• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

2. Tinjauan Tentang Persepsi Pengadaan Bahan Pustaka

a. Pengertian Persepsi Pengadaan Bahan Pustaka

Ditiap-tiap waktu seseorang akan menyadari ada berbagai hal yang berbeda dengan dirinya. Soerjono Soekanto dan Heri Tjandrasari (1997:22) menerjemahkan pendapat J.S Roucek yang menyatakan bahwa “proses menyadari adanya hal-hal yang berbeda dari diri manusia dan memberikan

commit to user

suatu tanggapan lazim disebut persepsi”. Kesadaran ini diperoleh berkat penggunaan pancaindra manusia.

Nurjanah T (1993:276) menerjemahkan pendapat Rita L. Atkinson dan Ernest R. Hilgrad yang mengemukakan bahwa “persepsi merupakan penelitian bagaimana kita mengintegrasikan sensasi kedalam percepts (hasil dari perceptual) obyek dan bagaimana kita selanjutnya menggunakan percepts itu dalam mengenali dunia”. Sensasi-sensasi yang dirasakan dan dialami manusia setiap saat tidak hilang begitu saja tetapi dipadukan didalam otak. Pengintegrasian sensasi itu kemudian dipakai untuk mengenali lingkungan sekitar. Secara lebih dalam Abu Ahmadi (1990:200) mengatakan bahwa “persepsi adalah suatu persepsi dan interpretasi”. Pengertian ini tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Rita Atkinson dan kawan-kawan meskipun dengan bahasa yang sederhana dan lugas.

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Dimyati Mahmud (1990:41) bahwa “persepsi adalah menafsirkan stimulus yang ada diotak. Persepsi itu merupakan pengertian kita tentang situasi sekarang dalam artian pengalaman-pengalaman yang telah lalu”. Jadi persepsi itu muncul karena kita telah memiliki pengalaman sebelumnya yang berkaitan dan tersimpan aman dalam otak. Pengalaman yang telah lalu dimanfaatkan untuk mengenali masa kini. Menurut Bimo Walgito (1997:53) “persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui oleh alat reseptor sampai ke susunan syaraf otak”. Proses tersebut merupakan proses psikologis, dalam arti individu itu menyadari apa yang ia lihat, ia dengar, dan ia rasakan sehingga terjadi proses persepsi.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa perrsepsi adalah pemanfaatan pengalaman atau sensasi yang telah lalu untuk mengenali masa kini dan menyadari ada banyak hal yang berbeda dengan diri manusia untuk kemudian mampu memberikan tanggapan.

Koleksi merupakan nafas perpustakaan perguruan tinggi. Artinya, perpustakaan perguruan tinggi akan dapat berfungsi sebagai sumber informasi

commit to user

17

dan sumber belajar apabila didalam perpustakaan tersebut tersedia banyak bahan pustaka. Dengan adanya bahan pustaka ini para mahasiswa dapat belajar dan mencari informasi yang diinginkan. Sedangkan perpustakaan perguruan tinggi yang kurang memiliki bahan–bahan pustaka atau jarang bahkan tidak pernah ditambah dengan bahan–bahan pustaka yang baru akan ketinggalan zaman dan lambat laun minat mahasiswa untuk membaca semakin pudar sehingga mereka kurang senang mengunjungi perpustakaan perguruan tinggi. Oleh karena itu, perlu adanya pengadaan bahan pustaka secara terus– menerus.

Dalam buku Manajemen Logistik, H. Subagya (1999:29) mengemukakan bahwa “Pengadaan adalah segala kegiatan dan usaha untuk menambah dan memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada (termasuk didalamnya usaha untuk mempertahankan sesuatu yang telah ada dalam batas–batas efisiensi)”. Pendapat senada juga diungkapkan Ign. Wagimin (2009:80) bahwa “Pengadaan adalah segala kegiatan penyediaan untuk menunjang pelaksanaan tugas”.

Berdasarkan kedua pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengadaan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk memenuhi kebutuhan dengan cara menyediakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada sehingga mampu menunjang dan memperlancar pelaksanaan tugas atau pekerjaan.

Menurut Pawit M. Yusuf dan Yaya Suhendar (2005:9) bahwa “Bahan pustaka adalah bahan atau sumber-sumber informasi, baik berupa buku ataupun bahan bukan buku, yang dikelola untuk kepentingan proses belajar mengajar di sekolah yang bersangkutan”. Pengadaan bahan pustaka adalah salah satu dari kegiatan pelayanan teknis pada suatu perpustakaan dalam usaha untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para pengguna secara up to date. Melalui kegiatan kerja pengadaan tersebut, pustakawan berusaha menghimpun bahan–bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan baik itu koleksi seperti buku, terbitan berseri lainnya seperti majalah, jurnal,

commit to user

surat kabar, brosur, dan sebagainya, sedangkan koleksi non cetak seperti kaset, audiovisual, mikrofilm, mikrofis, piringan hitam, vidio kaset, dan CD ROM (Compact Disc Read Only Memory).

Menurut Ibrahim Bafadal (2005:25) bahwa “Pengadaan bahan pustaka adalah mengusahakan bahan–bahan pustaka yang belum dimiliki perpustakaan sekolah dan menambah bahan–bahan pustaka yang sudah dimiliki perpustakaan sekolah tetapi jumlahnya masih kurang”. Sedangkan menurut Yulia (1993:41) bahwa ”Pengadaan koleksi adalah hal-hal yang mencakup perolehan bahan/buku melalui pembelian, hadiah, pertukaran, pembayaran atau tanda terima pembayaran dan pemeliharaan catatan-catatan yang berkaitan dengan pengadaan”.

Berdasar pada kedua pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengadaan bahan pustaka adalah kegiatan layanan teknis perpustakaan dalam rangka melengkapi atau memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan yang dimulai dari pemilihan, pemesanan, sampai pada tahap pemeriksaan dan inventarisasi.

Didalam pengadaan bahan pustaka terdapat dua kemungkinan. Kemungkinan yang pertama adalah mengusahakan bahan–bahan pustaka yang sama sekali belum dimiliki oleh perpustakaan perguruan tinggi. Kemungkinan yang kedua adalah menambah bahan–bahan pustaka yang jumlahnya kurang menjadi tercukupi untuk memenuhi kebutuhan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa persepsi pengadaan koleksi bahan pustaka merupakan pemanfaatan pengalaman tentang pengadaan koleksi bahan pustaka yang telah dilakukan sebelumnya untuk kemudian mampu memberikan tanggapan.

b. Jenis–jenis Bahan Pustaka

Pemahaman jenis–jenis bahan pustaka perlu sekali bagi seorang pustakawan. Hal ini dikarenakan dapat dijadikan dasar untuk menentukan bahan–bahan pustaka yang harus diusahakan. Bahan–bahan pustaka ada bermacam–macam, hal ini tergantung darimana kita meninjaunya.

commit to user

19

Jenis bahan pustaka bisa ditinjau dari bentuk fisiknya dan dari isinya, yakni sebagai berikut:

1) Ditinjau dari bentuk fisiknya, bahan–bahan pustaka bisa dibagi kedalam dua kelompok sebagai berikut:

a) Bahan–bahan pustaka berupa buku–buku, seperti buku tentang psikologi, buku Bahasa Indonesia, buku–buku tentang ilmu pengetahuan sosial, buku–buku tentang agama, buku–buku tentang ilmu pengetahuan alam

b) Bahan–bahan pustaka bukan berupa buku, seperti surat kabar, majalah, peta, globe, piringan hitam.

Bahan–bahan pustaka yang bukan berupa buku ini dapat dibagi lagi menjadi dua kelompok sebagai berikut:

(1) Bahan–bahan tertulis, seperti surat kabar, majalah, brosur, laporan, karangan–karangan, kliping

(2) Bahan–bahan berupa alat pengajaran, seperti piringan hitam, radio, tape recorder, filmslide projector, filmstrip projector. 2) Ditinjau dari isinya, bahan–bahan pustaka dapat dibagi kedalam dua

kelompok sebagai berikut:

a) Bahan–bahan pustaka yang isinya fiksi, atau disebut buku–buku fiksi, seperti buku cerita anak–anak, cerpen, novel

b) Bahan–bahan pustaka yang isinya non fiksi, atau disebut buku non fiksi, seperti buku referensi, kamus, biografi, ensiklopedi, majalah dan surat kabar. (Ibrahim Bafadal, 2005:27)

Sebuah perpustakaan harus menyediakan bermacam–macam bahan pustaka, baik yang berupa buku maupun bukan berupa buku (non book material), baik buku–buku fiksi maupun buku–buku non fiksi. Bahkan perpustakaan yang sudah maju pun sudah seharusnya menyediakan banyak media belajar yang berteknologi tinggi seperti alat pemutaran film, radio, dan video tape recorder. Hal ini disebabkan perpustakaan tidak hanya sebagai tempat untuk membaca tetapi juga sebagai tempat untuk mendengarkan, belajar dan mendengarkan sesuatu.

Bahan–bahan pustaka yang perlu diusahakan secara bertahap oleh pustakawan dapat dirinci sebagai berikut:

1) Buku–buku referensi a) Kamus

b) Ensiklopedi c) Biografi d) Almanak

commit to user

a) Buku–buku yang berhubungan dengan agama

b) Buku–buku yang berhubungan dengan kewarganegaraan c) Buku–buku yang berhubungan dengan pertanian

d) Buku–buku tentang peternakan e) Buku–buku tentang kehutanan f) Buku–buku tentang perikanan

g) Buku–buku tentang pres dan komunikasi

h) Buku–buku tentang ilmu pengetahuan dan teknologi i) Buku–buku tentang sarana transportasi

j) Buku–buku tentang kewiraswastaan k) Buku–buku tentang seni

l) Buku–buku tentang kesehatan

m) Buku–buku tentang lingkungan hidup n) Buku–buku tentang surat menyurat o) Buku–buku tentang koperasi

p) Buku–buku sejarah Indonesia dan dunia q) Buku–buku sastra

r) Buku–buku lain yang sekiranya perlu 3) Buku–buku cerita

4) Surat kabar 5) Majalah 6) Klipping 7) Alat peraga 8) Audio visual aids

(Ibrahim Bafadal, 2005:29–31)

Pada umumnya, jurnal–jurnal penelitian termasuk juga bahan–bahan pustaka yang biasanya ada di perpustakaan–perpustakaan perguruan tinggi. Hal ini mengingat pemakai perpustakaan perguruan tinggi adalah mahasiswa, dosen, tenaga teknis nonedukatif, dan masyarakat bebas yang kerap sekali melakukan penelitian–penelitian ilmiah.

c. Pemilihan Bahan Pustaka

Menurut Pawit M. Yusuf dan Yaya Suhendar (2005:25) bahwa “Pemilihan bahan pustaka yaitu kegiatan mengidentifikasi bahan pustaka yang akan ditambahkan kepada koleksi yang sudah ada di perpustakaan”. Dalam dunia kepustakawanan proses pemilihan bahan pustaka merupakan aspek kegiatan yang intelek.

Dalam usaha pemilihan bahan pustaka sebelum masuk ke langkah berikutnya perlu dilakukan tinjauan kembali terhadap buku yang akan dipilih,

commit to user

21

apakah sudah dimiliki sebelumnya untuk menghindari duplikasi bahan pustaka.

Menurut Sulistyo-Basuki (1993:427) bahwa “Tujuan pemilihan bahan pustaka adalah mengembangkan koleksi perpustakaan yang baik dan seimbang, sehingga mampu melayani kebutuhan pemakai yang berubah dan tuntutan pemakai yang sekarang dan yang akan datang”

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan pustaka, antara lain:

1) Buku

Pustakawan harus tahu keadaan buku yang ada di pasaran (seberapa jauh buku yang tersedia, bagaimana proyeksinya yang akan datang). 2) Pemakai

Pustakawan harus memahami selera pemakai dalam bidang ilmu pengetahuan termasuk latar belakang pemakai.

3) Sumber daya

Pustakawan harus mengetahui sumber daya yang ada, termasuk dana dan anggaran, staf serta buku yang dapat dipinjam dari perpustakaan lain.(Sulistyo-Basuki, 1993:431).

Dari pernyataan di atas yang paling penting diperhatikan adalah sumber daya khususnya ketersediaan dana dan anggaran. Sebab tanpa dana yang cukup, pengadaan bahan pustaka akan sia–sia untuk dilaksanakan.

1) Pihak-pihak yang Berwenang Melakukan Pemilihan Bahan Pustaka

Dalam suatu perpustakaan, pihak yang berwenang untuk melakukan pemilihan bahan pustaka bukan hanya pustakawan tetapi semua unsur yang berkepentingan, termasuk para pengguna jasa perpustakaan. Adapun pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan pemilihan bahan pustaka antara lain:

a) Pada perpustakaan sekolah, pihak yang berwenang melakukan pemilihan bahan pustaka adalah kepala sekolah, dan wakil, serta guru, pelajar boleh saja memberikan saran.

b) Pada perpustakaan umum, pihak yang berwenang adalah dewan penasehat, penyantun perpustakaan, dan tokoh masyarakat.

c) Pada perpustakaan perguruan tinggi, pihak yang berwenang melakukan pemilihan adalah pimpinan universitas, pimpinan fakultas, dosen, staf, dan mahasiswa menyarankan dan harus dipertimbangkan kesesuaiannya dengan kebutuhan.

commit to user

d) Pada perpustakaan khusus, pihak yang berwenang melakukan pemilihan adalah pimpinan institusi di mana perpustakaan tersebut bernaung.

e) Pada akhirnya, pustakawanlah yang berwenang apabila bahan pustaka (Yulia,1993:75)

Selain itu, menurut untuk dapat melakukan pemilihan bahan pustaka, pihak-pihak yang berhubungan harus memiliki pengetahuan seperti:

a) Menguasai sarana bibliografi yang tersedia, paham akan dunia penerbitan, khususnya kelemahan dan keunggulan suatu penerbit. b) Mengetahui latar belakang para pemakai perpustakaan, misalnya siapa

saja yang menjadi anggota, minat dan penelitian yang sedang dan telah dilakukan dan mengapa ada kelompok pengguna bahan pustaka yang satu berbeda dengan pengguna perpustakaan yang lain.

c) Memahami kebutuhan para anggota.

d) Personil pemilihan buku harus bersifat netral serta harus menguasai informasi dan akal sehat dalam pemilihan.

e) Pengetahuan mendalam mengenai koleksi perpustakaan. f) Mengetahui buku melalui proses membaca.

(Sulistyo-Basuki, 1993:429).

2) Prinsip-prinsip Pemilihan Bahan Pustaka

Prinsip-prinsip pemilihan bahan pustaka ditetapkan sebagai upaya untuk menyesuaikan pemilihan bahan pustaka dengan tujuan dan fungsi perpustakaan prinsip tersebut diperjelas sebagai berikut:

a) Relevansi atau kesesuaian

Bahan pustaka harus disesuaikan dengan fungsi dan tujuan perpustakaan dengan lembaga induknya.

b) Kesesuaian dengan kebutuhan pengguna

Pemilihan bahan pustaka harus mengutamakan kepentingan pengguna dengan tujuan untuk memenuhi tingkat keterpakaian pemakai.

c) Kelengkapan

Pengadaan bahan pustaka hendaknya berpedoman kepada kelengkapan koleksi yang dibutuhkan oleh pemakai jasa perpustakaan, bukan berpedoman pada jumlah banyaknya eksemplar buku tetapi harus diperhatikan kualitas koleksi tersebut.

d) Kemutakhiran

Isi yang terdapat dalam bahan pustaka harus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

e) Unsur kerja sama dengan pihak lain

Perpustakaan sebaiknya menjalin kerja sama dengan berbagai pihak seperti pakar ilmu pengetahuan pengguna dalam melaksanakan

commit to user

23

pemilihan bahan pustaka agar relevansi koleksi dengan kebutuhan pengguna dapat dipenuhi. (Siregar, 2002:80).

Sedangkan untuk menentukan judul bahan pustaka apa yang akan dipilih pihak perpustakaan harus mengetahui apakah terbitan tersebut masih tersedia di pasar, toko buku dengan penerbit atau tidak.

3) Alat Bantu Pemilihan Bahan Pustaka

Untuk mengetahui apakah bahan pustaka tersebut sesuai dengan kebutuhan perpustakaan, maka diperlukan alat bantu pemilihan buku. Menurut Sulistyo Basuki (1993:432) alat bantu pemilihan bahan pustaka terdiri dari:

a. Sarana pembaca

b. Timbangan buku seperti yang terdapat pada surat kabar dan majalah c. Bibliografi

Sedangkan alat bantu seleksi yang lain, antara lain: a. Katalog penerbit dalam dan luar negeri yang berisi

(1) Judul, anak judul, judul paralel (2) Edisi, negara, bahasa, bentuk (3) Kota terbit, penerbit

(4) Tahun terbit (5) Harga langganan (6) ISSN

b. Bibliografi Nasional dan Internasional c. Bibliografi khusus berbagai bidang ilmu d. Daftar tambahan koleksi perpustakaan lain

e. Tim, bagan buku, iklan, dan lain-lain.(Milburga,1994:74)

Jadi melalui informasi di atas, pihak-pihak yang melakukan pemilihan bahan pustaka dapat menentukan bahan pustaka mana yang cocok.

d. Cara–cara Pengadaan Bahan Pustaka

Pada umumnya bahan–bahan pustaka khususnya yang berupa buku– buku merupakan bantuan atau “dropping” dari pemerintah, baik dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional maupun Kantor Pusat Departemen Pendidikan Nasional. Namun, bantuan tersebut terbatas dan tidak selalu ada, sehingga pustakawan dituntut untuk mengusahakan bahan–bahan pustaka dengan cara lain.

commit to user

Menurut Suherman (2009:78–81), pengadaan bahan–bahan pustaka perpustakaan dapat dilakukan dengan cara–cara sebagai berikut:

1) Pembelian

Pembelian merupakan salah satu cara pemenuhan kebutuhan barang dengan jalan membayar sejumlah uang tertentu kepada penjual (supplier) untuk mendapatkan sejumlah baranng sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Untuk itu, perlu adanya penetapan anggaran antara 5–10% dari seluruh anggaran sekolah. Anggaran ini ditetapkan pada awal tahun dan disetujui oleh komite sekolah.

Pembelian buku–buku perpustakaan sekolah dapat ditempuh dengan beberapa cara, antara lain:

a) Membeli ke penerbit

Yang dimaksud disini adalah untuk memperoleh buku–buku, pustakawan membeli ke penerbit. Pembelian ke penerbit relatif lebih murah bila dibandingkan dengan membeli ke toko buku. b) Membeli di toko buku

Tidak semua sekolah dekat dengan penerbit, sehingga apabila membeli langsung ke penerbit akan memakan biaya yang cukup banyak untuk ongkos perjalanannya. Oleh karena itu, sebaiknya pustakawan membeli ke toko buku yang dekat dengan sekolahnya. c) Memesan

Pemesanan dapat dilakukan kepada toko buku atau penyalur, atau dapat pula langsung kepada penerbit. (Ibrahim Bafadal, 2005:37-38)

Pengadaan buku–buku, baik dengan membeli langsung ke toko buku dan penerbit maupun dengan memesan dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah pembelian atau pemesanan langsung, artinya pustakawan langsung datang ke toko buku atau penerbit untuk membeli atau memesan buku. Cara kedua adalah pembelian atau pemesanan lewat pos apabila lokasi toko buku dan penerbit jauh dari sekolah.

2) Tukar–menukar

Penukaran dilakukan ketika sebuah perpustakaan memiliki koleksi buku melampaui kebutuhannya dengan cara menawarkan penukaran kepada perpustakaan lain untuk judul yang belum dimilikinya. Hal ini pun dilakukan untuk buku-buku yang dianggap tidak berguna bagi lembaga

commit to user

25

atau instansi yang bersangkutan dilihat dari segi subjek buku–buku tersebut sehingga penukaran harus didasarkan pada keikhlasan.

3) Hadiah atau Sumbangan

Suherman (2009:79–80) membagi hadiah atau sumbangan menjadi 3 sebagai berikut:

a) Hadiah yang diberikan secara cuma–cuma

b) Hadiah yang diberikan apabila ada surat permintaan c) Hadiah dari murid yang sudah menyelesaikan sekolahnya 4) Fotokopi

Sistem fotokopi ini timbul semenjak adanya mesin fotokopi yang digunakan oleh masyarakat luas. Penambahan koleksi ini dilakukan apabila membutuhkan publikasi yang sudah tidak tersedia lagi pada penerbit atau habis dari persediaan dan tidak dicetak kembali

5) Kliping

Pembuatan kliping dapat menambah referensi bahan pustaka. Kliping dapat dijadikan sebagai sebuah “referensi alternatif”, artinya dapat memenuhi kekurangan koleksi buku–buku perpustakaan. Menurut Ibrahim Bafadal (2005:44) bahwa “Ada tiga hal yang harus diketahui untuk membuat kliping yang baik. Hal itu harus dijelaskan kepada murid–murid sebelum membuat kliping. Tiga hal tersebut adalah bahan atau materi yang dapat dijadikan kliping, alat–alat yang perlu dipersiapkan untuk membuat kliping, dan cara membuat kliping”

6) Publikasi

Pembuatan literatur sekunder perlu dilakukan oleh petugas perpustakaan dalam rangka pengadaan bahan pustaka. Literatur sekunder adalah dokumen yang berisi informasi mengenai literatur primer. Umumnya literatur sekunder merupakan karya referensi yang berisi informasi atau bibliografi mengenai literatur primer. Jenis literatur sekunder dapat berupa bibliografi, majalah indeks, dan abstrak.

commit to user

Diantara beberapa alternatif cara pengadaan bahan pustaka terutama buku-buku perpustakaan di atas, tidak dapat dikatakan bahwa ada satu cara yang paling efektif dan efisien, tetapi pemilihan suatu alternatif pengadaan barang diantara beberapa alternatif tersebut sangat tergantung dari sifat kepentingan dan kebutuhan masing–masing.

Berdasakan uraian diatas maka indikator persepsi pengadaan koleksi bahan pustaka adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan koleksi bahan pustaka 2. Cara pengadaannya, yang terdiri dari:

a) Pembelian b) Tukar menukar

c) Hadiah atau sumbangan d) Fotokopi

e) Kliping f) Publikasi

Dokumen terkait