• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: ANALISIS RETORIKA K.H. YAHYA

A. Retorika Dakwah KH Yahya Zainul Ma‟arif,

Dalam sejarah retorika, yaitu; diperkirakan mulai sejak tahun 467 sebelum Masehi, tokoh yang pertama kali menerbitkan buku yang membahas tentang retorika, yaitu Korax, yang merupakan seorang Yunani dan memiliki murid yang bernama Teisios. Retorika dijadikan sebagai seni berbicara dan kepandaian mengolah bahasa dan kata-kata, yang hal itu sudah ada jauh lebih awal seperti yang terdapat dalam kesusasteraan Yunani kuno. Dalam keterangan bukunya Rahmat mengatakan, bahwa Homerus dalam Ilias dan Odyssee yang menulis pidato yang Panjang dan sistematis. Begitu juga dengan Mesir, Cina, dan India yang sudah mengembangkan seni berbicara, yang dalam hal ini sebagai contoh; peretorika yang benar dari Plato terhadap Gorgias dan Scorates.25

Kata retorika merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu;

“rethor” yang dalam bahasa Inggris yaitu “orator” yang memiliki makna orang yang mahir dalam bebicara di hadapan umum.26Makna retorika secara etimologi adalah kemampuan berbicara, kecakapan berpidato di hadapan

25 Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011 ), h 6.

26 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

2000), h 112.

publik. Kata retorika memiliki arti yang sama atau dengan kata lain bersinonim kata dengan pidato, komunikasi lisan, dan pembicaraan public.27

Retorika, bisa dikatakan sebagai rayuan terhadap orang lain tentang sesuatu yang dianggap baik dari latarbelakangnya, kekinian dan masa depannya. Yaitu dengan kata lain metode ini ialah untuk melakukan suatu bujukan dan hal ini masuk dalam kategori pembahasan seputar retorika.28

Retorika merupakan Sebagian dari pembagian ilmu bahasa atau bahasa ilmiahnya retorika merupakan sebagian kajian ilmu linguistic, khususnya yang terkait ilmu bina bicara atau sperecherziehugyang mencakup monologi, dialogika dan pembinaan Teknik berbicara, yaitu :

Monologi adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog atau seorang diri, yaitu seorang yang hanya berbicara.seperti salah satu contoh bentuk yang termasuk dalam monologika yaitu pidato, kata sambutan, kuliah, deklamasi, khutbah dan ceramah.

Dialogika merupakan suatu ilmu seni berbicara secara dialog (face to face), dimana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam proses pembicaraan. Bentuk dialogika antara lain Tanya jawab, debat, percakapan, perundingan dan diskusi.

Pembinaan teknik bicara yaitu suatu efektivitas monologika dan dialogika tergantung juga pada teknik bicara.Teknik bicara ini merupakan syarat bagi retorika.Jadi pembinaan teknik bicara merupakan bagian yang penting dalam retorika.Bagian ini perhatian lebih diarahkan pada pembinaan teknik bernafas, teknik mengucap, bina suara, teknik membaca dan bercerita.29

27 Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011 ), h 14.

28 Yusuf Zainal Abidin, Pengantar Retorika, (Bandung: Pustaka Setia, 2012) h 3.

29 Dori Wuwur Hendrikus, Retorika, (Jakarta: CV Firdaus, 1933) h 16-17.

23

Dalam pandangan Jalaluddin Rakhmat, retorika merupakan kecakapan seseorang dalam mengatur komposisi kata-kata agar timbul suatu kesan yang diinginkan oleh publik. Karena sesungguhnya pengertian dari retorika, ialah apa yang disampaikan oleh kedua tokoh itu hanyalah sebatas pada kepandaian berbicara dan merebut simpati massa.30Artinya, retorika merupakan suatu kepandaian seseorang dalam mengulah kata-katanya, sehingga mampu membuat pendengarnya terkesimak.

Plato, mendefinisikan retorika ialah suatu usaha untuk merebut jiwa manusia melalui kata-kata.31 Dengan kata lain plato mempunyai pandagan tentang retorika, yaitu; penekanannya lebih terhadap psikologi dalam menyampaikan yang berupa usaha merebut jiwa massa, perlu disadari, bahwa tidak semua yang mempunyai kelihayan berbicara didepan umum, baik dengan lantang atau lancar mampu merebut jiwa massa. Sehingga bukan jaminan massa menyukai pembicara yang pandai dari berbicara, namun terkadang terdapat, seseorang yang tingkat kepadaiannya dalam berbicara biasa saja, akan tetapi mampu mebuat massa tertarik. Misal; karena diksi yang disampaikan indah, benar dan terkadang di bumbuhi humor, sehingga massa merasa tidak bosan, malah justru akan senang mendengarkannya.

Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat para tokoh yang menjelaskan tentang retorika, yaitu; dapat dikatakan retorika merupakan suatu seni atau ilmu berbicara, yang memaparkan tentang cara menyampaikan kata-kata secara efektif, sehingga pesan yang terkandung dapat tersampaikan dan pendengar dapat mengerti dengan mudah.

B. Ragam Gaya Retorika

Dalam ragam gaya retorika terdapat tiga macam gaya bahasa yaitu :

30 Ahmad Syahroni Jaswadi , Retorika (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2014) h 11-12.

31 Yani Mulyani, Tanya Jawab Dasar-Dasar Retorika, (Bandung: Amico, 1981) h 10.

1. Gaya Bahasa

Secara umum, gaya bahasa adalah cara mengungkapkan diri sendiri melalui bahasa. Gaya atau khususnya gaya bahasa, dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata stylus.Yaitu; semacam alat untuk menulis pada lempeng lilin. Alat ini memiliki keahlian dalam mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempeng tersebut. Apabila dititik beratkan pada keahlian menulis, maka style bermakna sebagai kemampuan dan keahlian untuk menulis dengan menggunakan kata-kata yang indah.32

Gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya penggunaan kata, frase atau klausa untuk menghadapi situasi tertentu. Umumnya gaya yang digunakan relative tetap, jadi bagi para penceramah gaya yang sudah menjadi ciri khas lebih diperbaiki dan diperbanyak sehingga lebih bervariasi. Hal itu juga untuk menjauhkan rasa kebosanan dan dugaan yang kurang baik dari audiens.33

Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut:

a. Penggunaan kata terarah

Pemakaian kata yang tidak terarah, penggunaan kalimat yang berbelit-belit. Menandakan, bahwa pembicaraan atau penulis tidak tahu apa yang dikatakannya. Bahasa adalah alat untuk bertemu dan bergaul, karena itu, ia harus digunakan secara tepat.

32 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

2000), h 113.

33 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, ( Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h 118.

Gaya suara merupakan seni dalam berkomunikasi dengan memberikan tekanan-tekanan tertentu pada kata-kata yang memerlukan perhatian khusus.35 Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi gaya suara yaitu:

a. Nada

Nada dalam suara selagi berbicara tidak boleh terlalu tinggi maupun terlalu rendah, tetapi enak digunakan.Dan setiap pembicara harus mempelajari berbagai variasi dalam

34 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), h 113-115.

35 A.W. Widjaja, Komunikasi-Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta:

Bumi Aksara, 1993), h 50

nada untuk menghasilkan yang terbaik.36 Dalam bahasa-bahasa tonal biasanya dikenal lima macam pitch, yaitu : 1) Nada naik atau tinggi yang diberi tanda garis ke atas / ↑ / 2) Nada datar diberi tanda garis lurus mendatar / ↔ /

3) Nada turun atau merendah diberi tanda garis menurun / ↓ / 4) Nada turun naik, yakni nada yang merendah lalu meninggi

diberi tanda / ˄ /

5) Nada naik turun, yaitu nada yang meninggi lalu merendah, diberi tanda / ˅ /

Nada yang menyertai bunyi segmental di dalam kalimat disebut intonasi. Dalam hal ini dibedakan menjadi empat macam nada:

1) Nada yang paling tinggi diberi tanda dengan angka 4 (keterangan : suara yang keluar keras dan sangat tinggi).

2) Nada tinggi yang diberi tanda 3 (keterangan : suara yang keluar seperti berbicara tegas-ketegasan).

3) Nada sedang atau biasa yang diberi tanda dengan angka 2 (keterangan : suara yang keluar seperti orang bicara datar tetapi agak keluar otot leher)

4) Nada rendah yang diberi tanda dengan angka 1 (keterangan : suara yang keluar seperti orang berbicara biasa, namun tidak keluar otot leher).37

b. Rate

Rate atau kecepatan merupakan cepat lambat dalam irama suara.Biasanya cepat atau lambatnya suara berhubungan erat dengan Rhythm dan irama.Seseorang pembicara mesti

36 Bormann G. Nancy dan Bormann G. Ernest. Retorika Suatu Pendekatan Terpadu,(Jakarta: Erlangga, 1989), h 65.

37 Achmad HP, Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta: Erlangga, 2012), h 34.

27

memperhatikan masalah ini. Suara yang disampaikan terlalu cepat atau terlalu lambat, akan menyulitkan pendengar dalam menangkap maksud pembicaraan.38

Kecepatan berbicara, menunjukkan jumlah kata yang diucapkan dalam satu menit. Rate ini dipengaruhi isi pesan, intelektual pesan, dan tingkat emosionalitas, serta besarnya ruangan yang dipakai untuk berpidato. Misalnya, seorang pembicara sedang mengutarakan persoalan yang sulit, dan berbicara didepan khalayak dalam ruangan yang luas, sebaiknya memperlambat kecepatan bicara.Jadi , rate membantu untuk menyampaikan pengertian, mengungkapkan perasaan, dan memberikan tekanan pada gagasan yang perlu ditegaskan.39

Pada percakapan normal, kecepatan berbicara diantara 130 dan 180 kata permenit.Tetapi laju yang terbaik dalam berpidato ditentukan oleh “apakah para pendengar dapat mengerti apa yang kamu katakan“.40 Tetapi laju pidato yang terbaik adalah pendengar bisa menangkap apa yang dikatakan seorang pembicara.

c. Pause (jeda)

Jeda dapat dikatakan sebagai bagian rate atau kecepatan, yang berfungsi sebagai pungtuasi lisan. Umumnya jeda yang singkat berguna untuk titik pemisah, seperti fungsi koma, dalam penulisan. Sedangkan jeda panjang biasanya untuk

38 Gentasri Anwar Retorika Praktis Teknis dan Seni Berpidato, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h 87.

39 Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011 ), h 8.

40 A.W. Widjaja, Komunikasi-Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta:

Bumi Aksara, 1993), h 50.

memisahkan pemikiran yang lengkap seperti kalimat, tanda seru, tanda tanya dalam sebuah kalimat. Jeda memungkinkan pembicara berfikir sejenak tentang pikiran, gagasan, atau ide yang akan dikemukakan. Jeda dapat bersifat penuh dan dapat juga bersifat sementara. Biasanya, dibedakan antara sendi dalam dan sendi luar.41

Sendi dalam menunjukkan batas antara satu silabel dengan silabel yang lain. Sendi dalam ini, yang menjadi batas silabel, biasanya diberi tanda tambah (+), misalnya:

/ta+mu/

/le+ma+ri/

Sendi luar menunjukkan batas yang lebih besar dari segmen silabel. Dalam hal ini dapat dibedak menjadi:

1) Jeda antar kata dengan frase diberi tanda berupa garis miring tunggal (/)

2) Jeda antar frase dalam klausa diberi tanda berupa garis miring ganda (//)

3) Jeda antar kalimat dalam wacana diberi tanda berupa silang ganda (#).42

d. Loudness

Loudness menyangkut keras atau tidaknya suara.Seorang pembicara harus mampu mengatur lunaknya suara yang dikeluarkan, yang tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi.

29

Gerak tubuh disebut juga sebagai komunikasi non verbal.Gerak tubuh juga membantu menguatkan bunyi vocal, dan menguatkan ucapan bagi seorang pembicara. Gerak tubuh dalam komunikasi terdiri dari:

a. Sikap badan

Sikap badan selama berbicara (terutama pada awal pembicaraan) baik duduk menentukan berhasil atau tidaknya penampilan kita sebagai pembicara. Selain itu juga dapat menimbulkan beberapa penafsiran dari pendengar.

b. Kontak mata

Cara seseorang wicara mengamati audiens waktu berbicara. Kontak mata ini menunjukkan pada orang lain, bagaimana perasaan kita terhadap mereka. Menjaga kontak mata itu penting, karena membantu pendengar berkonsentrasi pada apa yang disampaikan pembicara, dan membantu mendapat wawasan tentang reaksi pendengar terhadap pidato yang disampaikan pembicara.

c. Penampilan dan pakaian

Masalah pakaian juga perlu diperhatikan, karena pakaian bagian dari diri seseorang. Jika pakaian dinilai kurang pantas, berarti diri kita belum tampil maksimal di depan umum. Kata orang pakaian yang pantas pasti akan menambah kewibawaan.

Seorang pembicara bisa menanyakan kepada panitia penyelenggara tentang tema acara tersebut, biar bisa menyesuaikan tentang pakaian apa yang akan digunakan.

d. Ekspresi wajah

Salah satu alat terpenting yang digunakan pembicara dalam berkomunikasi non verbal yang meliputi senyuman,

Seni retorika dakwa yaitu pembahasan mengenai penyaimpaian dakwa dengan baik. Dalam menyampaikan dakwah atau pidato seseorang harus memperhatikan beberapa hal yaitu diantaranya:

1. Suara : pemeliharaan, penigkatan, dan pengaturan45

43 Bormann G. Nancy dan Bormann G. Ernest. Retorika Suatu Pendekatan Terpadu,(Jakarta: Erlangga, 1989), h 127.

44 Tristan Rokhmawan, Gerakan dan Oratori (Ebook, 2016), h 4.

45 Yusuf Zainal Abidin, Pengantar Retorika, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h 115-125.

31

Suara merupakan factor yang paling penting dalam berpidato.

Khalayak masyarakat akan lebih senang terhadap suara yang memiliki khas variatif, fleksibel, jelas, enak didengar, dan selaras.

Suara yang memiliki kualitas dan kuatitas seperti itu tidak dimilki semua orang secara alami, akan tetapi meski demikian terdapat beberapa cara untuk merekayasa suara yang alami agar mampu mempunyai kualitas dan kuantitas yang seperti itu yaitu diantaranya:

a. Pemeliharaan

Pemeliharaan dalam suara dapat dilakukan dengan enam cara, yaitu:

1) Keseimbangan dalam segala sesuatu. Makana dan minuman dikonsumsi tanpa berlebih-lebihan. Seperti apa yang tergambar dalam hadist Nabi disebutkan

“makanlah ketika lapar, dan berhentilah sebelum kenyang” pesan hadist ini ialah bagaimana seseorang dituntut untuk menjaga keseimbangan.

2) Ketika dalam keadaan kenyang atau perut dalam kondisi penuh sebaiknya tidak menggunakan atau memaksakan suara lantang, karena tetap memaksakannya maka akan mengurangi kualitas suara.

3) Hendaknya jangan memaksakan suara yang melebihi batas kemampunannya, karena hal itu dapat menyebabkan pita suara lelah bahka dapat membuat pita suara yang rusak.

4) Hendaknya juga menghidari makanan-makanan yang dapat merusak suara misal asam cuka, jeruk, minuman

yang dingin atau bercampur es, mentega, kacang-kacangan, dan lain-lain.

5) Hendaknya melakukan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan suara, seperti minuman hangat, telur mentah, mandi dengan air hangat dan berolah raga yang teratur.

b. Peningkatan

Adapun cara agar dapat meningkatkan kualitas suara yaitu:

1) Berolahraga, khususnya berjalan kaki.

2) Selalu berlatih secara rutin dalam bersuara dengan nada rendah dan bersuara dengan nada tinggi.

3) Berlatih dengan membaca dengan suara yang keras di dalam suatu tempat atau ruangan, agar tingkat lever kekuatan suara semakin hari semakin tinggi.

4) Melatih nada tinggi dengan meningkatkan suara pada pembicaraan tertentu yang dianggap penting.

c. Pengaturan suara

Peangaturan suara yang terdiri dari pengucapan, logat variasi suara, nada, penekanan, dan jeda.

2. Raut Muka : Empati, Ekspresi, dan Jati diri46

Pada raut muka audien tergantung pada penilaian terhadap pembicara.Karena raut muka menyatakan lebih dari sekedar bahasa yang diungkapkan.Salah satu hal untuk dipelajari adalah seni untuk merasa.

46 Yusuf Zainal Abidin, Pengantar Retorika, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h 115-125.

33

Seni merupakan sesuatu yang kurang lebih dirasakan oleh orang lain diandaikan sedang anda merasakan juga. Baik itu yang terkait suka, duka, marah, memaafkan, bersabar, dan lain-lain.

Raut muka mengekspresikan jiwa terutama melalui sorot mata.Ketika jiwa sedih, mata terlihat redup. Ketika jiwa gembira, maka mata akan tampak terang. Tidak hanya itu ketika mata pembicara sayu maka akan dapat mendorong mata pendengarnya untuk menjadi sayu.

Selain mata, alis juga membentuk bahasa nonverbal dalam mimic muka. Ketika seseorang marah, alis menegang. Dalam suka cita, alis tampak rileks. Begitu juga dalam kesedihan, maka alis akan terlihat menciut. Ekspresi-ekspresi seperti itu perlu diperhatikan oleh pembicara.

Hidung juga perlu diposisikan secara wajar, nafas pun juga diatr secara alami. Jangan terlalu sering menyentuh hidup, menarik dan menghembuskan nafas terlalu dalam, karena akan menggangu pendengar.

Bibir pun perlu diperhatikan, pembicara sebaiknya harus memperhatikan gerak bibir agar terlihat wajar.Supaya tidak terjadi gangguan dalam berkomunikasi.

3. Gerak tubuh : makna, kualitas dan gaya47

Gerak tubuh (gesture) mencakup gerak kepala, badan dan lengan.Dalam retorika gerak tubuh ditinjau dari maknanya, kualitasnya, dan gayanya.Semua gerak tubuh dapat diukur kualitasnya dengan delapan parameter.

a) Pertama, kecemerlangan. Gerak tubuh dinyatakan cemerlang bila mengalir tanpa batas, disiapkan dengan langkah-langkah

47 Yusuf Zainal Abidin, Pengantar Retorika, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h 115-125.

anggun, berpindah satu gerak ke gerak yang lain dengan mudah dan tepat tanpa kaku.

b) Kedua, gerak tubuh yang gagah. Kegagahan gerak tubuh didorong oleh rasa percaya diri.

c) Ketiga, keragaman. Gerak tubuh seseorang pembicara diharapkan tidak menoton. Orator dapat mencocokkan gerak tubuhnya dengan perasaan dan situasi yang dihadapi.

d) Keempat, bertentangan. Kekuatan dalam gerak bertentangan ditopang oleh pendirian yang teguh.

e) Kelima, sederhana. Gerak tubuh secara sederhana muncul secara natural, sesuai situasi dan perasaan.

f) Keenam, anggun. Gerak tubuh yang anggun tentu saja gerakan yang tidak kaku, tidak janggal, dan tidak vulgar.

g) Katujuh, sopan. Gerak tubuh yang sesuai normal yang berlaku dan tidak memalukan.

h) Kedelapan, ketepatan. Gerak tubuh yang dipersiapkan dengan baik yang muncul sesuai dengan perasaan dan kondisi.48

48 Yusuf Zainal Abidin, Pengantar Retorika, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h 115-125.

35

b. Setelah menyelesaikan pendidikannya di madrasah diniyah beliau langsung melanjutkan pendidikannya di sekolah dasar negeri Blitar (SDN Blitar) dari tahun 1979-1985.

c. Setelah lulus dari sekolah dasar negeri Blita beliau melanjutkan pendidikan formalnya di sekolah lanjut tahap pertama negeri Blitar (SLTPN Blitar) dari mulai tahun 1985 sampai 1988.

d. Setelah tamat dari Sekolah Tahap Pertama Negeri Blitar beliau dikirim ke pesantren oleh ayahnya untuk mengenyam pendidikan agama lebih mendalam yaitu di pesantren Darullughah Wadda‟wah Bangil Pasuruan sambil melanjutkan pendidikan formalnya di SMAN Blitar pada tahun 1988 sampai 1993.

e. Kemudian pada tahun 1993 hingga 1996 mengajar di pesantren Darullughah Wadda‟wah Bangil Pasuruan sebagai masa khidmah Buya Yahya ke pesantren tempat Buya Yahya pernah menimbah ilmu.

f. Pada tahun 1996 beliau pergi melanjutkan pendidikannya di Yaman yaitu di Al-Ahgaff University Yemen, Fakultas Syariah dan Qonun Jurusan Fiqih dan Ushul Fiqih dari tahun 1996 hingga lulus sebagai sarjana S1 di tahun 2000.

g. Kemudian beliau melanjutkan ke pasca Sarjana dengan Universitas dan jurusan yang sama yaitu Al-Ahgaff University Yemen, Fakultas Syariah dan Qonun Jurusan Fiqih dan Ushul Fiqih dari tahun 2000 sampai 2005.50

50 Wawancara pribadi Saepul Anwar dengan Ust Arif Billah. Lihat Saepul Anwar.

“Penerapan Retorika Dalam Dakwah KH Yahya Zainul Ma‟arif Di Ponpes Al-Bahjah”(Skripsi Sarjana. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah,2016.

37

Ketika beliau berada di Yaman kurang lebih Sembilan tahun lamanya beliau banyak sekali belajar kitab-kitab kuning diantaranya kitab Fiqih, Ilmu Hadis, Tauhid, Ulumul Qur‟an dan Mustholah Hadist.Meski beliau tidak pesantren belaiu banyak sekali mendapatkan kesempatan untuk belajar ilmu-ilmu atau belajar kitab-kitab kuning dari guru-gurunya.Sebab belaiu ketika pagi belajar di kampus dan mulai sore hingga malam beliau mendapatkan waktu khusus untuk menimbah ilmu agama lebih banyak di Rubath Tarim.

Kemudian setelah beliau pulang dari Yaman yaitu pada tahun 2005 akhir dan 2006 awal beliau pergi ke Cirebon dalam rangka menjalankan tugas dari gurunya yaitu rector Universitas Al-Ahgaff Almurobbi Profesor Doktor Al Habib Abdullah bin Muhammad Baharun untuk memimpin Pesantren persiapan bagi mahasiswa sebelum kuliah ke Universitas Al-Ahgaff di Yaman.

Yaitu untuk menjalankan aktivitasnya Buya Yahya mengontrak tempat di Ponpes Nuurussidiq, Tuparev Cirebon.Hal itu berlangsung hingga pertengahan 2006. Setelah itu pada akhir 2006 beliau kembali menghadap kepada gurunya untuk memulai dakwah dan mulai saat itu ia telah diizinkan untuk berdakwah ke masyarakat. Belaiu memulai berdakwah dari hal kecil, tidak memaksa dan apa adanya. Dengan penuh kesabaran Buya Yahya memasuki mushollah-mushollah kecil hingga belaiu membuka majlis-majlis ta‟lim di Masjid terbesar di Cirebon Masjid At-Taqwa alun-alun setiap senin malam selasa yang semula hanya

dihadiri 20 orang hingga saat ini jamaah memenuhi ruangan dan halaman masjid.51

Buya Yahya juag dikenal dengan sosok yang sangat bersahaja santun dalam bertutur dan bersikap serta mudah berinteraksi di masyarakat.Beliau merupakan sosok yang aktif dalam organisasi, baik organisasi yang ada dalam intansi kepemerintahan seperti rukun tetangga dan rukun warga, maupun organisasi kemasyarakatan seperti remaja masjid dan peguyuban.Beliau pun belajar bagaimana berorganisasi yang baik dan bagaimana mengelola organisasi itu dengan semaksimal mungkin.Pada akhirnya ide-ide, gagasan, ataupun hasil pemikiran beliau banyak diterima oleh rekan-rekan seperjuangan dan lingkungan sekitar.

Selain dalam organisasi beliau juga aktif dalam aktifitas dakwa di media telivisi baik swasta nasional maupun local, seperti di MNC TV, TV9 Surabaya, BBS TV Kediri, Radar Cirebon TV, Cirebon TV, dan Hidup Indah bersama Buya Yahya, Batam TV Kabel Channel I.

Buya Yahya juga aktif berdakwah melalui radio yakni pada RADIOQU 107,9 FM yang terdapat di berbagai daerah Indonesia.

Beliau juga aktif melalui media social seperti facebook dengan

51 Wawancara pribadi Saepul Anwar dengan Ust Arif Billah. Lihat Saepul Anwar.

“Penerapan Retorika Dalam Dakwah KH Yahya Zainul Ma‟arif Di Ponpes Al-Bahjah”(Skripsi Sarjana. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah,2016.

39

nama Buya Yahya Al Bahjah dan media social Youtube dengan nama kanal Majelis Al Bahjah.52

proposional dan telah banyak mencetak alumni yang berkiprah di tingkat nasional dan internasional.Di pondok pesantren inilah beliau mendapatkan bekal dasar utama dalam berbagai disiplin pengetahuan, baik umum maupun agama. Guru uatama beliau, Buya KH. Miskun as-Syatibi ialah orang yang paling berpengaruh dalam menghadirkan kecintaan beliau terhadap al-Qur‟an dan pengalaman pengetahuan.

Selama masa pendidikan ini beliau telah meraih banyak penghargaan baik tingkat pondok, kabupaten Garut, bahkan propinsi Jawa Barat, khususnya dalam hal syarh Al-Qur‟an.Di tingkat II Aliyah beliau bahkan pernah menjadi utusan termuda dalam program Daurah Tadribiyyah dari Universitas Islam Madinah di Ponpes Taruna Al-Qur‟an Yogyakarta.Beliau juga sering kali dilibatkan oleh pamannya KH. Rafiuddin Akhyar, pendiri Dewan Dakwah Islam Indonesia di Banten untuk terlibat dalam misi dakwah di daerah Banten.

Ustaz Adi Hidayat lulus dengan predikat santri teladan dalam 2 bidang sekaligus (Agama dan Umum) serta didaulat menyampaikan makalah ilmiah “konsep ESQ dalam al-Qur‟an”

dihadapan tokoh pendidikan M. Yunan Yusuf. Tahun 2003 Ustaz Adi Hidayat mendapatkan undangan PMDK dari fakultas Dirasah Islamiyyah (FDI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bekerja sama dengan Universitas al-Azhar Kairo, hingga diterima dan mendapat gelar mahasiswa terbaik dalam program ospek. Tahun 2005, beliau mendapat undangan khusus untuk melanjutkan studi

Dokumen terkait