• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

3. Tinjauan Umum Veteran Pejuang Kemerdekaan

a. Pengertian Veteran

Menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1993:1003)

perang, pejuang).

Berdasar Undang-undang No. 7 Tahun 1967 Pasal 1 pengertian Veteran Republik Indonesia adalah :

1) Warga Negara Republik Indonesia yang dalam masa Revolusi fisik

antara 17 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949 telah ikut secara aktif berjuang untuk mempertahankan Negara Republik Indonesia di dalam kesatuan bersenjata resmi atau kelaskaran yang diakui oleh Pemerintah pada masa perjuangan itu.

2) Warga Negara Republik Indonesia yang dalam perjuangan

pembebasan Irian Barat melakukan Trikora sejak 10 Desember 1961 sampai dengan 1 Mei 1963 ikut secara aktif berjuang/bertempur dalam kesatuan-kesatuan bersenjata di daerah Irian Barat.

3) Warga Negara Republik Indonesia yang melakukan tugas Dwikora

langsung secara aktif dalam operasi-operasi/pertempuran dalam kesatuan-kesatuan bersenjata.

4) Warga Negara Republik Indonesia yang menurut salah satu cara yang

tersebut pada ayat (1) ikut secara aktif dalam sesuatu peperangan membela Kemerdekaan dan kedaulatan Negara Republik Indonesia menghadapi negara lain yang timbul di masa yang akan datang.

5) Warga Negara Republik Indonesia yang langsung aktif dalam

pertempuran dalam kesatuan-kesatuan bersenjata melaksanakan Komando seperti tersebut dalam ayat (2) dan (3) diatas dalam menghadapi fihak/negara lain

Dalam Pasal 2 ayat (2) ditegaskan bahwa yang dimaksud Veteran Pejuang K

tersebut dalam Pasal 1 ayat (1) diatas dapat disebut Veteran Pejuang

4 dan 5, dapat disebut Veteran Pembela Kemerdekaan

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia adalah Warga Negara Republik Indonesia yang dalam masa Revolusi fisik antara 17 Agustus

commit to user

1945 sampai 27 Desember 1949 telah ikut secara aktif berjuang untuk mempertahankan Negara Republik Indonesia di dalam kesatuan bersenjata resmi atau kelaskaran yang diakui oleh Pemerintah pada masa perjuangan melawan penjajah.

Veteran Pejuang dalam pengurusan administratif terdapat beberapa golongan yang didasarkan pada masa baktinya yaitu jangka waktu keikutsertaan secara nyata yang dihitung mulai tanggal ikut serta secara aktif sampai dengan tanggal berakhirnya keikutsertaan dalam perjuangan bersenjata. Penggolongan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Golongan A, untuk masa bakti minimal 4 tahun

2) Golongan B, untuk masa bakti minimal 3 tahun

3) Golongan C, untuk masa bakti minimal 2 tahun

4) Golongan D, untuk masa bakti minimal 1 tahun

5) Golongan E, untuk masa bakti minimal 6 bulan

(Departemen Pertahanan RI, 2000: 11)

Karena jasa-jasa Veteran maka Indonesia menjadi negara yang merdeka, maka negara sebagai organisasi tertinggi dalam perjalanannya memberikan sebuah penghargaan yaitu Gelar Kehormatan. Gelar tersebut diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan yang di keluarkan Departemen Pertahanan RI Nomor:

Juklak-01/SUMDAMAN/IX/2000 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan

Administrasi Pendaftaran dan Penganugerahan Gelar Kehormatan Veteran Pejuang/Pembela Kemerdekaan Republik Indonesia. Gelar tersebut adalah sebagai berikut:

1) Gelar Kehormatan Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia

disingkat Gelar Veteran Pejuang adalah pengesahan dan pengakuan serta penghargaan dari pemerintah kepada pejuang yang masih hidup atau pejuang yang telah meninggal dunia sesudah tanggal 27 Desember 1949.

2) Gelar Kehormatan Veteran Pembela Kemerdekaan RI disingkat gelar

Veteran Pembela adalah pengesahan dan pengakuan serta penghargaan dari pemerintah kepada para pelaku peristiwa pembelaan terhadap integritas NKRI yang tercatat dalam sejarah sebagai peristiwa Trikora tanggal 19 Desember 1962 s/d 1 Mei 1963, Dwikora 3 Mei 1964 s/d 4 Agustus 1966 dan Timtim 21 Mei 1975 s/d 17 Juli 1976

3) Gelar Kehormatan Veteran Kemerdekaan Republik Indonesia Anumerta

disingkat Veteran Anumerta adalah gelar Veteran bagi pejuang/pembela yang meninggal dunia dalam atau sebagai akibat melaksakan tugas dalam kurun waktu peristiwa keveteranan sebagai mana poin 1 dan 2 diatas.

commit to user

(Departemen Pertahanan RI, 2000:7)

b. Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI)

Veteran sebagai suatu kesatuan resmi di Indonesia mempunyai sebuah Organisasi veteran yaitu Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI). Bagi setiap veteran wajib menjadi anggota veteran yang dipertegas Undang-undang

No. 7 Tahun 1967 Pasal 15 yangberbunyi Setiap Veteran Republik Indonesia

berhak dan wajib menjadi anggota Legiun Veteran Republik Indonesia yang

merupakan satu- .

1)Sejarah Berdirinya Legiun Veteran Republik Indonesia

Legiun Veteran Republik Indonesia adalah suatu badan yang mengatur kerja-sama diantara organisasi-organisasi kaum Veteran di dalam Negeri dan hubungan antara kaum Veteran dengan Instansi-instansi Pemerintah dan Organnisasi Veteran Internasional. LVRI awal mula berdirinya melalui kongres tanggal 22 Desember 1956 - 2 Januari 1957 di Decca Park, Jakarta, dihadiri oleh 2300 Veteran dari seluruh Indonesia, mewakili lebih dari sejuta Veteran yang aktif bertempur di seluruh wilayah Indonesia memperjuangkan Kemerdekaan RI antara tahun 1945-1949. Semua organisasi bekas pejuang bersenjata di seluruh Indonesia yang ikut kongres, sepakat melebur dari dalam satu organisasi Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI). Tanggal 2 April 1957 Presiden Sukarno mengeluarkan Keputusan Presiden RI No. 103 tahun 1957 Tentang "Legiun Veteran" yang menetapkan : Terhitung mulai 1 Januari 1957 mengesahkan pembentukan Legiun Veteran Republik Indoesia dan mengakui sebagai satu-satunya badan yang mewakili kaum Veteran dalam hubungan dengan

instanasi-instansi Pemerintah dan organisasi-organisasi Veteran

Internasional. Selain itu dianugerahkan pula Panji-panji Kehormatan Veteran RI "Karya Dharma", dan ditetapkan Kode Kohormatan Veteran RI "Panca Marga".

commit to user

Legiun Veteran Republik Indonesia terdapat beberapa kantor dari tingkat pusat sampai daerah antara lain:

a) LVRI Pusat, yaitu kantor LVRI yang berpusat di Ibukota Negara

(Jakarta)

b) LVRI Markas daerah, yaitu pada satu atau lebih Propinsi / Daerah

Istimewa / Daerah Khusus dibentuk Dewan Pimpinan Daerah LVRI oleh Musyawarah Daerah LVRI serta membawahkan sedikitnya tiga Cabang. DPD LVRI bermarkas di Markas Daerah LVRI.

c) LVRI Cabang, yaitu pada satu atau lebih Kabupaten/Kota dibentuk

Dewan Pimpinan Cabang LVRI oleh Musyawarah Cabang LVRI serta membawahkan sedikitnya tiga Ranting. DPC LVRI bermarkas di Markas Cabang LVRI.

d) LVRI Ranting, yaitu pada satu atau lebih kecamatan dibentuk Dewan

Pimpinan Ranting LVRI oleh Musyawarah Ranting LVRI serta mempunyai anggota sedikitnya 45 orang Veteran RI dan setiap 15 orang Veteran RI membentuk satu kelompok Veteran RI. DPR LVRI bermarkas di Markas Ranting LVRI.

3) Tujuan LVRI

Legiun Veteran Republik Indonesia sebagai satu-satunya organisasi yang menghimpun massa Veteran mempunyai 3 tujuan yaitu

a) Untuk membina potensi nasional Veteran RI dalam melestarikan

NKRI Berdasar Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

b) Mewujudkan kesejahteraan rakyat dibidang sosial ekonomi,

pendidikan, dan kebudayaan, termasuk kesejahteraan anggota LVRI,

c) Sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 1945, LVRI didirikan juga

untuk ikut berkontribusi dalam penciptaan perdamaian dunia.

Dari ketiga tujuan LVRI tersebut terlihat bahwa LVRI dalam berdirinya mempunyai tujuan salah satunya untuk mensejahterakan anggota. Tujuan mensejahterakan anggotanya merupakan salah satu tujuan utama dari suatu organisasi. Menurut Ig. Wursanto (2003:5)

commit to user

Menurut jenis organisasi yang didirikan, tujuan utama atau tujuan pokok dapat dibedakan menjadi beberapa macam, misalnya: tujuan mendapat keuntungan, tujuan untuk memberikan kesejahteraan bagi para anggota, dan tujuan untuk memberikan kesejahteraan masyaraka

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Tujuan untuk mendapat keuntungan merupakan tujuan dari setiap

organisasi yang mengadakan konsentrasi modal dari para pemilik atau penanam modal. Prinsip dari organisasi ini menghendaki pendapatan yang maksimal dari modal yang ditanamnya.

b) Tujuan untuk memberikan kesejahteraan anggota merupakan tujuan

organisasi yang bukan semata-mata untuk mencari keuntungan tetapi untuk mencari konsentrasi orang.

c) Tujuan untuk memberikan kesejahteraan masyarakat merupakan

organisasi atau lembaga yang bergerak dalam pemberian pelayanan kepentingan umum. Pada umumnya organisasi atau lembaga milik pemerintah atau milik negara memiliki tujuan utama memberikan kesejahteraan masyarakat.

c. Sejarah Sistem Pertahanan Rakyat Semesta

Pada tahun 1948 dirumuskan konsep Perang Gerilya Rakyat Semesta mengawali perumusan sistem pertahanan keamanan Indonesia. Konsep perang gerilya rakyat semesta memperoleh bentuknya setelah adanya kenyataan pengalaman pertempuran dengan pihak tentara penjajah yang menduduki sebagian wilayah Republik Indonesia. Konsep perang ini ialah dengan memanfaatkan kekuatan potensi yang berada di satu daerah, kita dapat mengadakan perlawanan yang efektif terhadap pendudukan tentara penjajah Belanda.

Menurut Lembaga Pertahanan Nasional kyat

Semesta adalah perang yang bersifat semesta, dimana digunakan seluruh kekuatan nasional secara total dan integral, dengan mengutamakan militansi sebagai unsur kekuatannya untuk mempertahankan kemerdekaan dan

commit to user

kedaulatan Negara Republik Indonesia dan mengamankan jalannya revolusi

dan pertahanan sipil menjadi unsur yang penting dalam kekuatan perang, disamping angkatan bersenjata. terutama dalam operasi perlawanan wilayah, perlawanan rakyat (Wanra) dan pertahanan sipil (Hansip) mempunyai peranan yang penting. Sedangkan menurut A.H Nasution

adalah pembawaan dari sifat perang rakyat semesta, yang membutuhkan jumlah tentara sedemikian banyak, sehingga tidak dapat dipenuhi lagi dengan tentara-tentara tetap, tentara-tentara jabatan yang lazim dimasa dahulu,

sehuingga rakyat yang memperjuangkan kemerdekaannya, membela

kepentingan hidupnya terhadap yang menyerangnya.

Pola pelaksanaan konsep perang gerilya rakyat semesta adalah sebagai berikut:

1)Pola penggunaan kekuatan fisik dengan sasaran sasaran yaitu dengan

menghambat selama mungkin serangan/serbuan tentara penjajah Belanda, mengancurkan pos-pos yang terpencil, patrol-patroli kecil dan jaringan-jaringan penghubungannya, menggangu dan mengikat pasukan-pasukan Belanda.

2)Pola pemanfaatan kekuatan potensial wilayah dengan tujuan menguasai

suatu wilayah dimana pemerintah Republik Indonesia dapat berjalan dengan lancar untuk dijadikan daerah pangkal (basis) bagi pelaksanaan perlawanan-perlawanan rakyat semesta.

3)Dalam usaha merebut kembali daerah yang diduduki Belanda, maka

perebutan daerah tersebut didahului oleh serangan-serangan fisik, dilanjutkan dengan penguasaan wilayah oleh kelengkapan pemerintah Republik Indonesia dan unsur-unsur perlawanan rakyat sehingga lambat laun daerah yang dikuasai makin meluas.

(Lembaga Pertahanan Nasional,1985:233-234)

d. Sejarah Pertempuran Empat Hari di Kota Solo

Setelah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 ternyata perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah belum berakhir. Pada tahun 1947 Belanda kembali lagi, sehingga pola pertahanan keamanan rakyat semesta juga terjadi di Kota Solo. Perjuangan ini terjadi ketika tepatnya bulan Agustus 1949 terjadi

commit to user

dengan 11 Agustus 1949, atau lima hari perang terhadap Belanda. Solo merupakan kota yang dinilai strategis oleh Belanda dalam melancarkan invasinya ke Indonesia, sehingga merupakan kota yang diperkuat tentara Belanda terbaik. Untuk mengatasi serangan Belanda tersebut, secara gerilya Para Pejuang, Pelajar dan Mahasiswa berhasil membumi hanguskan dan menduduki markas Belanda di Solo melalui Serangan Umum Solo. Serangan ini merupakan serangan yang ketiga kalinya dilakukan oleh para pejuang kita saat itu. Serangan I dilakukan terhadap Belanda di Kota Solo pada tanggal 8 Pebruari 1949 dan serangan ke II dilakukan pada tanggal 2 Mei 1949.

pukul 22.00 malam, Panglima Besar Jenderal Sudirman memerintahkan penghentian tembak-menembak mulai 11 Agustus 1949 untuk wilayah Jawa dan 15 Agustus 1949 untuk wilayah Sumatera. Untuk itu maka sebelum tanggal tersebut pihak Brigade V/Panembahan Senopati pimpinan Letkol Slamet Riyadi dan Detasemen TP Brigade XVII pimpinan Mayor Achmadi berencana mengunakan kesempatan sebelum gencatan senjata tersebut untuk mendapatkan posisi dan merebut kedudukan musuh dikota Solo agar pihak Belanda tahu bahwa TNI masih ada taring, nyali dan tetap bertekat bukan saja dengan tujuan tersebut diatas, tapi tetap akan mengusir Belanda.

n sejarah Serangan Umum Solo digagas di kawasan

pejuang berkumpul di Desa Wonosido, Kabupaten Sragen dari situlah ide

Setelah ide serangan tersebut disusun dan direncanakan kemudian Para Pejuang bergabung dengan pasukan yang dipimpin Mayor Achmadi dalam Detasemen II Brigade 17 Surakarta. Kemudian setelah seluruh pasukan dan pejuang bergabung pada tanggal 7 Agustus 1949 Serangan Umum segera dimulai. Hal ini dikarenakan untuk mengunakan kesempatan sebelum gencatan senjata.

Pada tanggal 7 Agustus 1949 dimulai Serangan Umum pada pukul 06.00 WIB. Pada hari tersebut pasukan TNI telah menyusup dahulu dan mulai menguasai kampung-kampung dalam Kota Solo. Pada saat terjadinya pertempuran ini, banyak rakyat yang menjadi korban, dimana pada hari

commit to user

pertama kampung-kampung di pinggiran kota ditembaki Belanda dengan kanon dan mortar.

ng membom kampung Manahan dan Laweyan. Pada hari kedua, dengan 4 pesawat membom kampung Kandangsapi dan kampung Serengan dibombardir Belanda secara membabi buta, bahkan rumah-rumah yang 2008:66)

Untuk mengatasi kondisi tersebut para Pejuang tidak kenal lelah dan mangunakan strategi dengan menyerang di empat penjuru agar pasukan Belanda kehabisan ruang gerak.

penjajah, serangan dilakukan dari empat penjuru Kota Solo. Rayon I dari Polokarto dipimpin Suhendro, Rayon II dipimpin Sumarto. Sementara itu Rayon III dengan Komandan Prakosa, Rayon IV dikomandani A. Latif, serta Rayon Kota dipimpin Hartono. Menjelang pertengahan pertempuran, Slamet Riyadi dengan pasukan Brigade V/Panembahan senopati turut serta

Pada tanggal 8-10 Agustus 1949 seluruh pasukan dikerahkan untuk membantu serangan dan diakhir jam 06.00 WIB hal ini sesuai dengan intruksi Panglima besar Jendral Sudirman. Akhirnya serangan ini membuat pasukan Belanda kalang kabut dan mengubur ambisi Belanda untuk menguasai kembali Indonesia

Serangan ini sangat berhasil, hal ini dibuktikan bahwa seluruh daerah

demikian semboyan para pelaku sejarah waktu itu. Meskipun banyak rekan yang gugur, semangat juangnya tidak pernah luntur untuk mengusir Belanda dari muka bumi Indonesia, khususnya yang ada di Kota Solo. Setelah berhasil menguasai suatu wilayah, para pejuang kemudian menancapkan bendera sang -tiang listrik bahkan di puncak-puncak pohon. Hal ini dilakukan untuk memperlihatkan kepada rakyat dan khususnya kepada pihak Belanda bahwa meskipun dengan senjata seadanya rakyat bisa mengalahkan

Belanda schok

commit to user

kesehatan dan lain sebagainya, sementara pasukan Belanda kehabisan logistik dan banyak yang kelaparan yang kemudian membabi buta dengan menyerang kesana kemari tanpa arah.

Ternyata Belanda malah mengingkari cease fire dengan arogannya

Polisi Militer Belanda (Green Cap) melakukan penggrebegan ke beberapa

kantong-kantong pasukan pejuang dan mengusirnya ke luar kota. Peristiwa tersebut menewaskan banyak penduduk sipil antara lain: di Sambeng 32 orang, di Pasar Nongko 67 orang, diserengan 47 orang, di Padmonegaran Gading 21 orang, dan di Pasar Kembang 24 orang. Hal ini tentu saja menimbulkan kemarahan para pejuang yang lain. Akhir pertempuran ini pada tanggal 11 Agustus 1949 terjadi perundingan yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Pihak Belanda diwakili oleh Letkol Van Ohl dan pihak Indonesia diwakili oleh Letkol Slamet Riyadi. Adapun isi berjanjiannya adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengurangi terjadinya perselisihan, pihak Belanda meminta agar

TNI ditarik mundur ke tepi batas kota dan rintangan-rintangan jalan disingkirkan.

2) Pihak Belanda berjanji teror Belanda tak akan berulang dan tak akan

diadakan pembalasan terhadap rakyat yang membantu TNI. (Djoko Santosa, 2008: 67)

Pada saat itu terjadi perbedaan pendapat antara Brigade V dengan Den II TP Brigade XVII. Untuk itu Mayor Achmadi selaku Komandansub

11Agustus 1949 yang berbunyi :

1) Tidak bertanggungjawab atas penarikan mundur pasukan pasukan.

2) Bertekad tetap bertanggung jawab menjaga keselamatan dan ketentraman

rakyat

3) Apabila Belanda mengganggunya, maka komandan-komandan sektor

harus bertindak di daerahnya masing-masing. (Djoko Santoso, 2008:66)

Situasi semakin kacau karena terjadinya kesimpangsiuran informasi dan perintah pada saat itu. Pada situasi yang demikian, Letkol Slamet Riyadi langsung mengambil sikap dengan mengeluarkan Nota Protes Persetujuan antara Komandan Brigade V/II TNI dengan Letkol Van Ohl untuk

commit to user

mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya dengan Nota tertanggal 13 Agustus 1949 yang berisi:

1) Perintah cease-fire dari Panglima Tertinggi/ Presiden RI tertanggal 3

Agustus 1949 berlaku pada tanggal 10Agustus 1949 jam 24.00

2) Bukan kita yang mengajak berunding tetapi Belanda

3) Persetujuan ini hanya bersifat sementara untuk mengurangi korban dan

penderitaan rakyat lebih lanjut. (Djoko Santoso, 2008:66-67)

Setelah perundingan itu pertempuran berakhir, meskipun rakyat banyak yang meninggal namun pengaruh serangan Umum Solo terhadap negara Indonesia sangat besar.

Menurut

(DETASEMEN II/ BRIGADE 17 TNI), 8 Februari 1949, 2 Mei 1949 dan 7-10 agustus 1949 yang kala itu terbukti berhasil memperkuat posisi tawar politik perjuangan diplomasi delegasi Republik Indonesia di Konferensi Meja Bundar (KMB), den Haag, sehingga berujung dicapainya kedaulatan Republik Indonesia 27 Desember 1949 dapat

Hal ini terjadi karena Belanda sadar bila mereka tidak akan mungkin menang secara militer, mengingat Solo merupakan kota yang pertahanannya terkuat pada waktu itu. Meskipun TNI sacara peralatan tertinggal tetapi didukung oleh rakyat dan dipimpin oleh seorang pemimpin yang handal seperti Slamet Riyadi sehingga Belanda dapat diusir dari Bumi Pertiwi.

Dokumen terkait