• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Umum Lokasi Pasar Gede Surakarta

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Lokasi Pasar Gede Surakarta

Sejarah kota Surakarta Hadiningrat, dimulai dari kepindahan ibukota kerajaan Mataram Kartasura beserta keratonnya ke desa Sala. Dalam perkembangan selanjutnya, daerah kerajaan Surakarta mengalami pembagian menjadi dua, akibat Perjanjian Giyanti, yaitu Surakarta dan Ngayogyakarta. Kedua daerah masing-masing kemudian terpecah lagi, timbullah 4 kerajaan yang oleh Belanda dinamakan Vostenlander, yakni Kasunanan, Mangkunegaran, Kasultanan dan Pakualaman.

Gambar 2.1 Lokasi Pasar Gede Surakarta

Sumber : Dinas Pemerintahan Pasar Gede Surakarta, 2010 2.1.1 Lokasi Pasar Gede

Pasar Gede Surakarta terletak di Jl. Urip Sumoharjo No.3, Jawa Tengah. Batas-batas wilayah Pasar Gede Surakarta yaitu:

Timur : SMAN 3 Surakarta (Warung Miri)

Selatan : Alun – alun Kota Surakarta atau PGS

Barat : Kantor Walikota Surakarta

Dalam filosofi kebudayaan Jawa dalam hubungannya dengan bangunan yang ada dikomplek keraton dikenal adanya Catur Gatra Tunggal, yaitu:

a. Kraton, merupakan pusat pemerintahan

b. Alun – alun, sebagai simbol suara rakyat

c. Masjid, Agung, sebagai tempat peribadatan

d. Pasar, sebagai sarana penghidupan rakyat

Pasar dalam rangkaian Catur Gatra Tunggal Kraton Surakarta, pada mulanya berwujud pasar tiban, yang bertempat di Pamuraan (belakang Gladak dibawah pohon beringin) dengan warungan tanah seluas 10.421 m2. Kemudian pada masa pemerintahan Paku Buwono X (1893-1939), dibangun pasar permanen yang kemudian dikenal dengan nama Pasar Gedhe Harjonagoro dengan arsitek Thomas Karsten dengan dana 650.000 gulden tahun 1927.

Tiga tahun kemudian tepatnya tanggal 12 Januari 1930, pasar Gedhe selesai dibangun dan diresmikan oleh Paku Buwono X dan GKR. Hemmas sebagai Pasar rakyat monumental dua lantai, dengan arsitektur Kolonial Jawais (Topologi pasar nyaris sempurna) pada lokasi lingkungan etnis China, yang bercitra arsitektur China Jawais. Pada masa pemerintahan Indonesia,pasar Gedhe menjadi monumen/simbol/trade mark/land mark Kota Surakarta yang amat dikenal oleh dunia luar pada umumnya. (Tim Lab UCYD, 2009).

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa sebenarnya kehistorisan Pasar Gedhe dapat dilihat dari dua hal. Pertama, umur pasar Gedhe yang mencapai ratusan tahun dengan usia sumur Keraton Kasunanan Surakarta (300 Tahun) sehingga merupakan pasar kuno model Jawa, baik dari sisi bentuk jual beli tradisional maupun bentuk arsitekturnya. Oleh karena karakteristiknya itulah, Pasar Gede juga telah menjadi salah satu landmark penting Solo. Kedua, adanya keterkaitan yang erat dengan Kraton Surakarta, terutama berkait dengan keberadaan sebagai cikal bakal elemen pembentuk Kota Solo. Dalam sejarah kota kerajaan-kerajaan di Jawa terdapat empat unsur penting pembentuk Kerajaan Jawa, yaitu kraton sebagai pusat kendali politik, masjid sebagai pusat keagamaan,

alun-alun sebagai pusat kegiatan sosial, dan pasar sebagai pusat kegiatan perekonomian. Kesemua pembentuk kota kerajaan itu memiliki bentuk arsitektural khas Jawa dengan corak yang berbeda satu sama lain.

Seiring dengan berjalannya waktu terjadi pemugaran-pemugaran pada pasar Gede. Sekitar tahun 1947, pasar Gede dirusak oleh bangsa Indonesia sendiri karena pasar tersebut digunakan oleh Belanda. Sekitar tahun 1948 pasar Gede mengalami perbaikan. Pada tahun 1981 pasar Gede mengalami perbaikan lagi dengan memakai sirap. Dan pada tahun 1986/1987 pasar Gede direhab kembali dengan dana bantuan Inpres. Selanjutnya pada tahun 1997 ada perbaikan dari dana P3KT.

Pada masa reformasi tepatnya pada tanggal 27 April 2000 sekitar tengah malam jam 24.00 WIB pasar Gede kebakaran. Dan mulai dibangun lagi pada bulan Juli 2001. Selama pasar tersebut belum dibangun para pedagang dipindahkan kesamping plasa beteng. Bulan Desember 2001 pasar Gede selesai dibangun oleh PT. Rudi Persada Nusantara dan diresmikan penggunaannya pada tanggal 29 Desember 2001.

Pada pasar Gede terdapat berbagai macam organisasi sosial, diantaranya :

a. Paguyuban yang bernama KOMPPAG, dengan ketua paguyuban Bapak

Wiharto dimana pada saat ini sedang mengalami demisioner dalam waktu yang tidak ditentukan. Paguyuban ini berperan sebagai lembaga perhimpunan para pedagang yang didalamnya berfungsi sebagai wadah untuk mewakili aspirasi para pedagang.

b. Keamanan, pada saat ini keamanan pasar Gede ditangani oleh Kepolisian yaitu dari Polsek Jebres dan Satuan Pengaman dari Pemerintah Daerah. Funsi keamanan disini sebagai kegiatan pengamanan pasar Gede dari pencurian dan dari kondisi yang tidak diharapkan.

c. Arisan, kegiatan arisan ini tidak dikoordinir oleh paguyuban melainkan dari para pedagang itu sendiri.

Menurut pembagian wilayahnya, Pasar Gede terbagi menjadi dua lokasi. Lokasi tersebut dibagi menjadi lokasi bagian timur dan barat. Lokasi Pasar Gede bagian barat terdapat kios yang menjual ikan hias dan kios pedagang buah – buahan. Sedangkan lokasi bagian timur (pasar inti) terdapat beranekaragam kios

pedagang yang menjual berbagai jenis barang dagangan, antara lain : kios yang menjual ikan laut, daging sapi, daging dan telur ayam, bumbu dapur, minyak tanah, minyak goreng, grosir beras, dan grosir buah-buahan.

Seiring perkembangan jaman, Lokasi Pasar Gede lebih dikenal dengan pasar buahnya. Kios yang banyak dijumpai dilokasi tersebut rata – rata menjual

aneka buah – buahan, misalnya : buah rambutan, apel, jeruk, kelengkeng,

manggis, duku, jambu, durian dan lain sebagainya. Aneka buah – buahan tesebut

diperoleh dari daerah Jember, Blora, Pekalongan, Bali, Palembang.

Aktivitas pengangkutan (bongkar muat) dari truk hingga lokasi kios pedagang buah menggunakan jasa buruh angkut pasar. Buruh angkut tersebut dibedakan menjadi dua golongan, yaitu buruh angkut pasar yang terdaftar dalam induk organisasai serikat buruh angkut (resmi) dan buruh angkut pasar yang tidak terdaftar didalam induk organisasai serikat buruh angkut (kocokan).

Buruh angkut yang terdaftar dalam induk organisasai serikat buruh angkut mendapatkan fasilitas dari dinas pengelola pasar antara lain : jaminan kesehatan, keselamatan kerja, upah kerja yang sesuai standar buruh pasar per wilayah, tambahan upah tiap satu kali aktivitas pengangkutan. Sedangkan bagi pekerja buruh angkut pasar yang tidak terdaftar didalam induk organisasai serikat buruh angkut (kocokan) hanya mendapatkan upah gaji yang diberikan oleh pemilik kios tiap satu kali aktivitas.pengankutan. Adapun Layout Lokasi Pasar Gede Surakarta dapat dilihat pada Gambar 2.2. dibawah ini :

Pekerja

N S

E

W

Dokumen terkait