• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara topografi terdiri dari gunung, perbukitan, daratan, dan pantai dengan ketinggian 0 – 40 m. Daerah pesisir dengan ketinggian dibawah 25 m diatas permukaan laut dengan kemiringan 0 – 2 %.

Secara klimatologi Kabupaten Sinjai terletak pada posisi iklim musim timur dimana bulan basah terjadi antara bulan April – Oktober dan bulan kering Oktober – April. Pola hujan sangat dipengaruhi oleh pasat tenggara. Periode hujan daerah ini terjadi dua kali yakni periode Maret/April hingga Juni/Juli dengan curah hujan dapat mencapai 300 – 400 mm/bulan dan periode Desember – Januari dengan curah hujan mencapai 150 – 200 mm/bulan.

Temperatur udara berkisar 220 C – 320 C. Jenis tanah yang ditemukan yaitu tanah latosol yang memiliki lapisan tanah yang sangat tipis dengan singkapan-singkapan batu kapur.

Sumber Daya Alam

Karakteristik wilayah Desa Tongke-tongke terdiri dari 3 (tiga) wilayah, yaitu pegunungan, dataran rendah, dan lautan. Sumberdaya alam di wilayah pegunungan di Dusun Baccara dan Bentenge berupa kawasan hutan campuran serta mata air yang terletak di Supanda Dusun Bentenge.

Di wilayah dataran rendah, potensi yang dimiliki secara umum adalah lahan pertanian berupa sawah tadah hujan seluas 1603,9 are yang terbagi di Dusun Maroangin seluas 188 are, Dusun Baccara seluas 1.389 are, dan Dusun Bentenge seluas 1026,9 are. Selain lahan pertanian juga terdapat lahan perkebunan yang terletak di Dusun Baccara dan Bentenge. Luas lahan tambak/empang 54 ha meliputi Dusun Cempae 32 ha, Dusun Babana 8 ha, Dusun Maroangin 4 ha, Dusun Baccara 5 ha, dan Dusun Bentenge 5 ha, disamping itu terdapat disatu daerah aliran sungai yang melintasi Dususn Maroangin dan Dusun Baccara.

Wilayah pesisir pantai dan lautan Desa Tongke-tongke yang terletak di perairan teluk Bone, saat ini luasan hutan mangrove yang tersebar di 5 (lima) Dusun mencapai 34,78 ha. Keberadaan ekosistem mangrove yang tumbuh di sepanjang pesisir maupun di sisi pematang tambak/empang sangat dikenal karena keberhasilan masyarakat secara swadaya dalam melakukan penyelamatan dan pelestarian hutan mangrove dan sangat dirasakan manfaatnya bukan hanya sebagai pelindung dan penyangga wilayah pesisir akan tetapi menjadi suatu kebanggaan dan setidaknya telah mengangkat dan mengharumkan nama Kabupaten Sinjai umumnya dan Desa Tongke-tongke karena pada tahun 1995 berhasil mendapatkan kalpataru bidang penyelamatan lingkungan.

Potensi sumberdaya alam lainnya, yaitu berupa tanaman yang sering dimanfaatkan antara lain bambu yang dapat ditemukan di Dusun Baccara dan Dusun Bentenge, batu kerikil untuk bahan bangunan di Dusun Maroangin serta tanah untuk penimbunan di 5 Dusun. Sedangkan fauna yang sering ditemukan antara lain kelelawar yang biasa hidup di kawasan Mangrove dan binatang ternak antara lain ayam, itik, kambing, sapi, kerbau, dan kuda.

Sementara nelayan melakukan pemanfaatan sumberdaya berupa biota laut antara lain kepiting, benur, nener, udang, biri, tiram, dan beberapa jenis ikan antara lain ikan sunu, baronang, banding, mujahir, cakalang, bua-bua, terbang, dan teri. Potensi lain yang kini mulai dikembangkan dan dibudidayakan oleh beberapa masyarakat adalah rumput laut.

Sumberdaya Manusia

Jumlah penduduk Desa Tongke-tongke sebanyak 3.242 jiwa yang masuk ke dalam 614 kepala keluarga (KK), dengan penyebaran di Dusun Babana berjumlah 977 orang, Dusun Maroangin 544 orang, Dusun Baccara 566 orang, Dusun Bentenge 490 orang dan Dusun Cempae 665 orang. Jenis pekerjaan dibagi menjadi 19 jenis pekerjaan dan 4 kategori, yaitu penduduk yang melakukan pengelolaan alam, pelayanan jasa, pegawai, dan pedagang. Diantaranya sebagai berikut :

1. Nelayan, terdapat di Dusun Babana sebanyak 250 orang, Dusun Maroangin 255 orang, Dusun Baccara 10 orang, Dusun Bentenge 15 0rang sedangkan

Dusun Cempae sebanyak 300 orang sehingga jumlah keseluruhannya 785 orang. Dusun Babana, Maroangin, dan Cempae merupakan daerah pesisir pantai sehingga sebagian besar pekejaan adalah nelayan.

2. Petani sawah berada di Dusun Babana berjumlah 8 orang, Dusun Maroangin 20 orang, Dusun Baccara 75 orang, Dusun Bentenge 40 orang, dan Dusun Cempae 7 orang sehingga jumlah keseluruhan 148 orang. Dusun Baccara dan Bentenge merupakan daerah dataran rendah sehingga banyak yang bekerja sebagai petani sawah.

3. Petambak, berada di Dusun Babana sebantak 24 orang, Dusun Maroangin 18 orang, Dusun Baccara 10 orang, dan Dusun Cempae 100 orang sehingga jumlah keseluruhan 152 orang.

4. Pengasapan ikan/pengasinan berada di Dusun Babana dan Cempae masing-masing 10 orang sedangkan Dusun Maroangin dan Bentenge tidak ada, sehingga jumlah keseluruhan sebanyak 20 orang. Kegiatan pengasapan ikan/Pengasinan adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh kaum wanita.

5. Tukang Batu, Dusun Babana sebanyak 2 orang, Dusun Maroangin 2 orang, Dusun Baccara 1 orang, Dusun Bentenge 3 orang, dan Dusun Cempae 2 orang, jumlah keseluruhannya 11 orang. Sedikitnya para pekerja tukang batu karena rumah yang ada di desa Tongke-tongke adalah rumah panggung. 6. Mubaligh, terdapat merata di seluruh Dusun, yaitu Dusun Babana 5 orang,

Dusun Bentenge 3 orang Dusun Maroangin 1 orang, Baccara 2 orang, dan Cempae 5 orang jumlah keseluruhan 16 orang.

Sarana Umum

Untuk mempermudah kehidupannya maka Desa Tongke-tongke telah memiliki berbagai sarana umum, yaitu saluran air yang masuk ke dalam tambak di dusun Baccara, Dusun Maroangin, Dusun Babana, dan Dusun Bentenge masing-masing 2 unit sedangkan untuk Dusun Cempae 5 unit. Kalau dilihat dari jumlah luas tambak maka seharusnya dusun Babana memiliki saluran air tambak yang memadai untuk mengantisipasi keluar masuk air, baik air laut maupun air hujan sehingga sangat perlu penataan kembali.

Mengenai selokan/got, Tongke-tongke memiliki selokan air/got sekitar 2.140 meter, dimana 150 meter di Dusun Maroangin, Dusun Babana 1.340 meter, dan Dusun Cempae sepanjang 650 meter, kesemuanya baik hanya saja rata-rata tergenang karena tersumbat oleh sampah-sampah buangan masyarakat.

Desa Tongke-tongke memiliki sarana dan prasarana yang cukup diantaranya adalah gorong-gorong di Dusun Baccara ( 3 berfungsi dan 3 rusak), banyaknya gorong-gorong di Dusun ini karena berdekatan dengan sungai dan berada di bawah lereng-lereng gunung dan dipisah jalan raya. Di Dusun Maroangin terdapat 4 buah (3 yang baik 1 rusak), yang dilalui oleh saluran air laut yang masuk ke tambak. Di Dusun Bentenge terdapat 5 buah semuanya rusak, keberadaannya karena berada di lereng-lereng gunung dan dipisahkan dengan jalan raya sehingga air dari gunung mengalir dari atas gunung ke jalan raya. Jembatan yang dibuat oleh kelompok ACI di Dusun Cempae 1 unit dibangun di tengah-tengah hutan Mangrove memanjang keluar ke laut sebagai tempat jalan-jalan untuk melihat hutan bakau dan kelelawar serta satwa lainnya yang ada di hutan Mangrove namun jembatan ini belum rampung.

Dua buah mesjid terdapat di Dusun Baccara yang semua berfungsi untuk tempat shalat Jum’at, terdapatnya dua mesjid di Dusun Baccara karena jumlah penduduknya lebih banyak dibandingkan dengan Dusun-Dusun lainnya. Dusun Maroangin dan Dusun Babana masing-masing mempunyai sebuah mesjid yang berfungsi. Dusun Cempae terdapat juga sebuah mesjid, namun saat ini dalam renovasi dan berfungsi sementara di Dusun Bentenge terdapat 2 buah namun salah satunya dalam keadaan rusak.

Sarana air bersih di Desa Tongke-tongke belum dijangkau oleh PDAM namun pemerintah telah membuat tempat-tempat penampungan air tiap-tiap dusun, dengan pengisian oleh PDAM dengan kapasitas masing-masing 3.000 liter. Dusun Baccara memiliki sebuah bak penampungan air dan berfungsi dengan baik, di Dusun Maroangin terdapat 5 buah, Dusun Babana terdapat 4 buah, Dusun Cempae 7 buah sedangkan Dusun Bentenge memiliki 4 buah yang semuanya berfungsi baik.

Untuk mempermudah sarana transportasi di Desa Tongke-tongke memiliki jalan raya desa (aspal) yang tersebar dan berfungsi dengan baik, yaitu di Dusun

Baccara 1,5 Km, Dusun Babana 500 meter, Cempae 400 meter, dan Dusun Bentenge 1 Km, sementara di Dusun Maroangin sepanjang 750 m namun 5 m dalam kondisi rusak. Jalanan/lorong yang menggunakan Pain Blok dan masih dalam keadaan baik terdapat di Dusun Baccara sejumlah 6 buah (3 buah dapat dilalui mobil, 3 lainnya untuk pejalan kaki), Dusun Maroangin sepanjang 150 meter, Dusun Cempae 650 meter sementara di Dusun Babana dari 1.300 meter, 40 meter diantaranya dalam keadaan rusak sedangkan di Dusun Bentenge semuanya lorong dalam keadaan rusak.

Mengenai keberadaan baruga hanya satu terdapat di Dusun Cempae. Baruga yaitu tempat pertemuan masyarakat Tongke-tongke dan setiap tamu yang datang untuk melihat-lihat hutan Mangrove, itupun sudah mulai rusak, dulu pernah ada bangunan (bantuan dari pusat) yang diberikan sebagai tempat penelitian dan pengembangan hutan Mangrove namum Pemda sinjai mendirikannya di kota sehingga Baruga itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya, padahal seharusnya didirikan di Desa Tongke-tongke.

Gudang pupuk 1 unit di Dusun Baccara, sudah rusak dan tidak difungsiksn lagi. Masyarakat Desa Tongke-tongke sebagian besar mata pencahariannya adalah sebagai nelayan, oleh karena itu Pemerintah membangun 1 buah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang berada di Dusun Babana di muara sungai Baringan, namun belum difungsikan secara maksimal. Tempat Pengeringan Coklat (buah) terdapat sebuah di Dusun Bentenge dalam kondisi bagus.

Sarana Pendidikan

Sekolah Dasar (SD) tersedia dalam bentuk permanen sejumlah 2 buah, yaitu di Dusun Baccara dan Dusun Babana, hanya saja mereka masih kekurangan tenaga pengajar. Disamping SD, Tongke-tongke juga mempunyai sebuah sekolah agama berupa pesantren permanen, yang berada di dusun Baccara. Sedangkan Sekolah Taman Kanak-Kanak dan TPA ada dua buah yakni berada di Dusun Baccara dan Dusun Babana, semuanya berfungsi dengan bangunan semi permanen.

Sarana Pemerintahan

Kantor Desa Tongke-tongke sementara ini dibangun di atas lahan seluas 10 x 15 meter, yakni berada di dusun Babana, karena dusun ini dianggap sebagai pusat pemerintahan desa. Untuk kebutuhan pertanian, terdapat sebuah Kantor Balai Penyuluhan Pertanian di dusun Bentenge yang dibangun sebelum pemekaran, dan saat itu masih milik pemerintah kecamatan.

Sumberdaya Sosial

Dalam melaksanakan pembangunan perlu diperhatikan masalah sumberdaya sosial, karena potensi ini merupakan salah satu potensi yang mampu menjaga keutuhan dan kebersamaan masyarakat, baik dalam menghadapi pengaruh dari luar maupun untuk mengatasi permasalahan di dalam. Desa Tongke-tongke memiliki kemampuan sosial yang cukup potensial, seperti lembaga-lembaga di tingkat desa.

Pemerintahan desa untuk sementara ini dalam pembenahan, Desa Tongke-tongke terdiri dari 5 (Lima) dusun, yakni Dusun Baccara yang terdiri dari 2 Rukun Warga (RW) dan 6 Rukun Tetangga (RT), Dusun Babana (1 RW, 3 RT), Dusun Bentenge (1 RW, 3 RT), Dusun Maroangin (1 RW, 2 RT), dan Dusun Cempae (2 RW, 4 RT).

Kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) terdapat masing-masing satu kelompok di Dusun Baccara, Dusun Bentenge, dan Dusun Cempae. Sedangkan di Dusun Maroangin terdapat 2 kelompok, serta di Dusun Babana 3 kelompok. Desa Tongke-tongke memiliki 5 buah Posyandu, masing-masing berada di tiap dusun, yang aktif melakukan imunisasi/penimbangan setiap bulan, hanya saja tenaga medisnya terbatas.

Sementara badan legislatif di tingkat desa, yaitu Badan Perwakilan Desa (BPD) sebagai wadah penyalur aspirasi masyarakat mempunyai pengurus sebanyak 11 orang dengan peranan membuat peraturan-peraturan desa. Desa juga memiliki Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Semua lembaga desa semuanya mempunyai pengurus dan mencoba aktif membantu desa dengan menjalankan tugas sesuai fungsinya masing-masing.

Aktifitas keagamaan sangat tinggi, ini terlihat di setiap dusun memiliki masjid dengan pengurus remaja masijd yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti pengajian, tadarrusan, lomba hapal Surah-surah pendek bagi anak-anak, lomba adzan, dan lomba pidato setiap tahun.

Desa Tongke-tongke juga mempunyai organisasi-organisasi kepemudaan seperti Persatuan Sepak (PS) Bola Aku Cinta Indonesia, PS Harapan Jaya, Persatuan Tenis Meja Laba-laba, Persatuan Bulu Tangkis Mario Riawo, bola volley serta karang taruna, kesemuanya ini aktif di bidangnya masing-masing. Khususnya tenis meja, Desa Tongke-tongke selalu menjadi juara di tingkat kabupaten dan mewakili Kabupaten Sinjai di Tingkat Provinsi.

Sementara kelompok arisan terdiri dari beberapa kelompok yaitu satu kelompok arisan PKK di tingkat desa, kelompok arisan ibu-ibu rumah tangga yang tersebar di empat dusun yaitu, Dusun Baccara (2 kel.), di Dusun Bentenge (1 kel.), Dusun Morangin (1 kel.), Dusun Babana (4 kel.), dan Dusun Cempae (2 kel.). Selain itu terdapat juga kelompok arisan anak-anak yang tersebar di Dusun Baccara (1 kel), Dusun Maroangin (2 kel.), Dusun Babana (2 kel.), semua kelompok arisan berjalan dengan aktif.

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang ada di Desa Tongke-tongke terdiri dari KSM Aku Cinta Indonesia (ACI) bergerak masalah pengelolaan hutan mangrove, KSM Tulung Mario pengasapan ikan di Dusun Babana, KSM Sipakainge penjual barang campuran (kebutuhan rumah tangga) di Dusun Maroangin, KSM Sipatuo penjualan ikan mentah di Dusun Cempae, Kerukunan Keluarga Tiga Nenek semacam ikatan kekerabatan keluarga di Dusun Cempae, kelompok nelayan terdapat di tiga dusun, yaitu Dusun Maroangin, Dusun Babana, dan Dusun Cempae, kelompok petani tambak hanya terdapat di Dusun Bentenge, Kelompok Akar Laut di Dusun Babana, Kelompok Samaturu di Dusun Cempae, Kelompok Nelayan Masban di Dusun Babana.

Sumberdaya Ekonomi

Potensi sumber daya ekonomi di Desa Tongke-tongke, dapat dilihat dengan cara melakukan pendataan barang dan yang masuk serta barang dan jasa yang dikeluarkan. Data ini akan memberikan gambaran tingkat kebutuhan dan

kemampuan Desa Tongke-tongke dalam memenuhi kebutuhan sendiri maupun kebutuhan pasar bagi pihak luar. Uraian di bawah menunjukkan tingkat hubungan potensi ekonomi desa.

Barang dan Jasa

Nelayan adalah pekerjaan yang paling banyak digeluti masyarakat karena lokasinya merupakan wilayah pesisir. Nelayan yang ada di Tongke-tongke terbagi atas (1) nelayan kecil yang hanya menggantungkan hidupnya di laut sekitar Sinjai dan (2) nelayan besar (penongkol) yang biasanya menangkap ikan di daerah Flores dan Jawa dengan waktu berbulan-bulan.

Kebutuhan nelayan antara lain : pancing, kawat, tasi/nilon ukuran 50, pukat, perahu, mesin (Mitsubishi, Kubota, Yanmar, Honda), es balok, dan kili-kili. Pemenuhan kebutuhan tersebut biasanya setiap satu kali melaut sekitar 15 hari sekali. Sebagian besar pemenuhan kebutuhan tersebut dipenuhi dari Pasar Sentral Sinjai yang merupakan urat nadi perekonomian di Kabupaten Sinjai.

Uraian tersebut menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan masyarakat nelayan begitu tinggi dari pihak luar untuk melakukan pekerjaannya, serta diperlukan modal besar untuk sekali melaut, sehingga terkadang nelayan sangat menggantungkan hidupnya kepada kepada tengkulak sebelum mereka melaut.

Sejarah Hutan Mangrove Tongke-Tongke

Kondisi hutan mangrove di pesisir Timur Sinjai pada tahun 1985 dalam keadaan rusak, dan pantai timur dalam keadaan terbuka. Pada saat itu angin kencang, ombak besar menghantam tempat permukiman nelayan di pantai tersebut. Lumpur di pantai dan muara sungai mencapai kedalaman 0,50 meter dan masyarakat merasakan penderitaan. Dengan keadaan ini muncul pemikiran dari tokoh-tokoh masyarakat untuk melaksanakan penanaman mangrove jenis

Tabel 12. Luas Penanaman Mangrove Tiap Tahun di Kabupaten Sinjai

Tahun Penanaman (Ha)

1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 198,50 102,00 129,00 90,20 32,70 22,00 37,70 64,00 21,00 20,60 24,00 30,00 15,00 Penyulaman Sumber Data: Dinas PKT Kab.Sinjai,1999

Hutan mangrove di Tongke-Tongke yang merupakan swadaya masyarakat setempat, sehingga partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove tersebut sangat baik. Hal ini didukung dengan kebijakan pemerintah daerah yang telah mengeluarkan PERDA No. 8 Tahun 1999 tentang Pelestarian, Pengelolaan, dan Pemanfaatan Hutan Mangrove.

Penetapan kebijakan pelarangan penebangan hutan mangrove oleh pemerintah bertujuan agar hutan mangrove yang ada saat ini dijaga keberadaannya agar tetap lestari guna kepentingan masyarakat setempat.

Sebelum kebijakan pemerintah daerah menetapkan pelarangan penebangan hutan mangrove swadaya masyarakat di Tongke-Tongke, terlebih dahulu telah diterapkan aturan lokal melalui penetapan sebagian lahan mangrove masyarakat sebagai Hutan Kesepakatan Desa yang tidak boleh diganggu dan dijamah oleh siapapun. Masyarakat setempat sudah tidak lagi memanfaatkan mangrovenya secara bebas. Kemudian tahun 1999, pemerintah daerah menetapkan kebijakan pelarangan penebangan mangrove yang diatur dalam Perda No. 8 Tahun 1999. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah menerima kebijakan tersebut. Indikasi keefektifan kebijakan pemerintah berjalan dengan baik adalah: (1) masyarakat tidak lagi mengganggu ekosistem mangrove yang ada, walaupun mangrove tersebut miliknya. Mereka hanya memanfaatkan ranting-ranting kayu dan kayu mangrove yang sudah mati alami, (2) masyarakat menyadari sepenuhnya

manfaat hutan mangrove sebagai bagian dari hidupnya, (3) masyarakat mempertahankan ekosistem mangrove dari gangguan luar yang mengancam kepunahannya sejak adanya kesepakatan hutan desa hingga ditetapkannya kebijakan pemerintah.

Pemerintah daerah menetapkan kebijakan lebih bersifat strategi dalam penyelamatan lingkungan pantai dari amukan ombak, hempasan badai, dan abrasi pantai. Pemerintah daerah sangat memahami kepentingan dan kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan hutan mangrove yang telah berhasil dilestarikan, yang saat ini telah berfungsi secara ekologi (melindungi pantai dari abrasi), biologi (tempat berbagai biota air), dan ekonomi (penjualan kayu bakar dari hasil pemangkasan secara terbatas, penjualan bibit/buah Mangrove, dan penjualan kulit batang serta ranting-ranting kecil).

Keberadaan vegetasi mangrove ini berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan khususnya kawasan pesisir, karena fungsi ekologisnya. Jika kawasan mangrove di Tongke-Tongke dipertahankan tanpa mengabaikan manfaat lain yang dapat diperoleh dari keberadaan vegetasi mangrove tersebut antara lain sebagai kawasan tambak maka diharapkan dapat dicapai suatu keuntungan ekonomi dan kelestarian kawasan pesisir.

Dokumen terkait