kesadaran akan politik, serta hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Dalam teori Piaget, perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang bahwa perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka ( Anwarcholil, 2008:1).

Dari teori ini dapat kita tangkap bahwa dalam membangun suatu pemahaman dapat diperoleh dari sesuatu hal yang biasa dilakukan, juga dari interaksi mereka sehari-hari. Dengan kata lain apabila mereka melakukan suatu kebiasaan dengan kesadaran diri mereka, berarti mereka paham dan mengerti benar apa yang dikerjakan. Dengan demikian bahwa pemahaman yang dimiliki seseorang akan dapat berpengaruh terhadap kesadaran akan tindakan yang dilakukannya.

Pemahaman merupakan salah satu tingkatan dari tujuan kognitif yang berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajarinya. Pemahaman juga memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada porsinya, tanpa pemahaman maka NHWHUDPSLODQ SHQJHWDKXDQ GDQ VLNDS WLGDN DNDQ EHUPDNQD´ 1XUXO $LQLn, 2008:23). Artinya, pemahaman yang dimiliki seseorang akan mendorong kebermaknaan sikap seseorang terhadap suatu hal.

0HQXUXW NRQVHS 'UL\DUNDUD GDODP =DLP (OPXEDURN ³SHUOXQ\D keseimbangan antara dimensi kognitif dan afektif dalam proses pendidikaQ´ Artinya untuk membentuk manusia seutuhnya tidak cukup hanya dengan mengembangkan kecerdasan berpikir atau IQ anak melalui dengan segudang ilmu pengetahuan, melainkan juga harus dibarengi dengan pengembangan perilaku dan sikap.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemahaman politik yang dikaji secara kognitif juga menyangkut sikap seseorang dalam hal ini bahwa pemahaman mendorong tindakan/sikap seseorang yang diwujudkan dalam

commit to user

30

bentuk kesadaran akan politik dalam diri siswa, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Dengan demikian, semakin peserta didik memiliki pemahaman khususnya pemahaman tentang politik maka semakin tinggi tingkat kesadaran politik yang dimilikinya.

e. Teori Gestalt Menurut Max Wertheimer

Adapun teori yang menghubungkan antara pemahaman dengan kesadaran didasarkan pada teori gestalt. Teori Gestalt dalam pembelajaran oleh max Wertheimer menekankan pada insight (pemahaman) untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Kholivin, 2008 dalam http//teoripembelajaran.blogspot.com dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan pembelajaran, belajar yang penting bukan mengulangi hal-halyang harus dipelajari,akan teapi mengerti atau memperoleh insight atau bisa disebut dengan pemahaman. Demikian halnya dengan pembelajaran tentsng materi politik yang diberikan pada peserta didik melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan hendaknya dalam proses pembelajarannya lenbih menekankan pada pemahaman mengenai arti atau makna dari politik dan bagian-bagiannya. Pembelajaran dari materi politik yang menekannkan pemahaman dengan tidak sekedar melibatkan kebenaran logika melainkan presepsi atau pemikiran-pemikiran yang dikembangkan maka dapat mengarahkan pada tujuan pembelajaran politik yaitu membentuk kesadaran politik pada peserta didik.

Hal ini sejalan dengan pandangan Max Wertheimer tentang teori Gestalt . Pendekatan Wertheimer bersifat dinamis, berurusan dengan pola-pola utuh yang ada dalam kesadaran. Dengan demikian pemahaman bukan hanya melibatkan kebenaran logika melainkan juga persepsi mengenai persoalan sebagai keseluruhan yang utuh, mengenai cara menggunakan sarana untuk mengarah ke tujuan pembelajaran (Winfred F. Hill (2009: 136). Artinya, tujuan pembelajaran dapat tercapai apabila dalam proses belajar mengajar ditekankan pada pemahaman bukan hanya pada hafalan. Tujuan pembelajaran politik adalah membentuk kesadaran pada peserta didik untuk dapat mengenal dan mengetahui tentang seluk beluk kehidupan politik itu bagaimana untuk dapat ditrakan dalam kehidupan

commit to user

bermasyarakat mau bernegara di dalam lingkungannya. Tokoh yang medukung teori ini adalah Kobler dan Koffka. Mereka berusaha menganalisis pikiran sadar menjadi unit-unit yang fundamental. Mereka beranggapan bahwa perilaku-perilaku itu sendiri dipandang sebagai pengalaman kesadaran. Teori Gestalt dalam pembelajaran menekankan bahwa pelajar yang memiliki wawasan akan memandang segenap situasinya dengan cara baru, dimana terkandung pemahaman atas hubungan yang logisatau presepsi atas hubungan antara sarana dan tujuan. Dari teori diatas maka antara pemahaman dan kesadaran saling berkaitan. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa dari hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan dalam materi politik tersebut memberikan suatu pemahaman tentang politik terhadap siswa yang kemudian pemahaman tersebut akan direalisasikan dalam suatu sikap politik pada siswa yang dapat diterapkan baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.

Dokumen terkait