commit to user
TANGGUNG JAWAB NEGARA DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
VETERAN PEJUANG KEMERDEKAAAN REPUBLIK INDONESIA
DI KOTA SURAKARTA
Oleh :
SRI PURWANINGSIH K6407048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
TANGGUNG JAWAB NEGARA DALAM PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN VETERAN PEJUANG KEMERDEKAAN
REPUBLIK INDONESIA
DI KOTA SURAKARTA
Oleh :
SRI PURWANINGSIH K6407048
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ABSTRAKSri Purwaningsih. TANGGUNG JAWAB NEGARA DALAM
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN VETERAN PEJUANG
KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA DI SURAKARTA. Skripsi
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, September 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Peranan Pemerintah
Kota Surakarta dalam mewujudkan tanggung jawab negara untuk
mensejahterakan Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia di Kota Surakarta, (2) Tingkat efektivitas organisasi Legiun Veteran Republik Indonesia Kota Surakarta dalam mengupayakan kesejahteraan anggotanya.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dan strategi penelitiannya menggunakan strategi tunggal terpancang. Sumber data diperoleh dari informan, tempat dan peristiwa serta dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh dan menyusun data penelitian adalah dengan teknik wawancara, observasi serta analisis dokumen. Untuk memperoleh validitas data dalam penelitian ini digunakan trianggulasi data dan trianggulasi metode, serta ketekunan/keajegan pengamatan. Sedangkan teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif dengan tahap-tahap sebagai berikut : (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) sajian data dan (4) pengambilan kesimpulan. Adapun prosedur penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) tahap pra penelitian, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap analisis data, (4) tahap penyusunan laporan penelitian.
commit to user
commit to user
ABSTRACTSri Purwaningsih. THE STATE RESPONSIBILITY IN IMPROVING THE
VETERAN WARRIOR IN SURAKARTA. Thesis. Surakarta: Teacher Training
and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, September 2011. The objectives of research are to find out: (1) the role of local goverment of Surakarta in realizing the state responsibility to prosper the Republic of ion Organization in Surakarta in This study employed a descriptive qualitative method. And the research strategy used was a single embedded strategy. The data source derived from informant, place and event, also document. The sampling technique used was purposive sampling. Techniques of collecting data used to obtain and to organize the research data were interview, observation, and document analysis. Techniques of validating data employed were data and method triangulations, and observation persistence. Meanwhile technique of analyzing data used was an interactive model of analysis encompassing the following stages: (1) data collecting, (2) data reduction, (3) data display, and (4) conclusion drawing. The procedures of research are as follows: (1) pre-research, (2) field work, (3) data analysis, (4) research report writing stages.
Considering the result of research, the following conclusions can be drawn. (1) The role of local goverment of Surakarta in realizing the state re
commit to user
MOTTO(Edi Suharto)
ita tidak bisa membahagiakan orang lain, setidaknya janganlah membuat
commit to user
PERSEMBAHANcommit to user
KATA PENGANTARPuji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan dan kendala yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini.
2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui ijin atas permohonan penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Sri Haryati, M.Pd. Ketua Program Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Suyatno, M.Pd. Pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan, bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
5. Rima Vien Permata H, SH, MH. Pembimbing II yang telah
memberikan motivasi, bimbingan teknis dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Letnan Satu (purn) Sjatam Hadibroto Ketua LVRI Kota Surakarta
commit to user
7. Drs. Supardi Kepala Urusan Administrasi Kaminvetcad IV/35
Surakarta yang telah memberikan ijin, petunjuk, informasi dan kesempatan penulis untuk mengadakan penelitian.
8. Drs. Wahyono, M.Pd Kepala Sub Bagian Agama, Pendidikan dan
Kebudayaan Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kota Surakarta yang telah memberikan informasi dan kesempatan penulis mengadakan penelitian.
9. Bapak Slamet Staf Seksi Sosial Dinas Sosial, Tanaga Kerja dan
Transmigrasi Kota Surakarta yang telah memberikan informasi dan kesempatan penulis mengadakan penelitian.
10. Teman-teman yang selalu memberikan semangat kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, serta
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha mencurahkan kemampuan seoptimal mungkin dengan harapan skripsi ini dapat memenuhi persyaratan sebagai suatu karya ilmiah yang bermanfaat. Namun mengingat keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan dan jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Surakarta, Agustus 2011
commit to user
1. Tinjauan Umum Tanggung jawab Negara ... 7
a. Pengertian Tanggung jawab ... 7
b. Pengertian Negara ... 8
c. Pengertian Tanggung Jawab Negara ... 10
commit to user
a. Pengertian Peningkatan ... 13
b. Pengertian Kesejahteraan ... 13
c. Negara Kesejahteraan ... 15
d. Indikator Kesejahteraan ... 20
3. Tinjauan Umum Veteran Pejuang Kemerdekaan ... 24
a. Pengertian Veteran ... 24
b. Legiun Veteran Republik Indonesia ... 26
c. Sejarah Sistem Pertahanan Rakyat Semesta ... 28
d. Sejarah Pertempuran Empat Hari di Kota Solo ... 29
B. Kerangka Berfikir...33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35
1. Tempat Penelitian ... 35
2. Waktu Penelitian ... 35
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 36
1. Bentuk Penelitian ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 47
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 47
1. Gambaran Umum Kota Surakarta ... 47
commit to user
b. Keadaan Penduduk ... 48
2. Organisasi/Instansi yang berhubungan dengan Veteran Pejuang Republik Indonesia ... 50
a. Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) ... 50
b. Kantor Administrasi Veteran Cadangan IV/35 Surakarta .... 52
c. Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat Sekretariat daerah Kota Surakarta 53 d. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi ... 55
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ... 56
1. Peranan Pemerintah Kota Surakarta dalam Mewujudkan Tanggung Jawab Negara untuk Mensejahterakan Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia di Kota Surakarta ... 56
2. Tingkat Efektivitas Organisasi Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Surakarta dalam mengupayakan Kesejahteraan Anggotanya... 68
C. Temuan Studi ... 81
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 84
A. Kesimpulan ... 84
B. Implikasi ... 85
C. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 87
commit to user
DAFTAR TABELHalaman Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 35 Tabel 2. Luas Wilayah, jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Kota Surakarta
... ... 48 Tabel 3. Banyaknya Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta
tahun 2010 ... 48 Tabel 4. Banyaknya Keluarga Sejahtera Menurut Tahapan di Kota Surakarta
tahun 2009 ... 49 Tabel 5. Jumlah Veteran Pejuang Republik Indonesia di Surakarta Menurut
Kecamatan Tahun 2011 ... 50 Tabel 6. Daftar Bantuan Dana Hibah Pemerintah Kota Surakarta Tahun 2011
... 57 Tabel 7. Perbedaan Pengoperasian Dana Hibah Antara Veteran Pejuang dan Janda
Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia Jadwal Kegiatan Penelitian ... 58 Tabel 8. Indikator tahapan Keluarga Sejahtera Menurut BKKBN... 74 Tabel 9. Besarnya Tunjangan Veteran Pejuang Republik Indonesia Berdasarkan
commit to user
DAFTAR GAMBARcommit to user
DAFTAR BAGANHalaman Bagan 1. Struktur Organisasi LVRI Surakarta ... 51 Bagan 2. Struktur Organisasi Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat
commit to user
DAFTAR LAMPIRANHalaman
Lampiran 1. Daftar Informan ... 88
Lampiran 2. Tata Cara Penyelesaian Administrasi Dana Kehormatan Veteran Republik Indonesia ... 91
Lampiran 3. Pedoman Wawancara ... 102
Lampiran 4. Petikan Hasil Wawancara ... 105
Lampiran 5. Foto Penelitian ... 129
Lampiran 6. Trianggulasi Data ... 134
Lampiran 7. Trianggulasi Metode ... 136
Lampiran 8. Laporan Hasil Observasi ... 138
Lampiran 9. Daftar Nama Veteran Pejuang Kemerdekaan ... 147
Lampiran 10. Daftar Dana Kehormatan yang Belum Turun... 151
Lampiran 11. Instrumen Kriteria Keluarga Sejahtera ... 152
Lampiran 12. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi kepada Dekan FKIP UNS ... 166
Lampiran13. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS tentang Ijin Penyusunan Skripsi ... 167
Lampiran 14. Surat Permohonan Research/ Try Out kepada rektor UNS ... 168
Lampiran 15. Permohonan Surat Pengantar Ijin Penelitian kepada Walikota Surakarta ... 169
Lampiran 16. Surat Permohonan Research/ Try Out kepada LVRI ... 170
Lampiran 17. Surat Permohonan Research/ Try Out kepada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi ... 171
Lampiran 18. Surat Permohonan Research/ Try Out kepada Kaminvetcad IV/35 Surakarta ... 172
Lampiran 19. Surat Permohonan Research/ Try Out kepada Kantor Administrasi Kesejahteraan Rekyat Sekretariat Daerah Surakarta ... 173
Lampiran 20. Surat Keterangan Penelitian dari Kaminvetcad IV/35 ... 174
Lampiran 21. Surat Keterangan Penelitian dari LVRI ... 175
commit to user
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Repulik Indonesia (NKRI) telah 66 tahun lepas dari belenggu penjajah, rakyat tidak lagi menderita karena kekejaman pemerintah kolonial. Tiap tanggal 17 Agustus Bangsa Indonesia peringati sebagai hari Kemerdekaan Indonesia. Keberhasilan itu tidak lepas dari kerja keras seluruh rakyat Indonesia, dari Tentara Nasional Indonesia (TNI), Polisi Republik Indonesia (POLRI), hingga rakyat jelata bahu membahu mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Rakyat yang ikut berperang memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia lebih dikenal dengan sebutan Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia.
Di Indonesia Veteran Pejuang Kemerdekaan memiliki wadah Organisasi yang bernama Legiun Veteran Republik Indonesia atau disingkat LVRI. LVRI diresmikan pada tanggal 1 Januari 1957 menurut KepPres RI No 153/ 1957. Dalam pembentukannya LVRI mempunyai tujuan yaitu untuk membina potensi nasional Veteran RI dalam melestarikan NKRI berdasar Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, mewujudkan kesejahteraan rakyat dibidang sosial ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan, termasuk kesejahteraan anggota LVRI, serta untuk ikut berkontribusi dalam penciptaan perdamaian dunia. Namun dalam kenyataannya tujuan didirikan LVRI dalam hal ini berkaitan dengan kesejahteraan anggotanya masih belum terwujud karena masih banyak anggota LVRI yang tergolong penduduk miskin. Veteran Pejuang Indonesia yang rata-rata umurnya 85 tahun keatas ini belum banyak mendapat perhatian dari pemerintah. Kesejahteraan para pejuang tanah air ini masih dikesampingkan, padahal karena jasa-jasa mereka kita dapat menikmati udara kemerdekaan. Dahulu mereka yang menumpahkan darah, meninggalkan rumah dan anak istri, demi bisa mengibarkan bendera merah putih ditanah ibu
commit to user
Padahal semangat maupun pasal-pasal konstitusi yang dimiliki Indonesia telah teramat terang benderang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat mementingkan pembangunan kesejahteraan sosial. Bab XIV UUD 1945 diberi judul Sistem Perekonomian dan Kesejahteraan Sosial. Ini menunjukkan bahwa sistem perekonomian Indonesia harus berorientasi dan berpihak rakyat banyak dan mengarah pada kesejahteraan sosial anak bangsanya.
Lebih tegas lagi, pasal 34 berisi pernyataan tentang keharusan negara menjamin dan melindungi fakir miskin sebagai bagian dari kelompok-kelompok yang kurang beruntung. Ayat dari pasal 34 itu kemudian secara jelas menyatakan tentang sitem jaminan sosial nasional yang harus dijalankan negara dalam melindungi dan memenuhi hak-hak dasarnya. Ini artinya
Indonesia secara kontitusional menganut sistem welfare state atau negara
kesejahtreraan, yakni sebuah model kebijakan sosial yang mengedepankan pentingnya peranan negara untuk secara aktif, sensitif dan responsif ambil bagian dalam pemenuhan pelayanan sosial dasar kepada warga negara, terutama mereka yang tergolong lemah dan rentang rentan dan memerlukan perlindungan khusus.
Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu peran pemerintah dalam membangun kesejahteraan rakyatnya yang paling banyak dibicarakan adalah
wacana tentang negara kesejahteraan. Sistem welfare state atau negara
kesejahteraan pertama kali digagas pada abad-18 oleh Jeremy Bentham, sebagai perkembangan dari teori utilitarianisme yang mengedepankan prinsip kebahagiaan. Dalam teori welfare state atau negara kesejahteraan menyatakan bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjamin kebahagiaan terbesar (atau kesejahteraan) dari jumlah terbesar warga negara. Negara
kesejahteraan muncul sebagai alternatif terhadap the poor law (UU
commit to user
anti teseis dari negara yang seolah-olah dermawan. Karena istilah negara . konsep ini sering dipandang seakan-akan hanya negara yang mempunyai peran dalam pembangunan kesejahteraan
sosial. Padahal negara yang menganut welfare state murni sekalipun,
penyelenggaraan pelayanan sosial melibatkan pemerintah, swasta serta masyarakat. Namun meski demikian negara kesejahteraan menekankan bahwa keterlibatan negara sangat penting bahkan menjadi suatu keharusan dalam melindungi dan memberikan pelayanan dasar bagi warganya.
Sebenarnya dalam mengembangkan program kesejahteraan
masyarakat pemerintah sudah menggalakkan sistem jaminan sosial (social
security) yang pertama kali dirintis oleh Otto Von Bismarck pada tahun 1883.
Terbukti dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Dalam UUD 1945 Pasal 23 ayat (2) juga menyebutkan bahwa negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Menurut Sulastomo
memberikan rasa aman sepanjang
commit to user
dan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan saja. Berbeda jauh dengan Janda Perintis Kemerdekaan di Surakarta yang mendapat tunjangan lebih besar serta setiap tahunnya mendapat bantuan dari Pemerintah Kota sebesar Rp. 5.000.000- Rp. 7.000.000. Kegiatan yang diikuti Janda Perintis Kemerdekaan selain upacara bendera dan tabur bunga juga anjangsana dengan Pemerintah Kota Surakarta dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Untuk menyikapi hal tersebut maka diperlukan tanggung jawab negara terhadap Veteran Pejuang Kemerdekaan melalui Pemerintah Kota Surakarta dan Organisasi Legiun Veteran Republik Indonesia Kota Surakarta dalam usaha meningkatkan kesejahteraannya. Dengan adanya usaha tersebut diharapkan kesejahteraan Veteran Pejuang Kemerdekaan dapat terpenuhi. Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang DALAM
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN VETERAN PEJUANG
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dan untuk mempermudah dalam pembahasan penelitian, maka dapat dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Negara yang dimaksud dalam hal ini adalah Pemerintah Kota Surakarta.
2. Selain Pemerintah Kota Surakarta, organisasi Legiun Veteran Republik
commit to user
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan Pemerintah Kota Surakarta dalam mewujudkan
tanggung jawab negara untuk mensejahterakan Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia di Surakarta?
2. Bagaimana tingkat efektivitas organisasi Legiun Veteran Republik
Indonesia (LVRI) Kota Surakarta dalam mengupayakan kesejahteraan anggotanya?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui peranan Pemerintah Kota Surakarta dalam
mewujudkan tanggung jawab negara untuk mensejahterakan Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia di Surakarta.
2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas organisasi Legiun Veteran
Republik Indonesia (LVRI) Kota Surakarta dalam mengupayakan kesejahteraan anggotanya.
D. Manfaat Penelitian
Setelah peneliti mengadakan penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teori maupun secara praktis.
1. Manfaatteoritis
commit to user
2. Manfaat praktisa. Secara praktis penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah
menjalankan perannya dalam pencapaian tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran alternatif
commit to user
BAB IILANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Umum Tanggung Jawab Negara
a. Pengertian Tanggung Jawab
Menurut Burhanuddin Salam (1997:28) Responsibility = having the
character of a
yang berarti tanggung jawab yang bersifat agen moral yang bebas; mampu menentukan tindakan sendiri; mampu tergoyahkan oleh pertimbangan sanksi atau konsekuensi.
Responsibility merupakan kewajiban seseorang untuk melakukan pekerjaan
Sedangkan Ali Imron (2009:34) menjelaskan kata tanggung jawab menurut bahasa berarti:
menanggung segala sesuatu (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya). 2. Fungsi menerima
dari beberapa pengertian diatas, tanggung jawab merupakan kewajiban atau tugas yang dibebankan kepada seseorang atau suatu institusi yang mempunyai fungsi, kedudukan, jabatan atau posisi agar dapat melaksanakan tugas dan wewenangnya dengan baik.
Menurut Burhanuddin Salam (1997:28) definisi tanggung jawab memberikan pengertian yang menitikberatkan pada:
1)Harus ada kesanggupan untuk menetapkan sikap terhadap sesuatu
perbuatan.
2)Harus ada kesanggupan untuk memikul risiko dari sesuatu perbuatan. Bila
pengertian tersebut dianalisis lebih luas, akan kita dapati bahwa dalam itu dituntut sebagai suatu keharusan, akan adanya suatu pertanggungan moral/ karakter.
commit to user
1)Respons, jawaban terhadap tuntutan dari sesuatu (tugas atau perbuatan),
dimana diri dituntut didalamnya.
2)Keberanian sikap, bersedia menanggung/memikul risiko terhadap baik atau
buruknya hasil perbuatan itu.
Unsur-unsur tanggung jawab dari segi filsafat sedikitnya didukung oleh 3 unsur yaitu:
(Burhanuddin Salam, 1997:33)
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)Kesadaran, meliputi: tahu, kenal, mengerti dapat memperhitungkan arti,
guna sampai kepada soal akibat dari suatu perbuatan atau pekerjaan yang dihadapi
2)Kecintaan/ kesukaan, meliputi:cinta, suka, menimbulkan rasa kepatuhan,
kerelaan dan kesediaan berkorban
3)Keberanian, meliputi: Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Berani
disini, didorong oleh rasa keiklasan, tidak bersikap ragu-ragu.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Tanggung jawab operatif adalah kewajiban pegawai untuk menjalankan
tugas pekerjaan yang telah diberikan kepadanya dengan sebaik-baiknya.
2) Tanggung jawab manajemen adalah kewajiban para pemimpin atau atasan
untuk menjalankan tugas sebagai pemimpin dengan sebaik-baiknya.
b. PengertianNegara
Menurut Geoge Jellinek dalam Deddy Ismatullah & Asep A. (2007:47) Negara merupakan organisasi tertinggi dari bangunan hukum satu
sebagai teori dua segi (zweiseiten theorie). Menurut Harold J. Laski dalam
Sahid Gatara dan M. Dzulkiah (2007:66) mendefinisikan negara The state is
society which is integrated by possessing a coercive authority legally supreme
commit to user
adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu.
Sedangkan Menurut TIM ICCE UIN (2008:91) pengertian negara dapat dapat dijelaskan
kata asing: state (Inggris), staat (Belanda dan Jerman), atau etat (Perancis). Selanjutnya pengertian negara secara terminologi adalah organsasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup didalam daerah tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat .
Jadi negara adalah organisasi tertinggi dalam suatu kelompok masyarakat dalam suatu wilayah tertentu yang mempunyai cita-cita dan tujuan. Sebagai sebuah organisasi kekuasaan dari kumpulan orang-orang yang mendiaminya, negara harus mempunyai tujuan yang disepakati bersama.
dicapai setiap negara adalah bagaimana memberikan kesejahteraan dan Menurut Plato dalam TIM ICCE UIN
(2008:91 untuk memajukan kesusilaan manusia,
sebagai perseorangan(individu) dan sebagai makhluk sosial ICCE UIN( 2008:91) memaparkan bahwa negara
memperluas kekuasaan, 2. menyelenggarakan ketertiban hukum, 3. mencapai kesejahteraan umum
Dalam konteks Negara Indonesia, tujuan negara tertuang dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
Sebagai organisasi kekuasaan, negara menyelenggarakan fungsi yang sangat mendasar dan dibutuhkan, fungsi tersebut antara lain:
1) Mempermaklumkan, menerapkan dan menjamin berlakunya
norma-norma tentang sikap dan tindak bagi seluruh masyarakat.
2) Menyelenggarakan keamanan eksteren/mempertahankan terhadap
berbagai ancaman dari luar wilayah negara.
3) Mewujudkan keadilan melalui lembaga-lembaga peradilan maupun
kebebasan (demokrasi).
commit to user
(S.F.Marbun,2004:71-72)
Sedangkan Prof. Miriam Budiardjo dalam Deddy Ismatullah (2007:90), mengemukakan empat fungsi negara yakni:
1) Melaksanakan penertiban (law and order). Untuk mencapai tujuan
negara bersama dan mencegah bentrokan-bentrokan dalam
masyarakat, negara harus melaksanakan penertiban. Dapat dikatakan bahwa negara adalah berfungsi sebagai stabilitator.
2) Mengusahkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Dewasa ini
fungsi ini dianggap sangat penting, terutama bagi negara-negara baru.
3) Pertahanaan. Hal ini dibutuhkan untuk menjaga kemungkinan
serangan dari luar. Untuk itu, negara dilengkapi dengan alat-alat pertahanan.
4) Menegakkan keadilan. Hal ini dilaksanakan melalui badan badan
peradilan.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas terdapat berbagai macam tujuan dari suatu negara. Namun terdapat satu tujuan negara yang banyak mempunyai persamaan dari tiap pendapat para ahli yaitu mengenai kesejahteraan rakyat yang menjadi salah satu tujuan negara.
c. Pengertian Tanggung Jawab Negara
Berdasarkan pengertian tentang tanggung jawab dan negara diatas, Tanggung jawab negara berarti bahwa negara sebagai organisasi tertinggi mempunyai fungsi yang berkaitan dengan kewajiban dalam penyelenggaraan negara serta langkah-langkah yang harus diambil dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Fungsi-fungsi tersebut antara lain: menjamin tertib hukum dalam masyarakat, menjaga pertahanan dan keamanan negara dari serangan luar, menegakkan keadilan bagi masyarakat melalui lembaga negara serta mensejahterakan rakyat.
Berdasar landasan faktual dalam hal kesejahteraan rakyat menurut Adam, Hauff dan John dalam Edi Suharto (2005:155) dengan tegas the critical task of establishing and designing a system of
social security is the responsibility of the state. This system has to protect the
commit to user
negara, khususnya yang menyangkut skema jaminan sosial (bantuan sosial dan asuransi sosial) dan kebijakan pasar kerja.
Sedangkan landasan konstitusional dari tanggung jawab negara dalam hal membangun dan mengembangkan sistem perlindungan sosial dilandasi konstitusi baik dari nasional maupun internasional. Dalam Deklarasi Universal HAM Pasal 25 ayat 1 men
Konvernan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial Budaya Pasal 11 -negara penandatanganan Kovernan mengakui hak setiap orang atas dasar standar hidup yang layak untuk diri dan keluarganya, termasuk nstitusi Indonesia, hak atas standar hidup layak telah diakui sebagai Hak Asasi Manusia, dalam pasal 28H
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup lebih baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Hak-hak sosial diatas merupakan kewajiban negara sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 Pasal 28
pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama
Tanggung jawab negara dalam hal kesejahteraan rakyat sesuai Undang-undang No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial Pasal 4
Selanjutnya dalam Pasal 5 ayat (2) menyebutkan bahwa penyelenggaraan kesejahteraan sosial diprioritaskan kepada mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial: kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku, korban bencana dan atau korban tindak kekerasan, ekploitasi dan diskriminasi.
commit to user
dikemukakan Sondang P. Siagian (2003:138)
kesejahteraan rakyat tidak semata-mata menjadi beban pemerintah, karena berbagai kelompok di masyarakat, seperti para usahawan melalui penunaian kewajiban sosialnya harus turut serta memikulnya. Tidak dapat disangkal bahwa jika kontribusi berbagai kelompok di masyarakat tidak memadai atau bahkan mungkin sangat kecil, pemerintahlah yang bertanggung jawab untuk melakukannya
Sedangkan tanggung jawab pemerintah dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial meliputi:
1) Merumuskan kebijakan dan program penyelenggaran kesejahteraan
sosial;
2) Menyediakan akses penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
3) Melaksanakan rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial,
dan perlindungan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
4) Memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang
menyelenggarakan kesejahteraan sosial;
5) Mendorong dan memfasilitasi masyarakat serta dunia usaha dalam
melaksanakan tanggung jawab sosialnya;
6) Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia
dibidang kesejahteraan sosial;
7) Menetapkan standar pelayanan, registrasi, akreditasi, dan sertifikasi
pelayanan kesejahteraan sosial;
8) Melaksanakan analisis dan audit dampak sosial terhadap kebijakan dan
aktivitas pembangunan;
9) Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesejahteraan sosial;
10) Melakukan pembinaan dan pengawasan serta pemantauan dan evaluasi
terhadap penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
11) Mengembangkan jaringan kerja dan koordinasi lintas pelaku
penyelenggaraan kesejahteraan sosial tingkat nasional dan internasional dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
12) Memelihara taman makam pahlawan dan makam pahlawan nasional;
13) Melestarikan nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan
sosial; dan
14) Mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. (Undang-undang No. 11 Tahun 2009 Pasal 25)
commit to user
tujuan masing-masing negara. Negara yang telah mempunyai tujuan yang jelas akan berusaha agar dapat mencapai tujuan tersebut tanpa merugikan rakyat.
2. Tinjauan Tentang Peningkatan Kesejahteraan
a. Pengertian Peningkatan
Peningkatan berasal dari kata dasar tingkat yang menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1993:950-951) dalam Kamus Besar berlapis-lapis, sedangkan peningkatan itu sendiri diartikan sebagai suatu proses, cara,
dikatakan bahwa peningkatan adalah merupakan suatu proses perubahan kearah yang lebih baik atau berkembang.
b. Pengertian kesejahteraan
Kesejahteraan merupakan tujuan dan harapan bagi setiap manusia. Tingkat kesejahteraan setiap orang dapat berbeda-beda dalam arti keadaan seseorang belum tentu sama dengan orang lain. Kesejahteraan berbanding terbalik dengan kemiskinan, orang yang berada dibawah garis kemiskinan menjadi sangat jauh untuk mencapai kesejahteraan.
poverty, identifying those who most often had to forgo consumption of goods and services, did correlate strongly with other types of welfare problems. Hence, people living under poor conditions do suffer from welfare problems even though this section of the population is not always captured by income
commit to user
Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat memberi
telah terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih, aman dan nyaman. Juga terpenuhinya hak asasi dan partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
www.menkokesra.go.id).
Sedangkan pengertian kesejahteraaan sosial menurut
Pre-Conference Working for the 15th International Conference of Social Welfare
dalam Miftachul Huda (2009:73)
arrangements wich have as their direct and primary objective the well being of people in social context. It includes the broad range of polities and services wich are concerned with various aspects of people live thir income,
Artinya kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Didalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi budaya, dan lain sebagainya
Dalam konteks Indonesia sendiri, kesejahteraan sosial dapat dimaknai terpenuhinya kebutuhan seseorang, kelompok, atau masyarakat dalam hal material, spiritual maupun sosial. Ini seperti tertuang dalam Undang-Undang tentang Kesejahteraan Sosial yang baru disahkan pada 18 Desember tahun 2008 yaitu Undang-undang No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.
Dalam Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa sial adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya Selaras dengan Undang-undang tersebut maka menurut Ig.
menjadi tiga macam yaitu, kebutuhan yang bersifat jasmaniah, kebutuhan yang
commit to user
sosial sebagai warga negara yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin. Dengan demikian , kesejahteraan sosial identik dengan kebijakan yang diambil pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya.
c. Negara Kesejahteraan
Pada umumnya tujuan dari kesejahterakan rakyat adalah mewujudkan suatu negara yang sejahtera yang lazim disebut Negara kesejahteraan (welfare state). Menurut Miftac
kebijakan pemerintah dalam pembangunan kesejahteraan rakyatnya paling banyak dibicarakan adalah negara kesejahteraan (welfare state). Oleh sebab itu membahas wacana negara kesejahteraan dalam lingkup kesejahteraan sosial
.
Sistem welfare state atau negara kesejahteraan pertama kali digagas
pada abad-18 oleh Jeremy Bentham, sebagai perkembangan dari teori utilitarianisme yang mengedepankan prinsip kebahagiaan. Dalam teori welfare state atau negara kesejahteraan menyatakan bahwa pemerintah memiliki
tanggung jawab untuk menjamin kebahagiaan terbesar (atau kesejahteraan) dari jumlah terbesar warga negara. Negara kesejahteraan muncul sebagai alternatif terhadap the poor law (UU anti-kemiskinan) yang kerap menimbulkan stigma bahwa negara hanya memberikan bantuan kepada orang-orang miskin.
Menurut Miftachul Huda (2009:110) Cikal bakal negara
kesejahteraan telah ada sejak abad pertengahan dengan diterapkannya poor law di kerajaan Inggris. Meskipun sistem poor law banyak dikritik banyak pihak poor law tetap dikatakan sebagai fondasi penting bagi sistem negara
kesejahteraan. Kritik poor law dipengaruhi oleh pandangan konservatif
sehingga bentuk kebijakannya cenderung residual dan means-tested
Sifat residual tersebut ditunjukkan dengan tidak diperbolehkannya seorang warga untuk memperoleh pelayanan apabila dia pada dasarnya mampu untuk bekerja. Residual juga berarti kebijakan selektif, hanya untuk orang
miskin saja. Ini sejalan dengan pendekatan means-tested menyeleksi warga
commit to user
diperuntukkan hanya bagi orang yang memperoleh gaji dibawah Rp. 25 ribu perhari. Sehingga bila suatu hari orang tersebut memperoleh gaji diatas Rp. 25 ribu perhari, maka hak untuk memperoleh bantuan tersebut dicabut. Karena itu, kebijakan seperti ini dianggap menjebak orang miskin untuk tetap memperoleh penghasilan maksimal Rp. 25 ribu, agar tetap berhak memperoleh bantuan. Inilah seperti yang terjadi di Indonesia dalam kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai kompensasi kenaikan harga BBM. Oleh sebab itu, negara kesejahteraan banyak dianggap sebagai perbaikan dari sistem poor law.
Sejalan dengan hal tersebut menurut Darmawan dan Sugeng (2006:9) menyebutkan bahwa Negara kesejahteraan pada dasarnya mengacu pada peran negara yang aktif dalam mengelola dan mengorganisasi perekonomian yang didalamnya mencakup tanggung jawab negara untuk menjamin ketersediaan pelayanan kesejahteraan dasar dalam tingkat tertentu bagi warganya Tujuan pokok negara kesejahteraan antara lain:
1) Mengontrol dan mendayagunakan sumber daya sosial ekonomi untuk
kepentingan publik;
2) Menjamin distribusi kekayaan secara adil dan merata;
3) Mengurangi kemiskinan;
4) Menyediakan asuransi sosial(pendidikan dan kesehatan) bagi masyarakat
miskin;
5) Menyediakan subsidi untuk layanan sosial dasar bagi disadvantage
people;
6) Memberi proteksi sosial bagi tiap warga negara
(W Riawan, 2008:6)
Lebih lanjut Miftachul Huda (2009:106-108) menjelaskan Negara kesejahteraan (welfare state) merupakan sistem pemerintahan dimana negara bertanggung jawab
besar terhadap kesejahteraan warganya. Seperti tertuang dalam Barner&
Noble, New American Encyclopedi: Welfare state dijalankan oleh
pemerintahan demokratis yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi dari rakyatnya. Dalam encyclopedia of Aging definisi
yang paling mendasar dari Welfare state menunjuk kepada tanggung jawab
commit to user
Jadi negara kesejahteraan adalah negara yang bertanggung jawab dalam memelihara dan mengusahakan kesejahteraan rakyatnya. Dalam hal ini kesejahteraan diwujudkan melalui pemerintah sebagai suatu lembaga politik.
Namun demikian menurut Bessant, Watts, Dalton dan Smith dalam Edi Suharto
(58-abad ke-18 ketika Jeremy Bentham (1748-1832) mempromosikan gagasan
bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjamin the greatest
happines (atau welfare) of the greatest number of their citizens. Bentham
kebahagiaan atau kesejahteraan. Berdasarkan prinsip utilitarianisme yang dikembangkan, sesuatu yang dapat menimbulkan kebahagiaan ekstra adalah sesuatu yang baik. Sebaliknya, sesuatu yang menimbulkan sakit adalah buruk. Menurutnya, aksi-aksi pemerintah harus selalu diarahkan untuk
Oleh sebab itu gagasan Bentham mengenai reformasi hukum, peranan konstitusi dan penelitian sosial bagi pengembangan kebijakan sosial menyebabkan negara dituntut untuk senantiasa menjalankan program agar dapat meningkatkan kesenangan sebesar-besarnya dari warga negara. Ide father of
welfare state).
Setelah gagasan Bentham tentang negara kesejahteraan ini, negara-negara industri pada abad XIX berada dibawah tekanan untuk menyediakan pelayanan sosial kepada warganya seperti penyediaan air bersih, pendidikan publik, pelayanan kesehatan dan sebagainya. Menurut Miftachul Huda penerapan welfare state juga didukung oleh gerakan kelas pekerja dinegara-negara
tersebut dilakukan oleh gerakan sosialis radikal dan partai buruh yang
kemudian mendesak untuk diterapkannya welfare state. Sehingga pada tahun
commit to user
Pada tahun 1939-1945 selama perang dunia dua (PD II) negara kesejahteraan kemudian mengalami perkembangan yang modern. Di Inggris pada tahun 1940 Anglican Archishop William Temple menggunakan istilah welfare state untuk usaha suatu negara dalam menyejahterakan rakyatnya. Dari
perkembangan negara kesejahteraan tersebut kemudian lahirlah beberapa tokoh yang kemudian dikenal dalam memperkenalkan ide tentang negara kesejahteraan. Tokoh tersebut yakni: Sir William Beveridge (1942) dan T.H. Marshall (1963) yang mampu mengusulkan tentang sistem asuransi yang komprehensif.
Dari pengertian negara kesejahteraan tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan negara kesejahteraan perlu adanya tanggung jawab negara terhadap warganya dalam hal ini adalah kesejahteraan rakyat, karena jelas disebutkan dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial pada Pasal 24 yaitu penyelenggaraan kesejahteraan sosial menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah.
-construcing or
reconstrucing institutions of governance capable of providing citizens with
physical and economic security-is widely held to be one of the most pressing
policy qiuestions facing the international community today.
Artinya membangun negara yaitu membangun atau merekonstruksi lembaga pemerintahan mampu memberikan warga dengan keamanan fisik dan ekonomi secara luas dianggap salah satu pertanyaan kebijakan yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat internasional saat ini. Dari pernyataan diatas suatu negara perlu mengadakan perubahan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dari segi ekonomi dan keamanan.
Jadi arti peningkatan kesejahteraan adalah suatu proses perubahan taraf hidup baik dalam kebutuhan material, spiritual maupun sosial kearah yang lebih baik sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
commit to user
1) Berupa program pelayanan sosial yang secara langsung dilakukan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial. Metode ini paling umum digunakan karena mempunyai formula yang jelas untuk mengatasi masalah sosial
2) Upaya untuk mensejahterakan warga negara dilakukan melalui produk
perundang-undangan (statutory regulation)
3) Peningkatan kesejahteraan juga dapat dilakukan melalui sistem pajak.
Penggunaan sistem pajak ini dikenal dengan istilah kesejahteraan fiscal (Miftahul Huda, 2009:89)
Selain tiga metode kebijakan sosial tersebut ada pula usaha lain yang dapat dilakukan melalui strategi pemenuhan kebutuhan melalui sumber-sumber yang dapat dikelompokkan menjadi:
1) Uang atau barang, antara lain tunjangan-tunjangan, pembagian kembali
hasil pendapatan dan bahan meterial lainnya untuk keperluan bantuan.
2) Jasa pelayanan berupa bimbingan dan penyuluhan.
3) Kesempatan-kesempatan, seperti pendidikan, latihan-latihan, pekerjaan
dan semacamnya.
(T. Sumarnonugroho, 1984:51)
Selama ini bentuk sistem jaminan sosial yang telah banyak dikenal, ada 3 jenis yaitu:
1) Welfare state, diartikan bahwa pelayanan yang berkaitan dengan
kesejahteraan warga negara sepenuhnya disediakan oleh pemerintah, khususnya pendidikan, pelayanan kesehatan, jaminan hari tua dan kecelakaan kerja.
2) Welfare Pluralism, adalah konsep tentang sistem jaminan sosial yang
diserahkan kepada pasar atau swasta maupun kelompok masyarakat yang memberikan jaminan kepada lingkungannya. Model ini banyak diadopsi oleh Amerika dengan sistem ekonomi liberal.
3) Welfare Society, yaitu sistem jaminan sosial yang muncul dari inisiatif
masyarakat. Negara mempunyai peran yang kecil karena semua jaminan sosial menjadi tanggung jawab individu dan komunal. Konsep ini banyak diterapkan di negara dunia ketiga termasuk Indonesia.
(Herawati dalam Eddy Kiswanto, 2005:95)
commit to user
d. Indikator KesejahteraanDalam mengukur kesejahteraan suatu keluarga perlu suatu indikator sebagai alat ukur, salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga adalah dengan melihat pendapatan dan pengeluaran selama sebulan. Namun selain itu terdapat suatu indikator dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam mengukur tingkat kesejahteraan suatu keluarga. Indikator tersebut akan menentukan suatu keluarga masuk dalam kriteria keluarga yang mana.
1) Indikator Keluarga Sejahtera BPS
Dalam menentukan keluarga yang sejahtera, BPS menggunakan 14 kriteria keluarga miskin. Bila keluarga tidak masuk dalam salah satu indikator tersebut berarti termasuk dalam keluarga yang sejahtera. BPS menggunakan ini terutama untuk menentukan suatu keluarga masuk kedalam keluarga miskin, sangat miskin dan hampir miskin. Indikator BPS tersebut adalah sebagai berikut:
a) Hanya sanggup makan satu/dua kali dalam sehari
b) Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
c) Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester
d) Jenis atap bangunan tempat tinggal terluas adalah sirap, genteng/seng/
asbes kondisi jelek/kualitas rendah atau ijuk, rumbia
e) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan dan puskesmas/poliklinik
f) Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu
g) Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
h) Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8
i) Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan
500 , buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan
commit to user
j) Pendidikan tertinggi Kepala Keluarga : tidak bersekolah/tidaktamat
SD/ hanya SD tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama sama dengan rumah tangga lain
k) Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik
l) Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak
terlindung/sungai/air hujan
m) Bahan bakar untuk memasak sehari hari adalah kayu
bakar/arang/minyak tanah
n) Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai
minimal Rp 500.000,00 seperti sepeda motor kredit/non kredit Sumber: BPS Tahun 2011
2) Indikator Keluarga Sejahtera Menurut BKKBN
BKKBN mempunyai kriteria sendiri dalan menentukan
penggolongan keluarga sejahtera yang dinamakan tahapan keluarga sejahtera. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
a) Keluarga Pra-sejahtera (Pra-KS) adalah keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan agama, sandang pangan, kesehatan dan KB, atau keluarga yang belum memenuhi salah satu atau lebih indikator-indikator keluarga sejahtera I.
b) Keluarga Sejahtera Tahap I (KS-I) adalah keluarga yang dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan psikologisnya, seperti kebutuhan akan pendidikan, interaksi dalan keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
c) Keluarga Sejahtera Tahap II (KS-II) adalah keluarga yang lebih dapat
commit to user
d) Keluarga Sejahtera Tahap III (KS-III) adalah keluarga yang dapat
memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangannya, namun belum dapat memberikan sumbangan dalam bentuk materiil dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan atau yayasan sosial keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan sebagainya.
e) Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS-III Plus) adalah keluarga yang
telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun yang bersifat pengembangan serta dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
Berdasarkan kriteria tersebut BKKBN kemudian menggolongkan keluarga berdasar indikator sebagai berikut:
a) Keluarga Pra-sejahtera: Jika tidak dapat memenuhi satu atau lebih dari
5 indikator KS I maka termasuk ke dalam Keluarga Prasejahtera.
b) Keluarga Sejahtera I: Makan dua kali sehari atau lebih , memiliki
pakaian yang berbeda, rumah yang ditempati mempunyai atap, lantai dan dinding yang baik, bila ada keluarga yang sakit dibawa kesarana kesehatan, dan semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.
c) Keluarga Sejahtera II: Melaksanakan Ibadah agama dan kepercayaan
masing masing, paling kurang sekali seminggu makan daging/ ikan/ telur, memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru dalam setahun, Luas lantai rumah paling kurang 8m2 untuk setiap penghuni rumah, tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat, ada anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh penghasilan, seluruh anggota keluarga umur 10 60 th bisa baca tulisan latin.
d) Keluarga Sejahtera III: Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan
commit to user
berkomunikasi, mengikuti kegiatan masyarakat, memperoleh informasi dari surat kabar, radio, TV, majalah.
e) Keluarga Sejahtera III plus: Memberikan sumbangan materil secara
teratur dan aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan.
Berdasar indikator dari BKKBN tersebut bila disesuaikan dengan Undang-undang No. 11 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (1) tentang pengertian kesejahteraan meliputi kesejahteraan material, spiritual dan sosial maka dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Indikator kesejahteraan material meliputi, makan dua kali sehari atau
lebih, memiliki pakaian yang berbeda, rumah yang ditempati mempunyai atap, lantai dan dinding yang baik, bila ada keluarga yang sakit dibawa kesarana kesehatan, semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah, paling kurang sekali seminggu makan daging/ ikan/ telur, memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru dalam setahun, 10 Luas lantai rumah paling kurang 8m2 untuk setiap penghuni rumah, tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan Sehat, ada anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh penghasilan, seluruh anggota keluarga umur 10 60 th bisa baca tulisan latin, sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang maupun barang, makan bersama paling kurang sekali seminggu untuk berkomunikasi, memberikan sumbangan materil secara teratur
2. Indikator Kesejahteraan Spiritual meliputi, keluarga berupaya
meningkatkan pengetahuan agama, serta melaksanakan ibadah agama dan kepercayaan masing masing
3. Indikator Kesejahteraan Fungsi Sosial meliputi, aktif sebagai pengurus
commit to user
3. Tinjauan Umum Veteran Pejuang Kemerdekaan
a. Pengertian Veteran
Menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1993:1003)
perang, pejuang).
Berdasar Undang-undang No. 7 Tahun 1967 Pasal 1 pengertian Veteran Republik Indonesia adalah :
1) Warga Negara Republik Indonesia yang dalam masa Revolusi fisik
antara 17 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949 telah ikut secara aktif berjuang untuk mempertahankan Negara Republik Indonesia di dalam kesatuan bersenjata resmi atau kelaskaran yang diakui oleh Pemerintah pada masa perjuangan itu.
2) Warga Negara Republik Indonesia yang dalam perjuangan
pembebasan Irian Barat melakukan Trikora sejak 10 Desember 1961 sampai dengan 1 Mei 1963 ikut secara aktif berjuang/bertempur dalam kesatuan-kesatuan bersenjata di daerah Irian Barat.
3) Warga Negara Republik Indonesia yang melakukan tugas Dwikora
langsung secara aktif dalam operasi-operasi/pertempuran dalam kesatuan-kesatuan bersenjata.
4) Warga Negara Republik Indonesia yang menurut salah satu cara yang
tersebut pada ayat (1) ikut secara aktif dalam sesuatu peperangan membela Kemerdekaan dan kedaulatan Negara Republik Indonesia menghadapi negara lain yang timbul di masa yang akan datang.
5) Warga Negara Republik Indonesia yang langsung aktif dalam
pertempuran dalam kesatuan-kesatuan bersenjata melaksanakan Komando seperti tersebut dalam ayat (2) dan (3) diatas dalam dan 5, dapat disebut Veteran Pembela Kemerdekaan
commit to user
1945 sampai 27 Desember 1949 telah ikut secara aktif berjuang untuk mempertahankan Negara Republik Indonesia di dalam kesatuan bersenjata resmi atau kelaskaran yang diakui oleh Pemerintah pada masa perjuangan melawan penjajah.
Veteran Pejuang dalam pengurusan administratif terdapat beberapa golongan yang didasarkan pada masa baktinya yaitu jangka waktu keikutsertaan secara nyata yang dihitung mulai tanggal ikut serta secara aktif sampai dengan tanggal berakhirnya keikutsertaan dalam perjuangan bersenjata. Penggolongan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Golongan A, untuk masa bakti minimal 4 tahun
2) Golongan B, untuk masa bakti minimal 3 tahun
3) Golongan C, untuk masa bakti minimal 2 tahun
4) Golongan D, untuk masa bakti minimal 1 tahun
5) Golongan E, untuk masa bakti minimal 6 bulan
(Departemen Pertahanan RI, 2000: 11)
Karena jasa-jasa Veteran maka Indonesia menjadi negara yang merdeka, maka negara sebagai organisasi tertinggi dalam perjalanannya memberikan sebuah penghargaan yaitu Gelar Kehormatan. Gelar tersebut diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan yang di keluarkan Departemen Pertahanan RI Nomor:
Juklak-01/SUMDAMAN/IX/2000 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Administrasi Pendaftaran dan Penganugerahan Gelar Kehormatan Veteran Pejuang/Pembela Kemerdekaan Republik Indonesia. Gelar tersebut adalah sebagai berikut:
1) Gelar Kehormatan Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia
disingkat Gelar Veteran Pejuang adalah pengesahan dan pengakuan serta penghargaan dari pemerintah kepada pejuang yang masih hidup atau pejuang yang telah meninggal dunia sesudah tanggal 27 Desember 1949.
2) Gelar Kehormatan Veteran Pembela Kemerdekaan RI disingkat gelar
Veteran Pembela adalah pengesahan dan pengakuan serta penghargaan dari pemerintah kepada para pelaku peristiwa pembelaan terhadap integritas NKRI yang tercatat dalam sejarah sebagai peristiwa Trikora tanggal 19 Desember 1962 s/d 1 Mei 1963, Dwikora 3 Mei 1964 s/d 4 Agustus 1966 dan Timtim 21 Mei 1975 s/d 17 Juli 1976
3) Gelar Kehormatan Veteran Kemerdekaan Republik Indonesia Anumerta
commit to user
(Departemen Pertahanan RI, 2000:7)
b. Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI)
Veteran sebagai suatu kesatuan resmi di Indonesia mempunyai sebuah Organisasi veteran yaitu Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI). Bagi setiap veteran wajib menjadi anggota veteran yang dipertegas Undang-undang
No. 7 Tahun 1967 Pasal 15 yangberbunyi Setiap Veteran Republik Indonesia
berhak dan wajib menjadi anggota Legiun Veteran Republik Indonesia yang
merupakan satu- .
1)Sejarah Berdirinya Legiun Veteran Republik Indonesia
Legiun Veteran Republik Indonesia adalah suatu badan yang mengatur kerja-sama diantara organisasi-organisasi kaum Veteran di dalam Negeri dan hubungan antara kaum Veteran dengan Instansi-instansi Pemerintah dan Organnisasi Veteran Internasional. LVRI awal mula berdirinya melalui kongres tanggal 22 Desember 1956 - 2 Januari 1957 di Decca Park, Jakarta, dihadiri oleh 2300 Veteran dari seluruh Indonesia, mewakili lebih dari sejuta Veteran yang aktif bertempur di seluruh wilayah Indonesia memperjuangkan Kemerdekaan RI antara tahun 1945-1949. Semua organisasi bekas pejuang bersenjata di seluruh Indonesia yang ikut kongres, sepakat melebur dari dalam satu organisasi Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI). Tanggal 2 April 1957 Presiden Sukarno mengeluarkan Keputusan Presiden RI No. 103 tahun 1957 Tentang "Legiun Veteran" yang menetapkan : Terhitung mulai 1 Januari 1957 mengesahkan pembentukan Legiun Veteran Republik Indoesia dan mengakui sebagai satu-satunya badan yang mewakili kaum Veteran dalam hubungan dengan
instanasi-instansi Pemerintah dan organisasi-organisasi Veteran
Internasional. Selain itu dianugerahkan pula Panji-panji Kehormatan Veteran RI "Karya Dharma", dan ditetapkan Kode Kohormatan Veteran RI "Panca Marga".
commit to user
Legiun Veteran Republik Indonesia terdapat beberapa kantor dari tingkat pusat sampai daerah antara lain:
a) LVRI Pusat, yaitu kantor LVRI yang berpusat di Ibukota Negara
(Jakarta)
b) LVRI Markas daerah, yaitu pada satu atau lebih Propinsi / Daerah
Istimewa / Daerah Khusus dibentuk Dewan Pimpinan Daerah LVRI oleh Musyawarah Daerah LVRI serta membawahkan sedikitnya tiga Cabang. DPD LVRI bermarkas di Markas Daerah LVRI.
c) LVRI Cabang, yaitu pada satu atau lebih Kabupaten/Kota dibentuk
Dewan Pimpinan Cabang LVRI oleh Musyawarah Cabang LVRI serta membawahkan sedikitnya tiga Ranting. DPC LVRI bermarkas di Markas Cabang LVRI.
d) LVRI Ranting, yaitu pada satu atau lebih kecamatan dibentuk Dewan
Pimpinan Ranting LVRI oleh Musyawarah Ranting LVRI serta mempunyai anggota sedikitnya 45 orang Veteran RI dan setiap 15 orang Veteran RI membentuk satu kelompok Veteran RI. DPR LVRI bermarkas di Markas Ranting LVRI.
3) Tujuan LVRI
Legiun Veteran Republik Indonesia sebagai satu-satunya organisasi yang menghimpun massa Veteran mempunyai 3 tujuan yaitu
a) Untuk membina potensi nasional Veteran RI dalam melestarikan
NKRI Berdasar Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
b) Mewujudkan kesejahteraan rakyat dibidang sosial ekonomi,
pendidikan, dan kebudayaan, termasuk kesejahteraan anggota LVRI,
c) Sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 1945, LVRI didirikan juga
untuk ikut berkontribusi dalam penciptaan perdamaian dunia.
commit to user
Menurut jenis organisasi yang didirikan, tujuan utama atau tujuan pokok dapat dibedakan menjadi beberapa macam, misalnya: tujuan mendapat keuntungan, tujuan untuk memberikan kesejahteraan bagi para anggota, dan tujuan untuk memberikan kesejahteraan masyaraka
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Tujuan untuk mendapat keuntungan merupakan tujuan dari setiap
organisasi yang mengadakan konsentrasi modal dari para pemilik atau penanam modal. Prinsip dari organisasi ini menghendaki pendapatan yang maksimal dari modal yang ditanamnya.
b) Tujuan untuk memberikan kesejahteraan anggota merupakan tujuan
organisasi yang bukan semata-mata untuk mencari keuntungan tetapi untuk mencari konsentrasi orang.
c) Tujuan untuk memberikan kesejahteraan masyarakat merupakan
organisasi atau lembaga yang bergerak dalam pemberian pelayanan kepentingan umum. Pada umumnya organisasi atau lembaga milik pemerintah atau milik negara memiliki tujuan utama memberikan kesejahteraan masyarakat.
c. Sejarah Sistem Pertahanan Rakyat Semesta
Pada tahun 1948 dirumuskan konsep Perang Gerilya Rakyat Semesta mengawali perumusan sistem pertahanan keamanan Indonesia. Konsep perang gerilya rakyat semesta memperoleh bentuknya setelah adanya kenyataan pengalaman pertempuran dengan pihak tentara penjajah yang menduduki sebagian wilayah Republik Indonesia. Konsep perang ini ialah dengan memanfaatkan kekuatan potensi yang berada di satu daerah, kita dapat mengadakan perlawanan yang efektif terhadap pendudukan tentara penjajah Belanda.
Menurut Lembaga Pertahanan Nasional kyat
commit to user
kedaulatan Negara Republik Indonesia dan mengamankan jalannya revolusi
dan pertahanan sipil menjadi unsur yang penting dalam kekuatan perang, disamping angkatan bersenjata. terutama dalam operasi perlawanan wilayah, perlawanan rakyat (Wanra) dan pertahanan sipil (Hansip) mempunyai peranan yang penting. Sedangkan menurut A.H Nasution
adalah pembawaan dari sifat perang rakyat semesta, yang membutuhkan jumlah tentara sedemikian banyak, sehingga tidak dapat dipenuhi lagi dengan tentara-tentara tetap, tentara-tentara jabatan yang lazim dimasa dahulu,
sehuingga rakyat yang memperjuangkan kemerdekaannya, membela
kepentingan hidupnya terhadap yang menyerangnya.
Pola pelaksanaan konsep perang gerilya rakyat semesta adalah sebagai berikut:
1)Pola penggunaan kekuatan fisik dengan sasaran sasaran yaitu dengan
menghambat selama mungkin serangan/serbuan tentara penjajah Belanda, mengancurkan pos-pos yang terpencil, patrol-patroli kecil dan jaringan-jaringan penghubungannya, menggangu dan mengikat pasukan-pasukan Belanda.
2)Pola pemanfaatan kekuatan potensial wilayah dengan tujuan menguasai
suatu wilayah dimana pemerintah Republik Indonesia dapat berjalan dengan lancar untuk dijadikan daerah pangkal (basis) bagi pelaksanaan perlawanan-perlawanan rakyat semesta.
3)Dalam usaha merebut kembali daerah yang diduduki Belanda, maka
perebutan daerah tersebut didahului oleh serangan-serangan fisik, dilanjutkan dengan penguasaan wilayah oleh kelengkapan pemerintah Republik Indonesia dan unsur-unsur perlawanan rakyat sehingga lambat laun daerah yang dikuasai makin meluas.
(Lembaga Pertahanan Nasional,1985:233-234)
d. Sejarah Pertempuran Empat Hari di Kota Solo
Setelah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 ternyata perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah belum berakhir. Pada tahun 1947 Belanda kembali lagi, sehingga pola pertahanan keamanan rakyat semesta juga terjadi di Kota Solo. Perjuangan ini terjadi ketika tepatnya bulan Agustus 1949 terjadi
commit to user
dengan 11 Agustus 1949, atau lima hari perang terhadap Belanda. Solo merupakan kota yang dinilai strategis oleh Belanda dalam melancarkan invasinya ke Indonesia, sehingga merupakan kota yang diperkuat tentara Belanda terbaik. Untuk mengatasi serangan Belanda tersebut, secara gerilya Para Pejuang, Pelajar dan Mahasiswa berhasil membumi hanguskan dan menduduki markas Belanda di Solo melalui Serangan Umum Solo. Serangan ini merupakan serangan yang ketiga kalinya dilakukan oleh para pejuang kita saat itu. Serangan I dilakukan terhadap Belanda di Kota Solo pada tanggal 8 Pebruari 1949 dan serangan ke II dilakukan pada tanggal 2 Mei 1949.
pukul 22.00 malam, Panglima Besar Jenderal Sudirman memerintahkan penghentian tembak-menembak mulai 11 Agustus 1949 untuk wilayah Jawa dan 15 Agustus 1949 untuk wilayah Sumatera. Untuk itu maka sebelum tanggal tersebut pihak Brigade V/Panembahan Senopati pimpinan Letkol Slamet Riyadi dan Detasemen TP Brigade XVII pimpinan Mayor Achmadi berencana mengunakan kesempatan sebelum gencatan senjata tersebut untuk mendapatkan posisi dan merebut kedudukan musuh dikota Solo agar pihak Belanda tahu bahwa TNI masih ada taring, nyali dan tetap bertekat bukan saja dengan tujuan tersebut diatas, tapi tetap akan mengusir Belanda.
n sejarah Serangan Umum Solo digagas di kawasan
pejuang berkumpul di Desa Wonosido, Kabupaten Sragen dari situlah ide
Setelah ide serangan tersebut disusun dan direncanakan kemudian Para Pejuang bergabung dengan pasukan yang dipimpin Mayor Achmadi dalam Detasemen II Brigade 17 Surakarta. Kemudian setelah seluruh pasukan dan pejuang bergabung pada tanggal 7 Agustus 1949 Serangan Umum segera dimulai. Hal ini dikarenakan untuk mengunakan kesempatan sebelum gencatan senjata.
commit to user
pertama kampung-kampung di pinggiran kota ditembaki Belanda dengan kanon dan mortar.
ng membom kampung Manahan dan Laweyan. Pada hari kedua, dengan 4 pesawat membom kampung Kandangsapi dan kampung Serengan dibombardir Belanda secara membabi buta, bahkan rumah-rumah yang 2008:66)
Untuk mengatasi kondisi tersebut para Pejuang tidak kenal lelah dan mangunakan strategi dengan menyerang di empat penjuru agar pasukan Belanda kehabisan ruang gerak.
penjajah, serangan dilakukan dari empat penjuru Kota Solo. Rayon I dari Polokarto dipimpin Suhendro, Rayon II dipimpin Sumarto. Sementara itu Rayon III dengan Komandan Prakosa, Rayon IV dikomandani A. Latif, serta Rayon Kota dipimpin Hartono. Menjelang pertengahan pertempuran, Slamet Riyadi dengan pasukan Brigade V/Panembahan senopati turut serta
Pada tanggal 8-10 Agustus 1949 seluruh pasukan dikerahkan untuk membantu serangan dan diakhir jam 06.00 WIB hal ini sesuai dengan intruksi Panglima besar Jendral Sudirman. Akhirnya serangan ini membuat pasukan Belanda kalang kabut dan mengubur ambisi Belanda untuk menguasai kembali Indonesia
Serangan ini sangat berhasil, hal ini dibuktikan bahwa seluruh daerah
demikian semboyan para pelaku sejarah waktu itu. Meskipun banyak rekan yang gugur, semangat juangnya tidak pernah luntur untuk mengusir Belanda dari muka bumi Indonesia, khususnya yang ada di Kota Solo. Setelah berhasil menguasai suatu wilayah, para pejuang kemudian menancapkan bendera sang -tiang listrik bahkan di puncak-puncak pohon. Hal ini dilakukan untuk memperlihatkan kepada rakyat dan khususnya kepada pihak Belanda bahwa meskipun dengan senjata seadanya rakyat bisa mengalahkan
Belanda schok
commit to user
kesehatan dan lain sebagainya, sementara pasukan Belanda kehabisan logistik dan banyak yang kelaparan yang kemudian membabi buta dengan menyerang kesana kemari tanpa arah.
Ternyata Belanda malah mengingkari cease fire dengan arogannya
Polisi Militer Belanda (Green Cap) melakukan penggrebegan ke beberapa
kantong-kantong pasukan pejuang dan mengusirnya ke luar kota. Peristiwa tersebut menewaskan banyak penduduk sipil antara lain: di Sambeng 32 orang, di Pasar Nongko 67 orang, diserengan 47 orang, di Padmonegaran Gading 21 orang, dan di Pasar Kembang 24 orang. Hal ini tentu saja menimbulkan kemarahan para pejuang yang lain. Akhir pertempuran ini pada tanggal 11 Agustus 1949 terjadi perundingan yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Pihak Belanda diwakili oleh Letkol Van Ohl dan pihak Indonesia diwakili oleh Letkol Slamet Riyadi. Adapun isi berjanjiannya adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengurangi terjadinya perselisihan, pihak Belanda meminta agar
TNI ditarik mundur ke tepi batas kota dan rintangan-rintangan jalan disingkirkan.
2) Pihak Belanda berjanji teror Belanda tak akan berulang dan tak akan
diadakan pembalasan terhadap rakyat yang membantu TNI. (Djoko Santosa, 2008: 67)
Pada saat itu terjadi perbedaan pendapat antara Brigade V dengan Den II TP Brigade XVII. Untuk itu Mayor Achmadi selaku Komandansub
11Agustus 1949 yang berbunyi :
1) Tidak bertanggungjawab atas penarikan mundur pasukan pasukan.
2) Bertekad tetap bertanggung jawab menjaga keselamatan dan ketentraman
rakyat
3) Apabila Belanda mengganggunya, maka komandan-komandan sektor
harus bertindak di daerahnya masing-masing. (Djoko Santoso, 2008:66)