• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Tentang Penyesuaian Diri Siswa Baru Kelas VII SMP Negeri 37 Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009 Setelah Mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Tentang Penyesuaian Diri Siswa Baru Kelas VII SMP Negeri 37 Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009 Setelah Mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS)."

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PENYESUAIAN DIRI

SISWA BARU KELAS VII SMP NEGERI 37 SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2008/2009 SETELAH MENGIKUTI

MASA ORIENTASI SISWA (MOS)

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Jurusan Psikologi

oleh

Fitri Yuliani

1550402076

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

PERSETUJUAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 8 April 2009

(3)

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada tanggal 8 April 2009.

Panitia :

Ketua Sekretaris

Drs. Agus Salim, M.Pd Siti Nuzulia, S.Psi, M.Si

130781006 132307257

Penguji Utama

Dra.Tri Esti Budiningsih 131570067

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Sri Maryati D, M.Si Drs. Sugeng Haryadi, M. S

(4)

iv

MOTTO DAN PERUNTUKKAN

MOTTO

 Aku dibesarkan untuk percaya bahwa ALLAH SWT memiliki suatu rencana bagi setiap orang dan bahwa setiap peristiwa yang terjadi merupakan bagian dari rencana-Nya. Bahkan kegagalan yang mematahkan hati, pada akhirnya akan menjadi yang terbaik. Kalau sesuatu salah janganlah putus asa, tetaplah bergerak maju, suatu saat sesuatu yang baik pasti akan terjadi. (Peneliti)

PERUNTUKKAN

Untuk Ayahanda Soepaat dan Ibunda Rumini tercinta dan terkasih yang senantiasa memberikan doa dan kasih sayangnya untukku.

Untuk Kakak-kakakku tersayang “Mbak Partini, Mas Kelik, Mas Indarto, dan Teh Ririn” terima kasih atas doa, perhatian, dan bantuan yang diberikan untukku selama ini.

(5)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirrabbil’alamin. Segala Puji bagi Allah SWT, atas segala rahmat, taufik dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Deskriptif Tentang Penyesuaian Diri Siswa Baru Kelas VII SMP Negeri 37 Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009 Setelah Mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS)”.

Penyusunan skripsi ini ditunjukkan sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelas sarjana Psikologi di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengalami berbagai hambatan, tetapi berkat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat mengatasinya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Drs. Hardjono, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin penelitian dalam penulisan skripsi ini

2. Dra. Tri Esti Budiningsih, M.Si, Ketua Jurusan Psikologi dan sekaligus sebagai penguji utama yang telah memberikan kemudahan dan dukungan kepada penulis. 3. Dra. Sri Maryati Deliana, M.Si, dosen pembimbing I skripsi ini yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan-pengarahan sampai terselesaikannya skripsi ini.

(6)

vi

5. Seluruh staf pengajar jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ilmu-nya selama melaksanakan studi. 6. Drs. R. Sutrisno, Kepala Sekolah SMP Negeri 37 Semarang yang telah

memberikan ijin dan fasilitas selama penelitian berlangsung.

7. Ibu Endah, Ibu Kristin, Ibu Tutik, dan Ibu Priti, selaku guru BK SMP Negeri 37 Semarang yang telah memberikan bantuan dalam mengumpulkan data penelitian. 8. Seluruh guru dan karyawan SMP Negeri 37 Semarang yang telah memberikan

bantuan sehingga dapat terlaksananya skripsi ini.

9. Seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 37 Semarang, selaku responden yang telah ikut membantu terselesainya penelitian ini.

10. Seluruh mbak-mbak dan mas-masku : Mbak Partini, Mas Riza, Mas Kelik, Mbak Jum, Mas Indarto, Mbak Eri, dan Teh Ririn, yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsinya.

11. Keponakan-keponakanku : Nabila, Nadia, Dzulfikar, Rara, Ridho, dan Rana, yang telah menghibur di saat sedih.

12. Teman-temanku yang tercinta : Ria, Riska, Nunung, dan Riri, terima kasih atas bantuan dan dukungan serta persahabatan yang telah kita bina selama ini.

(7)

vii

14. Adik-adik kelasku angkatan 2003 dan angkatan 2004, terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah kalian berikan kepada penulis.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu di sini, baik secara langsung maupun tidak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dengan rendah hati penulis berharap bahwa karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. atas segala kekurangan tulisan ini, penulis mengharap berbagai masukan. Terimakasih.

Semarang, 8 April 2009

(8)

viii

ABSTRAK

Yuliani, Fitri. 2009. Studi Deskriptif Tentang Penyesuaian Diri Siswa Baru Kelas VII SMP Negeri 37 Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009 Setelah Mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS). Skripsi, Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Skripsi ini dibawah bimbingan: Dra. Sri Maryati Deliana, M.Si dan Drs. Sugeng Haryadi, M.S.

Kata kunci : Penyesuaian Diri, Masa Orientasi Siswa (MOS).

Penyesuaian diri adalah suatu proses pencapaian keharmonisan untuk mengadakan hubungan yang memuaskan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya dan merasakan ketenangan dalam menjalin hubungan dengan lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penyesuaian diri siswa baru kelas VII setelah mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS). Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa sebagai subjek didik merupakan pribadi-pribadi yang unik harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Sebelum memasuki ajaran baru, perlu adanya suatu orientasi yang disebut dengan MOS. MOS, kependekan dari Masa Orientasi Siswa adalah suatu masa dimana siswa baru diberi kesempatan untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan sekolah yang baru.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa baru kelas VII SMP Negeri 37 Semarang sejumlah 240 siswa. Sampel ditentukan dengan teknik simple random sampling yaitu sejumlah 60 siswa. Variabel penelitian adalah penyesuaian diri. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan skala. Uji validitas menggunakan rumus korelasi product moment dan uji reliabilitas menggunakan rumus alpha. Metode analisis data yang digunakan adalah korelasi teknik deskriptif persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penyesuaian diri siswa termasuk dalam kategori tinggi, hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang masuk dalam kategori tersebut sebanyak 50,00% sampai 83,33% dengan rincian sebagai berikut : aspek penampilan dengan tingkat prosentase 83,33%; aspek kemampuan berpikir dengan tingkat prosentase 51,67%; aspek sikap, sifat, dan perasaan dengan tingkat prosentase 55,00%; aspek pribadi dengan tingkat prosentase 50,00%; dan aspek pemurah dengan tingkat prosentase 58,33%.

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..……….i

HALAMAN PERNYATAAN……….ii

HALAMAN PENGESAHAN ………iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………...iv

KATA PENGANTAR………... v

ABSTRAK………viii

DAFTAR ISI………...ix

DAFTAR TABEL..………..………..xii

DAFTAR GAMBAR………...xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……….1

1.2. Rumusan Masalah ………... 9

1.3. Penegasan Istilah …….………9

1.4. Tujuan Penelitian...………..10

1.5. Manfaat Penelitian ..………10

1.6. Sistematika Skripsi………..11

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyesuaian Diri………...13

2.1.1 Pengertian Penyesuaian Diri.……….………...13

(10)

x

2.1.2 Karakteristik Penyesuaian Diri…….………23

2.1.3 Proses Penyesuaian Diri………...26

2.1.4 Aspek-aspek Penyesuaian Diri………...27

2.1.5 Masalah-masalah Penyesuaian Diri………..29

2.2 Masa Orientasi Siswa 2.2.1 Pengertian Masa Orientasi Siswa………...30

2.2.2 Maksud dan Tujuan MOS………....32

2.2.3 Sasaran MOS..……….33

2.2.4 Materi MOS..………...…33

2.2.5 Manfaat MOS terhadap Penyesuaian Diri... 38

3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ………... ..41

3.2 Variabel Penelitian………..42

3.2.1 Identifikasi Variabel………....42

3.2.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian…….……….…..43

3.3 Populasi dan Sampel...44

3.3.1 Populasi………..44

3.3.2 Sampel………..…..45

3.4 Metode Pengumpulan ...46

3.5 Validitas dan Reliabilitas...51

3.5.1 Validitas……….. ...51

3.5.2 Reliabilitas..………52

(11)

xi HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Persiapan Penelitian………...….55

4.1.1 Orientasi Kancah………...55

4.1.2 Proses Perijinan………...56

4.1.3 Penentuan Sampel……….57

4.2 Pelaksanaan Penelitian…...……….….58

4.3 Keterbatasan Penelitian………....58

4.4 Prosedur Pengumpulan Data..……….….59

4.4.1 Perhitungan Validitas………....59

4.4.2 Perhitungan Reliabilitas………....61

4.5 Deskripsi Hasil Penelitian ……….…61

4.5.1 Gambaran Penyesuaian Diri……….62

4.6 Pembahasan….………...102

SIMPULAN DAN SARAN………...………...…..109

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Populasi Penelitian………...45

3.2 Blue Print Instrument Penyesuaian Diri……….50

3.3 Kriteria dan Nilai Alternatif jawaban Skala Psikologi...51

3.4 Interval Nilai Persentase dan Klasifikasi Skor... 54

3.5 Sebaran Item Valid Skala Penyesuaian Diri...60

3.6 Interpretasi Reliabilitas...61

3.7 Penggolongan Kriteria Analisis...62

3.8 Penggolongan Kriteria Tingkat Penyesuaian Diri...63

3.9 Kategorisasi Aspek Penampilan... 64

4.0 Distribusi Frekuensi Aspek Penampilan ...65

4.1 Kategorisasi Aspek Kemampuan Berpikir...66

4.2 Distribusi Frekuensi Aspek Kemampuan Berpikir...66

4.3 Kategorisasi Aspek Sikap, Sifat, dan Perasaan...67

4.4 Distribusi Frekuensi Aspek Sikap, Sifat, dan Perasaan...68

4.5 Kategorisasi Aspek Pribadi………...….69

4.6 Distribusi Frekuensi Aspek Pribadi………...69

4.7 Kategorisasi Aspek Pemurah………...70

4.8 Distribusi Frekuensi Aspek Pemurah………...71

4.9 Distribusi Frekuensi Penyesuaian Diri………...71

(13)

xiii

1 Kategorisasi Indikator Aktif dalam kelompok……….75

5.2 Kategorisasi Indikator Mempunyai inisiatif……….……....76

5.3 Kategorisasi Indikator Memikirkan kepentingan kelompok………....78

5.4 Kategorisasi Indikator Mengemukakan ide………..80

5.5 Kategorisasi Indikator Bersikap sopan……….82

5.6 Kategorisasi Indikator Empati………...83

5.7 Kategorisasi Indikator Penyabar………...85

5.8 Kategorisasi Indikator Menyumbangkan pengetahuan………...87

5.9 Kategorisasi Indikator Jujur………...…...88

6.0 Kategorisasi Indikator Bertanggung jawab………...90

6.1 Kategorisasi Indikator Mentaati peraturan………...…………...92

6.2 Kategorisasi Indikator Menyesuaikan diri………...94

6.3 Kategorisasi Indikator Tidak pelit………...95

6.4 Kategorisasi Indikator Suka bekerjasama………...97

6.5 Katergorisasi Indikator Membantu anggota kelompok………...99

6.6 Penjelasan Deskriptif Tingkat Penyesuaian Diri………...100

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Grafik Penyesuaian Diri...………....72

2. Grafik Indikator Tampang yang baik………….………...74

3. Grafik Indikator Aktif dalam kelompok………...……...75

4. Grafik Indikator Mempunyai inisiatif………...…...77

5. Grafik Indikator Memikirkan kepentingan kelompok………...79

6. Grafik Indikator Mengemukakan ide………...81

7. Grafik Indikator Bersikap sopan………...…..….82

8. Grafik Indikator Empati………...84

9. Grafik Indikator Penyabar………...86

10. Grafik Indikator Menyumbangkan pengetahuan………...…...87

11. Grafik Indikator Jujur………...89

12. Grafik Indikator Bertanggung jawab………...91

13. Grafik Indikator Mentaati peraturan………...93

14. Grafik Indikator Menyesuaikan diri………...94

15. Grafik Indikator Tidak pelit………...96

16. Grafik Indikator Suka bekerjasama………...98

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Skala Penyesuaian Diri……….………...114

2. Tabulasi Data Penelitian Skala Penyesuaian Diri………115

3. Uji validitas dan reliabilitas skala………118

4. Analisis Korelasi………...129

5. Analisis Deskriptif Skala Penyesuaian………....150

6. Surat Ijin Penelitian Untuk SMP Negeri 37 Semarang………..…..151

7. Surat Ijin Penelitian Dari Bagian Tata Usaha FIP……….…..152

8. Surat Ijin Penelitian Dari Dinas Pendidikan Kota Semarang………..…153

(16)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai makhluk sosial, tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Mereka saling membutuhkan antara satu sama lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Manusia sebagai makhluk sosial dan bagi kebanyakan orang kecenderungan untuk bersama orang lain lebih kuat daripada keinginan untuk menyendiri. Kenyamanan dan kedamaian hati akan dirasakan oleh seseorang apabila dalam berinteraksi dapat mengikuti pola dan kebiasaan-kebiasaan yang ada di lingkungannya, sehingga untuk dapat mempertahankan hidup dan diterima lingkungannya, individu harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia berada.

Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa sebagai subjek didik merupakan pribadi-pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Siswa sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksinya dengan lingkungan.

Sebagai pribadi yang unik, terdapat perbedaan individual antar siswa yang satu dengan yang lainnya. Demikian pula masalah yang berkaitan dengan penyesuaian diri siswa, baik penyesuaian terhadap lingkungan maupun terhadap sesama teman. Banyak diantara siswa yang sukar beradaptasi ada juga yang mudah beradaptasi.

(17)

diikuti oleh setiap calon siswa baru. MOS, kependekan dari Masa Orientasi Siswa adalah suatu masa dimana siswa baru diberi kesempatan untuk memiliki masa orientasi (pembiasaan) untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan sekolah yang baru.

Jenjang pendidikan di Indonesia dibina oleh Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Setiap jenjang pendidikan memiliki ciri khusus yang membedakan dengan jenjang pendidikan yang lain. Untuk mengantar seorang anak memasuki jenjang pendidikan yang baru, Dirjen Dikdasmen telah menetapkan suatu masa orientasi untuk siswa baru, yang disebut Masa Orientasi Siswa (MOS).

Masa Orientasi Siswa (MOS) diadakan sebagai upaya untuk menjembatani siswa baru mengenal berbagai kekhususan dari jenjang pendidikan barunya, baik yang berupa lingkungan fisik, lingkungan sosial, peraturan maupun isi dan cara-cara belajar yang berbeda dengan lingkungan pada jenjang pendidikan sebelumnya.

(18)

Masa Orientasi Sekolah (MOS) selama ini selalu menjadi tradisi sekolah dan dilakukan dengan cara yang sama. Padahal saat MOS itulah guru berkesempatan mengenali siswa. Bukan sekedar tahu asal sekolah mereka, biodata, nilai rapor, atau hasil psikotes.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti tiga hari setelah siswa mengikuti MOS pada kelas VII SMP Negeri 37 Semarang dengan menggunakan angket, diperoleh data sebagai berikut: 20% dari 40 siswa dapat menyesuaikan dengan lingkungan fisik sekolah, 20% dari 40 siswa dapat menyesuaikan diri dengan situasi kelas, 20% dari 40 siswa dapat menyesuaikan diri dengan teman, 15% dari 40 siswa dapat menyesuaikan diri dengan guru dan karyawan, 20% dari 40 siswa dapat menyesuaikan diri dengan kurikulum, dan 15% dari 40 siswa dapat menyesuaikan diri dengan peraturan tata tertib sekolah. Dengan demikian masih banyak siswa yang belum dapat menyesuaikan diri dengan guru, karyawan, dan peraturan tata tertib sekolah. Hal ini dikarenakan anak masih memasukkan materi-materi yang diajarkan pada saat MOS secara kognitif saja.

Pada dasarnya, peralihan ke sekolah yang lebih tinggi mungkin tidak terlalu sulit bagi sebagian siswa. Namun ada banyak faktor yang mempengaruhi siswa-siswa lain sehingga mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk melakukan penyesuaian diri dengan sekolah barunya. Bahkan, siswa baru kini tidak semata-mata harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah yang baru, tapi juga harus menjadi bagian dari budaya sekolah yang mendasari komunitas pembelajar.

(19)

sekolah juga harus mengadakan pemetaan siswa. Maksudnya, sekolah harus bisa membuat rekomendasi dari setiap anak dan langkah-langkah untuk mengoptimalkan kemampuan anak.

Menurut Direktur Konsultan Manajemen dan Pendidikan Open Mind Tendi Naim, selama ini guru selalu memberitahu murid, padahal harusnya terjadi komunikasi dua arah sehingga mengerti tentang anak. MOS berpotensi sebagai dasar penciptaan komunitas belajar. Kegiatan ini juga bisa digunakan untuk mengenal anak dari awal termasuk potensi yang dimiliki anak.

Untuk itu, sekolah juga membutuhkan data lain seperti karakteristik siswa, kebiasaan, target, komitmen, potensi masalah, dan potensi dukungan masalah. Salah satu sekolah yang sudah menerapkan MOS seperti ini adalah SMP Taruna Bakti, Bandung, Jawa Barat. Sejak tahun 2006-2007, sekolah tersebut ingin menerapkan MOS yang berbeda.

Dalam MOS tak jarang terjadi peristiwa perpeloncoan. Menurut (Purnomo Iman Santoso.26 April 2006.Perpeloncoan.www.suara merdeka.com) bahwa MOS berbeda dengan perpeloncoan. Tahun 1975, MOS lebih menekankan pada penanaman kedisiplinan. Selama satu minggu siswa baru wajib mengikuti pelajaran baris berbaris. Sedangkan pada tahun 1980, MOS diisi dengan penataran P4. Namun setelah itu, mulai muncul istilah perpeloncoan yang tak jarang sering kebablasan, belum terdeteksi apakah MOS dapat berakibat cedera psikis maupun phisik. Dengan demikian, menyosialisasikan arti MOS sangat penting bagi siswa baru.

(20)

Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) karena melanggar Undang-Undang Perlindungan Anak (UUPA) Nomor 23 Tahun 2002.

Menurut Arist Merdeka Sirait, Sekretaris Jendral Komisi Nasional Perlindungan Anak bahwa MOS rentan terhadap tindak kekerasan fisik, psikis, maupun emosional yang dirasakan siswa baru. Seperti kegiatan MOS yang memaksa siswa baru mengenakan berbagai atribut seperti kalung berbagai macam tumbuhan, kaos kaki selang seling dan sebagainya yang membuat siswa tidak patut atau layak dalam pandangan masyarakat dapat pula dikategorikan kekerasan.

Sementara itu, penggiat pendidikan, Sucipto, mengatakan kegiatan MOS perlu dikembalikan pada tujuan dasarnya. MOS harus menjadi awal dari pembentukan sikap siswa baru dalam mengenal pendidikan yang berbeda dari sebelumnya.

Secara teoritik, kegiatan orientasi memang memiliki tujuan yang positif yakni membantu para calon siswa untuk mengenal dan memahami lingkungan sekolahnya yang baru, baik lingkungan fisik, seperti ruang kelas, tempat ibadah, laboratorium dan fasilitas belajar lainnya, maupun lingkungan sosio-psikologis, seperti guru-guru, teman dan iklim serta budaya yang dikembangkan sekolah sehingga diharapkan para calon siswa dapat segera mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru di sekolahnya.

(21)

Sebelum mulai belajar, sebaiknya ada persiapan sehingga tahun ajaran baru diawali dalam keadaan lancar dan dapat mencapai hasil belajar yang baik. Sebagaimana kita ketahui, persiapan yang matang merupakan setengah sukses. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam menghadapi tahun ajaran baru berkaitan dengan fisik, material, dan mental atau psikologis.

Untuk melakukan kegiatan belajar dibutuhkan fisik yang sehat, karena kesehatan merupakan modal utama untuk melakukan kegiatan termasuk kegiatan belajar. Dalam keadaan fisik yang sehat, semangat belajar akan tetap terjaga dan tidak akan cepat lelah dan menyerah ketika mengalami kesulitan belajar.

Belajar akan berjalan dengan lancar apabila didukung dengan material atau alat dan sumber belajar. Alat tulis yang diperlukan, misalnya pulpen, pensil, penggaris, dan lain-lain. Sumber belajar, yaitu buku pelajaran atau buku paket sejumlah mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Bagi siswa baru, perlu mempunyai pakaian seragam sekolah, misalnya pakaian olah raga, putih merah (SD), putih biru (SMP), putih abu (SMA), dan pakaian seragam lainnya.

Begitu juga belajar akan mencapai hasil hasil yang baik seandainya mempunyai kesiapan mental. Apabila mempunyai mental yang siap, kegiatan belajar akan dilakukan dengan antusias (bersemangat dan bergembira). Siswa tidak akan merasa malas dalam belajarnya seandainya mempunyai kemauan yang kuat, adanya rasa percaya diri (PD), dan tidak mengenal putus asa apabila mengalami kesulitan selama mengikuti proses belajar di sekolah.

(22)

lain-lain. Hal-hal baru tersebut menuntut siswa untuk bersikap baik dan menyesuaikan diri. Dalam menyesuaikan diri, siswa harus membuka diri, tidak mudah tersinggung oleh ucapan dan tindakan orang lain serta tidak egois atau mementingkan diri sendiri. Keberhasilan dalam menyesuaikan diri ini akan mempengaruhi kelancaran dan kesuksesan dalam belajar selanjutnya.

Sebaliknya, kegagalan dalam penyesuaian diri akan berakibat pada kesulitan selama mengikuti pelajaran di sekolah. Hal ini harus disadari oleh siswa baru karena situasi sekolah (kelas) yang lama akan berbeda dengan sekolah (kelas) yang baru. Kondisi di SD dengan di SMP atau SMA mempunyai beberapa perbedaan yakni berbeda dalam lingkungan fisik sekolah, lingkungan sosial, dan lain-lain.

Siswa kelas VII SMP pada awal tahun pelajaran menunjukkan adanya sikap rendah diri, ragu-ragu, menyendiri, dan takut kepada guru sehingga hal ini menghambat dan merugikan proses kegiatan belajar-mengajar yang sedang berlangsung.

Timbulnya gejala tersebut dimungkinkan karena siswa kelas VII belum mengenal lingkungan sekolahnya yang baru dan asing baginya. Lingkungan sekolah tersebut dapat berupa fasilitas fisik sekolah, situasi kelas, teman sekolah, guru dan karyawan, kurikulum serta tata tertib sekolah. Menghadapi sesuatu yang baru dan asing bagi kebanyakan orang merupakan sesuatu yang sulit.

(23)

baru terhadap lingkungan yang baru dimasukinya melalui MOS yang diselenggarakan oleh pihak sekolah.

Salah satu usaha atau kegiatan untuk mengadakan persiapan dan penyesuaian diri dengan tahun ajaran baru, yaitu melalui kegiatan orientasi yang diadakan pihak sekolah. Dengan adanya orientasi studi, siswa baru dapat memperoleh pemantapan dalam hal tujuan belajar, gambaran mengenai lingkungan sekolah yang baru, keadaan guru dan karyawan serta dapat berkenalan dengan teman-teman yang baru. Kegiatan orientasi ini biasanya dilakukan pada minggu pertama masuk sekolah selama tiga sampai enam hari. Pelaksanaannya diatur dan dilaksanakan oleh masing-masing sekolah.

Bagi siswa kelas VII, meskipun telah dilaksanakan layanan orientasi di sekolah namun masih banyak yang belum mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolahnya. Ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri ini ditandai dengan sikap tidak tenang, apatis, ragu-ragu, mengundurkan diri, terisolasi, rendah diri, bersikap agresif seperti mengacau, merusak dan memberontak sehingga hal ini akan menghambat dan merugikan proses kegiatan belajar siswa di sekolah.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka mendorong peneliti untuk mengadakan suatu penelitian yang diharapkan dapat mengungkap lebih lanjut tentang penyesuaian diri siswa baru kelas VII SMP Negeri 37 Semarang setelah mengikuti MOS (Masa Orientasi Siswa).

(24)

Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana tingkat penyesuaian diri siswa baru kelas VII SMP Negeri 37 Semarang?

1.3Penegasan Istilah

1.3.1 Penyesuaian Diri

Calhoun dan Acocella (1995:14) menjelaskan bahwa penyesuaian dapat diartikan sebagai interaksi individu yang kontinyu dengan diri individu sendiri, dengan orang lain dan dengan dunia individu. Definisi penyesuaian diri tersebut menunjukkan bahwa penyesuaian diri dapat digambarkan sebagai usaha individu untuk saling mempengaruhi antara dirinya sendiri, dengan orang lain, dunia luar atau lingkungannya.

1.3.2 Siswa SMP kelas VII

Siswa SMP kelas VII adalah siswa yang baru memasuki jenjang sekolah menengah pertama.

1.3.3 SMP Negeri 37 Semarang

Salah satu Sekolah Menengah Pertama yang berada di daerah Semarang tepatnya di Jalan Sompok Baru No. 43 A Semarang.

1.3.4 Masa Orientasi Siswa (MOS)

Masa orientasi siswa adalah suatu masa orientasi yang dilaksanakan di sekolah dalam upayanya membantu siswa mengenali berbagai kekhususan dari jenjang pendidikan barunya baik yang berupa fisik, lingkungan sosial maupun isi dan cara-cara belajar yang berbeda dengan lingkungan di jenjang pendidikan sebelumnya (Depdiknas, 2006:1).

1.4Tujuan Penelitian

(25)

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut yaitu :

1.5.1 Manfaat Teoritis

(1) Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya psikologi pendidikan dan psikologi perkembangan.

(2) Dapat dijadikan sebagai kajian bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini sehingga hasilnya lebih luas dan mendalam.

1.5.2 Manfaat Praktis

(1) Memberikan masukan bagi guru pembimbing agar dapat membantu siswa dalam upayanya mengenal lingkungan sekolahnya melalui Masa Orientasi Siswa (MOS) yang diselenggarakan oleh pihak sekolah.

(2) Memberikan masukan bagi guru pembimbing agar dapat membantu siswa dalam upayanya mengenal lingkungan sekolah sehingga siswa dapat menyesuaikan diri secara baik dengan lingkungan sekolahnya.

(3) Memberikan masukan bagi siswa kelas VII SMP yang memasuki lingkungan sekolah baru agar memiliki kesiapan mental sehingga diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika skripsi disusun dengan tujuan agar pokok-pokok masalah yang dibahas dapat secara urut dan terarah. Sistematika skripsi ini terdiri atas tiga bagian, yaitu :

1.6.1 Bagian Awal Skripsi

(26)

halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar tabel, daftar lampiran.

1.6.2 Bagian Inti Skripsi

Bagian ini terdiri dari : 1.6.2.1 Bab I Pendahuluan

Pada bab 1 ini akan memberikan gambaran keseluruhan isi skripsi berisikan tentang latar belakang masalah, permasalahan, penegasan judul, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika skripsi.

1.6.2.2 Bab II Landasan Teori

Landasan teori merupakan penjelasan fungsional konsep-konsep yang akan digunakan sebagai kerangka penjelasan juga merupakan panduan penelitian.

1.6.2.3 Bab III Metode Penelitian

Metode penelitian untuk menjelaskan langkah-langkah kerja yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini. Metode penelitian ini meliputi : jenis penelitian, variabel penelitian dengan menjabarkan didalamnya identifikasi variable penelitian, definisi operasional, hubungan antar variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, langkah-langkah penyusunan skala psikologi, validitas dan reliabilitas instrumen, metode analisis data.

1.6.2.4 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV ini akan menguraikan tentang penyajian data penelitian secara rinci, sehingga data yang dikumpulkan mempunyai makna atau arti.

1.6.2.5 Bab V Penutup

(27)

1.6.3 Bagian Akhir Skripsi

(28)

13

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1

PENYESUAIAN DIRI

2.1.1 Pengertian Penyesuaian Diri

Setiap orang tentu mempunyai masalah. Berbagai permasalahan yang timbul dalam kehidupan kita sehari-hari pada dasarnya merupakan suatu hal yang wajar. Setiap orang, setiap saat dan setiap waktu pastilah akan menjumpai fenomena hidup yang disebut sebagai masalah. Tetapi untuk dapat belajar menghadapi masalah secara efektif, seseorang perlu melakukan proses penyesuaian yang disebut dengan penyesuaian diri.

Salah satu definisi mengenai penyesuaian diri ini dikemukakan oleh Walgito (2003:57) menyebutkan bahwa penyesuaian diri berarti individu dapat melebur diri dalam lingkungan yang dihadapinya atau sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan disesuaikan dengan apa yang ingin dicapai oleh individu yang bersangkutan. Menurut Fahmy (1982:14) merumuskan pengertian penyesuaian diri sebagai proses dinamika yang bertujuan untuk mengubah kelakuannya agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara dirinya dan lingkungannya. Sedangkan menurut Soeparwoto dkk (2006:187) penyesuaian diri merupakan proses menyelaraskan antara kondisi diri individu sendiri dengan sesuatu objek atau perangsang melalui kegiatan belajar.

(29)

jasmani dan rohani juga dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian diri sebagai “social adjusment” yaitu adanya kemampuan seseorang untuk mereaksi situasi dan realitas sosial secara harmonis dan efektif. Dalam hal ini individu selain dapat menghargai hak-hak pribadi juga dapat menghargai hak-hak orang lain di masyarakat ( Kartono, 1983:134).

Calhoun dan Acocella (1995:14) menjelaskan bahwa penyesuaian dapat diartikan sebagai interaksi individu yang kontinyu dengan diri individu sendiri, dengan orang lain dan dengan dunia individu. Definisi penyesuaian diri tersebut menunjukkan bahwa penyesuaian diri dapat digambarkan sebagai usaha individu untuk saling mempengaruhi antara dirinya sendiri, dengan orang lain, dunia luar atau lingkungannya. Diri sendiri yaitu jumlah keseluruhan dari apa yang telah ada pada individu : tubuh, perilaku, dan pemikiran serta perasaan individu merupakan sesuatu yang dihadapi setiap detik.

Adapun orang lain menurut Calhoun dan Acocella (1995:14), mereka berpengaruh besar kepada individu, sebagaimana individu juga berpengaruh besar terhadap mereka. Sedangkan dunia luar atau lingkungannya : penglihatan dan penciuman serta suasana yang mengelilingi ketika individu menyelesaikan urusan akan mempengaruhi individu dan individu mempengaruhi mereka.

(30)

sedangkan penyesuaian diri yang kedua juga disebut penyesuaian diri yang Alloplastis (Alo: yang lain). Jadi, penyesuaian diri ada yang artinya “pasif”, dimana kegiatan individu ditentukan oleh lingkungan dan ada yang artinya “aktif”, dimana individu mempengaruhi lingkungan.

Sundari (2005:39) bahwa penyesuaian diri alih bahasa dari adjusment yang dilakukan manusia sepanjang hayat, karena pada dasarnya manusia ingin mempertahankan eksistensinya sejak lahir berusaha memenuhi kebutuhannya yaitu kebutuhan fisik, psikis, dan sosial. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan karena adanya dorongan yang mengharapkan kepuasan, bila pemuasan dorongan tercapai individu akan memperoleh keseimbangan.

Selain definisi mengenai penyesuaian diri di atas, Fatimah (2006:194-195) mengemukakan bahwa penyesuaian dapat diartikan sebagai berikut :

(1) Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa “survive” dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.

(2) Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.

(3) Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon-

respon sedemikian rupa sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekuat atau memenuhi syarat. (4) Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional.

Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi.

(31)

kelas, penyesuaian diri siswa terhadap teman sekolah, penyesuaian diri siswa terhadap guru dan karyawan, penyesuaian diri siswa terhadap kurikulum dan penyesuaian diri siswa terhadap peraturan tata tertib sekolah.

Hariyadi dkk (1995:104) merumuskan bahwa penyesuaian diri (adjusment) berarti adaptasi, dapat pula berarti konformitas. Dalam pengertian yang lebih luas, adaptasi adalah kemampuan individu untuk dapat mempertahankan eksistensinya dan dapat memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani (phisik dan psikis) serta dapat melakukan relasi-relasi secara memadai sesuai dengan tuntutan-tuntutan sosialnya. Konformitas berarti adanya kecocokan atau kesesuaian dengan norma-norma diri pribadi serta norma-norma-norma-norma sosial masyarakatnya.

Menyambung definisi diatas, Hariyadi dkk (1995:104) menambahkan bahwa penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Sebagaimana dinyatakan bahwa penyesuaian diri (adjusment) diartikan sebagai “social adjusment” yaitu adanya kemampuan seseorang untuk mereaksi situasi dan realitas sosial secara

harmonis dan efektif. Dalam hal ini individu selain dapat menghargai hak-hak pribadi juga dapat menghargai hak-hak pribadi lain di masyarakat.

(32)

lingkungan hidup itu selalu berubah dan keinginan individu tidaklah statis maka penyesuaian diri itupun sifatnya selalu dinamis antara autoplastis dan aloplastis.

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas, penyesuaian diri adalah suatu proses pencapaian keharmonisan untuk mengadakan hubungan yang memuaskan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya dan merasakan ketenangan dalam menjalin hubungan dengan lingkungannya.

Jadi, penyesuaian diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penyesuaian diri siswa secara autoplastis. Dimana siswa berusaha untuk mengubah dirinya sesuai dengan keadaan lingkungannya. Siswa harus bisa menyesuaikan diri dengan guru, teman, karyawan, kurikulum dan peraturan sekolah, dengan situasi kelas maupun lingkungan sekolah.

2.1.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Haryadi, dkk (1995: 110-112) mengemukakan bahwa pada dasarnya penyesuaian diri dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, yaitu : 2.1.2.1Faktor Internal

(33)

mempengaruhi dan memimpin orang lain. Motif tersebut akan mempengaruhi terhadap pola maupun kadar penyesuaian diri.

(2) Konsep Diri, yaitu bagaimana remaja memandang terhadap dirinya sendiri, baik pada aspek fisik, psikologis, sosial, maupun aspek akademik. Remaja yang memiliki kosep diri yang tinggi akan lebih memiliki kemampuan untuk melakukan penyesuaian yang menyenangkan dibanding remaja yang memiliki konsep diri yang rendah.

(3) Persepsi Remaja, yaitu pengamatan dan penilaian remaja terhadap objek, peristiwa maupun kehidupan. Remaja yang memiliki persepsi yang sehat berarti akan mengefektifkan proses sosialisasinya.

(4) Sikap Remaja, yaitu kecenderungan remaja untuk berperilaku positif atau negatif. Remaja yang bersikap positif terhadap sesuatu yang dihadapi akan lebih memiliki peluang untuk melakukan penyesuaian diri.

(34)

(6) Kepribadian, yaitu pada prinsipnya tipe kepribadian ekstrovert akan lebih lentur dan dinamis sehingga lebih mudah melakukan penyesuaian diri dibanding tipe kepribadian introvert yang cenderung kaku dan statis. 2.1.2.2Faktor Eksternal

(1) Keluarga terutama pola asuh keluarga. Pada dasarnya pola asuh keluarga yang demokratis dengan suasana keterbukaan lebih memberikan peluang bagi remaja untuk melakukan proses penyesuaian diri secara efektif. Demikian pula keluarga yang sehat dan utuh akan lebih memberi pengaruh yang positif terhadap penyesuaian diri remaja.

(2) Kondisi sekolah. Kondisi sekolah yang sehat dimana remaja merasa bangga dan kerasan terhadap sekolahnya telah memberikan landasan remaja untuk dapat bertindak menyesuaikan diri secara harmonis di masyarakat. Sebaliknya kondisi sekolah yang kurang sehat atau sakit, dimana remaja merasa tidak kerasan, tidak senang dengan guru-gurunya, sering terjadi perkelahian, bolos sekolah merupakan hal biasa jelas akan mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja.

(3) Kelompok Teman Sebaya. Hampir setiap remaja memiliki teman-teman sebaya dalam bentuk kelompok. Kelompok-kelompok teman sebaya ini adalah yang menguntungkan pengembangan proses penyesuaian diri, tetapi ada pula yang justru menghambat proses penyesuaian diri remaja.

(35)

minum-minum, bereksperimen seks, malas, cari enaknya dan semacamnya. Prasangka-prasangka sosial semacam ini jelas tidak hanya menjadi kendala proses penyesuaian diri remaja, tetapi justru akan memperdalam jurang kesenjangan dan bahkan merupakan sumber frustasi dan konflik bagi remaja. (5) Hukum dan Norma Sosial. Bila suatu masyarakat ternyata hukum dan

norma-norma sosial hanya merupakan “slogan” artinya tidak ditegakkan sebagaimana mestinya maka akan melahirkan remaja-remaja yang “maladjusted” (salah suai). Sebaliknya bila suatu masyarakat benar-benar konsekuen menegakkan hukum dan norma-norma yang berlaku maka akan mengembangkan remaja-remaja yang “welladjusted”.

Sedangkan Daradjat (1979:24-27) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri seseorang adalah sebagai berikut :

1. Frustasi (Tekanan Perasaan)

Frustasi ialah suatu proses yang menyebabkan orang merasa akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan atau menyangka bahwa akan terjadi sesuatu hal yang menghalangi keinginannya. Pada dasarnya setiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan untuk segera dipenuhi, namun ada kalanya kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi karena adanya halangan tertentu.

(36)

yang wajar maka ia akan berusaha mengatasinya dengan cara-cara yang lain tanpa mengindahkan orang dan keadaan sekitarnya atau ia akan berusaha mencaru kepuasan dalam khayalan.

Apabila rasa tertekan itu sangat berat sehingga tidak dapat diatasinya mungkin akan mengakibatkan gangguan psikologis pada orang tersebut. Keadaan demikian apabila yang bersangkutan

memandang faktor ini sebagai sesuatu yang biasa tanpa beban maka frustasi itu tidak terlalu dipandang sebagai sesuatu yang menghambat penyesuaian diri seseorang terhadap keadaan sekitarnya.

2. Konflik

Konflik jiwa atau pertentangan batin adalah terdapatnya dua macam dorongan atau lebih yang berlawanan dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang bersamaan. Konflik dapat terjadi karena dua hal yang sama diinginkantetapi antara keduanya tidak mungkin dicapai secara bersamaan, selain itu konflik juga terjadi karena dua hal yang pertama diinginkan, sedangkan yang kedua tidak disenangi dan dapat pula terjadi terhadap dua hal yang sama-sama tidak diinginkannya. Keadaan-keadaan seperti ini sangat mempengaruhi penyesuaian diri seseorang karena seseorang dihadapkan pada suatu pilihan yang menyebabkan perasaannya selalu terombang-ambing.

3. Kecemasan

(37)

pertentangan batin.Rasa cemas dapat timbul karena menyadari akan bahaya yang dapat mengancam dirinya. Cemas dapat juga berupa penyakit yang terlihat dalam bentuk seperti cemas dalam bentuk takut akan benda-benda seperti darah, orang ramai, dan lai-lain. Selain itu, cemas dapat juga timbul karena perasaan berdosa

atau bersalah karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan hati nurani.

2.1.3 Karakteristik Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri dapat berlaku secara positif maupun sebaliknya. Dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah, siswa harus bisa mengubah dirinya sesuai dengan lingkungannya (autoplastis). Siswa harus bisa menyesuaikan dirinya dengan segala sesuatu yang berlaku di lingkungan sekolah. Apabila siswa dapat menyesuaikan diri dengam baik, maka siswa tidak akan mengalami masalah sehingga menimbulkan gejala perkembangan yang sehat dalam diri individu begitu juga sebaliknya.

Haryadi (1995:107-109) karakteristik penyesuaian diri remaja dapat ditunjukkan sebagai berikut :

2.1.3.1Penyesuaian diri remaja terhadap peran dan identitasnya

(38)

2.1.3.2Penyesuaian diri remaja terhadap studinya

Masa kegoncangan remaja seringkali mengakibatkan kendala dalam penyesuaiannya terhadap kegiatan belajar. Remaja sebenarnya tahu bahwa untuk sukses harus rajin belajar. Namun karena segera ingin lepas dari “ketidakpastian”, mereka lebih suka mencari kesenangan-kesenangan

dengan kelompoknya sehingga seringkali menjadi malas dan tidak disiplin dalam belajar. Mereka ingin sukses studi dengan cara yang mudah dan tidak usah belajar.

2.1.3.3Penyesuaian diri remaja tehadap kehidupan seks

Kematangan pertumbuhan fungsi seksual remaja mengakibatkan dorongan seksual makin mencolok. Ini berarti bahwa remaja perlu menyesuaikan penyaluran kebutuhan seksualnya dalam batas-batas penerimaan lingkungan hidupnya, sehingga terbebas dari kecemasan psikoseksual ataupun kecemasan moral.

2.1.3.4Penyesuaian diri remaja terhadap norma sosial

Suatu mesyarakat baik keluarga, sekolah maupun masyarakat umum, pada dasarnya memiliki ukuran-ukuran yang dipandang baik atau buruk, benar atau salah, yang berupa aturan, norma, hukum maupun adat istiadat.

2.1.3.5Penyesuaian diri remaja terhadap penggunaan waktu luang dan uang

(39)

Dalam masa perkembangannya, remaja seringkali dihadapkan pada frustrasi, konflik ataupun kecemasan. Strategi yang digunakan untuk menyesuaikan ketidakenakan tersebut biasanya dengan alat pertahanan diri seperti kompensasi, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, identifikasi, regresi, fiksasi ataupun isolasi.

Fatimah (2006:195-198) menyebutkan bahwa karakteristik penyesuaian diri ada dua yaitu penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah. 1. Penyesuaian Diri Yang Positif

Mereka yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut :

(1) Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional

(2) Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis (3) Tidak menunjukkan adanya frustrasi pribadi

(4) Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri (5) Mampu dalam belajar

(6) Menghargai pengalaman (7) Bersikap realistik dan objektif 2. Penyesuaian Diri Yang Salah

Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian diri yang salah yaitu : (1) Reaksi Bertahan

(40)

(2) Reaksi Menyerang

Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah laku yang bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya. Ia tidak mau menyadari kegagalannya.

(3) Reaksi Melarikan Diri

Dalam reaksi ini, orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya.

2.1.4 Proses Penyesuaian Diri

Fahmy (1982:14) bahwa proses penyesuaian diri yang dilakukan individu adalah dalam upaya mencari keakraban dan pendekatan serta untuk mengurangi perbedaan dan kerenggangan. Sundari (2005:42) menyebutkan bahwa proses penyesuaian diri yaitu usaha manusia untuk menemukan dan mengatasi rintangan, tekanan dan tantangan untuk mencapai pribadi yang seimbang.

Haryadi, dkk (1995: 105) mengemukakan bahwa proses penyesuaian diri dapat ditujukkan sebagai berikut :

(41)

(2) Kemudian individu mempelajari (memikirkan dan merasakan) kondisi dan keadaan dirinya serta mempelajari peluang, tuntutan, dan keterbatasan lingkungan hidupnya.

(3) Terjadilah tahap pemahaman tertentu tentang dirinya sendiri dan lingkungannya tergantung pada persepsi dan kemampuan individu

(4) Selanjutnya individu secara dinamis melakukan upaya-upaya menginteraksikan antara dorongan, kemampuan, dan persepsi dengan peluang, tuntutan, dan keterbatasan lingkungannya hidupnya.

(5) Upaya-upaya berupa suatu tindakan pada gilirannya dapat berupa tindak positif atau negatif, aktif atau pasif, ataupun kombinasi antara keduanya. Jadi, proses penyesuaian diri adalah upaya memenuhi kebutuhan yang memerlukan waktu dan beberapa tahapan serta proses belajar dari individu itu sendiri dengan segala kemungkinan yang ada dalam lingkungan. Sehingga proses penyesuaian diri dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah proses penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan sekolah dalam semester I tahun ajaran 2008 / 2009 baik penyesuaian diri secara pribadi maupun penyesuaian diri sosio-kultural.

2.1.5 Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Fatimah (2006:207) bahwa penyesuaian diri mempunyai dua aspek, yaitu:

(42)

Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi tercapainya hubungan yang harmonis antara dirinya dan lingkungan sekitarnya.Keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh tidak adanya rasa benci, tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan, atau tidak percaya pada potensi dirinya.

2.1.5.2Penyesuaian Sosial

Dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain yang terus-menerus dan silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan pola tingkah laku yang sesuai dengan aturan, hukum, adat istiadat, nilai, dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Proses ini dikenal dengan istilah proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial di tempat individu itu hidup.

Sedangkan Mappiere (1982:170) menyebutkan bahwa aspek-aspek penyesuaian diri sebagai berikut :

(1) Penampilan (performance) dan perbuatan meliputi antara lain : tampang yang baik, atau paling tidak rapi serta aktif dalam urusan-urusan kelompok.

(2) Kemampuan pikir antara lain meliputi : mempunyai inisiatif, banyak memikirkan kepentingan kelompok dan mengemukakan buah pikirannya. (3) Sikap, sifat, perasaan antara lain meliputi : bersikap sopan, memperhatikan

(43)

(4) Pribadi meliputi jujur dan dapat dipercaya, bertanggung jawab dan suka menjalankan pekerjaannya, mentaati peraturan-peraturan kelompok, mampu meyesuaikan diri secara tepat dalam berbagai situasi dan pergaulan sosial.

(5) Aspek lain meliputi pemurah atau tidak pelit atau tidak kikir, suka bekerjasama dan membantu anggota kelompok.

2.1.6 Masalah-masalah Penyesuaian Diri

Dalam penyesuaian diri, individu tidak selamanya efektif namun individu tidak jarang mengalami hambatan atau kendala, kecanggungan bahkan yang lebih fatal adalah individu akan sampai pada situasi salah suai akibat kurang mampu dalam menyesuaikan diri maka individu akan mengalami konflik batin, tidak tenang, tidak puas terhadap dirinya sehingga bersikap apatis, ragu-ragu, mengundurkan diri dan over kompensasi, berlaku merugikan diri sendiri dan orang lain seperti benci, dendam, iri, salah paham, merasa tidak aman, terisolasi, rendah diri, menyendiri, bersikap agresif seperti mengacau, merusak, memberontak, merampok, dan sebagainya.

(44)

2.2 MASA ORIENTASI SISWA (MOS)

2.2.1 Pengertian MOS (Masa Orientasi Siswa)

Masa Orientasi Siswa (MOS) adalah suatu masa orientasi yang dilaksanakan dalam upayanya membantu siswa mengenali berbagai kekhususan dari jenjang pendidikan barunya baik yang berupa fisik, lingkungan sosial maupun isi dan cara-cara belajar yang berbeda dengan lingkungan di jenjang pendidikan sebelumnya (Depdiknas, 2006:1).

Selanjutnya MOS adalah waktu dimana kita membuat pembiasaan atau pengertian yang baru akan sekolah yang baru kepada siswa-siswi yang baru saja lulus dan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi di sekolah yang berbeda daripada yang sebelumnya. Pembiasaan lebih kepada pengenalan akan tradisi dan seluk-beluk sekolah baru tersebut bukan kepada arah senioritas dan tindakan-tindakan lain yang melibatkan fisik seseorang (http://ayaelectra.wordpress.com).

Di SLTP, Masa Orientasi Siswa (MOS) ini kegiatannya dilaksanakan pada awal tahun pelajaran atau hari-hari pertama masuk sekolah untuk siswa kelas I dan biasanya diselenggarakan selama tiga hari.

Kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) diadakan dengan memperhatikan kenyataan bahwa :

(45)

para orang tuanya. Untuk sejumlah anak, memasuki dunia yang baru seringkali menimbulkan ketegangan yang tidak sepenuhnya disadari, tetapi membawa dampak terhadap suka atau tidak sukanya ia dengan lingkungan yang baru. Padahal rasa suka atau tidak suka akan membawa pengaruh yang besar terhadap kelancaran dalam studi, karena itu diusahakan agar hari-hari pertama masuk sekolah adalah pengalaman yang menyenangkan bagi siswa. (2) Di SLTP selisih usia murid kelas satu dan kelas dua atau tidak lagi terasa

sangat berbeda dengan selisih usia murid kelas satu SD dengan murid kelas dua atau kelas tiga. Pergaulan antar murid dengan tingkat kelas yang berbeda lebih sering terjadi di SLTP. Karena itu, diusahakan agar sejak hari-hari pertama bersekolah para murid baru sudah mulai berkenalan dengan kakak-kakak kelasnya.

(3) Di SLTP para murid sudah diharapkan untuk belajar bersama dengan murid lainnya.

2.2.2 Maksud dan Tujuan MOS (Masa Orientasi Siswa)

2.2.2.1 Tujuan umum

(46)

2.2.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari MOS (Masa Orientasi Siswa ) adalah sebagai berikut : (1) Membantu siswa mengenal lebih dekat lingkungan sekolah barunya

sehingga tercipta suasana edukatif dan kondusif.

(2) Mendorong siswa untuk bersikap proaktif dalam mengenali guru, karyawan dan kakak-kakak kelasnya sehingga ia bisa merasa lebih aman berada bersama mereka.

(3) Membantu siswa menyatu dengan warga sekolah dalam rangka pelaksanaan wawasan wiyatamandala sehingga fungsi sekolah,

guru, siswa, dan masyarakat lingkungan dapat mendukung terwujudnya tujuan pendidikan secara komprehensif.

(4) Membantu siswa untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolah, mengetahui hak dan kewajiban serta mampu bertanggung jawab dalam kehidupan bersekolah.

(5) Mendorong siswa untuk memiliki kepercayaan diri sehingga berani mengungkapkan pendapatnya dan aktif menanyakan pendapat orang lain. (6) Mendorong siswa untuk memulai kebiasaan belajar baru melalui diskusi. (7) Mendorong siswa untuk aktif menambah pemahamannya melalui

pengamatan terhadap lingkungan.

2.2.3 Sasaran MOS (Masa Orientasi Siswa)

(47)

2.2.4 Materi MOS (Masa Orientasi Siswa)

Pada dasarnya materi MOS adalah hal-hal yang berkaitan erat dengan upaya-upaya mengantarkan siswa agar lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan sekolah serta segala tata pergaulannya. Oleh karena itu, materi pokok meliputi lima unsur yaitu :

(1) Wawasan Wiyatamandala (2) Tata Krama Siswa

(3) Diskusi aktual tentang kehidupan berbangsa dan bernegara (4) Program cara belajar yang baik

(5) Upacara Bendera

Dengan adanya perubahan sistem pendidikan nasional tentunya harus ada perubahan-perubahan di dalam pelaksanaan MOS. Masa Orientasi Siswa sekarang ini seharusnya lebih mengedepankan penyampaian nilai-nilai luhur dan menyiapkan murid baru agar tidak kaget dengan sistem pendidikan baru yang akan dihadapinya nanti.

MOS diawali dengan upacara pembukaan. Peserta mengenakan seragam lengkap dengan berbagai “aksesoris” yang telah ditetapkan. Mengenai “aksesoris” ini sebagian masyarakat menganggap sesuatu yang tidak mendidik. Tetapi, bila dilihat dari sisi positifnya maka “aksesoris” ini masih diperlukan asalkan dalam taraf wajar, tidak menyalahi etika dan tidak merendahkan martabat peserta sebagai makhluk Tuhan.

(48)

suatu kegiatan. Sepak terjang senior inilah yang harus memerlukan pengawasan dan perhatian ekstra dari para guru pembimbing. Kreativitas para senior dituntut untuk menghasilkan suatu tatanan “aksesoris” seragam peserta. Kreativitas dan tanggung jawab peserta pun dilatih untuk dapat menyelesaikan “aksesoris” seragam ini.

Kedisiplinan dapat diajarkan melalui hadirnya peserta tepat waktu di sekolah. Ketertiban dapat dilihat dari tertibnya seragam peserta dan

tertibnya mereka menerima materi. Kedisiplinan dan ketertiban ini juga berlaku bagi panitia pendamping dari OSIS. Sesungguhnya dari pengurus OSIS yang tertib dan disiplin inilah dapat memberi contoh positif bagi adik kelasnya.

Metode “reward” dan “punishment” masih perlu dilakukan. Peserta yang melanggar aturan perlu diberikan sanksi yang sesuai. Tentu saja sanksi ini tidak boleh melanggar etika dan bukan dalam bentuk hukuman fisik. Sanksi yang diberikan haruslah berupa sanksi yang mendidik. Sedangkan peserta yang dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik layak untuk mendapat penghargaan.

Pengenalan lingkungan sekolah diberikan dalam bentuk klasikal dan jalan-jalan berkeliling sekolah menjelajah setiap ruang yang ada. Kunjungan ke ruang kelas lain, kantor guru dan kepala sekolah, kantin, perpustakaan, masjid/musholla, laboratorium yang ada serta fasilitas diperlukan agar murid baru tidak kebingungan mencari ruang-ruang tersebut nantinya.

(49)

itu, pengawasan guru untuk kegiatan yang satu ini mutlak diperlukan.Selain itu, peserta masa orientasi siswa juga diberikan materi-materi lain yang sangat bermanfaat bagi mereka.

Cara belajar efektif diberikan dengan latihan baris berbaris, pengenalan atribut-atribut kebanggaan almamater misalnya hymne dan mars sekolah dan sosialisasi tata tertib adalah materi-materi yang disampaikan kepada murid baru. Dengan berbagai perubahan menuju ke arah yang baik, diharapkan akan mengubah stigma MOS di masyarakat dari negatif menjadi positif. Dan yang paling penting lagi adalah MOS dapat menjadi jembatan bagi para murid baru agar dapat menempuh pendidikan dengan lingkungan baru dengan baik (http://blog.caturstudio.com/2008/09/masa-orientasi-siswa/).

Materi MOS tahun pelajaran 2008/2009 antara lain menengok KTSP menuju cita-cita, Indahnya belajar di SMA/SMK, Berdemokrasi sejak dini, Wawasan Wiyatamandala, Pengembangan diri berkepribadian masa depan, pembinaan kesegaran jasmani, dan ICT/IT. Masing-masing materi MOS akan dijelaskan dibawah ini :

(1) Menengok KTSP menuju cita-cita

(50)

Di SMP/MTs, menurut KTSP tidak ditonjolkan adanya rangking siswa. Seorang siswa dikatakan berhasil dalam mengikuti pelajaran jika mendapat nilai sama atau lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

(2) Indahnya belajar di SMA/SMK

Secara umum memang ok mengikuti pelajaran di SMA/SMK, tetapi jangan lupa sampai sejauhmana kerangka dasar kurikulum yang semestinya harus dipahami oleh peserta didik.

(3) Berdemokrasi sejak dini

Demokrasi di sekolah dilaksanakan dengan memilih petugas kelas yang bertanggung jawab untuk mengkoordinir kelas seperti ketua kelas, bendahara, sekertaris,dsb. Selain itu, demokrasi dilaksanakan untuk memilih pejabat OSIS.

(4) Wawasan Wiyatamandala

Wawasan wiyatamandala adalah suatu pandangan atau sikap menempatkan sekolah sebagai lingkungan pendidikan.

(5) Pengembangan diri berkepribadian masa depan

(51)

(6) Pembinaan kesegaran jasmani pelajar

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal memiliki peranan yang strategis dan diharapkan mampu berfungsi secara baik untuk menyiapkan generasi muda yang berkualitas baik jasmani maupun rokhaninya.

(7) ICT/IT = TIK/IT v.1.0

ICT kependekan dari Information and Communication Technology. Kalau disulihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Teknologi Informasi dan Komunikasi atau TIK. TIK mulai terkenal saat komputer menjadi barang primer atau kebutuhan utama bagi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.

2.3 Manfaat MOS terhadap Penyesuaian Diri Siswa

Manusia diciptakan tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Mereka saling membutuhkan antara satu sama lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kenyamanan dan kedamaian hati akan dirasakan oleh seseorang apabila dalam berinteraksi dapat mengikuti pola dan kebiasaan-kebiasaan yang ada di lingkungannya, sehingga untuk dapat mempertahankan hidup dan diterima lingkungannya, individu harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia berada.

(52)

dilaksanakan dalam upayanya membantu siswa mengenali berbagai kekhususan dari jenjang pendidikan barunya baik yang berupa fisik, lingkungan sosial maupun isi dan cara-cara belajar yang berbeda dengan lingkungan di jenjang pendidikan sebelumnya.

MOS (Masa Orientasi Siswa) mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari MOS (Masa Orientasi Siswa)

(53)

Dengan adanya orientasi studi (MOS), siswa baru dapat memperoleh pemantapan dalam hal tujuan belajar, gambaran mengenai lingkungan sekolah yang baru, keadaan guru dan karyawan serta dapat berkenalan dengan teman-teman yang baru. Kegiatan orientasi ini biasanya dilakukan pada minggu pertama masuk sekolah selama tiga sampai enam hari. Pelaksanaannya diatur dan dilaksanakan oleh masing-masing sekolah.

Setelah melihat uraian diatas, maka dapat disimpulkan dalam bentuk bagan di bawah ini : 2. Mendapat hubungan baru dengan

teman-teman sebaya yang berlainan jenis

3. Menerima kondisi dan belajar sesuai jenis kelaminnya

4. Mendapatkan kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang berkaitan dengan

masalah ekonomi

5. Memperoleh nilai-nilai dan filsafat hidup

Penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan sekolah (MOS) 1. Penyesuaian diri siswa terhadap fasilitas fisik sekolah 2. Penyesuaian diri siswa terhadap situasi kelas

3. Penyesuaian diri siswa terhadap teman sekolah

4. Penyesuaian diri siswa terhadap guru dan karyawan

5. Penyesuaian diri siswa terhadap kurikulum dan

6. Penyesuaian diri siswa terhadap peraturan tata tertib sekolah.

Tujuan MOS

1. Membantu siswa mengenal lebih dekat lingkungan sekolah barunya sehingga tercipta suasana edukatif dan kondusif 2. Mendorong siswa untuk bersikap proaktif dalam mengenali

guru, karyawan dan kakak-kakak kelasnya sehingga ia bisa merasa lebih aman berada bersama mereka

3. Membantu siswa menyatu dengan warga sekolah dalam rangka pelaksanaan wawasan wiyatamandala sehingga fungsi sekolah, guru, siswa, dan masyarakat. lingkungan dapat mendukung terwujudnya tujuan pendidikan secara komprehensif

4. Membantu siswa untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolah, mengetahui hak dan kewajiban serta mampu bertanggung jawab dalam kehidupan bersekolah

5. Mendorong siswa untuk memiliki kepercayaan diri sehingga berani mengungkapkan pendapatnya dan aktif menanyakan pendapat orang lain

6. Mendorong siswa untuk memulai kebiasaan belajar baru melalui diskusi

(54)

39

BAB 3

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dan analisis yang logis terhadap informasi atau data untuk mencapai tujuan tertentu. Penelitian ini tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat penyesuaian diri siswa baru.

Dalam suatu penelitian, diperlukan suatu metode untuk mencapai tujuan penelitian. Metode penelitian merupakan teknik yang sangat penting dalam keseluruhan rancangan dan pelaksanaan penelitian. Metode penelitian merupakan sejumlah langkah-langkah yang harus ditempuh untuk memperoleh suatu kesimpulan yang merupakan jawaban bagi permasalahan yamg diteliti dan kualitas suatu penelitian ditentukan oleh metode penelitian yang digunakan.

Oleh karena itu, dalam bab ini akan dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian yang meliputi jenis dan desain penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, serta metode analisis data.

3.1

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis dan akurat fakta serta karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu (Azwar, 2003:7). Sedangkan pendekatan

(55)

terhadap hasilnya”. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif karena dalam pelaksanaannya mencari data sebanyak-banyaknya dan kemudian berusaha untuk mendeskripsikan sejelas-jelasnya.

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel merupakan salah satu komponen penting dalam penelitian karena konsep-konsep dapat diteliti secara empiris jika dioperasionalisasikan menjadi sebuah variabel sehingga dapat diukur secara kuantitatif sehingga hasil pengukuran bisa konstan ataupun berubah-ubah.

Variabel penelitian merupakan obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002:96). Karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif maka tidak terdapat variabel bebas dan variabel terikat. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan dideskripsikan sebagai hasil penelitian. Adapun variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu penyesuaian diri.

3.2.2 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang dapat diamati. Alat-alat pengumpul data penelitian perlu ditentukan batasan operasional variabel-variabel penelitiannya. Batasan operasional variabel-variabel penelitian ini adalah :

(56)

Penyesuaian diri adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan hubungan dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Dengan memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik, maka seseorang akan memiliki ketenangan jiwa dan raga, mampu membuat hubungan yang memuaskan baik dengan diri sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan sekitarnya.

3.2.2.2 Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala penyesuaian diri yang dikembangkan dari aspek-aspek yang dikemukakan oleh Mappiere yang meliputi :

1) Penampilan (performance) dan perbuatan meliputi antara lain : tampang yang baik, atau paling tidak rapi serta aktif dalam urusan-urusan kelompok.

2) Kemampuan pikir antara lain meliputi : mempunyai inisiatif, banyak memikirkan kepentingan kelompok dan mengemukakan buah pikirannya. 3) Sikap, sifat, perasaan antara lain meliputi : bersikap sopan, memperhatikan

orang lain, penyabar atau dapat menahan marah jika berada dalam keadaan yang tidak menyenagkan dirinya, suka menyumbangkan pengetahuannya pada orang lain terutama anggota kelompoknya.

4) Pribadi meliputi jujur dan dapat dipercaya, bertanggung jawab dan suka menjalankan pekerjaannya, mentaati peraturan-peraturan kelompok, mampu meyesuaikan diri secara tepat dalam berbagai situasi dan pergaulan sosial. 5) Aspek lain meliputi pemurah atau tidak pelit atau tidak kikir, suka

(57)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002:108). Dari populasi ini, kemudian diambil contoh atau sampel yang diharapkan dapat mewakili populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 37 Semarang Angkatan 2008/2009 yang terdiri dari 6 kelas. Jumlah siswa kelas VII secara keseluruhan adalah 240 orang.

Karakteristik populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(1) Siswa baru kelas VII SMP Negeri 37 Semarang setelah mengikuti MOS

(2) Sama-sama berada dalam lingkungan yang baru

Agar lebih jelas, data siswa untuk masing-masing kelas ditabulasikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

Kelas VII Jumlah Siswa

A Jumlah Siswa Kelas VII 240

3.3.2 Sampel

(58)

100 akan lebih baik diambil semua, sedangkan untuk subyek yang jumlahnya lebih dari 100 dapat diambil 10%-25%. Hal ini tergantung dari :

(1) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan biaya.

(2) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.

(3) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel sebesar 25 % dari jumlah populasi siswa kelas VII. Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan rumus Arikunto dengan menggunakan tingkat kesalahan sebesar 25 % dari populasi sejumlah 240. Jadi dalam

penelitian ini yang dijadikan sebagai sampel adalah sebanyak 25 % dari 240 yaitu sebanyak 60 siswa.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling yaitu metode yang digunakan untuk memilih sampel

dari populasi dengan cara sedemilian rupa sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk diambil sebagai sampel. Ini berarti semua angota populasi menjadi anggota dari kerangka sampel. Dalam random sampling, semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau

bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Arikunto, 2002:120).

3.4 Metode Pengumpulan Data

(59)

merupakan hasil pencatatan peneliti baik yang berupa fakta maupun angka (Arikunto, 2002:96). Agar diperoleh data yang lengkap maka harus digunakan teknik pengumpulan data yang tepat sehingga dapat ditarik kesimpulan yang tepat dan dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan menggunakan alat ukur skala psikologis. Alasan peneliti menggunakan skala psikologis adalah sebagai berikut (Azwar, 2003:5-7) :

(1) Data yang diungkap berupa konstrak atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek individu.

(2) Pertanyaan sebagai stimulus tertuju pada indikator perilaku guna memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan subyek yang tidak disadari oleh respon bersangkutan.

(3) Responden tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan apa yang sesungguhnya oleh pertanyaan tersebut.

Kelemahan dari skala psikologi antara lain :

(1) Satu skala psikologi hanya diperuntukkan mengungkap satu atribut tunggal (2) Hasil ukur skala psikologi harus teruji reliabilitasnya secara psikometris

dikarenakan relevansi isi dan konteks kalimat yang digunakan sebagai stimulus skala psikologi lebih terbuka terhadap error.

Gambar

Tabel 3.1   Populasi Penelitian
Tabel 3.2 Blue Print Instrumen Penyesuaian Diri
Tabel 3.3 Kriteria dan Nilai Alternatif Jawaban Skala Psikologi
Tabel 3.4 Interval Nilai Persentase dan Klasifikasi Skor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gerak Endonom / Autonom: gerakan pada tumbuhan yang diakibatkan oleh rangsangan yang berasal dari dalam tumbuhan itu sendiri.. - gerak spontan (aliran sitoplasma

POKJA PENGADAAN BARANG, JASA KONSULTANSI DAN JASA LAINNYA Alamat : Jalan Jenderal

Dibandingkan dengan metode-metode yang lain metode dokumen fingerprinting memiliki keunggulan dalam mengukur tingkat similaritas antar dokumen, baik semua teks yang

Paket Pengadaan ini terbuka untuk Penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan memenuhi persyaratan menyediakan jasa konstruksi yang

[r]

 Alur penyajian koleksi di museum Geologi, untuk alur penyajiannya sudah bagus karena dikelompokkan atau diklasifikasikan satu ruangan untuk satu subyek koleksi yang sama

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan berkenaan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan metode eksperimen dalam peningkatan

Dari hasil perhitungan melalui metode Objective Matrix (OMAX) dan Traffic Light System, KPI yang berada pada kategori merah adalah pemanfaatan aset secara optimal, minimalisasi