• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN GADAI DEPOSITO DALAM KERANGKA

B. Tinjauan Umum Tentang Deposito

1. Pengertian Deposito

Menurut Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu 62 Ibid., hal. 46 63 Ibid., hal. 47 64 Ibid., hal. 48 65 Ibid. hal. 49

tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Pemilikan atas deposito ini dibuktikan dengan suatu surat yang dikenal dengan bilyet deposito. Deposito dalam prakteknya terbagi atas deposito berjangka dan sertifikat deposito.

Berdasarkan pasal tersebut, deposito dikategorikan sebagai bentuk simpanan dana oleh nasabah penyimpan (deposan) kepada pihak bank, dimana berdasarkan perjanjian antara keduanya, dana itu dapat ditarik kembali oleh nasabah setelah jangka waktu tertentu.

Anwari memberikan pengertian bahwa:

“deposito adalah nama yang diberikan pada simpanan deposan di bank yang lasim diletakkan pada persyaratan jangka waktu penyimpanan”66

Referensi dari sarjana lain, seperti Karim, juga mengemukakan pendapat bahwa :

“uang yang dititipkan pada bank oleh pribadi maupun lembaga usaha tertentu untuk disimpan dan kemudian ditarik kembali saat dibutuhkan atau berdasarkan syarat yang telah disepakati bersama, yang dapat dimintai atau dibutuhkan disebut deposito”.67

2. Deposito Sebagai Surat Berharga dan Surat yang Berharga

Menurut HMN. Purwosucipto surat berharga adalah surat bukti tuntutan utang, pembawa hak dan mudah diperjualbelikan, maksudnya adalah bahwa suatu

66

Ahmad Anwari, Praktek Perbankan (Deposito Berjangka), (Jakarta: PT. Balai Aksara, 1979) Hal. 12

67

Adwarman Karim, Bank Islam, Analisa Fiqih dan Keuangan, (Bandung: Raja GrafindoPersada, 2004), Hal. 411.

surat berharga yang dimiliki/berada pada tangan seseorang merupakan suatu alat bukti bagi pemegang surat berharga tersebut terhadap suatu hak. Surat berharga ini mudah diperjualbelikan karena surat berharga ini dibuat dalam bentuk atas tunjuk (aan order) ataupun dalam bentuk atas bawa ( aan toonder). Contoh surat berharga ini adalah sertifikat deposito, wesel bank, sertifikat deposito, sertifikat dana, obligasi dan lain-lain.

Surat yang berharga adalah surat bukti tuntutan utang yang sukar diperjualbelikan, artinya adanya surat ini membuktikan bahwa si pemegang surat yang namanya tercantum pada surat tersebut mempunyai hak menuntut uang kepada debitur. Surat yang berharga ini mempunyai sifat yang sukar diperjualbelikan karena ia sengaja dibuat dalam bentuk yang mempunyai akibat hukum sukar diperjualbelikan.

Bentuk tersebut adalah bentuk atas nama (op naam). Dalam bentuk ini setiap surat yang berharga tersebut penyerahannya dilakukan dengan cara cessie. Salah satu contoh dari surat yang berharga ini adalah surat pengakuan utang atas nama, surat deposito berjangka, tabanas, dan lain-lain.68

3. Jenis-Jenis Deposito dan Cara Penyerahannya

Dalam praktek perbankan dikenal adanya “deposito berjangka” dan “sertifikat deposito“. Deposito Berjangka adalah deposito yang dikeluarkan atas nama (op naam), sedangkan Sertifikat Deposito dikeluarkan secara atas bawa (aan toonder).

68

Purwosucipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia : Hukum Surat Berharga, Jilid 7. (Jakarta: Djambatan, 1987) Hal. 9-11

Deposito Berjangka dengan Sertifikat Deposito perlu diuraikan disini karena terdapat perbedaan di dalam kedua jenis deposito tersebut.

a) Deposito Berjangka

Deposito Berjangka adalah suatu piutang atas nama deposan (pemilik uang) kepada penerbit deposito (dalam hal ini adalah Bank) karena deposito ini merupakan suatu piutang atas nama maka tidak dapat dipindahtangankan/diperjualbelikan. Bunga deposito berjangka dibayar setiap bulan pada hari bayarnya atau sekaligus pada saat jatuh tempo dan dapat dijadikan jaminan kredit.69 Mengenai cara penyerahannya, maka dilakukan menurut ketentuan Pasal 613 ayat (1) dan (2) KUH Perdata, yang berbunyi sebagai berikut :

“Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau di bawah tangan, dengan nama hak-hak kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain”. “Penyerahan yang demikian bagi si berutang tiada akibatnya, melainkan setelah penyerahan itu diberitahukan kepadanya, atau secara tertulis disetujui dan diakuinya”.

Menurut Pasal 613 ayat (1) dan (2) KUH Perdata ini, setiap piutang atas nama penyerahannya dilakukan dengan cessie yaitu dengan akta otentik atau akta di bawah tangan yang menyatakan bahwa piutang telah dipindahkan kepada seseorang.

b) Sertifikat Deposito

Sertifikat Deposito biasa juga disebut dengan sertifikat bank merupakan suatu tanda bukti penerimaan kepada pembawa yang diterbitkan oleh bank atas sejumlah uang yang telah diserahkan kepada bank untuk suatu jangka waktu dengan mendapat

69

bunga sebagai imbalannya serta dapat diperjualbelikan dengan mudah.70 Sertifikat deposito ini merupakan piutang atas bawa yang dapat diperjualbelikan dan merupakan instrument pasar uang.Bunga sertifikat deposito dibayar dimuka (diskonto) Sertifikat deposito penyerahannya dilakukan secara fisik (dari tangan ke tangan).71

4. Hak dan kewajiban pemegang deposito

Mengenai hak dan kewajiban bagi pemegang deposito (deposan) ini telah ditetapkan dan dibuat secara tertulis di dalam bilyet deposito yang asli, namun tidak secara jelas dibedakan mengenai hak dan kewajiban. Dari bilyet deposito hanya tercantum antara lain72:

a. Menerima bunga atas deposito pada saat jatuh tempo b. Menerima nominal deposito pada saat jatuh tempo c. Depositonya dapat dijadikan jaminan kredit

d. Deposito dijamin secara penuh oleh bank untuk mendapat pembayaran kembali.

e. Meminta izin kepada bank yang bersangkutan bila ingin memindahtangankan deposito berjangkanya.

Hak dan kewajiban yang dimiliki deposan ini dibuat dan ditetapkan oleh pihak bank yang menerbitkan deposito tersebut dan deposan harus mematuhinya seperti tercantum di dalam deposito.

70

Purwosucipto, Op. Cit., Hal. 192

71

Johannes Ibrahim (2) Op. Cit., Hal: 88.

72

5. Sifat khusus gadai deposito

Sifat droit de freference dapat disimpulkan dari Pasal 1133 juncto Pasal 1150 KUHPerdata yang artinya bahwa hak gadai memberikan kekuasaan kepada seorang kreditur untuk mengambil pelunasan dari hasil penjualan barang secara didahulukan. Selain Sifat umum yang disebut di atas, sifat khusus dari gadai deposito adalah: 73

a. Accessoir, yaitu berlakunya hak gadai tergantung pada ada atau tidaknya perjanjian pokok atau utang piutang. Dengan kata lain, bila perjanjian pokok tersebut tidak sah maka gadai deposito serta merta juga tidak sah. Hal ini juga mutatis mutandis dapat diterapkan pada peralihan utang pokok.

b. Tidak dapat dibagi-bagi (ondeelbaar), berdasarkan Pasal 1160 KUHPerdata, gadai meliputi seluruh benda sebagai satu kesatuan yang artinya sebagian hak gadai tidak menjadi hapus dengan dibayarnya sebagian utang.

c. Barang jaminan tak boleh dipakai, dinikmati dan dimiliki (kreditur hanya berkedudukan sebagai Houder bukan burgerlijke bezitter).

d. Barang gadai berada dalam kekuasaan kreditur atau penerima gadai sebagai akibat adanya syarat inbezitstelling.

e. Bersifat jaminan tambahan. Memperhatikan ketentuan dan penjelasan Pasal 8 UURI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah dengan UURI No. 10 Tahun 1998 dihubungkan dengan SK Direksi BI No. 26/68/KEP/DIR Tahun 1993, masih tetap mempertahankan faktor jaminan sebagai salah satu prinsip kehati-hatian. Setiap kredit yang diberikan bank,

73

harus terjamin pengembaliannya dengan jaminan sebagai benteng pertahanan terakhir. Jaminan yang dapat dijadikan agunan:74

1) Jaminan pokok yang terdiri dari proyek yang dibiayai oleh dana kredit yang diberikan.

2) Jaminan tambahan (additional collateral) yang terdiri dari benda (real property) yang bergerak atau tidak bergerak, baik yang dimiliki sendiri oleh debitur, maupun milik pihak ketiga. Selain benda bergerak dan benda tidak bergerak ada jaminan perorangan, yaitu boleh diri pribadi dewan direksi atau dewan komisaris atau perorangan di luar pengurus perseroan yang bersangkutan. Berdasarkan hal ini, fungsi deposito sebagai jaminan tambahan tidak berdiri sendiri. Sifatnya hanya melengkapi dan memperkuat keyakinan kesanggupan debitur dan kedudukan jaminan pokok yang terdiri dari proyek yang dibiayai dana fasilitas kredit yang diberikan. Atau bisa juga untuk melengkapi jaminan tambahan yang sudah ada. Misalnya jaminan pokok telah didukung oleh jaminan tambahan berupa tanah dalam bentuk perjanjian hak tanggungan. Untuk memperkuat jaminan tambahan tersebut dapat ditambah lagi dengan jaminan deposito untuk memperkuat jaminan pokok dan jaminan tambahan yang sudah ada.

74

Dokumen terkait