• Tidak ada hasil yang ditemukan

َ رلا َ

A. Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren 1. Konsep Manajemen Pendidikan

5. Tipologi PondokPesantren

Secara garis besar, lembaga pesantren dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu:

a. Pesantren Salafi: Pesantren jenis ini juga biasa disebut sebagai pesantren tradisional. Penyebutan “tradisional” di sini, karena lembaga ini telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem kehidupan sebagian besar masyarakat Islam Indonesia. Kelompok tradisional atau pesantren salaf juga senantiasa lekat dengan khazanah Islam klasik yang lazim dikenal dengan kitab kuning. Kitab kuning ini menjadi sumber utama yang diaji dan dikaji di pesantren hingga saat ini. Adapun metode pembelajaran yang lazim diterapkan di pesantren adalah metode bandhongan dan sorogan. Dalam sistem bandhongan, santri tidak bisa berperan aktif dan hanya mendengarkan dan menuliskan apa yang disampaikan oleh kyai tanpa ada ruang untuk bertanya dan berdiskusi. Sementara dalam metode sorogan, santri menghadap kyai satu persatu dengan membawa kitab yang dipelajari sendiri. Dalam hal ini santri biasanya membaca sendiri sedangkan kyai membetulkan bacaan santri dan menjelaskan lebih detail tentang isi kitab yang dibaca. Dari sisi manajemen, tentu saja pesantren salaf tidak terorganisir dengan baik. Ia berjalan “apa adanya” dan dibiarkan mengalir saja seperti air. Namun, belakangan

69 Imam Syafe‟i, Pondok Pesantren Lembaga Pendidikan Pembentukan Karakter, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 8, (Mei 2017), h.86.

ada juga pesantren salaf yang mulai bermetamorfosis dengan mengubah dan memperbaiki manajemen yang dimiliki sehingga lebih terstruktur dengan rapi tanpa menghilangkan tradisi yang ada di dalamnya.

b. Pesantren Khalafi: Pesantren khalaf didirikan dengan tujuan agar pesantren mampu melahirkan generasi yang mampu menjawab tantangan zaman. Pesantren khalaf dimaksudkan sebagai upaya untuk melahirkan pribadi yang berkarakter nilai-nilai pesantren tapi menguasai ilmu-ilmu modern yang selaras dengan perkembangan zaman. Yang diperbaiki pertama kali adalah manajemen. Manajemen pesantren modern sudah menerapkan manajemen yang modern, dengan visi-misi yang jelas serta struktur yang rapi berikut dengan tugas-tugas yang diembannya. Dari sisi pembelajaran, juga menerapkan sistem, metode, dan kurikulum modern. Di pesantren ini, tidak lagi ditemukan kitab kuning sebagai sumber keilmuan. Santri tidak lagi mengaji dan mengkaji kitab kuning. Santri dididik dalam kelas-kelas khusus dengan perjenjangan yang jelas dan lebih terukur.

c. Pesantren Konvergensi Salaf dan Khalaf: Pesantren konvergensi salaf dan khalaf adalah berusah menjembatani kelemahan antara pesantren salaf dan pesantren modern tersebut. Pesantren konvergensi salaf dan khalaf ini biasanya disebut juga sebagai pesantren semi modern. Pesantren jenis ini pada umumnya masih mirip dengan pesantren salaf. Dalam pesantren ini masih ditemukan pembelajaran kitab kuning, penghormatan kepada kiai yang besar, adanya konsep

“barokah”, dan sebagainya. Hanya saja, dalam pesantren jenis ini sudah mulai akomodatif dan terbuka terhadap perubahan yang terjadi di dunia luar.

Perbedaan mendasar yang terdapat dalam pesantren semimodern ini adalah adanya lembaga pendidikan formal di dalamnya. Selain menyelenggarakan ajian kitab kuning, pesantren juga menyelenggarakan lembaga pendidikan formal agar santri dapat

memahami ilmu umum dan agam sekaligus.70 Menurut Mukti Ali dalam Pembangunan Pendidikan dalam Pandangan Islam, sistem pengajaran di Pondok Pesantren dalam garis besarnya ada dua macam yaitu:

a. Sistem Wetonan: pada sistem ini Kyai membaca suatu kitab dalam waktu tertentu, dan santri dengan membawa kitab yang sama mendengarkan dan menyimak bacaan kyai tersebut. Dalam sistem pengajaran yang semacam ini tidak mengenal absen. Santri boleh boleh datang dan tidak boleh datang, juga tidak ada ujian. Apakah santri itu memahami apa yang dibaca Kyai atau tidak, hal itu tidak bisa diketahui. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa sistem pengajaran di Pondok Pesntren itu adalah bebas, yaitu bebas mengikuti kegiatan belajar dan bebas untuk tidak mengikuti kegiatan belajar.

b. Sistem Sorongan: Pada sistem ini santri (biasanya yang pandai) menyodorkan sebuah kitab kepada kyai untuk dibaca dihadapan kiyai itu. Dan kalau ada kesalahan langsung di betulkan oleh kiyai itu. DiPondok Pesantren yang besar, mungkin untuk dapat tampil di depan kiyainya dalam membawakan/menyajikan materi yang ingin disampaikan, dengan demikian santri akan dapat memahami dengan cepat terhadap suatu topik yang telah ada pada kitab yang dipegangnya.

c. Metode Muhawwarah: Muhawarah merupakan latihan bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa Arab. Metode inilah yang kemudian dalam pesantren “modern” dikenal sebagai metode hiwar.

d. Metode Mudzakarah: Mudzakarah atau Bahtsul Masa‟il merupakan pertemuan ilmiah untuk membahas masalah diniyah, seperti ibadah,

70 Muhammad Nihwan dan Paisun, Tipologi Pesantren (Mengkaji Sistem Salaf dan Modern), (Sumenep: Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA), 2010), h. 68

aqidah, dan permasalahan-permasalahan lainnya. Metode ini sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan metode musyawarah.

Bedanya, sabagai sebuah metodologi, mudzakarah pada umumnya hanya diikuti oleh para kyai atau para santri tingkat tinggi.

e. Metode Majelis Ta‟lim: Majelis Ta‟lim adalah media penyampaian ajaran Islam yang bersifat umum dan terbuka.

Para jama‟ah terdiri dari berbagai lapisan yang memiliki latar belakang pengetahuan bermacam-macam dan tidak dibatasi oleh tingkatan usia maupun perbedaan kelamin. Pengajian semacam ini hanya diadakan pada waktu-waktu tertentu saja.

Berdasarkan bangunan fisik atau sarana pendidikan yang dimiliki, pesantren mempunyai lima jenis, yaitu:

Tabel 1

Jenis Pesantren Berdasarkan Bangunan Fisik.71

Tipe Bentuk Keterangan

I Masjid

Rumah Kyai

Pesantren ini masih bersifat sederhana, di mana kyai menggunakan masjid atau rumahnya sendiri untuk mengajar. Jenis ini santri hanya datang dari daerah pesantren ini sendiri, namun mereka telah mempelajari agama secara kontinyu dan sistematis. Metode pengajaran: wetonan dan sorogan.

II

Masjid Rumah Kyai Pondok/Asrama

Jenis pesantren ini telah memiliki pondok atau asrama yang disediakan bagi santri yang datang daerah di luar pesantren. Metode pengajaran:

wetonan dan sorogan.

III Masjid Pesantren ini telah memakai sistem klasikal,

71 Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di

Indonesia (Cet. II; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 66

Rumah Kyai Pondok/Asrama

Madrasah

santri yang tinggal di pesantren mendapat pendidikan di madrasah. Adakalanya santri madrasah itu datang dari daerah sekitar pesantren itu sendiri. Di samping sistem klasikal, kyai memberikan pengajian dengan sistem wetonan.

IV

Masjid Rumah Kyai Pondok/Asrama

Madrasah Tempat Keterampilan

Dalam jenis ini di samping memiliki madrasah, juga memiliki tempat-tempat keterampilan. Misalnya: peternakan, pertanian, tata busana, tata boga, toko, koperasi, dan sebagainya.

V

Pondok/Asrama Madrasah

Tempat Keterampilan

Perguruan Tinggi Gedung Pertemuan Tempat Olahraga

Sekolah Umum

Jenis pesantren ini sudah berkembang dan bisa digolongkan pesantren mandiri. Pesantren ini seperti ini telah memiliki perpustakaan, dapur umum, ruang makan, rumah penginapan tamu, dan sebagainya. Di samping itu pesantren ini mengelola SMP (MTS) dan SMA (MA).