DKI Jakarta (%)
5.1. Tipologi Permukiman sebagai Dasar dalam Implementasi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat
5.1.4. Tipologi Permukiman Berdasarkan Infrastruktur Pengelolaan Sampah
Infrastruktur pengelolaan sampah terdiri atas fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh pemerintah, dalam hal ini Dinas Kebersihan baik di tingkat Provinsi DKI Jakarta maupun di setiap wilayah. Keberadaan TPS dan truk pengangkut sampai merupakan hal yang paling pokok untuk sistem pengelolaan yang berjalan saat ini. Secara umum, mekanisme pengelolaan sampah di DKI Jakarta masih menggunakan sistem pengumpulan-pengangkutan-pembuangan, sehingga peran TPS dan armada pengangkutan sampah semakin besar. Sebagian besar permukiman masih mengumpulkan sampah dari rumah ke rumah dengan gerobak oleh petugas sampah yang dikelola RT/RW. Sampah tersebut kemudian dikumpulkan di TPS yang dapat berupa Depo dan Transito dengan kapasitas 30 m3, Kontainer dengan kapasitas 10 m3, pool gerobak sampah dengan kapasitas 12 m3, bak terbuka dengan kapasitas 6 m3 dan galvanis, sejenis kontainer kecil dengan kapasitas 9 m3 tetapi jumlahnya sudah sangat sedikit di DKI Jakarta karena tidak dibuat lagi. Dari TPS tersebut, baru tanggung jawab penuh beralih kepada Dinas Kebersihan untuk mengangkutnya
ke TPA. Jenis TPS sebagai salah satu infrastruktur dalam pengelolaan sampah sangat bergantung pada lokasi permukiman. Depo dan Transito umumnya berada di jalan raya sebab digunakan untuk radius pelayanan yang lebih luas dibandingkan dengan kontainer dan bak terbuka yang umumnya berada di dalam wilayah permukiman. Pada permukiman yang padat dengan gang-gang sempit, selain menggunakan bak terbuka, juga terdapat pool gerobak sampah yang memiliki jadwal khusus untuk dilewati truk pengangkut sampah. Pada wilayah tertentu, pool gerobak sampah tersebut tidak berupa tempat khusus, tetapi areal di pinggir jalan tempat berkumpulnya gerobak para pengangkut sampah dari rumah ke rumah, yang menunggu datangnya truk pengangkut sampah. Setelah sampah diangkut, gerobak-gerobak pun disimpan di tempat masing-masing, yang umumnya berada di wilayah setiap RT. Secara garis besar, mekanisme pengangkutan sampah permukiman di wilayah Jakarta Timur diperlihatkan pada Gambar 19 berikut,
Gambar 19. Infrastruktur dan Mekanisme Pengangkutan Sampah Permukiman di Jakarta Timur
Di Kelurahan Pondok Kelapa terdapat empat depo, lima kontainer dan dua pool gerobak sampah sehingga totalnya berjumlah 11 TPS dengan total
kapasitas 194m3 dibandingkan dengan jumlah timbulan sampah yang hanya
mencapai 110m3. Meskipun ada RW yang masih kurang optimal pengumpulan
dan pengangkutan sampahnya, tetapi secara umum pengelolaan sampah di
Rumah Tinggal Gerobak Sampah TPS : • Depo • Transito • Kontainer • Galvanis • Bak Terbuka Pool Gerobak Sampah Delay Truk Pengangkut Sampah Dinas Kebersihan TPA
wilayah Pondok Kelapa cukup baik dan terkoordinasi. Hal ini tidak lepas dari tipe permukiman yang sebagian besar merupakan permukiman yang teratur. Truk yang beroperasi sebanyak dua buah yang berukuran besar dan tiga buah yang berukuran kecil, sehingga total kapasitas truk 38m3 (truk besar = 10m3 dan truk kecil = 6m3). Hal ini berarti ritasi atau jadwal truk pulang pergi harus lebih dari dua kali sehari. Secara garis besar, tipe infrastruktur pengelolaan sampah di Kelurahan Pondok Kelapa dapat dilihat pada Gambar 20 berikut,
Gambar 20. Peta Tipologi Permukiman berdasarkan Infrastruktur Pengelolaan Sampah di Kelurahan Pondok Kelapa
Di wilayah Kelurahan Pondok Kelapa, pada permukiman yang teratur (real estate), hampir seluruhnya memiliki TPS dengan pengambilan sampah cukup memadai, yaitu dua hari sekali oleh armada truk sampah dari Sub Dinas Kebersihan Jakarta Timur, sedangkan pengangkutan dari rumah ke rumah dilakukan setiap pagi yang dikoordinasikan oleh pengurus RW dengan menggunakan gerobak. Pada permukiman yang tidak teratur (perkampungan), sebagian besar tidak memiliki TPS atau menggunakan fasilitas TPS di wilayah lain sehingga jaraknya relatif jauh. Kondisi tersebut menimbulkan berbagai alternatif yang dilakukan oleh warga terhadap sampah yang dihasilkannya, sehingga kurang terkoordinasi. Pada permukiman yang tidak teratur, sebagian warga membayar secara sukarela petugas sampah yang mengambil sampah
dengan gerobak, sebagian warga lainnya membuang sendiri sampah di TPS, lahan kosong atau dibakar.
Di Kelurahan Kramat Jati terdapat lima kontainer dan sepuluh bak terbuka sehingga totalnya berjumlah 15 TPS dengan total kapasitas 110m3
dibandingkan dengan jumlah timbulan sampah yang hanya mencapai 82m3.
Meskipun dari kapasitas jumlah TPS terlalu banyak, tetapi sebenarnya jumlah tersebut dinilai mencukupi sebab setiap RW memiliki TPS sendiri dan terdapat pasar serta sejumlah pertokoan yang berada di wilayah tersebut. Truk yang beroperasi hanya satu buah yang berukuran besar dan tiga buah yang berukuran kecil sehingga total kapasitas truk 28m3 (truk besar = 10m3 dan truk kecil = 6m3). Hal ini berarti ritasi atau jumlah pengangkutan truk pulang pergi, harus lebih dari dua kali sehari. Secara garis besar, tipe infrastruktur pengelolaan sampah di Kelurahan Kramat Jati dapat dilihat pada Gambar 21 berikut,
Gambar 21. Peta Tipologi Permukiman berdasarkan Infrastruktur Pengelolaan Sampah di Kelurahan Kramat Jati
Di wilayah RW 04 Kelurahan Kramat Jati terdapat bak terbuka yang berada di jalan sempit sehingga menyulitkan truk sampah untuk mengangkut sampahnya. Hal ini menyebabkan sampah bertumpuk sampai keluar bak, sehingga mengganggu penduduk yang tinggal di sekitar bak sampah tersebut.
Masyarakat melalui pengurus RW sudah melakukan berbagai upaya, antara lain melapor pada petugas Dinas Kebersihan DKI Jakarta, melarang warga RW lain untuk membuang sampah di sana dan menjajaki program pengomposan, tetapi sampai saat ini belum membuahkan hasil. Pada wilayah lain, rata-rata telah terkoordinasi cukup baik, bahkan untuk wilayah sepanjang Jalan Raya Bogor, setiap hari Lurah dan aparatnya terjun langsung untuk mengawasi pengangkutan sampah dan kebersihan khususnya di daerah pasar dan pusat pertokoan. Selain karena wilayah jalan raya tersebut merupakan jalan utama yang membatasi wilayah kelurahan, juga dalam rangka penilaian Adipura.
Di Kelurahan Cibubur terdapat satu depo, empat kontainer dan satu bak terbuka sehingga totalnya berjumlah enam TPS dengan total kapasitas 76m3 dibandingkan dengan jumlah timbulan sampah yang mencapai 175m3. Kondisi inilah yang menimbulkan adanya kawasan danau atau ”situ” yang menjadi tempat pembuangan sampah, padahal sangat potensial sebagai daerah resapan air. Selain itu, danau tersebut juga potensial untuk dijadikan tempat rekreasi sebab sampai saat ini telah dikenal dengan sebutan Kampung Air meskipun terlantar pengelolaannya.
Cara lain yang ditempuh warga dalam mengelola sampah adalah menggunakan lahan-lahan kosong yang dijadikan tempat pembuangan sampah. Lahan kosong tersebut digunakan ada yang tanpa sepengetahuan pemiliknya, ada pula pemilik lahan yang sengaja menyewakan lahannya untuk ditimbun dengan sampah sebagai pengganti tanah urug. Di wilayah Kelurahan Cibubur masih banyak perkampungan yang memiliki pekarangan atau lahan kosong, sehingga sebagian masyarakat ada yang masih membakar sampah-sampah mereka. Jumlah kendaraan angkut pun tidak memadai, yaitu hanya satu buah truk berukuran besar dan satu buah truk berukuran kecil. Secara garis besar, tipe infrastruktur pengelolaan sampah di Kelurahan Cibubur dapat dilihat pada Gambar 22 berikut,
Gambar 22. Peta Tipologi Permukiman berdasarkan Infrastruktur Pengelolaan Sampah di Kelurahan Cibubur
5.1.5. Tipologi Permukiman Berdasarkan Partisipasi Masyarakat dalam