• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Pesan Dakwah

1. Pengertian Pesan Dakwah

a. Penegrtian Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima (Effendy, 2005:18). Pesan merupakan titik sentral dalam proses komunikasi, dari gambaran serta tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Pesan merupakan titik temu antara

sender(pengirim) dan receiver(penerima). Dalam Komunikasi Antar Budaya, Cangara (2007: 24) bahkan menegaskan bahwa pesan merupakan sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Penyampaiannya bisa melalui tatap muka maupun mealui media komunikasi (Nasrullah, 2012: 40).

b. Pengertian Dakwah

Secara etimologi dakwah Islam telah banyak didefinisikan oleh para ahli. Sayyid Qutb memberi batasan dengan “mengajak” atau “menyeru” kepada orang untuk masuk ke jalan Allah SWT (Ilaihi, 210:14).

Adapun secara terminologi, dakwah merupakan segala aktivitas yang dilakukan secara terorganisir, untuk mengajak seseorang atau lebih

17

kepada jalan yang lurus (ash shiroth al mustaqiim) (Ari Abdillah,

2012:2).

Menurut Yahya (2016:88) dalam jurnalnya bahwa kata dakwah menurut arti bahasa mempunyai beberapa arti yaitu mengharap dan do‟a kepada Allah seperti surat al-Baqarah ayat 186, memanggil dengan suara lantang seperti dalam Qur‟an surat al-Rum ayat 25, dan mendorong orang untuk memeluk suatu keyakinan tertentu seperti al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 22.

Dakwah juga bertujuan untuk mempertegas fungsi hidup manusia di muka bumi ini, yang tidak lain adalah untuk mengabdi dan menyembah Allah SWT semata, sebagaimana tertulis dalam Al-Quran : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

c. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa pesan

dakwah adalah upaya mengajak dan menyampaikan manusia mengetahui tentang larangan yang tidak disukai oleh Allah SWT dan upaya mengajak kepada ajaran agama Islam dengan berbuat baik dan mematuhi perintah Allah SWT.

2. Media Dakwah

Berdakwah banyak media yang bisa digunakan untuk menyerukan agama atau mengajak ke jalan Allah SWT, menurut Amin (2009:113) dalam bukunya kata media, berasal dari bahasa Latin, median, yang

18

merupkan bentuk jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat perantara yang digunakan untuk berdakwah mengajak dalam kebaikan menuju jalan Allah SWT.

Dakwah memang tidak cukup bila hanya disampaikan secara lisan belaka. Ia harus didukung oleh keberadaan media, yang menjadi saluran pengubung antara ide dengan umat, yang menjadi elemen vital serta urat nadi dalam totalitas dakwah itu sendiri. Adapun media dakwah yang dapat dimanfaatkan antara lain : (Fathul Bahri, 2008:236)

a. Lisan

Da‟wah bil lisan yaitu penyampaian informasi atas pesan dakwah

melalui lisan. Media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara. Media ini dapat berbentuk ceramah, pidato, bimbingan dll. (Wahyu Ilahi, M.A:106)

b. Media Cetak

Da‟wah bil qalam yaitu penyampaian materi dakwah dengan

menggunakan media tulisan. Termasuk dalam jenis ini adalah buku-buku, majalah, surat kabar, risalah, buletin, brosur, dan lain sejenisnya.(Amin, 2009:122-124)

c. Audio Visual

Dakwah dengan menggunakan media audio visual merupakan suatu cara penyampaian yang merangsang penglihatan serta pendengaran

19

sandiwara, drama, teater, dan lain sebagainya. Terkadang, pesan yang disampaikan melalui media ini, cenderung lebih mudah diterima oleh

audience, bahkan dapat membentuk karakter mereka.(Amin, 2009:120-122)

d. Uswah dan Qudwah Hasanah

Yaitu cara penyampaian dakwah yang dilakukan dalam bentuk perbuatan nyata. Ia tidak banyak berbicara, namun langsung mempraktikkannya. Ia tidak menganjurkan, tetapi langsung memberi

contoh kepada mad‟u-nya. Termasuk dalam bentuk ini adalah bergaul

bersama masyarakat dengan menunjukkan keluhuran budi pekerti, menyediakan diri untuk membantu orang lain, turut serta dalam meramaikan masjid, dan lain sebagainya.

Penggunaan media dakwah disesuaikan dengan situasi dan kondisi si penerima pesan dakwah (mad‟u) agar lebih memahami pesan dakwah yang disampaikan agar tidak menimbulkan keraguan dari pesan dakwah yang diterimanya.

3. Materi Dakwah

Materi yang disampaikan dalam dakwah, adalah ajaran-ajaran yang disyariatkan dalam Islam. Ajaran yang menitikberatkan pada bangunan akhlaqul karimah inilah, yang wajib untuk disampaikan kepada manusia, yang nantinya diharapkan supaya ajaran-ajaran tersebut dapat diketahui, dipahami, dihayati serta diamalkandalam bingkai kehidupan merekan

20

sehari-hari, sehingga hidup mereka senantiasa berada dalam suasan religi, yang tentunya sesuai dengan tuntuna agama Islam.

Ajaran-ajaran yang dibawa dan diajarkan oleh Rasulullah SAW, kepada umatnya ini meliputi aspek duniawi dan ukhrawi, yang tentunya materi yang harus diserukan dalam dakwah pun menjadi luas sekali. Adapun di antara mater-materi tersebut, kiranya dapat kita ringkas menjadi beberapa pokok pembahasan, diantaranya :

a. Akidah Islam, yang meliputi tauhid dan keimanan.

b. Pembentukan pribadi yang sempurna, dengan berpondasi pada

nilai-nilai akhlaqul karimah.

c. Pembanguna masyarakat yang adil dan makmur

d. Kemakmuran dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat

e. Dan berbagai pembahasan lainya.

Adapun sumber dari keseluruhan materi yang didakwahkan, pada

dasarnya merujuk pada Al-qur‟an, hadist Rasulullah SAW, ra‟yu para

ulama, serta beberapa sumber lainnya. Pada bab terdahulu, dalam bab fungsi dan tingkatan dalil telah kami bahas secara panjang dan lebar

mengenai Al-qur‟an, hadist atau sunnah Rasulullah SAW, dan ra‟yu para

ulama.(An-Nabiry Bahri. 2008:234-235)

4. Metode Dakwah

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam menyiarkan atau menyampaikan dakwah agar apa yang disampaikan da‟i bisa diterima oleh

21

mad‟u dan dalam penggunaan metode dakwah Islam sudah tertera dalam

QS An-Nahl ayat 125. “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan

hikmah, dan pelajaran pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS An-Nahl:125)

Metode dakwah, dapat dibagi menjadi tiga di antaranya yaitu :

a. Bil Al Hikmah

Sesuatu penderkatan sedemikian rupa sehingga objek dakwah mampu melaksanakan apa yang di dakwahkan atas kemauan sendiri, tidak ada paksaan, konflik, maupun tekanan. Hikmah

merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang

dilaksanakan berdasarkan persuasif.

b. Bil Mau‟izah Hasanah

Memberikan nasihat kepada orang lain dengan baik, yaitu petunjuk kearah kebaikan dengan bahasa yang baik, dapat diterima, berkenan di hati menyentuh perasaan, menghindari sikap kasar, dan tidak mencari kesalahan audiens.

c. Bil Mujahadah

Berdiskusi dengan cara yang baik dari cara berdiskusi yang ada. Mujahadah adalah cara terakhir yang digunakan dalam berdakwah mana kala kedua cara terakhir yang digunakan orang yang taraf

22

berfikirnya cukup maju, dan kritis seperti ahli kitab yang telah memiliki bekal keagamaan dari pada utasan sebelumnya.

5. Unsur-Unsur Dakwah

Unsur-unsur yang berkaitan dengan dakwah itu ada da‟i dan mad‟u.

Da‟i berasal dari bahasa arab yang berarti orang mengajak. da‟i juga dikenal dengan sebutan mubalik, ustad, kyai, dll. Dalam pengertian

khusus da‟i merupakan orang yang mengajak kepada orang lain baik

secara langsung ataupun tidak langsung dengan kata-kata, perbuatan, atau tingkah laku kearah kondisi yang baik menurut syariat AlQuran dan Sunnah.

Amin, (2009:77), dalam Ilmu Dakwah, menyebutkan bahwa sifat

seorang da‟iadalah :

a. Da‟i harus beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT b. Da‟i harus ikhlas dalam melaksanakan dakwah c. Da‟i harus ramah dan penuh perhatian

d. Da‟i harus taawadu‟ atau rendah hati

e. Da‟i harus sederhana dan jujur dalam tindakannya f. Da‟i harus tidak memiliki sifat egois

g. Da‟i harus memiliki semangat yang tinggi dalam tugasnya h. Da‟i harus sabar dan tawakal dalam melaksanakan tugas dakwah i. Da‟i harus memiliki jiwa toleransi tinggi

23 k. Da‟i tidak memiliki penyakit hati

Kebaradaan da‟idalam masyarakat luas memiliki fungsi yang menentukan antara lain:

a. Meluruskan Aqidah

Sudah menjadi naluri manusia agar selalu tidak lepas dari kesalahan dan kekeliruan yang tidak terkecuali terhadap keyakinan dan aqidahnya.

b. Memotivasi umat untuk beribadah yang baik dan benar

Diciptakan manusia di muka bumi adalah untuk beribadah keapada Allah SWT. Dalam hal ini yakni dilaksanakan suatu aktifitas dalam rangka berhubungan langsung kepada Allah SWT.

c. Menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar

Landasan persaudaraan harus selalu dijaga, dipelihara, dan dibina agar umat Islam nantinya bisa terbina menjadi umat yang mulia dan erat tali silaturahminya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Hujurat ayat 10, yang artinya :“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”.

Menurut (Amin, 2013:130) Objek dalam hal ini adalah da‟i dan mad‟u. Objek dakwah dapat dibedakan menjadi objek dakwah umum dan khusus. Objek dakwah umum adalah masyarakat luas yang meliputi

24

umat dakwah dan umat ijabah. Umat dakwah adalah masyarakat luas non muslim, sedangkan umat ijabah adalah kaum muslimin.

Objek dakwah khusus adalah objek dakwah yang karena sifatnya khusus memerlukan pendekatan berbeda dari objek dakwah umum tersebut. Objek dakwah khusus tersebut antara lain:

a. Kelompok anak-anak

b. Kelompok remaja

c. Kelompok generasi muda

d. Kelompok birokrat

e. Kelompok etnik tertentu, kelompok intelektual, dan lain sebagainya

Sedangkan menurut Anwar Arifin dalam bukunya Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi, menjelaskan bahwa mad‟u atau sasaran itu dakwah adalah setiap individu yang berakal dan mempunyai kewajiban tanpa terkecuali. Oleh karena itu, sasaran dakwah adalah seluruh manusia.

Dokumen terkait