• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER KEMANDIRIAN ENTREPRENEUR SANTRI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH BAITUL KIROM LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MANAJEMEN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER KEMANDIRIAN ENTREPRENEUR SANTRI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH BAITUL KIROM LAMPUNG SELATAN"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PONDOK PESANTREN SALAFIYAH BAITUL KIROM LAMPUNG SELATAN

TESIS

Diajukan Kepada Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen Pendidikan Islam

Oleh

AMAT SYARIFUDIN NPM : 2086131005

PROGRAM MAGISTER ILMU MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG 1444 H/2023 M

(2)

i

PONDOK PESANTREN SALAFIYAH BAITUL KIROM LAMPUNG SELATAN

TESIS

Diajukan Kepada Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen Pendidikan Islam

Oleh

AMAT SYARIFUDIN NPM : 2086131005

TIM PEMBIMBING

Pembimbing I : Dr. Hj. Yetri, M. Pd

Pembimbing II : Dr. H. Andi Thahir, M.A., Ed.D

PROGRAM MAGISTER ILMU MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG 1444 H/2023 M

(3)

ii

KEMENTRIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG PASCASARJANA

Jalan. Z. Abidin Pagar Alam Kedaton Bandar Lampung Telp. (0721) 5617070 Website: pasca.radenintan.ac.id, Email : pascasarjana@radenintan.ac.id

PERSETUJUAN

Judul Tesis : Manajemen Pondo Pesantren dalam Pembentukan Karakter Kemandirian Entrepreneur Santri Pondok Pesantren Salafiyah Baitul Kirom Lampung Selatan

Nama Mahasiswa : Amat Syarifudin

NPM : 2086131005

Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam MENYETUJUI

Telah disetujui untuk diajukan dalam Ujian Terbuka Pada Program Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj Yetri, M.Pd. Dr. H. Andi Thahir, S.Psi., M.A.,Ed.D NIP. 196512151994032001 NIP. 19760427 2007011015

Mengetahui

Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung

(4)

Dr. Sovia Mas Ayu, M.A NIP. 197611302005012006 KEMENTRIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG PASCASARJANA

Jalan. Z. Abidin Pagar Alam Kedaton Bandar Lampung Telp. (0721) 5617070 Website: pasca.radenintan.ac.id, Email : pascasarjana@radenintan.ac.id

PENGESAHAN

Tesis dengan judul “ Manajemen Pondok Pesantren dalam Pembentukan Karakter Kemandirian Entrepreneur Santri Pondok Pesantren Salafiyah Baitul Kirom Lampung Selatan” ditulis oleh : Nama Amat Syarifudin, Nomor Pokok Mahasiswa 2086131005, telah diujikan pada ujian terbuka tesis pada hari Kamis, tanggal 16, bulan Maret, tahun 2023, pukul 14:30 WIB s/d 16:00 WIB pada Program Magister Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung.

Tim Penguji

Ketua Sidang : Prof. Dr. Ruslan Abul Ghofur, M.S.I. (...……....) Penguji I : Prof. Dr. H. Subandi., M.M (...……....) Penguji II : Dr. Hj. Yetri, M.Pd (...……....) Penguji III : Dr. H. Andi Thahir, S.Psi, M.A., Ed.D (...……....) Sekretaris : Dr. Sovia Mas Ayu, M.A. (...……....)

Bandar Lampung,

(5)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS/KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Amat Syarifudin

NPM : 2086131005

Program Studi : Manajemen Pendidikan Islam

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul “Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren dalam Pembentukan Karakter Kemandirian Entrepreneur Santri Pondok Pesantren Salafiyah Baitul Kirom Lampung Selatan” adalah benar karya asli saya, kecuali yang disebutkan sumbernya.

Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Mulyosari, Maret 2023 Yang Menyatakan,

Amat Syarifudin NPM: 2086131005

(6)

Pondok pesantren selama ini telah dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam yang paling mandiri. Kemandirian itu hendaknya menjadi doktrin yang dipertahankan dan harus ditanamkan kepada santri. Tujuannya adalah agar mereka mampu hidup secara mandiri ketika terjun di tengah masyarakat.

Manajemen erat kaitannya dengan kemandirian. Dengan manajemen, kemandirian pun akan mudah mencapainya. Secara umum kemandirian entrepreneur merupakan kemampuan individu untuk menjalankan atau melakukan usaha sendiri terlepas dari pengaruh kontrol orang lain.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam mengenai manajemen pondok pesantren dalam pembentukan karakter kemandirian entrepreneur santri Pondok Pesantren Salafiyah Baitul Kirom Lampung Selatan, mulai dari strategi pembentukan, perencanaan, pelaksanan, pengawasan dan evaluasi pembentukan karakter entrepreneur santri pondok pesantren Salafiyah Baitul Kirom.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi dan wawancara. Analisis data menggunakan model interaktif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Pemeriksaan keabsahan data dengan ketekunan pengamatan dan triangulasi metode.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pendidikan dalam program pembentukan karakter kemandirian entrepreneur santri di Pondok Pesantren Salafiyah Baitul Kirom dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu (1) Perencanaan dalam pembentukan karakter kemandirian entrepreneur santri di Ponpes Salafiyah Baitul Kirom (2) Strategi pembentukan karakter kemandirian entrepreneur santri di Pondok Pesatren Salafiyah Baitul Kirom yaitu pertama, dengan learning by doing (belajar sambil bekerja) atau praktik secara langsung, kedua, adanya manajemen wirausaha oleh pengasuh yang meliputi pelatihan, pendampingan serta evaluasi (3) Pelaksanaan dalam pembentukan karakter kemandirian entrepreneur santri di Ponpes Salafiyah Baitul Kirom (4) Pengawasan dan evaluasi pembentukan karakter kemandirian entrepreneur santri di Ponpes Salafiyah Baitul Kirom.

Kata kunci: Karakter kemandirian, karakter entrepreneur

(7)

vi ABSTRACT

Pondok pesantren have been known as the most independent Islamic educational institutions. Independence should be a doctrine that is maintained and must be instilled in students. The goal is that they are able to live independently when they enter the community. Management is closely related to independence. With management, independence will be easy to achieve. In general, entrepreneurial independence is an individual's ability to run or run his own business regardless of the influence of other people's control.

This study aims to describe and analyze in depth the management of Pondok Pesantren in forming the entrepreneurial character of the students of the Pondok Pesantren Salafiyah Baitul Kirom, South Lampung, starting from the formation strategy, implementing, supervising and evaluating the character building of entrepreneur students at the Pondok Pesantren Salafiyah Baitul Kirom.

This study is a field research with qualitative approach. Data collectiontechniques using observation, documentation and interviews. The data analysis uses interactive model consisting of data collection, data reduction, data presentation, and conclusion. Examination of the validity of data persistence observation, and triangulation methods.

The results showed that the educational management in the program for building the self-reliant character of the santri entrepreneur at the pondok pesantren Salafiyah Baitul Kirom was carried out in three stages, namely (1) Planning for the formation of the character of the independent entrepreneur of the santri at the Pondok Pesantren Salafiyah Baitul Kirom (2) the strategy of forming the self-reliant character of the santri entrepreneur at the pondok pesantren Salafiyah Baitul Kirom, namely, first, by learning by doing (learning by doing). work) or direct practice, secondly, the existence of entrepreneurial management by caregivers which includes training, mentoring and evaluation (3) Implementation in the formation of the character of the independent entrepreneur of the santri at the Pondok Pesantren Salafiyah Baitul Kirom (4) Supervision and evaluation of the character building of the independence of the santri entrepreneur at the Pondok Pesantren Salafiyah Baitul Kirom.

Keywords: Independence character, entrepreneurial character

(8)

رثكأ انهأب ةيملاسلإا ةيلخادلا سرادلدا تفرُع متي ةديقع للاقتسلاا نوكي نأ بيج .ةيللاقتسا ةيملاسلإا ةيميلعتلا تاسسؤلدا

.عمتلمجا في نوكراشي امدنع لقتسم لكشب شيعلا ىلع نيرداق اونوكي نأ وى فدلذا .بلاطلا في اهسرغ بيجو اهيلع ظافلحا يقتح لهسلا نم نوكيس ، ةرادلإا عم .ةيللاقتسلااب اًقيثو اًطابترا ةرادلإا طبترت ةداير ةيللاقتسا ، ماع لكشب .للاقتسلاا ق

نيرخلآا ةرطيس يرثأت نع رظنلا ضغب ةصالخا ةيراجتلا ملذامعأب مايقلا وأ ةرادإ ىلع دارفلأا ةردق يى لامعلأا .

لامعلأا داور بلاطل يدايرلا عباطلا نيوكت في قمعب ةيملاسلإا ةيلخادلا سرادلدا ةرادإ ليلتحو فصو لىإ ةساردلا هذى فدته في

.ةبقارلداو ذيفنتلاو طيطختلاو نيوكتلا ةيجيتاترسا نم اًءدب ، جنوبملا بونج ، ةيلخادلا ةيملاسلإا مويركلا تيب ةيفلسلا ةسردم .ةيلخادلا ةيملاسلإا مويركلا تيب ةيفلسلا ةسردم بلاط نم لامعلأا لاجرل ةيصخشلا ءانب مييقتو جم تاينقت .يعون جهنم وذ نياديم ثبح وى ثحبلا اذى ليلتح مدختسي .تلاباقلداو قيثوتلاو ةظظلالدا مادختساب تانايبلا ع

ةحص نم ققحتلا .جئاتنلا صلاختساو تانايبلا ضرعو تانايبلا ليلقتو تانايبلا عجم نم نوكتي اًيلعافت اًجذونم تانايبلا .ثيلثتلا ةقيرطو ةظظلالدا رارمتسا عم تانايبلا رب في ميلعتلا ةرادإ نأ جئاتنلا ترهظأو تيب ةيلخادلا ةيملاسلإا ةيفلسلا ةسردلدا في ينلقتسلدا لامعلأا داور ةيصخش ءانب جمان

( يىو لظارم ثلاث ىلع تذفن موركلا ١

ةسردم .ةيفلسلا في بلاطلا ينلقتسلدا لامعلأا داور ةيصخش نيوكت في طيطختلا )

( ةيلخادلا ةيملاسلإا مويرقلا تيب ٢

يرلا بلاطلا ةيصخش ءانبل ةيجيتاترسإ ) موركلا تيب ةيفلسلا ةسردم في ينلقتسلدا ينيدا

ى ، ًايناثو ، ةرشابلدا ةسراملدا وأ )لمعلا ءانثأ ملعتلا( ةسراملدا قيرط نع ملعتلا للاخ نم ، ًلاوأ ًاديدتحو ، ةيلخادلا ةيملاسلإا كان

( مييقتلاو ويجوتلاو بيردتلا لمشي .ةياعرلا ىلع ينمئاقلا لبق نم لامعلأا ةداير ةرادإ ٣

) بلاطلا ةيصخش ءانب في ذيفنتلا

( مويرك ، ةيلخادلا ةيملاسلإا لوتيب ةيفلسلا ةسردم في مهسفنأ ىلع نيدمتعلدا ينيدايرلا ٤

بلاطل ةيصخشلا ءانب ىلع فارشلإا )

.ةسردم .ومييقتو يملاسلإا مويرك تيب ةيفلسلا في ينلقتسلدا لامعلأا داور صخش ، للاقتسلاا ةيصخش :ةيظاتفلدا تاملكلا لامعلأا دئار ةي

(9)

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi Arab-Latin yang dipergunakan dalam tesis ini berdasarkan pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan Nomor 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Juli 2022.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا Alif - tidak dilambangkan

ب bā` b -

ت tā` t -

ث śā` ṡ s (dengan titik diatasnya)

ج Jīm j -

ح hā` ḥ (dengan titik di bawahnya)

خ khā` kh -

د Dal d -

ذ Żal ż z (dengan titik di atasnya)

ر rā` r -

ز Zai z -

س Sīn s -

ش Syīn -

ص Şād ş s (dengan titik di bawahnya)

ض Dād ḑ d (dengan titik di bawahnya)

ط ţā` ț t (dengan titik di bawahnya)

ظ zā` ẓ z (dengan titik di bawahnya)

ع „ain „ koma terbalik (di atas)

غ Gain g -

ف fā` f -

(10)

ك Kāf k -

ل Lām l -

م Mīm m -

ن Nūn n -

و Wāwu w -

ه

ا Hā` h -

ء

Hamzah ′ apostrof, tetapi lambang ini tidak dipergunakan untuk

hamzah di awal kata

ي yā’ y -

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap.

Contoh: َةّدِد َََعتُم ditulis mutaʻaddidah

C. Taˊmarbutah di Akhir Kata

1. Bila dimatikan dibaca h, baik berada pada akhir kata tunggal ataupun berada di tengah penggabungan kata (kata yang diikuti dengan kata sandang al), kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya.

Contoh: ةَعاَوَج ditulis jamāʻah 2. Bila dihidupkan ditulis t

Contoh: ءَايِلَولآا ةَهاَرَك ditulis karāmatul-auliyā′

(11)

x

3. Bila ta’marbutah hidup atau dengan harakat (fathah,kasrah, dan dhomah), G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof

(`) Contoh: ثنؤم ditulis ditulis mu′annaś H. Kata Sandang Alif + Lam

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al- Contoh: شايقلا ditulis al-qiyās

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, huruf l (el) diganti dengan huruf syamsiyyah yang mengikutinya. Contoh: سوشلا ditulis as-syam I. Penulisan Kata-Kata dalam Rangkaian Kalimat

1. Ditulis kata per kata, atau

2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut.

Contoh: ملاسلاا خيشلا ditulis Syaikh al-Islām atau Syakhul-Islām ditulis t

Contoh: ر طلا ِف

ة َز ََ

َك

dibaca zakātul fitri D.Vokal Pendek

Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u.

E.Vokal Panjang

A panjang ditulis ā, i panjang ditulis ī , dan u panjang ditulis ū, masing- masing dengan tanda hubung ( - ) di atasnya.

Contoh: ةي ِل ِها َج ditulis jāhiliyah

ني ِر َك ditulis karīm ض َُُرف ditulis furūd

F. Vokal Rangkap

Fathah + ya` tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai, ditulis dan fathah +

wāwu mati ditulis au.

Contoh: مكنَيب ditulis bainakum لوق ditulis qaulu

(12)

َنوُنِمْؤُمْلٱَو ُوُلوُسَرَو ْمُكَلَمَع ُوَّللٱ ىَرَ يَسَف اوُلَمْعٱ ِلُقَو ِبْيَغْلٱ ِمِلَٰع َٰلىِإ َنوُّدَرُ تَسَو َ

َنوُلَمْعَ ت ْمُتنُك اَِبِ مُكُئِّبَنُ يَ ف ِةَدَٰهَّشلٱَو

Artinya: Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan

dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa

yang telah kamu kerjakan.1

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Sygma Examedia Arkanlema, 2009), h.203

(13)

xii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil‟alamin segala puji syukur atas Dzat, Sifat Rahman Rahim-Nya Allah yang telah Memberikan Keriho‟an, Kekuatan, Kesehatan Jasmani maupun Rohani, dalam menggapai perjuangan panjang, jatuh bangun demi mencapai satu tingkat Pendidikan dan kesempatan untuk mendapatkan ilmu yang lebih banyak lagi dengan penuh cinta ku persembahkan tugas akhir demi menyandang gelar Masgister Pendidikan.

Tesis ini peneliti persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahandaku Purwono dan Ibundaku Sainem yang selalu menyuguhkan cinta dan kasih sayang yang tak mungkin bisa kubayar, memberikan motivasi dan dukungan serta do‟a yang tiada henti untuk kesuksesanku, Doa-doa mereka senantiasa memudahkan setiap langkah, hanya kata terimakasih yang paling dalam yang bisa diberikan oleh anakmu yang masih lemah tanpa bimbinganmu.

2. Kakaku, Wasilatun dan Adikku Destri Umi Salamah, yang selalu memberikan semangat, motivasi dan dukungan agar selalu bisa memberikan yang terbaik untuk kalian semua.

3. Keluarga besar Pondok Pesantren Salafiyah Baitul Kirom, wabil khusus Al- Mukarrom Al-Maghfurillah Al-Alim Al-Alamah As-Syaikh Murobbi Ruhina Simbah Kyai Muhyidin beserta ibu-ibu Nyai yang selalu mensuport dan menasehati penulis selama di pondok pesantren untuk melanjutkan kuliah kejenjang S2 dan dapat menyelesaikannya.

4. Keluarga besar MTS Baitul Kirom, Ibu Kepala Sekolah Badriatus Suaibah beserta jajarannya yang memberikan semangat, motifasi dan juga mensuport penulis hingga penulis bisa menyelesaikan tesis pada tahun ini.

5. Teman-teman seperjuangan angkatan 2020. Terkhusus MPI kelas B yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

6. Almamater tercinta Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung.

(14)

ميِحَّرلا ِنَمْحَّرلا ِهَّللا ِمْسِب

Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillahhirabbil „Alamin atas kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, yang telah melimpahkan karunia, taufiq, dan hidayah-Nya. Shalawat beriring salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi agung Muhammad SAW. Berkat petunjuk dari Allah subhanahu wa ta’ala, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul:

Manajemen Pondok Pesantren dalam Pembentukan Karakter Kemandirian Entrepreneur Santri Ponpes Salafiyah Baitul Kirom Lampung Selatan. Tesis ini diajukan sebagai bagian dari tugas akhir dalam rangka menyelesaikan studi di Program Magister Manajemen Pendidikan Islam di Pasca Sarjana UIN Raden Intan Lampung.

Dengan terselesaikannya tugas akhir ini, penulis tak lupa juga menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan duungan moril maupun spiritual. Dan selanjutnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu:

1. Prof. H. Wan Jamaluddin Z, M.Ag., Ph.D, selau Rektor UIN Raden Intan Lampung

2. Prof. Dr. Ruslan Abdul Ghofur, M.A selaku Diretur Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung

3. Dr. Sovia Mas Ayu, M.A selaku Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung

4. Dr. Hj. Yetri Hasan, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dalam penulisan tesis, beliau telah meluangkan waktu, tenaga, fikiran dalam membantu, membimbing dan mendukung dalam terselesaikannya tesis ini dengan baik.

5. H. Andi Thahir, S.Psi.,M.A.,Ed.D selaku Dosen Pembimbing II dalam penulisan tesis, beliau telah meluangkan waktu, tenaga, fikiran dalam

(15)

xiv

membantu, membimbing dan mendukung dalam terselesaikannya tesis ini dengan baik.

6. Teristimewa kepada kedua orang tua, Bapak Purwono dan Ibu Sainem, atas segala cinta dan kasih sayang, do‟a, bimbingan, nasihat yang luar biasa yang tiada hentinya. Kakak dan adik ku Wasilatun dan Destri Umi Salamah yang turut serta mendoakan dan memberi semangat dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Al Maghfurlah Abah Kyai Muhyidin, yang mendirikan pondok pesantren Salafiyah Baitul Kirom, dan selama hidup beliau terus memotivasi kesemangatan untuk penulis.

8. Ibu Nyai Muhyidin, yang sekarang melanjutan perjuangan Abah Kyai Muhyidin sebagai pengasuh pesantren, dan juga dengan senang hati menerima dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Seluruh dewan Assatidz, jajaran pengurus dan juga santri pondok pesantren Salafiyah Baitul Kirom atas jasanya memberikan informasi berupa data yang dibutuhkan dalam penyusunan tesis penulis.

10. Teman-teman seperjuangan di jurusan MPI angkatan 2020 terkhusus kelas B yang selalu mewarnai hari-hari penulis baik dari dalam maupun dari luar perkuliahan yang banyak memberikan bantuan dan motivasi sehingga terselesaikannya tesis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun akan kesempurnaan penulisan tesis ini. Semoga tesis ini memberi manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Mulyosari, Maret 2023 Penulis,

Amat Syarifudin

(16)

Gambar 1.1 Konveksi Pon-Pes Salafiyah Baitul Kirom ... 125

Gambar 2.2 Pakaian yang sudah di laundry ... 127

Gambar 3.3 Koperasi Pon-Pes Salafiyah Baitul Kirom ... 128

Gambar 4.4 Pembibitan bibit jamur tiram kedalam baglog ... 130

Gambar 5.5 Kolam ikan Pon-Pes Salafiyah Baitul kirom ... 133

Gambar 6.6 Lahan yang ditanami pohon pisang dan pohon pepaya ... 134

Gambar 7.7 Proses pengisian air kedalam galon ... 136

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keadaan Sarana dan Prasarana Pon-Pes Salafiyah Baitul Kirom ... 104 Tabel 2.2 Keadaan Sarana Kewirausahaan Pon-Pes Salafiyah Baitul Kirom ... 117

(18)

HALAMAN JUDUL ...i

TIM PEMBIMBING ...ii

PERSETUJUAN ...iii

PENGESAHAN ...iv

PERNYATAAN ORISINALITAS/KEASLIAN ...v

ABSTRAK ...vi

ABSTRACT ...vii

KHULASOH ...viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ...ix

MOTO ...xii

PERSEMBAHAN ...xiii

KATA PENGANTAR ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR ISI ...xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 14

C. Subfokus Penelitian ... 14

D. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 15

E. Tujuan Penelitian ... 15

F. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren ... 17

1. Konsep Manajemen Pendidikan ... 17

2. Pengertian Podok Pesantren ... 25

3. Karakteristik Pondok Pesantren ... 29

4. Tujuan Pendidikan Pondok Pesantren ... 36

5. Tipologi Pondok Pesantren ... 38

6. Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren ... 46

B. Kemandirian Entrepreneur Santri ... 47

1. Pengertian Kemandirian Entrepreneur Santri ... 47

2. Ciri-ciri Kemandirian Entrepreneur Santri ... 52

3. Jenis dan Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ... 55

(19)

xviii

4. Tingkat Kemandirian Entrepreneur ... 58

5. Pembentukan Karakter Kemandirian Entrepreneur santri ... 61

6. Manajemen pondok pesantren dalam pembentukan karakter kemandirian entrepreneur santri ... 66

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 74

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 79

B. Latar Penelitian ... 80

C. Metode dan Prosedur Penelitian ... 80

D. Data dan Sumber Data ... 82

E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data ... 83

F. Prosedur dan Analisis Data ... 87

G. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 92

1. Kredibilitas ... 92

2. Transferabilitas ... 93

3. Dependabilitas ... 93

4. Konfirmabilitas ... 94

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum tentang Latar Penelitian ... 97

1. Sejarah Singkat Berdirinya Ponpes Salafiyah Baitul Kirom ... 97

2. Visi dan Misi Ponpes Salafiyah Baitul Kirom ... 99

3. Profil Yayasan Ponpes Salafiyah Baitul Kirom ... 100

4. Letak Geografis Ponpes Salafiyah Baitul Kirom ... 101

5. Struktur Pengurus Yayasan Ponpes Salafiyah Baitul Kirom ... 102

6. Struktur Pengurus Ponpes Salafiyah Baitul Kirom ... 102

7. Keadaan Sarana dan Prasarana Ponpes Salafiyah Baitul Kirom ... 103

8. Keadaan Pengasuh dan Santri Ponpes Salafiyah Baitul Kirom ... 107

B. Temuan Penelitian ... 109

1. Perencanaan dalam Pembentukan Karakter Kemandirian Entrepreneur Santri di Ponpes Salafiyah Baitu Kirom ... 109

2. Strategi Pembentukan Karakter Kemandirian Entrepreneur Santri di Ponpes Salafiyah Baitu Kirom... 113

3. Pelaksanaan dalam Pembentukan Karakter Kemandirian Entrepreneur Santri di Ponpes Salafiyah Baitu Kirom ... 120

4. Pengawasan dan Evaluasi dalam Pembentukan Karakter Kemandirian Entrepreneur Santri di Ponpes Salafiyah Baitu Kirom... 136

(20)

Entrepreneur Santri di Ponpes Salafiyah Baitu Kirom... 140 2. Analisis Strategi Pembentukan Karakter Kemandirian Entrepreneur

Santri di Ponpes Salafiyah Baitu Kirom ... 142 3. Analisis Pelaksanaan dalam Pembentukan Karakter Kemandirian

Entrepreneur Santri di Ponpes Salafiyah Baitu Kirom... 144 4. Analisis Pengawasan dan Evaluasi dalam Pembentukan Karakter

Kemandirian Entrepreneur Santri di Ponpes Salafiyah Baitu Kirom.. 146 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 149 B. Saran ... 152

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat izin penelitian Lampiran 2 Surat keterangan penelitian Lampiran 3 Surat keterangan bebas plagiasi Lampiran 4 Pedoman Observasi

Lampiran 5 Pedoman Wawancara

Lampiran 6 Catatan Lapangan Hasil Observasi Lampiran 7 Catatan Lapangan Hasil Wawancara Lampiran 8 Dokumen Pendukung (Foto dan Dokumen) RIWAYAT HIDUP

(21)

A. Latar Belakang Masalah

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia.

Sejak pesantren Ampel Denta Surabaya berdiri, banyak dibangun lembaga pendidikan pondok pesantren hingga menyebar di tanah air terutama di Pulau Jawa. Pesantren dapat dikatakan sebagai kekayaan nusantara yang dimasa lampau menjadi lembaga pendidikan utama bagi bangsa Indonesia, di samping lembaga pendidikan sekuler yang dikembangkan pemerintah kolonial Belanda.

Melalui sistem pendidikan pesantren, tradisi intelektual keagamaan tafaqquh fi al-din yang berbasis khazanah intelektual klasik (kitab kuning) tetap terjaga dengan kelebihan dan kekurangannya.1

Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang konsisten memberikan kontribusi kepada agama, bangsa, dan negara.

Kontribusi pesantren dalam menyelenggarakan pendidikan sekaligus mengukuhkan eksistensinya sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional. Ia berkembang secara dinamis dan mengikuti perubahan irama sosial masyarakat global. Kendatipun terus dipersepsi sebagai the second option of education, pondok pesantren terus berbenah untuk ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Terutama untuk melaksanakan fungsi penyelenggaraan pendidikan,

dakwah, dan pemberdayaan masyarakat.2 Selain kontribusi pesantren dalam tiap fase sejarah yang begitu luar

biasa, pesantren juga telah membentuk sebuah subkultural unik dan eksotik yang sama sekali berbeda dengan pendidikan pada umumnya karena ke- Indonesiaanya. Sebuah subkultural yang kaya akan nilai-nilai keadaban, nilai- nilai kultural dan khazanah intelektual Islam yang termanifestasikan dalam

1 Fauzan Adhim, Arah Baru Manajemen Pondok Pesantren: (Malang: Literasi Nusantara, 2020),h.6

2 Ibid, h. 7

1

(22)

warisan literatur klasik (kitab kuning) yang menjadi tradisi keilmuannya.

Pesantren dengan berbagai harapan dan predikat yang dilekatkan kepadanya, sesungguhnya berujung pada tiga fungsi utama yang senantiasa diembannya, yaitu: pertama: sebagai pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama (centre of exellence). Kedua, sebagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia (human resource).Ketiga, sebagai lembaga yang mempunyai kekuatan dalam melakukan pemberdayaan pada masyarakat (agent of development).3 Selain ketiga fungsi tersebut, pesantren juga dapat dipahami sebagai bagian yang terlibat dalam proses perubahan sosial (social change) di tengah perubahan yang terjadi.

Dalam keterlibatannya dengan peran, fungsi, dan perubahan yang dimaksud, pesantren memegang peranan kunci sebagai motivator, inovator, dan dinamisator masyarakat.

Hubungan interaksionis-kultural antara pesantren dengan masyarakat menjadikan keberadaan dan kehadiran institusi pesantren dalam perubahan dan pemberdayaan masyarakat menjadi semakin kuat.Namun demikian, harus diakui bahwa belum semua potensi besar yang dimiliki pesantren tersebut dimanfaatkan secara maksimal, terutama yang terkait dengan kontribusi pesantren dalam pemecahan masalah-masalah sosial ekonomi umat.

Pesantren sebagai bagian dari sub kultur masyarakat, dengan situasi apapun tetap hidup dengan kokoh walaupun dengan apa adanya.4 Kemampuan kyai, para ustadz, santri dan masyarakat sekitar, menjadi perhatian serius untuk meneguhkan atau setidaknya meningkatkan kompetensi pesantren dalam visinya itu. Tetapi, disisi lain ada juga pesantren yang mulai berfikir ulang dalam rangka meningkatkan kemampuan finansialnya, dan acapkali menjadi masalah serius sehingga membuat pesantren kurang dapat

3 Suhartini, “Problem Kelembagaan Pengembangan Ekonomi Pondok Pesantren”, dalam A. Halim, et. al., Manajemen Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), h.233

4 Ismail SM, et al, Dinamika Pesantren dan Madrasah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002). h.14

(23)

melaksanakan visi dan program utamanya. Masalah dana memang menjadi masalah dan tantangan besar bagi pengembangan sebagian lembaga pesantren di Indonesia, padahal potensi yang ada dalam komunitas pesantren dan ekonomi sebenarnya cukup besar.

Stigma buruk akan manajemen pondok pesantren di negeri ini nampaknya belum lenyap betul. Jeleknya manajemen pondok pesantren menyebabkan institusi pendidikan nonformal ini dianggap sebagai lembaga pendidikan yang tetap melanggengkan status quo-nya sebagai institusi pendidikan yang tradisional, konservatif, dan terbelakang. Hal ini seperti yang disampaikan Mujamil Qomar bahwa, pesantren merupakan bentuk lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, hanya saja, usia pesantren yang begitu tua tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan kekuatan atau kemajuan manajemennya. Kondisi manajemen pesantren tradisional hingga saat ini sangat memprihatinkan, suatu keadaan yang membutuhkan solusi dengan segera untuk menghindari ketidakpastian pengelolaan yang berlarut-larut. Anehnya institusi pendidikan ini tetap diminati masyarakat dan tetap eksis dari tahun ke tahun.5

Mengapa hal ini terjadi, tentu jawabannya banyak faktor yang mempengaruhi pesantren tetap eksis dan diminati masyarakat. Diantara faktor- faktor yang mempengaruhinya yakni bisa dari performen sang kyai itu sendiri dalam memimpin pesantren yang dimilikinya. Walaupun ilmu manajemen tidak terlalu banyak dimiliki dan dikuasai serta belum diterapkan secara professional, para kyai pada kebanyakan memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh para pemimpin organisasi sekuler. Kelebihan yang dimaksud, yakni para kyai memiliki aset berupa spiritualitas yang tidak dimiliki para pemimpin sekuler. Sebab dalam riset yang telah dilakukan terhadap tiga puluh lembaga pendidikan Islam favorit di Surabaya, spiritualitas ternyata memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan kepemimpinan yang ada.

5 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: Erlangga: 2007). h. 58

(24)

Sedangkan besaran pengaruhnya hingga mencapai 73%.6

Dimensi spiritualitas pemimpin disini jelas merupakan aset organisasi, yang hal ini tentu tidak dikenal dalam kepemimpinan sekuler. Sebagai aset tentu perlu dijaga dan dikembangkan pada diri seorang pemimpin. Hal ini karena dimensi spiritualitas menjadi salah satu faktor yang turut berpengaruh mewujudkan keberhasilan kepemimpinan yang ada.

Walaupun manajemennya kurang professional, pondok pesantren tetap eksis dari tahun ketahun. Bahkan ada diantara kelompok yang mengatakan justru kalau dimanajemen dengan professional malah tidak jalan. Benarkan hal itu? Mungkin benar, akan tetapi keberadaan ponpes semacam ini tentu mengalami perkembangan yang stagnasi bahkan bisa mengalami penurunan serta akan menjadi tertinggal dengan perkembangan zaman yang ada. Mungkin tidak perlu heran jika belakangan ini ada fenomena tidak sedikit di antara pondok pesantren yang ada, yang dulu memiliki banyak santri kemudian menjadi tidak berpenghuni hingga muncullah ponpes tanpa santri. Kalau ini terus dibiarkan tentu tidak menaruh kemungkinan akan ada banyak pesantren yang gulung tikar.7

Proses pengembangan dunia pesantren harus didukung oleh pemerintah secara serius sebagai proses pembangunan manusia seutuhnya.

Meningkatkan dan mengembangkan peran pesantren dalam proses pembangunan di era otonomi daerah merupakan langkah strategis dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional terutama sektor pendidikan. Terlebih, dalam kondisi bangsa yang tengah mengalami krisis (degradasi) moral. Pesantren sebagai lembaga pendidikan membentuk dan mengembangkan nilai-nilai moral menjadi pelopor sekaligus inspirator

6 Djoko Hartono Leadership: Kekuatan Spiritualitas Para Pemimpin Sukses, Dari Dogma Teologis Hingga pembuktian Empiris (Surabaya: MQA, 2011). h. 114.

7 Djoko Hartono, Pengembangan Manajemen Pondok Pesantren di Era Globalisasi:Menyiapkan Pondok Pesantren Go Internasional (Surabaya: Ponpes Jagad Alimussirry, 2012), h.10-11.

(25)

pembangkit moral bangsa.8

Untuk itu dalam memasuki era globalisasi, keberadaan ponpes sebagai lembaga pendidikan Islam tertua dinegeri ini tentu harus dikelola (dimanaj) dengan lebih professional jika tidak ingin ditinggalkan masyarakat sebagai stakeholder. Arus global saat ini menjadikan dunia informasi dan pengetahuan semakin mudah diakses masyarakat. Untuk itu tidak menaruh kemungkinan ponpes yang dulu dijadikan pusat kajian keislaman dan pengamalannya sekaligus, pada saatnya menjadi tidak diminati dan ditinggalkan masyarakat sebagai pengguna jasa.

Manajemen dikatakan sebagai ilmu menurut Mulyati dan Komariah, karena menekankan perhatian pada keterampilan dan kemampuan manajerial yang menyangkut keterampilan/kemampuan teknikal, manusiawi, dan konseptual. Sedang manajemen sebagai seni karena tercermin dari perbedaan gaya (style) seseorang dalam menggunakan atau memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan.9

Untuk itu, maka pengembangan manajemen tidak hanya berguna bagi perusahaan manufakturing/organisasi yang berorientasi profit (bisnis).

Pengembangan manajemen sejatinya juga berguna bagi organisasi/perusahaan jasa seperti ponpes, rumah sakit, sekolah dan yang lain.

Adapun urgensi pengembangan manajemen ini sesungguhnya sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi yang diinginkan. Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur- unsur manajemen akan dapat ditingkatkan. Adapun unsur-unsur manajemen itu sendiri terdiri dari man, money, methode, machines, materials dan markets erta spirituality. Ketujuh unsur ini sesungguhnya menjadi asset organisasi apa saja, yang jika dikelola (manaj) dengan baik tentu akan menghantarkan organisasi tersebut mencapai kesuksesan sesuai

8Syafe‟i, Pondok Pesantren: Lembaga Pendidikan Pembentukan Karakter, Al- Tadzkiyah, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 08, No.01 2017, h.16

9 Yati Siti Mulyati dan Aan Komariah, “Manajemen Sekolah.” Dalam, Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manjemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta,2009). h.

86.

(26)

dengan tujuan yang diharapkan.10

Selanjutnya menurut Handoko, urgensi pengembangan manajemen bagi sebuah organisasi termasuk disini untuk ponpes yakni:

1. Untuk mempermudah organisasi (ponpes) mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan, sasaran- sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak- pihak yang berkepentingan dalam organisasi seperti pemilik dan tenaga pendidik/kependidikan, peserta didik, orangtua, masyarakat, pemerintah dan yang lainnya.

3. Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas kerja organisasi dalam rangka meraih tujuan yang ada.11

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengembangan manajemen sangat urgen bagi pondok pesantren dalam memasuki era globalisasi saat ini. Eksistensi manajemen sangat dibutuhkan pondok pesantren itu sendiri. Karena tanpa manajemen, semua usaha akan menjadi sia-sia, tidak terarah dan pencapaian tujuan pondok pesantren yang ada akan lebih sulit dan tidak optimal.

Menurut A. Mukti Ali, sebagai mana dikutip oleh Zaenal Arifin, usaha pembaruan sistem pengajaran dan pendidikan Islam di pesantren dilakukan dengan cara: Pertama, mengubah kurikulum supaya berorientasi pada kebutuhan masyarakat. Kedua, kurikulum ala wajib belajar hendaknya digunakan sebagai patokan untuk pembaruan tersebut. Ketiga, mutu para guru hendaknya dan prasarana-prasarana juga diperbaharui. Keempat, usaha pembaharuan hendaknya dilakukan secara bertahap dengan didasarkan pada hasil-hasil penelitian seksama tentang kebutuhan riil masyarakat yang sedang

10 Djoko Hartono Leadership: Kekuatan Spiritualitas Para Pemimpin Sukses, Dari Dogma Teologi Hingga Pembuktian Empiris (Surabaya: MQA, 2011), h. 8

11 T. Hani Handoko, Op.Cit h. 6-7

(27)

membangun. Dan harus menaruh perhatian lebih dan bersikap positif dari kyai terhadap usaha pembaharuan dan pembangunan pondok pesantren.12

Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki akar kuat (indigenous) pada masyarakat muslim Indonesia, dalam perjalanannya mampu menjaga dan mempertahankan keberlangsungan dirinya (survival system) serta memiliki model pendidikan multi aspek. Santri tidak hanya dididik menjadi seseorang yang mengerti ilmu agama, tetapi juga mendapat tempaan kepemimpinan yang alami, kemandirian, kesederhanaan, ketekunan, kebersamaan, kesetaraan, dan sikap positif lainnya. Modal inilah yang diharapkan melahirkan masyarakat yang berkualitas dan mandiri sebagai bentuk partisipasi pesantren dalam menyukseskan tujuan pembangunan nasional sekaligus berperan aktif dalam mencerdaskan bangsa sesuai yang diamanatkan oleh Undang-undang Dasar 1945.13

Pendidikan karakter merupakan salah satu program pemerintah yang pelaksanaannya diterapkan melalui lembaga pendidikan yang dimulai dari level terendah (PAUD) sampai ke tingkat perguruan tinggi, hal ini agar memudahkan pemerintah dalam membangun karakter bangsa yang diinginkan sesuai harapan bangsa, sehingga melalui peserta didik karakter yang baik akan tumbuh karena terbiasa dilaksanakan dan dilakukan baik dalam lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat.14

Selanjutnya Kemendiknas, menyatakan bahwa karakter adalah sifat, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil perpaduan sebagai kebaikan yang diyakini dan digunakan sebagai pedoman untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Sedangkan pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, mengimplementasikan nilai- nilai tersebut dalam kehidupannya, sebagai anggota masyarakat dan warganegara

12 Zaenal Arifin, Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam (Yogyakarta: Diva Press, 2012), h. 23-24

13 Al Furqan, Konsep Pendidikan Islam Pondok Pesantren dan Upaya Pembenahannya (Padang: UNP Press, 2015), h. 73

14 Fadilah et al., Pendidikan Karakter (Jawa Timur: Agrapana Media, 2021), h. 1

(28)

yang memiliki sikap agamis, nilai dan sikap nasionalis, nilai produktif dan nilai kreatif.15

Kemandirian pada dasarnya merupakan hasil dari proses pembelajaran yang berlangsung lama. Mandiri tidak selalu berkaitan dengan usia. Bisa saja seorang anak sudah memiliki sifat mandiri karena proses pelatihan atau karena faktor kehidupan yang memaksanya untuk hidup mandiri.16

Kemandirian merupakan suatu kekuatan internal individu yang diperoleh melalui proses individuasi. Proses individuasi itu adalah proses realisasi kemandirian dan proses menuju kesempurnaan. Diri adalah inti dari kepribadian dan merupakan titik pusat yang menyelaraskan dan mengkoordinasikan seluruh aspek kepribadian. Kemandirian yang terintegrasi dan sehat dapat dicapai melalui proses peragaman, perkembangan, dan ekspresi sistem kepribadian sampai pada tingkatan yang tertinggi.17

Kemandirian sendiri identik dengan kedewasaan, berbuat sesuatu tidak harus ditentukan atau diarahkan sepenuhnya oleh orang lain.

Kebutuhan untuk memiliki kemandirian dipercaya sebagai hal penting dalam memperkuat motivasi individu dan dapat di ketahui bahwa santri yang mandiri mampu memotivasi diri untuk bertahan dengan kesulitan yang dihadapi dan dapat menerima kegagalan dengan pikiran yang rasional. Dengan demikian, semakin menguatkan asumsi dasar bahwa peningkatan kemandirian pada santri merupakan hal yang perlu dilakukan. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan nonformal diharapkan menjadi garda terdepan dalam rangka peningkatan kemandirian santri.

Kemandirian terlihat dalam kehidupan di pondok pesantren yang

15 Ibid, h. 2

16 Ngainun Naim, Character Building (Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa (Yogyakarta: Arruz Media, 2012), h. 162.

17 Moh Ali dan Moh Asrori, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 114.

(29)

berhubungan dengan bagaimana santri mandiri untuk makan, minum, mencuci pakaian, kemandirian dalam belajar, dan bahkan kemandirian ekonomi yang mana berkaitan dengan dunia entrepreneur. Dewasa ini, kemandirian seperti ini kurang nampak pada peserta didik di lembaga pendidikan formal seperti sekolah umum. Pada perjalanan lembaga pendidikan terdapat masalah yang berhubungan dengan kemandirian peserta didik. Pertama, munculnya krisis kemandirian peserta didik, khususnya dilembaga pendidikan formal. Kedua, pendidikan sekolah tidak menjamin pembentukan kemandirian peserta didik sesuai dengan semangat tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan entrepreneurship menjadi salah satu langkah konkrit untuk lebih memberdayakan pesantren. Selain semangat kemandirian yang sudah menjadi ciri khasnya, penting pula mengajarkan berbagai keahlian dan semangat kewirausahaan kepada para santri agar kelak setelah lulus mereka dapat meneruskan hidup dengan bekerja secara professional, dalam upaya membangun ekonomi yang berkelanjutan untuk masa depan adalah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan bekarya serta bekerja keras yang memiliki kompetensi yang diandalkan dalam mengelola sumber daya ekonomi.

Oleh sebab itu sangat penting bagi kalangan pendidik di perguruan tinggi, ataupun di dalam pesantren.

Hal ini menerangkan bahwa pendidikan kewirausahaan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar, terencana melalui kurikulum dan aplikatif untuk membangun karakter kewirausahaan dalam diri anak didik, baik ranah kognitif, efektif dan psikomotorik, sehingga mereka memiliki kompetensi diri yang diwujudkan dalam prilaku kreatif inovatif dan berani mengelola resiko.18 Singkatnya, pendidikan kewirausahaan merupakan pendidikan yang membekali peserta didik dengan kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wirausahawan. Hasil belajar dari pendidikan ini adalah menciptakan

18 Muhammad Allify An Irfani, “Pendidikan Pesantren Berbasis Entrepreneurship di Pondok Pesantren Al-Mawwadah Honggosoco Jekulo Kudus”, Skripsi, IAIN Kudus, 2018., h. 20.

(30)

anak didik bermental wirausaha, yang mampu memberdayakan ekonomi baik untuk dirinya tangguh yang terdorong untuk memanfaatkan peluang, mencari trobosan, dan menggali nialai tambah ekonomi.

Berwirausaha dalam presfektif Islam memiliki kedudukan yang mulia, hal ini berdasarkan hadist yang merupakan dialog baginda Nabi Muhammad SAW dengan sebagian sahabat, Rasulullah SAW bersabda:

ََعَْن

ََِرَ

ََعا َف

َْبَة

ََرَِفا َِنَ

َُسَملسوَويلعَللهاَىلصَبينلاَنأَونعَللهاَيضرَع

َِئََل

َ ي َََأ

ََْا

َْس ََكل

َِب

َ

َطَ ي ََأَ

ََعَ:لاقَ؟ب

ََمَُل

َ رلا َ

َُج

َِبََيَِد َِلَ

َِهََ

َوَُك

ََ بَْيٍَع َ لَ

َََمَْ ب

َُرٍَرو

َ مكالحاَوححصوَرازبلاَهاور،

Artinya: Dari Rifa‟ah bin Rafi‟ radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ditanya:”Apakah pekerjaan yang paling baik/afdhol?” Beliau menjawab:”Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri (hasil jerih payah sendiri), dan setiap jual beli yang mabrur. (Hadits riwayat al-Bazzar dan dishahihkan oleh al- Hakim rahimahumallah)19

Hal ini diperkuat dalam firman Allah Swt:



































Artinya: Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”. (Qs. At-Taubah:

105).20

19https://www.alquran-sunnah.com/artikel/kategori/hadits/828-mata-pencaharian- yang-paling-baik.html (diakses pada hari Senin, 24 Januari 2022, pukul 21.32 WIB)

20 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: Sygma Examedia Arkanlema, 2009), h.203

(31)

Dalam ayat lain juga dijelaskan:

َاًرْ يِثَكََوّٰللاَاوُرُكْذاَوَِوّٰللاَِلْضَفَْنِمَاْوُغَ تْ باَوَِضْرَْلْاَ ِفَِاْوُرِشَتْ ناَفَُةوٰل صلاَ ِتَيِضُقَاَذِاَف

ََنْوُحِلْفُ تَْمُك لَع ل

Artinya: “Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”. (Qs. Al-Jumu‟ah).21

Entrepreneurship merupakan hasil dari proses disiplin dan sistematis dalam menerapkan kreatifitas dan inovasi terhadap kebutuhan dan peluang pasar. Termasuk menerapkan strategis terfokus terhadap ide dan pandangan baru menciptakan produk atau jasa yang memuaskan kebutuhan pelanggan atau memecahkan masalah.22

Entrepreneurship adalah suatu proses inovatif yang menghasilkan sesuatu yang baru.23

Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan fisik, yang pada gilirannya dapat mendorong terjadinya perubahan emosional, perubahan kognitif yang memberikan pemikiran logis tentang cara berpikir yang mendasari tingkah laku, serta perubahan nilai dalam peran sosial melalui pengasuhan orangtua dan aktivitas individu. Prayitno menyatakan bahwa kemandirian merupakan kondisi pribadi yang telah mampu memperkembangkan pancadaya kemanusiaan bagi tegaknya hakikat manusia pada dirinya sendiri dalam bingkai dimensi kemanusiaan. Siswa yang mandiri adalah siswa yang mampu mewujudkan kehendak ataurealisasi diri tanpa bergantung dengan orang lain.24 Oleh sebab

21 Ibid, h. 554

22 Hasanah, Entrepreneurship, Membangun Jiwa Entrepreneur Anak Melalui Pendidikan Kejuruan, (Makassar: CV. Misvel Aini Jaya, 2015), h. 14.

23 Serian Wijatno, Pengantar Entrepreneurship, (Jakarta: PT Grasindo, 2009), h. 3

24 Prayit no dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta:

Rineka Cipta, 2004), h. 26.

(32)

itu, masalah-masalah tersebut yang menjadi factor-faktor perlu dilaksanakannya pendidikan entrepreneur dalam menumbuhkan kemandirian di pondok pesantren.

Jiwa entrepreneurship merupakan jiwa kemandirian untuk mencari sebuah sumber penghasilan dengan membuka usaha ataupun menyalurkan kreatifitas yang dimiliki sesorang untuk kemudian dijadikan sebuah lahan untuk mencari penghasilan. Seorang entrepreneur perlu menumbuh kembangkan jiwa entrepreneurship pada dirinya, karena dengan memiliki jiwa entrepreneurship seorang entrepreneur akan mampu berfikir kreatif dan inovatif untuk mencapai tujuan yang diinginkan.25

Menambahkan pendidikan entrepreneur pada pesantren merupakan hal yang sangat tepat. Karena dengan menanamkan jiwa entrepreneur harapannya agar santri akan menjadikan santri yang mandiri dalam hal ekonomi dan tidak bergantung pada orang lain, sekiranya santri keluar dari pondok pesantren mempunyai bekal dengan berwirausaha tidak hanya bisa membaca kitab tapi melainkan juga bisa ber-enterpreneur (berwirausaha). Selain itu, tujuan pendidikan entrepreneur pada santri dapat melatih santri menjadi seseorang yang mempunyai rasa percaya diri, berani mengambil resiko, kreatif, inovatif, cakap dalam bidang agama juga mandiri dalam hal ekonomi. Karena menjadi santri yang mandiri dalam hal ekonomi merupakan hal yang sangat penting ditengah proses modernitas dan interaksi antar bangsa yang tidak mengenal batas lagi.

Pondok Pesantren Salafiyah Baitul Kirom merupakan pondok pesantren yang barada di Desa Mulyosari Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu pesantren yang mengimplementasikan pendidikan entrepreneurship bagi para santrinya. Ada beberapa bentuk keterampilan yang diberikan oleh pondok pesantren Salafiyah Baitul Kirom

25 Achmat Mubarok, Pendidikan Entrepreneurship Dalam Meningkatkan

Kemandirian Santri Pondok Pesantren Al-Hidayah di Sukorejo Pasuruan, Jurnal Al- Murabbi, Universitas Yudharta Pasuruan, Vol 04 No 1 (2018)., h. 83

(33)

untuk para santrinya, diantranya: menjahit, koperasi/kantin, usaha kecil- kecilan seperti usaha aneka bakso dan sosis bakar, es boba, es oyen, gorengan, lauk, mie rebus dan mie goreng, perikanan seperti nila, gurame, patin dan lele, perkebunan seperti cabai, pepaya, kangkung, kacang panjang, jeruk, terong, budidaya jamur, depot air mineral dan juga usaha laundry. Dengan demikian, pondok pesantren Salafiyah Baitul Kirom ini dapat dikatakan memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan kemandirian santri dan melahirkan para santri yang berjiwa entrepreneurship.26

Pondok Pesantren Salafiyah Baitul Kirom, yang tergolong relatif berusia muda, didirikan pada tahun 2008, tepatnya pada tangggal 23 Januari 2008, di Desa Mulyosari Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan. Berdiri diatas tanah dengan luas 20000 meter persegi. Dan mengalami transformasi yang cukup pesat terus meningkatkan perkembangan pembangunan dalam segala aspek tidak hanya konsen pada tugas pokoknya mencetak santri tafaqquh fi al-din, namun juga menyentuh pada aspek pembinaan sosial dan ekonomi masyarakat melalui kewirusahan. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan perekonomian pondok pesantren dan menjadikannya mandiri dari aspek pembiayaan sehingga mampu menciptakan profesionalitas dalam pelaksanaan pendidikan.

Dari penerapan pendidikan entrepreneur yang ada di Pondok Pesantren tersebut, penulis ingin memfokuskan penelitiannya tentang bagaimana manajemen program pendidikan pesantren dalam menyikapi dan mengelola pondok pesantren, yang harus mampu menyeimbangkan antara kebutuhan nilai-nilai kemandirian entrepreneur pondok pesantren. Penelitian ini mengambil judul: “manajemen pondok pesantren dalam pembentukan karakter kemandirian entrepreneur santri pondok pesantren Salafiyah Baitul Kirom Desa Mulyosari Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan.

26 Observasi Peneliti selama tinggal di pesantren

(34)

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian berfungsi untuk membatasi studi, yaitu membatasi bidang-bidang yang akan diteliti. Peneliti kualitatif bermaksud untuk memberi makna atas fenomena secara holistik dan harus memerankan dirinya secara aktif dalam keseluruhan proses studi.27 Namun, fokus penelitian pada jenis penelitian kualitatif bersifat tentative, maksudnya penyempurnaan rumusan fokus masalah itu masih tetap dilakukan sewaktu peneliti sudah berada di latar penelitian. Dapat dipahami, kapasitas dan fokus masalah itu yang menentukan adalah keadaan dilapangan. Fokus penelitian mungkin dapat saja berubah, namun tidak ada satupun penelitian yang dapat dilakukan tanpa adanya fokus, sebab fokus pada dasarnya adalah sumber pokok dari masalah penelitian.28 Dalam hal ini, fokus penelitiannya adalah Karakter Kemandirian dan Karakter Entrepreneur Santri Ponpes Salafiyah Baitul Kirom.

C. Sub Fokus penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, secara umum judul akan diteliti adalah tentang Manajemen Pondok Pesantren Dalam Pembentukan Karakter Kemandirian Entrepreneur Santri Pondok Pesantren Salafiyah Baitul Kirom Desa Mulyosari Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan.

Namun secara khusus akan difokuskan pada tiga poin:

1. Perencanaan program dalam pembentukan karakter entrepreneur santri di Ponpes Salafiyah Baitul Kirom.

2. Strategi pembentukan karakter kemandirian entrepreneur santri di Ponpes Salafiyah Baitul Kirom.

3. Pelaksanaan dalam pembentukan karakter entrepreneur santri di Ponpes Salafiyah Baitul Kirom.

4. Pengawasan dan evaluasi dalam pembentukan karakter entrepreneur santri di Ponpes Salafiyah Baitul Kirom.

27 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.35

28 Lexy J. Molcong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016), h. 94-95

(35)

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perencanaan program dalam pembentukan karakter entrepreneur santri di Ponpes Salafiyah Baitul Kirom

2. Bagaimana Strategi pembentukan karakter kemandirian entrepreneur santri di Ponpes Salafiyah Baitul Kirom?

3. Bagaimana pelaksanaan dalam pembentukan karakter entrepreneur santri di Ponpes Salafiyah Baitul Kirom?

4. Bagaimana pengawasan dan evaluasi dalam pembentukan karakter entrepreneur santri di Ponpes Salafiyah Baitul Kirom?

E. Tujuan Penelitian

Secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Manajemen Pondok Pesantren dalam Pembentukan Sikap Kemandirian Entrepreneur Santri Ponpes Salafiyah Baitul Kirom. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Perencanaan program dalam pembentukan karakter entrepreneur santri di Ponpes Salafiyah Baitul Kirom.

2. Strategi pembentukan karakter kemandirian entrepreneur santri di Ponpes Salafiyah Baitul Kirom

3. Pelaksanaan dalam pembentukan karakter entrepreneur santri di Ponpes Salafiyah Baitul Kirom.

4. Pengawasan dan evaluasi dalam pembentukan karakter entrepreneur santri di Ponpes Salafiyah Baitul Kirom.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

1. Menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dunia pendidikan formal dan dunia pesantren dalam membentuk jiwa seseorang menjadi lebih mandiri baik dalam ilmu entrepreneur maupun ilmu agama

(36)

2. Sebagai sumbangan data ilmiah di dunia pesantren dan juga dunia pendidikan, bagi Pascasarjana Program Magister Manajemen Pendidikan Islam UIN Raden Intan Lampung

3. Memberikan pengantar dalam pelaksanaan dalam pembentukan karakter kemandirian entrepreneur santri di pesantren, sehingga tujuan pembentukan karakter kemandirian entrepreneur santri dapat tercapai di Pondok Pesantren Salafiyah Baitul Kirom.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi penulis, memberikan pengalaman yang cukup besar karena dengan diadakan penelitian dapat menambah wawasan pengetahuan yang semakin luas khususnya didunia wirausaha (entrepreneur).

2. Sebagai masukan bagi para santri dan dewan assatidz dalam pembentukan karakter kemandirian entrepreneur santri serta mencapai keberhasilan dalam pembentukan karakter kemandirian entrepreneur santri di Pondok Pesantren Salafiyah Baitul Kirom.

3. Memberikan wawasan atau informasi pembaca tentang pembentukan karakter kemandirian entrepreneur santri di Pondok Pesantren Salafiyah Baitul Kirom.

(37)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren 1. Konsep Manajemen Pendidikan

Manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu management dengan kata dasar to manage yang secara harfiah berarti mengelola. Sebagai kata benda manajemen dalam bahasa kita sering diartikan sebagai pemimpin, yaitu sekelompok orang penting yang mengatur jalannya organisasi atau perusahaan. Sehingga manajer dipakai untuk menyebut pejabat organisasi atau perusahaan (bukan kepala keluarga), sehingga istilah manajer tidak bisa lepas dari terminologi organisasi atau perusahaan.29

Terry memberikan defenisi: “management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating and controlling, performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human beings and other resources”. Maksudnya manajemen adalah suatu proses berbeda yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian, yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya.30

Arifin Abdurrachman sebagaimana dikutip oleh M. Ngalim Purwanto, memberikan pengertian manajemen merupakan kegiatan-kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan pokok yang telah ditentukan dengan menggunakan orang-orang pelaksana.31

Beberapa pengertian manajemen di atas pada dasarnya memilki titik tolak yang sama, sehinggga dapat disimpulkan ke dalam beberapa hal, yaitu :

29 Sentot Imam Wahjono et al., Pengantar Manajemen (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2019), h. 6

30Media.neliti.com/media/publications/290449-manajemen-dalam-islam-perspektif- al-qura-ebacc34e.pdf (diakses pada, hari selasa 25 Januari 2022, 17:45 WIB)

31 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 7

17

(38)

a. Manajemen merupakan suatu usaha atau tindakan ke arah pencapain tujuan melalui suatu proses

b. Manajemen merupakan suatu sistem kerja sama dengan pembagian peran yang jelas

c. Manajemen melibatkan secara optimal kontribusi orang-orang, dana, fisik, dan sumber–sumber lainnya secara efektif dan efisien.

Dalam sudut pandang Islam manajemen diistilahkan dengan menggunakan kata al-tadbir (pengaturan).32 Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al Qur‟an seperti firman Allah SWT:

َُراَدْقِمََناَكٍَمْوَ يَِْفَِِوْيَلِاَُجُرْعَ يَ ُثَُِضْرَْلْاَ َلَِاَِءۤاَم سلاََنِمََرْمَْلْاَُر بَدُي

َ ه

ََفْلَا

ٍَةَنَس َ

َ ا مِّ

َ

ََنْو دُعَ ت

Artinya: Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.(Qur‟an Surat As-sajdah: 5).33

Pada hakikatnya konsep dari manajemen itu bersifat netral dan universal. Karakteristik dan tugas pokok dan fungsi intuisi lembagalah yang membuat replika menjadi berbeda, maka dari konsep itu manajemen dapat di trasnperkan pada institusi yang bervariasi atau berbeda tugas pokok dan fungsinya. Kata manajemen berasal dari kata “tomangement” yang diartikan dengan pengelolaan. Sedangkan Secara istilah, terdapat perbedaan definisi manjemen di antara para ahli. George R. Terry menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang

32Media.neliti.com/media/publications/290449-manajemen-dalam-islam-perspektif- al-qura-ebacc34e.pdf (diakses pada, hari selasa 25 Januari 2022, 17:45 WIB)

33 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: Sygma Examedia Arkanlema, 2009), h. 415

(39)

dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.34

Nana Sudjana menyatakan bahwa manajemen adalah kepemimpinan dan keterampilan untuk melakukan kegiatan baik bersama-sama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.35

Sementara Nanang Fatah mendefinisikan manajemen sebagai suatu sistem yang setiap komponennya menampilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan, dengan mengaitkan proses dan manajer yang dihubungkan dengan aspek organisasi (orang-struktur-teknologi) dan bagaimana mengaitkan aspek yang satu dengan yang lain, serta bagaimana mengaturnya sehingga tercapai tujuan sistem.36 Sedangkan James A F Stoner mengartikan bahwa manajemen adalah proses dari perencanaan, pengorganisasian, pemberian pimpinan, pengendalian dari suatu usaha dari anggota organiasi yang penggunaan dan sumber-sumber daya organisatoris untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.37

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan serangkaian kegiatan dengan suatu kemampuan atau keterampilan untuk menggerakan semua sumberdaya, baik sumberdaya manusiawi dan non manusiawi yang dilakukan melalui orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara efektif dan efisien.

Manajemen sebagai sistem merupakan kerangka kerja terdiri dari proses dan prosedur yang di gunakan untuk menentukan bahwa sebuah organisasi dapat memenuhi semua tugas-tugas yang disyaratkan untuk mencapai tujuannya. Sejalan dengan ini, menurut D. Chapman, bahwa, “A

34 George R. Terry, Asas-asas Manajemen, terj. Winardi (Bandung:Alumni,2006),h.4.

35Nana Sudjana, Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Non formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Bandung: Falah Production, 2004), h. 17.

36 Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,2006), h.1.

37 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 51

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini dilakukan oleh pemimpin (kiai) terkait program pendidikan karakter santri di pondok pesantren Bahrul „Ulum. Adapun aspek yang menjadi fokus dalam manajemen

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui profil dan pendirian pondok pesantren Al Fatah Banjarnegara, dan Pembentukan karakter santri dan pendidikan

Wujud karakter wirausaha santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Setelah koperasi pondok pesantren melakukan usaha untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan santri baik melaui

Pembentukan karakter sebenarnya juga berlangsung pada pembelajaran bahasa Arab di berbagai Pondok Pesantren (Izfanna & Hisyam, 2012). Tradisi Pondok Pesantren yang

Daya dukung pesantren dalam meningkatkan fungsi manajemen kesiswaan bagi di Pondok Pesantren Aspik Kembangan Kaliwungu Kendal sudah cukup baik dalam membentuk karakter

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pembentukan kepribadian Santri di Pondok Pesantren Al-Qur‟an Al-Amin Pabuwaran menerapkan teori manajemen strategi dengan

Dampak dari pembentukan karakter kepemimpinan santri melalui kultur di Pondok Pesantren Miftahul Huda; a dampak yang bersumber dari kegiatan ritual keseharian ibadah untuk

4 STRATEGI PEREKRUTAN SANTRI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH IBNU QASIM DESA TASSIWALIE KECAMATAN SUPPA KABUPATEN PINRANG Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai Gelar