• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Teknik Analisis Data

1. Tipologi Desa-desa Pesisir

sembilan desa dan tipologi desa berkembang sebanyak 17 desa. (2) Tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir Kabupaten Kendal terbagi menjadi tiga yaitu tingkat kesejahteraan tinggi yang terdiri dari tujuh desa (26.9 %), tingkat kesejahteraan sedang terdiri dari 18 desa (69.2 %) dan tingkat kesejahteraan rendah terdiri satu desa (3.8 %). (3) Berdasarkan analisis overlay peta tipologi desa dengan peta tingkat kesejahteraan maka terdapat hubungan antara tipologi desa dengan tingkat kesejahteraan. (4) Strategi pengembangan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis SWOT meliputi aspek-aspek sebagai berikut yaitu kelembagaan, sarana dan prasarana, penataan ruang, dan sosial ekonomi.

commit to user

vi

ABSTRACT

Nuzul Wachidah, TYPOLOGYCAL ANALYSIS AND STRATEGY

DEVELOPMENT IN THE COASTAL VILLAGES OF THE KENDAL REGENCY IN 2012. Thesis. Surakarta : Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University on August 2012.

The aim of research is to : (1) know typology of the coastal villages in Kendal Regency based on social economic and cultural aspects. (2) know the welfare level of the coastal villages in Kendal Regency. (3) determine the relationship between the tipology of village with the welfare level of the coastal villages in Kendal Regency. (4) arrange development strategy of the coastal villages in Kendal Regency.

This research uses descriptive qualitative method. The populations are the coastal villages in Kendal Regency, as much as 26 villages. Sampling technique used is area sampling, by the number of informants 130 people. Data collection techniques uses interview, direct observation, and documentation.

Based on the result of research, it can be concluded : (1) Typology of the coastal villages in Kendal Regency is belong to two typologies, which there are 9 villages including the village typology of transition and 17 villages including the village typology developed. (2) The welfare level of the coastal villages in Kendal Regency is belong to three levels, which there are seven villages (26.9%) had high levels of welfare, 18 villages (69.2%) had moderate level of welfare and prosperity of the village (3.8%) had low levels of welfare. (3) Based on the analysis of overlay maps typology villages with maps of the welfare levels there is a relationship between the tipology with level of welfare. (4)Development strategies that can be done based on the SWOT analysis covers the following aspects of the institutional, infrastructure, spatial, social and economic.

commit to user

vii

MOTTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

( QS. Al-Insyirah : 5)

Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat

Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat

Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”

(QS. Al Kahfi : 109)

“Barang siapa bersungguh-sungguh pasti akan dapat”

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

With thankful to God Allah SWT

Saya persembahkan karya sederhana ini kepada :

Ibunda dan Ayahanda tercinta yang selalu tercurah cinta, kasih sayang, dan doa,

untuk semua pengorbanan yang penuh ikhlas dan sabar.

Ibu Kas dan Ayah Sofwan tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan

dukungan yang tulus.

Adikku tersayang.

Kakek dan Nenek tersayang.

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT telah melimpahkan segala nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa penulis tidak mungkin dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS. Selaku Rektor Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

2. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin untuk pengadaan penelitian dan penyusunan skripsi.

3. Bapak Drs. H. Syaiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial memberikan ijin untuk penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta ijin dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si., selaku Pembimbing I, atas ilmu, bimbingan, motivasi, inspirasi dan kesabaran dalam membimbing.

6. Ibu Rahning Utomowati, S.Si., M.Sc., selaku Pembimbing II, atas ilmu, bimbingan, motivasi, inspirasi dan kesabaran dalam membimbing.

7. Ibu Rahning Utomowati, S.Si., M.Sc., selaku Pembimbing Akademik.

8. Bapak/Ibu dosen program studi Pendidikan Geografi, atas ilmu dan pengalaman yang diberikan.

9. Masyarakat pesisir Kabupaten Kendal, atas kesediaan dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

10.Mas Danang Tri Wibowo, Elpe, Eka, dan Yoga atas semangat dan bantuannya dalam pengumpulan data.

commit to user

x

12.Sahabat INEM, Cece lead dance, Noona lead vocal dan Ahjuma happy virus

atas doa, bantuan dan semangat luar biasa yang diberikan.

13.Sahabat-sahabatku di Pendidikan Geografi 2008 atas doa, semangat dan motivasi tiada henti.

14.My Strong Ve yang setia menemani di setiap perjalanan penulis.

15.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu sehingga terselesaikannya laporan observasi ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan yang berlipat dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini belum sempurna. Akan tetapi dari ketidaksempurnaan ini, kiranya dapat diambil hikmah dan pelajaran yang berharga sehingga tidak terulang kesalahan untuk kedua kalinya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun tetap penulis harapkan. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu geografi pada khususnya.

Surakarta, Agustus 2012 Penulis

Nuzul Wachidah NIM. K5408043

commit to user xi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ……… i HALAMAN PENGAJUAN ………. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iv

HALAMAN ABSTRAK ………. v

HALAMAN MOTTO ………... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… viii

KATA PENGANTAR ……….. ix

DAFTAR ISI ……… xi

DAFTAR TABEL ……… xiv

DAFTAR GAMBAR ……….. xvi

DAFTAR PETA ………. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xviii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ……….... 1

B. Perumusan Masalah ……… 7

C. Tujuan Penelitian ……… 7

D. Manfaat Penelitian ……… 7

BAB II LANDASAN TEORI ……… 9

A. Tinjauan Pustaka ……… 9

1. Desa ………. 9

2. Pesisir ……… 19

3. Tingkat Kesejahteraan ………. 21

B. Penelitian yang Relevan ………. 26

commit to user

xii

BAB III METODE PENELITIAN ……… 33

A. Daerah Penelitian ……… 33

B. Waktu Penelitian ……… 33

C. Metode Penelitian ……….. 34

D. Populasi dan Sampel ……….. 34

1. Populasi ……… 34

2. Sampel ………. 34

E. Sumber dan Jenis Data ……… 35

F. Teknik Pengumpulan Data ……… 36

G. Teknik Analisis Data ………. 37

1. Tipologi Desa-desa Pesisir ……….. 37

2. Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir ………. 42

3. Hubungan Antara Tipologi Desa dengan Tingkat Kesejahteraan ……….. 43

4. Strategi Pengembangan Desa-desa Pesisir ……….. 43

H. Prosedur Penelitian ……… 44

I. Diagram Alir Penelitian ………. 47

BAB IV HASIL PENELITIAN ………. 48

A. Deskripsi Wilayah Penelitian ……… 48

1. Letak dan Luas ……… 48

2. Penggunaan Lahan ……….. 50

3. Iklim ………. 54

4. Kondisi Geologi ……… 59

5. Gambaran Umum Penduduk ……… 60

a. Jumlah Penduduk ………. 60

b. Komposisi Penduduk ………. 62

6. Kondisi Sosial ……….. 65

7. Kondisi Fasilitas Umum ……….. 66

a. Fasilitas Pendidikan ……….. 66

commit to user

xiii

c. Fasilitas Perekonomian ………. 69

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ……….. 70

1. Tipologi Desa-desa Pesisir ……….. 70

2. Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir ………. 93

3. Hubungan Antara Tipologi Desa dengan Tingkat Kesejahteraan ……….. 99

4. Strategi Pengembangan Desa-desa Pesisir ……….. 105

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ………. 112

A. Kesimpulan ……… 112

B. Implikasi ……… 113

C. Saran ………. 113

DAFTAR PUSTAKA ………. 115

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Tingkat Perkembangan Desa ……… 15

Tabel 2. Perbandingan Penelitian Sebelumnya ………. 29

Tabel 3. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ………. 33

Tabel 4. Teknik Pengumpulan Data ……….. 35

Tabel 5. Pedoman Wawancara ………. 36

Tabel 6. Kriteria dan Skor Mata Pencaharian ……… 37

Tabel 7. Kriteria dan Skor Produksi Desa ……….. 38

Tabel 8. Klasifikasi Adat Istiadat dan Kepercayaan ……… 38

Tabel 9. Klasifikasi Kelembagaan ………. 38

Tabel 10. Kriteria Pendidikan ………. 39

Tabel 11. Tingkatan Gotong Royong ………. 39

Tabel 12. Skor Prasarana Perhubungan ……….. 40

Tabel 13. Skor Prasarana Produksi ………. 40

Tabel 14. Kriteria dan Skor Sistem Budidaya Tanaman ………. 41

Tabel 15. Skor Prasarana Pemasaran ………. 41

Tabel 16. Skor Prasarana sosial ………... 41

Tabel 17. Klasifikasi Prasarana Umum ……….. 41

Tabel 18. Ketentuan Nilai Skor Tingkat Perkembangan Desa ……… 42

Tabel 19. Metode Analisis SWOT ……… 44

Tabel 20. Pembagian Administratif Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal .. 50

Tabel 21. Jenis Penggunaan Lahan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal 51 Tabel 22. Curah Hujan Bulanan Kabupaten Kendal Tahun 2000-2010 ... 55

Tabel 23. Klasifikasi Tipe Curah Hujan menurut Schimdt dan Ferguson .... 57

Tabel 24. Jumlah KK, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ... 61

Tabel 25. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ... 63

Tabel 26. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ... 65

commit to user

xv

Tabel 27. Jumlah Keluarga Menurut Tahapan di Desa-desa Pesisir

Kabupaten Kendal ... 66 Tabel 28. Banyaknya Sekolah di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ... 67 Tabel 29. Fasilitas Kesehatan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ... 68 Tabel 30. Fasilitas Perekonomian di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal.. 69 Tabel 31. Mata Pencaharian Masyarakat Desa-desa Pesisir Kabupaten

Kendal ... 71 Tabel 32. Produksi Desa dalam Rupiah di Desa-desa Pesisir Kabupaten

Kendal ... 73 Tabel 33. Jumlah Kelembagaan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal .... 77 Tabel 34. Persentase Penduduk yang Tamat SD ke atas ... 80 Tabel 35. Prasarana Perekonomian yang Terdapat di Desa-desa Pesisir

Kabupaten Kendal ... 83 Tabel 36. Prasarana Sosial yang Terdapat di Desa-desa Pesisir

Kabupaten Kendal ... 85 Tabel 37. Tipologi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ... 88 Tabel 38. Proporsi Keluarga Miskin di Desa-desa Pesisir Kabupaten

Kendal ... 94 Tabel 39. Hasil Overlay Antara Tipologi Desa dengan Tingkat Kesejahte-

raan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ... 101 Tabel 40. Matrik SWOT Pengembangan Desa Pesisir Kabupaten Kendal ... 108

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bentuk Desa Pantai ………. 11

Gambar 2. Bentuk Desa Terpusat ………. 11

Gambar 3. Bentuk Desa Linier di Dataran Rendah …..………. 12

Gambar 4. Bentuk Desa Mengelilingi Fasilitas ……… 13

Gambar 5. Diagram Alir Kerangka Pemikiran ……….. 32

Gambar 6. Diagram Alir Penelitian ………..……… 47

Gambar 7. Grafik Persentase Perbandingan Penggunaan Lahan di Desa- Desa Pesisir Kabupaten Kendal ……….. 51

Gambar 8. Tipe Iklim Lokasi Penelitian ……… 56

Gambar 9. Diagram Tipe Curah Hujan Lokasi Penelitian ………. 58

Gambar 10. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ……… 64

Gambar 11. Prosentase Perbandingan Mata Pencaharian di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ……… 72

Gambar 12. Lembaga Ekonomi Berupa Bank yang Berada di Desa Gempolsewu ……… 78

Gambar 13. Perbandingan Tingkat Pendidikan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ……… 81

Gambar 14. Salah Satu Pasar yang Terdapat di Desa Kaliayu Kecamatan Cepiring ……….. 84

Gambar 15. Perbandingan Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ……… 95

commit to user

xvii

DAFTAR PETA

Halaman Peta 1. Administrasi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ……… 49 Peta 2. Penggunaan Lahan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ……… 53 Peta 3. Tipologi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ……….... 87 Peta 4. Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal …… 97 Peta 5. Analisis Tipologi dengan Tingkat Kesejahteraan Desa-desa

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrument Penelitian Lampiran 2. Daftar Informan

Lampiran 3. Skor Mata Pencaharian

Lampiran 4. Perhitungan Output/Produksi Desa Dalam rupiah Lampiran 5. Skor Output/Produksi Desa Dalam rupiah

Lampiran 6. Skor Kelembagaan Lampiran 7. Skor Pendidikan Lampiran 8. Skor Prasarana Desa Lampiran 9. Skoring Tipologi Desa

Lampiran 10. Tabulasi Tingkat Kesejahteraan Lampiran 11. Dokumentasi penelitian

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih kurang 17.508 pulau besar dan kecil dengan panjang garis pantai 81.000 km dan luas laut 3,1 juta km2 yang terdiri dari 0,3 juta km2 perairan territorial dan 1,8 juta km2 perairan nusantara atau 62 % luas teritorialnya. Persentase luas perairan yang besar tersebut, memberi konsekuensi pada luasnya wilayah pesisir dan lautan (Dahuri, H.R., Rais, J., Ginting, S.P., dan Sitepu, M.J., 1996 : 1).

Secara geografis letak kepulauan Indonesia sangat strategis yakni di daerah tropis yang diapit oleh dua benua (Asia dan Australia), dua samudera (Pasifik dan Hindia), serta merupakan pertemuan tiga lempeng besar di dunia (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik) menjadikan kepulauan Indonesia dikaruniai kekayaan sumberdaya kelautan yang berlimpah, baik berupa sumberdaya hayati dan non-hayati, maupun jasa-jasa lingkungan. Oleh karena itu Indonesia merupakan suatu karakteristik unik yang di dalamnya terdapat jutaan potensi sumber daya alam yang dapat termanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan anak cucu bangsa yang akan datang.

Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut dengan batas ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun perairan yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti angin laut, pasang surut, perembesan air laut dan vegetasi yang khas. Ke arah laut, perairan pesisir mencakup bagian batas terluar dari daerah paparan benua yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar (Departemen Dalam Negeri dan BCEOM, 1998 dalam Khakhim, 2009 : 7).

Dalam tahun-tahun terakhir disadari bahwa aset dan sumber daya pesisir dan lautan memiliki peluang yang terlalu besar untuk ditinggalkan. Pengembangan wilayah pesisir dan laut merupakan isu dan bahasan yang merupakan suatu keharusan yang dilakukan sekarang. Semasa orde baru, pengembangan wilayah

commit to user

pesisir dan lautan tidak memperoleh perhatian yang cukup akibat interaksi keputusan politik yang dilandasi kepentingan agraris semata.

Ketertinggalan pembangunan wilayah pesisir dan laut sebagai sumber daya ekonomi, merupakan indikator bahwa sektor kelautan selama ini belum menjadi sektor prioritas dalam pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi. Begitu sumberdaya alam lainnya (seperti hutan dan minyak bumi) sudah mengarah pada beban pembangunan karena sulit diperbaharui sebagai akibat pengelolaan yang kurang bijaksana, maka sumberdaya pesisir dan laut merupakan pilihan berikutnya karena keberlimpahan sumberdaya yang ada serta belum dikelola secara optimal dan profesional.

Wilayah pesisir merupakan suatu ekosistem khas yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Wilayah pesisir memiliki ekosistem yang unik, berpotensi secara ekonomis, memiliki sosial budaya yang khas, sumber konflik dan arah datangnya ancaman, mempunyai produktivitas tinggi dan berpeluang mendapat tekanan dari darat maupun laut (Gunawan, T., Santosa, L.W., dan

Muta’ali L., 2001 : 2). Wilayah pesisir tersebut mempunyai nilai yang strategis

karena mengandung potensi sumberdaya pesisir baik sumberdaya hayati dan non hayati, serta jasa-jasa lingkungan yang sangat rentan terhadap berbagai perubahan akibat pembangunan. Demikian pula rentan terhadap bencana alam yang kemungkinan dapat terjadi di wilayah pesisir yang berupa gelombang pasang

(tsunami), banjir, erosi dan badai.

Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang berkesinambungan. Di wilayah pesisir ini terdapat sumber daya pesisir berupa sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang sangat kaya. Kekayaan sumberdaya pesisir tersebut menimbulkan daya tarik bagi berbagai pihak untuk mengeksploitasinya dan berbagai instansi berkepentingan untuk meregulasi pemanfaatannya. Sumberdaya tersebut dapat dibagi dalam empat kategori, yaitu : (1) sumberdaya dapat pulih (renewable resources) seperti sumberdaya ikan, mangrove dan terumbu karang; (2) sumberdaya tidak dapat pulih (non-renewable resources) seperti sumberdaya mineral, pasir laut dan

commit to user

garam; dan (3) jasa lingkungan kelautan (enviromental services ) seperti wisata bahari, transportasi laut dan energi kelautan serta (4) benda berharga tenggelam.

Eksploitasi sumberdaya laut dan pesisir menjadi salah satu permasalahan dalam pembangunan daerah. Di satu sisi, upaya tersebut dilakukan oleh masyarakat dan daerah untuk menggerakkan roda perekonomian, namun di sisi lain sumberdaya perikanan semakin berkurang karena dieksploitasi secara berlebihan serta mengalami kerusakan. Upaya pengelolaan yang selama ini dilakukan belum menunjukkan hasil yang positif.

Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2006) tercatat 8.090 desa pesisir yang tersebar di seluruh pulau besar maupun kecil. Di dalamnya terdapat sekitar 16 juta jiwa dengan berbagai pekerjaan; 4 juta nelayan, 2,6 juta pembudidaya ikan, dan lainnya 9,7 juta. Ironisnya, di antara 16 juta jiwa tersebut, sekitar 5,2 juta tergolong miskin. Di era otonomi daerah, pembangunan wilayah pesisir dan laut sebagai salah satu sumberdaya potensial kerap pula memunculkan beberapa permasalahan, antara lain hubungan antara daerah dan pusat, pembangunan ekonomi yang berkait dengan kemiskinan, serta eksploitasi sumberdaya alam tanpa memperhatikan kelestariannya.

Kabupaten Kendal tidak hanya terdiri dari daratan tetapi juga laut 12 mil seluas 941,28 km² dengan panjang pantai 41 km yang membentang dari Kaliwungu sampai Rowosari. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Temanggung, sebelah timur berbatasan dengan Kota Semarang, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Batang. Wilayah pesisir Kabupaten Kendal merupakan pesisir landai dengan material didominasi lumpur dan sebagian kecil pasir. Pada daerah ini umumnya berupa rataan lumpur apabila tidak ada vegetasi apapun dan berupa rawa payau jika di atas lumpur tumbuh vegetasi seperti bakau atau tumbuhan lainnya. Kondisi pesisir Kabupaten Kendal yang demikian menyebabkan keadaan fisiknya hampir seragam sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi fisik pesisirnya adalah homogen.

Kondisi alam Kabupaten Kendal yang berbatasan langsung dengan laut memberikan keuntungan dengan adanya kekayaan hasil laut. Perikanan Dalam

commit to user

Angka Kabupaten Kendal 2009 melaporkan bahwa volume produksi perikanan tangkap Kabupaten Kendal 2009 memberikan kontribusi sebesar 1.321,149 ton (6,75 %) terhadap total volume produksi perikanan tangkap Jawa Tengah 2009 sebesar 195.635,7 ton. Produksi ini diperoleh dari tiga wilayah yaitu Kendal, Cepiring dan Rowosari dengan volume masing-masing berturut-turut 63,424 ton, 20,047 ton dan 1.237,678 ton. Dilaporkan pula bahwa volume produksi perikanan tangkap Kabupaten Kendal dalam lima tahun terakhir, yaitu periode 2006 – 2010, mengalami kenaikan rata-rata pertahun sebanyak 82.995,75 kg atau sebesar 7,27%. Nilai produksi perikanan tangkap Kabupaten Kendal pada 2009 mencapai Rp 7.253.967.000,00 atau 0,66 % dari total nilai produksi perikanan tangkap Jawa Tengah sebesar Rp 1.103.715.212.000,00. Dalam lima tahun terakhir yaitu periode 2006-2010, perkembangan nilai produksi perikanan tangkap di Kabupaten Kendal mengalami kenaikan rata-rata sebanyak Rp 531.783.750,00 atau 10,22 %.

Wilayah pesisir Kendal yang kaya potensi, mendorong berbagai pihak pengguna untuk mengeksploitasinya secara berlebihan sesuai dengan kepentingan masing-masing. Ancaman terhadap status kawasan ini dapat berupa abrasi dan sedimentasi. Ancaman tersebut berasal dari ulah manusia dengan melakukan pembangunan dan pemanfaatan lahan pesisir tanpa memperhatikan aspek-aspek lingkungan. Pemilik tambak melakukan pembukaan lahan baru di sepanjang pantai dengan membatasi hutan bakau untuk lahan budidaya tambak. Mereka merasa untung karena lahan tambak mereka bertambah luas, namun di pihak lain budidaya tambak tersebut ternyata telah menimbulkan bahaya yang lebih besar yang akibatnya terjadi abrasi di sepanjang pantai yang terbuka. Keadaan demikian kurang disadari oleh masyarakat. Ancaman status kawasan tersebut merupakan akibat dari tekanan ekonomi yang dirasakan masyarakat, khususnya rumah tangga nelayan di desa pesisir.

Menurut BPS Kabupaten Kendal, jumlah penduduk Kabupaten Kendal pada tahun 2009 mencapai 964.568 jiwa. Sekitar 10,6 % dari total penduduknya atau 102.491 jiwa tinggal di daerah pesisir. Hal ini menunjukkan bahwa pesisir merupakan kawasan yang memiliki potensi sumberdaya alam yang dapat memberikan kehidupan bagi masyarakat. Desa-desa pesisir yang memiliki potensi

commit to user

sumberdaya alam yang besar, seharusnya memberikan kehidupan yang baik bagi warganya, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa desa-desa pesisir sangat mengenaskan. Sebagian besar nelayan belum terangkat kehidupan ekonominya dari batas garis kemiskinan. Desa Gempolsewu misalnya yang merupakan salah satu desa pesisir di Kabupaten Kendal. Dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa Desa Gempolsewu merupakan desa nelayan dengan 65,80% kepala keluarga hidup di bawah garis kemiskinan. Lebih lanjut data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal menunjukkan bahwa pada tahun 2010, 15.522 KK atau 53,4 % dari keluarga di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal merupakan keluarga miskin. Hal ini menunjukkan bahwa desa pesisir merupakan salah satu bagian pesisir yang sangat terbelakang. Kesulitan mengatasi masalah kemiskinan di desa-desa pesisir menjadikan wilayah pesisir termasuk wilayah yang rawan di bidang sosial ekonomi. Kerawanan di bidang sosial ekonomi dapat menimbulkan kerawanan-kerawanan di bidang kehidupan yang lain.

Kerawanan sosial ekonomi yang dihadapi oleh rumah tangga nelayan di desa pesisir berasal dari faktor-faktor yang saling terkait. Faktor tersebut dapat berupa faktor alamiah dan faktor non alamiah. Faktor alamiah berkaitan dengan fluktuasi musim penangkapan dan struktur alamiah sumberdaya ekonomi desa. Faktor non alamiah berhubungan dengan keterbatasan daya jangkau teknologi penangkapan, ketimpangan dalam sistem bagi hasil dan tidak adanya jaminan sosial tenaga kerja yang pasti, lemahnya jaringan pemasaran dan belum berfungsinya koperasi nelayan yang ada, serta dampak negatif kebijakan modernisasi perikanan. Inilah kenyataan dan persoalan yang dihadapi nelayan bangsa kita. Kenyataan ini pula yang seharusnya mendorong pemerintah terus mengupayakan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir maupun nelayan. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan kajian mengenai kesejahteraan masyarakat pesisir sehingga dapat dirumuskan strategi pengembangannya untuk meningkatkan kesejahteraan.

Adanya berbagai permasalahan di wilayah pesisir tersebut, maka diperlukan strategi yang tepat untuk memanfaatkan sumberdaya pesisir secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan sumberdaya pesisir dan

commit to user

laut Kabupaten Kendal secara optimal, professional dan tepat dengan mengembangkan desa-desa pesisir yang ada di pesisir Kendal. Akar permasalahan dan potensi desa-desa pesisir seharusnya perlu diketahui dalam rangka pengembangan desa-desa pesisir. Pemahaman yang menyeluruh tentang kondisi ini dapat dikembangkan untuk pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan secara berkelanjutan.

Langkah awal dalam upaya pemanfaatan wilayah pesisir Kabupaten Kendal

Dokumen terkait