• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tipologi Permasalahan Pengadaan Lahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3. Tipologi Permasalahan Pengadaan Lahan

Pada bab I telah dijelaskan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tipologi permasalahan pengadaan lahan untuk pembangunan jalan Fly Over Amplas. Juga untuk mengetahui faktor penyebab munculnya berbagai tipologi

permasalahan pengadaan lahan untuk pembangunan jalan Fly Over Amplas. Bab II juga dijelaskan secara rinci yang menjadi acuan dan faktor yang mendorong

terjadinya berbagai upaya pelepasan atau penyerahan hak merupakan cara pengadaan lahan yang masih lazim digunakan pada saat ini. Seperti beberapa ketentuan tentang pengadaan lahan bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, seperti diketahui ada 2 (dua) cara pengadaan lahan, yakni:

1. Pelepasan atau penyerahan hak atas lahan;

2. Cara jual beli, tukar menukar atau cara lain yang disepakati secara sukarela oleh pihak-pihak yang bersangkutan (menurut pasal 2 Keppres No. 55 Tahun 1993).

Faktor fsikologis yang menjadi pertimbangan dalam kajian pengadaan lahan pembangunan Fly Over Amplas Medan misalnya:

1. Masih dijumpai dan ditemui sebagian pemilik/yang menguasai lahan beranggapan pemerintah tempat yang tepat untuk meminta ganti rugi, karenanya meminta ganti rugi yang tinggi, tidak memperdulikan jiran/tetangga yang bersedia menerima ganti rugi yang dimusyawarahkan;

2. Masih ditemui pemilik yang menguasai lahan beranggapan pemilikan lahan nya adalah mulia dan sakral, sehinggga sangat sulit untuk melepaskannya walaupun dengan ganti rugi, karena mereka bertahan meminta ganti rugi yang sangat tinggi;

3. Kurangnya kesadaran pemilik/yang menguasai lahan tentang pantasnya mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan sendiri;

Kendala yang merupakan faktor dana adalah keterbatasan dana pembebasan lahan sehingga tidak mampu membayar ganti-kerugian dengan harga pasar. Sesuai dengan penjelasan pada bab II dan dari hasil data penelitian maupun data olahan dapat diambil beberapa faktor yang akan menentukan tipologi permasalahan

pengadaan lahan yang akan dikaji adalah apa alasan – alasan masyarakat untuk tidak melepaskan lahan nya bagi pembangunan jalan Fly Over Amplas tersebut. Sedangkan faktor – faktor penyebab munculnya permasalahan pengadaan lahan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang latar belakang mengapa masyarakat tidak melepaskan lahan nya untuk pembangunan jalan Fly Over Amplas. Jadi untuk sementara dapat dipertegas faktor-faktor sebab akibat, maka dianalisa hasil pembahasan sebelumnya melalui analisa tabulasi silang (crosstab) dan chi-square test untuk mempertegas hubungan yang terjadi. Analisa crosstab dan chi-

square test ini mengambil beberapa variabel saja yang berhubungan dengan

penjelasan teori sebelumnya pada bab 2 tinjauan pustaka.

5.3.1. Mekanisme Penanganan Sengketa Yang Dihadapi

Untuk itulah maka dianalisa cross tabulation Hubungan Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Fly Over Amplas terhadap masyarakat yang lahannya harus mengalami pembebasan lahan. Adapun hasil analisanya adalah sebagai berikut:

a. Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Pengaduan

Dalam pengaduan ini biasanya berisi hal-hal dan peristiwa – peristiwa yang menggambarkan bahwa pemohon /pengadu adalah yang berhak atas lahan sengketa dengan lampirannya bukti-bukti dan mohon penyelesaian disertai harapan agar terhadap lahan tersebut dapat dicegah mutasinya, sehingga tidak merugikan dirinya.

Dalam masalah fly over Amplas, mekanisme penanganan sengketa melalui pengaduan berjumlah 45 orang, dimana perinciannya menunjukkan 34 orang responden menjawab sangat baik atau sekitar 31.77 % responden menyatakan sangat memuaskan, sedangkan 2 orang menjawab baik atau 1.8 % responden menjawab

dengan bahasa memuaskan dan juga 8 orang menyatakan cukup baik atau 7.48 % menyatakan cukup memuaskan dan yang menyatakan kurang baik sekitar 1 orang atau 0.93 % kurang memuaskan dari jumlah responden sekitar 107 orang. Dalam penanganan sengketa melalui pengaduan ini kebanyakan responden menjawab sangat baik yang artinya cara-cara penanganan sengketa melalui pengaduan lebih mendapat respon ataupun tanggapan yang sangat baik dari pihak pihak yang berkompeten mengurusi pengaduan masyarakat, misalnya lembaga-lembaga hukum yang independen yang dijalankan oleh masyarakat sendiri. Adapun diagram batangnya adalah sebagai berikut:

[Sumber. Data Penelitian Lapangan 2008

Sumber. Data Penelitian Lapangan, 2008

Gambar 5.18. Persentase Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Pengaduan

b. Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Musyawarah

Langkah-langkah pendekatan terhadap para pihak yang bersengketa sering berhasil di dalam usaha penyelesaian sengketa (dengan jalan musyawarah).

Musyawarah ini apabila dilakukan, harus pula memperhatikan tata cara formal seperti surat pemanggilan, berita acara atau notulen rapat, akta atau pernyataan perdamaian yang berguna sebagai bukti bagi para pihak maupun pihak ketiga. Hal- hak semacam ini biasanya kita temukan dalam akta perdamaian, baik yang dilakukan di muka hakim maupun diluar pengadilan atau notaris.

Melihat hasil diagram penyelesaian sengketa melalui musyawarah, bahwa mekanisme penanganan sengketa melalui musyawarah sebanyak 56 orang atau sekitar 52,33 % , responden menjawab sangat baik sekitar 15 orang atau 14,02 % menjawab sangat memuaskan dari jumlah responden, sedangkan responden yang menjawab baik hanya 26 orang atau sekitar 24.30 % berpendapat memuaskan, dan

responden yang menjawab cukup baik 9 orang atau 8.41 % menjawab cukup memuaskan, dan yang menyatakan kurang baik sekitar 6 orang atau sekitar 5,61% responden menanggapi dengan kurang puas. Dalam penanganan sengketa melalui musyawarah banyak responden merasa sangat baik atau dengan melihat dari persentasenya memberikan penilaian sangat memuaskan.

Sumber. Data Penelitian Lapangan, 2008

Gambar 5.19. Diagram Batang Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Musyawarah

Sumber Data Penelitian Lapangan, 2008

c. Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Pengadilan

Apabila usaha-usaha musyawarah tersebut mengalami jalan buntu, atau ada masalah-masalah prinsipiil yang harus diselesaikan oleh instansi lain yang berwenang, misalnya pengadilan, maka kepada yang bersangkutan disarankan untuk mengajukan masalahnya kepengadilan. Jadi pada umumnya sifat dari sengketa ini adalah karena adanya pengaduan yang mengandung pertentangan hak atas lahan maupun hak-hak lain atas suatu kesempatan/prioritas atau adanya suatu ketetapan yang merugikan dirinya.

Pada akhirnya penyelesaian tersebut, senantiasa harus memperhatikan /selalu mendasarkan kepada peraturan yang berlaku, memperhatikan keseimbangan kepentingan – kepentingan para pihak, menegakkan keadilan hukumnya serta penyelesaian ini diusahakan harus tuntas. Seperti terlihat dibawah ini yang menunjukkan proses penyelesaian melalui pengadilan.

Sumber. Data Penelitian Lapangan 2008

Sumber. Data Penelitian Lapangan, 2008

Gambar 5.22. Persentase Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Pengadilan

Hasil pembahasan diatas dapat dilihat bahwa mekanisme penanganan sengketa melalui pengadilan, tidak ada responden menjawab sangat baik, baik dan cukup baik, tetapi hanya 6 orang responden yang menjawab kurang baik atau sekitar 5,60 % responden. Ini menunjukkan tidak banyak masyarakat yang menangani permasalahannya melalui pengadilan.

Dokumen terkait