• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Penelitian yang mengambil objek sebanyak tujuh TBM ini merupakan bentuk penelitian deskripsi tentang apa yang terjadi pada fenomena kehadiran TBM yang berada di lingkungan masyarakat perkotaan, pemilihan tujuah TBM dianggap sudah cukup representatif untuk mewakili penggambaran atas keadaan TBM di kota Medan, karena dari ketujuh TBM telah mewakili kondisi di lapangan tentang TBM. Dengan kondisi yang telah dijelaskan maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Pengelola TBM hendaknya membenahi TBM dengan fasilitas yang memadai, tidak perlu dengan mebeler yang lengkap namun menata TBM dengan seunik mungkin agar masyarakat tertarik untuk datang.

2. Pemerintah terkait seperti dari dinas pendidikan dan perpustakaan umum daerah juga diharapkan andilnya dalam pembinaan dan pendanaan.

3. Promosi dalam melakukan kegiatan TBM juga harus dilakukan dengan pengelola dengan mengajak peran serta pemerintahan daerah seperti RT/RW setempat.

4. Komitmen dan konsistensi pengelola dalam melakukan kegiatan TBM. Pengelola seharusnya fokus terhadap TBM, mungkin sementara bukan pengembangannya namun dengan fokus membenahi TBM saja sudah membantu kegiatan TBM agar bisa berjalan dengan baik.

5. Perlu pengadaan pustakawan kontrak untuk mengelola TBM yang didanai oleh APBN dan APBD.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar. 1997. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

---. Ilmu Pendidikan. 2001. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Penertbit Ghalia Indonesia.

Daldjoeni, N. 1997. Seluk Beluk Masyarakat Kota. Bandung: Penerbit P.T. Alumni.

Direktorat Pembina Pendidikan Masyarakat. 2012. Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat Ruang Publik. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

---. 2012. Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengolahan Taman Bacaan Masyarakat Tahun 2012. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Direktorat Pendidikan Masyarakat. 2006. Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

---. 2006. Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Fajri, Em Zul (Editor). 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa Publisher.

Gong, Gol A. dan Agus M. Irkham. 2012. Gempa Literasi: Dari Kampung untuk Nusantara. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Kalida, Muhsin. 2010. Strategi Kemitraan Taman Bacaan Masyarakat. Yogyakarta: Mitsaq Pustaka.

Miles, Mattew B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UI Press.

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lembar Negara RI Tahun 2003, No. 78. Sekretariat Negara. Jakarta.

---. 2007. Undang-Undang No.43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Lembar Negara RI Tahun 2007, No. 129. Sekretariat Negara. Jakarta.

---. 2010. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Sutarno NS. 2003. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

---. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto.

---. 2008. Membina Perpustakaan Desa. Jakarta: Sagung Seto.

Zubaedi. 2006. Pendidikan Berbasis Masyarakat: Upaya Menawarkan Solusi terhadap Berbagai Problem Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Lampiran 1

Form Data Wawancara Nama Informan

Jabatan Nama TBM Hari/Tanggal Waktu

Transkrip Jawaban Informan

1. Apakah ide awal atau gagasan awal yang melatarbelakangi pendirian TBM?

2. Apa alasan anda menamakan TBM pada tempat ini?

3. Apakah tujuan didirikannya TBM ini?

5. Usia berapa sajakah yang dapat memanfaatkan TBM ini?

6. Bagaimana promosi yang dilakukan untuk pengembangan TBM?

7. Apakah harapan anda atas pengembangan TBM di masa depan?

8. Bagaimana sambutan masyarakat tentang keberadaan TBM ini?

10.Apakah peranan TBM bagi masyarakat?

11.Adakah nilai, norma atau kepercayaan tertentu yang ingin ditanamkan kepada masyarakat?

12.Apakah ada alasan khusus atas pemilihan tempat didirikannya TBM ini?

13.Bagaimana tanggapan anda tentang kaitan pendidikan nonformal dengan manfaat TBM?

14.Menurut anda, apakah TBM dapat disebut sebagai sarana pendidikan berbasis masyarakat?

15.Jelaskan kegiatan atau program yang terdapat pada TBM ini?

16.Bagaimana pendapat anda mengenai perpustakaan umum?

17.Bagaimana hubungan TBM dengan perpustakaan umum atau instansi pemerintahaan lainnya?

18.Kesulitan atau kendala apa yang anda alami pada saat mendirikan TBM maupun setelah TBM ini berdiri?

20.Apa pendapat anda tentang fenomena keberadaan TBM yang berada di daerah perkotaan?

Lampiran 2

TRANSKRIP WAWANCARA

1. Transkrip Wawancara Informan 1 Hari/Tanggal : Kamis, 23 April 2013 Waktu : 09.15 WIB

Lokasi : Kantor PKBM, Medan Johor Keterangan:

P : Peneliti I1 : Informan 1

P : Pagi pak, saya windhi yang mau wawancara soal TBM. I1 : Iya iya, masuk buk.

P : Gini ya pak, pertanyaannya kan ada 20 ya pak, jadi saya tanyakan berurutan sesuai dengan pedomannya ya pak

I1 : ya boleh

P : Pertanyaan pertama ya pak, Apakah ide awal atau gagasan awal yang melatarbelakangi pendirian TBM?

I1 : TBM ini dibangun mengingat masyarakat kita sekarang ini sangat-sangat malas dalam membaca apalagi golongan menengah ke bawah, P : Apakah ini bapak lihat pada masyarakat sekitar, atau masyarakat secara

keseluruhan?

I1 : Secara keseluruhan masyarakat apalagi masyarakat golongan menengah kebawah, biasanya malas membaca, bahwa kita tahu membaca itu merupakan formasi untuk mengembangkan diri juga ilmu pengetahuan P : Jadi itulah ya, yang mendasari bapak mendirikan TBM. Jadi ini kan

namanya TBM ya pak, kenapa bapak menamakannya TBM bukan nama perpustakaan yang bapak pilih?

I1 : Kalau perpustakaan itu namanya kan sudah harus lengkap, bahasa perpustakaan itu sudah lengkap, katalognya baik, administrasinya baik

sementara taman bacaan ini bisa dikatakan cukup sederhana dalam segala hal bahkan minim

P : Minim?

I1 : Iya, minim. Masih sederhana dalam aneka bacaan. Lebih cocoknya taman bacaan masyarakat lah.

P : Bukan rumah baca atau?

I1 : Bukan, disamping itu memang ada program yang diluncurkan pemerintah, TBM.

P : Jadi ini memang program pemerintah I1 : Iya itulah namanya itu

P : Kemudian, emm...tujuan berdirinya?

I1 : Tujuan berdirinya, pertama supaya masyarakat sekitar ya, masyarakat sekitar, bisa kita buat bagi masyarakat kita untuk wadah. Taman bacaan ini minimal untuk yang disekitar kita ini bisa kita layani

P : Sebagai wadah untuk masyarakat, I1 : Hemmm..iya

P : Jenis koleksinya, pak?

I1 : Jenis koleksinya, ada...ada apa, ada mata pelajaran formal, ada aneka majalah dan non fiksi

P : Kalau diperkirakan berapa jumlahnya? I1 : Eksemplar atau judul?

P : Judulnya?

I1 : Kalau judul ada sekitar sepuluhan P : Gak bisa dipastikan jumlah tepatnya? I1 : Aa...15 lah, eksemplarnya paling 150 an lah P : Emm...usia yang menggunakan TBM?

I1 : Usia yang menggunakan, sekitar 10 tahun sampai 25 tahun P : Lebih dari itu misalnya ibu-ibu rumah tangga?

I1 : Jarang, jarang... pada umumnya peserta, paket B dan paket C, yang dikelola oleh PKBM pak-pak mandiri

I1 : Tidak, tidak

P : Apa harapan untuk pengembangan TBM ini pak?

I1 : Harapan saya, TBM ini kalau suatu saat bisa menjadi sumber informasi, sumber belajar di tengah masyarakat dan tempat belajar bagi masyarakat.

P : Sambutan masyarakat dengan adanya TBM?

I1 : Sambutan masyarakat dengan adanya TBM ini, biasa-biasa saja.

P : Jadi kayaknya ide bapak buka TBM untuk msayarakat, tapi masyarakatnya malah biasa-biasa aja?

I1 : Iya, motivasi untuk belajar, untuk membacanya itu kurang.

P : Padahal TBM ini, udah ada pun, kalau bagi masyarakat berkunjung gratis ya?

I1 : Gratis iya, gratis

P : Tapi malah gak ada sambutan dari masyarakatnya ya? I1 : Kurang, minim juga kita, minim...

P : Ee....kalau tadi sambutan dari masyarakatnya, sekarang begini ada gak TBM melibatkan masyarakat dalam kegiatan TBM?

I1 : Masyarakat, jadi begini, kalau kita adakan lomba, lomba misalnya cepat membaca. Itu hanya tim nya saja, masyarakatnya gak ada

P : TBM ini pernah ada sosialisasi ke misalnya sekolah dasar, kan dekat disini ya pak, pernah ada promosi ke sekolah-sekolah gak ya?

I1 : Belum, belum pernah. Enggak-enggak. Kita sistemnya seperti menunggu, gak kejar bola lah, jadi biarkan aja orang itu datang.

P : Hehe...gak kejar bola ya pak I1 : Iya enggak

P : Jadi secara keseluruhan peranan TBM itu seperti apa di masyarakat, menurut bapak?

I1 : Eee...sebenarnya kalau kita lihat dari TBM, peranannya bagi masyarakat itu sangat penting, karena bagaimana ya, dengan adanya TBM, kita mengharapkan yang umumnya menengah ke bawah dapat

menjadi sumber ilmu dia bagi masyarakat, sumber informasi bagi dirinya lah sekurang-kurangnya bagi dirinya

P : Tapi justru masyarakatnya

I1 : Gak begitu, gak begitu apa, gak begitu semangat, cuek aja.

P : Disini kalau PKBM nya untuk pendidikan nonformal, untuk paket B gitu ya pak?

I1 : Kita memang mengelola anak-anak yang putus sekolah, dan itulah yang sebenarnya layanan utama di TBM ini, sehingga kalau dibilang untuk masyarakat, sebenarnya paket ini kan untuk masyarakat juga ini, kalau dimaksud masyarakat kan masyarakat sekitar, tapi anak paket kan juga masyarakat, emang bukan masyarakat sekitar ada yang dari luar sekitar kan, tapi tetap kota Medan lah. Kalau masyarakat sekitar tak ada lah P : Berarti tak ada hubungannya kenapa tempat ini yang bapak pilih

sebagai tempat TBM/PKBM untuk masyarakat sekitar.

I1 : Masyarakat sekitar sini enggak lah. Ini tempatnya kebetulan kantor PKBM

P : Lanjut pertanyaannya ya pak, tapi gini pertanyaannya, tadi kayaknya bapak udah pesimis tentang masyarakat, jadi pertanyaannya kayak gini pak, adakah nilai, norma atau kepercayaan tertentu yang ingin ditanamkan kepada masyarakat?

I1 : Ee....ada sih, tapi gini, ada faktor gini ya, dengan minimnya, pengelolaan kita minim, tentu promosi atau kepercayaan masyarakat juga minim lah, karena orang mau datang baca itu sebenarnya karena istilahnya aneka bacaannya terkini terbaru itu dia, artinya sudah rutinitas harus kita kerjakan baru. Tapi kalau kita hanya menunggu saja, itu sulit, sulit itu

P : Atau butuh pendanaan dari pemerintah?

I1 : Mungkin sudah kita terima juga pendanaan, sudah, ada yang memberi berbasis teknologi, kita meminta sarana, katakanlah komputer, televisi, entah apa, ada. Cuma itu tadi. Ada beberapa TBM katakanlah TBM Mas Raden itu jalan, karena beliau itu 100% khusus untuk mengelola

itu, itu berdiri untuk mengelola TBM. Begini kalau PKBM mendirikan TBM, harapannya siswanya saja,umumnya siswanya aja, gak begitu dia bagaimana ke masyarakat.

P : Jadi kalau TBM yang berasal dari PKBM, khususnya penggunaan TBM itu cuma untuk siswa?

I1 : Pada khususnya memang begitu, orang PKBM mendirikan TBM hanya untuk konsumsi anak paketnya atau anak yang putus sekolah. Orang yang TBM melulu, gak ada PKBM, biasanya contohlah Mas Raden, P : Masyarakat?

I1 : Ya, sebenarnya sama semua untuk. Kalau TBM PKBM pasti yang diharapkannya pembacanya dari paket. Tapi kalau TBM doang, ya udah itu yang TBM. Ya namanya gini, fokus apa, fokus kesetaraan, fokus TBM, nampakkan, kita fokus PKBM, anaknya yang banyak. Tapi fokus TBM, aneka bacaannya yang banyak. Otomatis pengunjung, masyarakat umumnya datang.

P : Kegiatan TBM, gak ada yang pak?

I1 : Kegiatan, apabila ada macam bantuan, dilaksanakan selesai, dipertanggungjawabkan. Itu berjalan seperti biasa pun tidak, itu lebih.., itu tadi sifatnya gak fokus. Itulah kalau PKBM mengadakan TBM. P : Bapak akui? Hehe...

I1 : Mengakui saya, hehe....kalau lembaga ya, lembaga PKBM ini ada juga TBM nya katalah satu lemari buku. Tapi kalau TBM melulunya itulah tadi mirip-mirip perpustakaan lah dia.

P : Pendirian TBM di PKBM itu bukan karena adanya keharusan dari pemerintah ya?

I1 : Tidak apa-apa.

P : Enggak, jadi kalau PKBM tidak apa-apa kalau tidak ada TBM, jadi kenapa malah banyak, yang mendirikan TBM dan TBM nya malah gak jalan sama sekali.

I1 : Eem.. saya rasa kita semua kan ingin mencoba, kita semua berkeinginan TBM nya berjalan. Makanya ada juga PKBM ada TBM. sebenarnya

gini, sebenarnya berjalan tapi sekarang tergantung manajemennya, serius tau tidak.

P : Lebih serius ke PKBM ya? I1 : Iya musiman.

P : Benar-benar, hehe....kenapa semua PKBM yang ada TBM malah kebanyakan sudah tutup. Jadi ada faktor apa ini yang malah menyebabkan TBM ini malah tutup.

I1 : Ya itu tadi, gak dikelola, saya contoh saja, itu jam 2 setiap hari buka, sampai semalaman, memang telaten dia kalau mengurusnya, sudah memberi suatu kontribusi yang luar biasa besarnya.

P : Yang pendidikan nonformal ini, PKBM itu?

I1 : Pendidikan nonformal itu banyak, satu PKBM itu untuk anak putus sekolah atau bisa disebut untuk kesetaraan, ada PAUD,ada kursus, ada juga KF (kesetaraan fungsional) itu naungan pendidikan nonformal. P : Kalau disini pendidikan nonformalnya?

I1 : Kita? Kita ada paket A sampai paket C

P : Jadi ini kalau pemanfaat TBM itu dilakukan oleh siswa dari pendidikan paket A sampai paket C itu.

I1 : Itulah yang menggunakan TBM, itu yang dikategorikan masyarakat tadi memang bukan masyarakat disekitar sini, tapi mereka juga bisa disebut masyarakat tapi bukan masyarakat sekitar. Karena mereka datang dari berbagai tempat.

P : Jadi TBM tidak bisa disamakan dengan perpustakaan?

I1 : Tdak, jauh sekali. TBM dalam kategori PKBM tapi kalau TBM yang identik-identik pula.

P : Adakah hubungan TBM dengan instansi pemerintahan?

I1 : Ada, pada umumnya TBM ini yang ada di PKBM biasanya punya izin juga operasional.

P : Itu ke dinas?

I1 : Dinas pendidikan kota medan P : Bukan ke perpustakaan umum?

I1 : Enggak, kalau itu kita bermitra, kalau ada kegiatan kita diundang. Artinya kita gak ada keterkaitan administrasi dengan perpustakaan. Tapi kalau mereka sering melakukan kegiatan kita diundang, ada lomba atau ada apa, ada pelatihan kita diundang juga.

P : Kesulitan atau kendala yang bapak rasakan?

I1 : Sebenarnya ini termasuk apa ya, kalau dibilang modal, modal kan relatif ya. Misalnya modal gini kita bisa jalankan. Artinya gini kurang keseriusan dan motivasi, dari pengelola untuk membuat TBM itu tidak aktif. Karena kalau nilai ekonominya, kalau orang menilai dari ekonomi begini jadinya. Tapi kalau banyak sosialnya atau diminati,gak ada masalah, ada juga yang jalan.

P : Maksud dari nilai ekonominya apa pak?

I1 : Ekonominya ini kan gak ada, orang mengharapkan ada uang dari jual beli atau sewa.

P : Sekalian menjawab pertanyaan terakhir ini pak, fenomena apa yang terjadi sehingga banyak TBM di kota medan. Jadi kan TBM hadir karena adanya PKBM, ah itulah kenapa dia hilang timbul?

I1 : Kenapa dia hilang timbul, ini karena faktor program. P : Program pemerintah?

I1 : Heeh, program pemerintah. Bantuan. Ada programnya, muncul PKBM, bila program tidak ada ya tutup tapi itupun saya juga tidak tahu. Seharusnya dengan adanya program ini bisa memotivasi bagi masyarakat.

P : Oke pak, terima kasih sudah menjawab pertanyaan saya. Terima kasih. I1 : Iya sama-sama ya.

Lampiran 3

TRANSKRIP WAWANCARA

2. Transkrip Wawancara Informan 2 Hari/Tanggal : Sabtu, 27 April 2013 Waktu : 09.25 WIB

Lokasi : Kantor TBM, Medan Polonia

Keterangan: P : Peneliti I2 : Informan 2

P : Selamat pagi pak, saya yang akan wawancarai soal TBM yang kemarin itu pak.

I2 : Oh iya, silakan.

P : Pertanyaan pertama tentang ide awal gagasan bapak mendirikan TBM? I2 : Iya, Didasari atas adanya kebutuhan masyarakat terutama di sekitar

TBM yang masih saya lihat minat bacanya rendah, yang kita pingin dari TBM ini muncul orang-orang yang kreatif menambah ilmu dan rajin membaca

P : ee...kreatif agar masyarakatnya bisa lebih...

I2 : Masyarakatnya lebih kreatif jika dia bisa membaca sehingga mereka bisa mendapatkan ide dengan apa mereka dapat mengisi kehidupan ini, mencari peluang untuk menambah kesejahteraan hidupnya ke depan. P : Jadi ini kan namanya TBM ya pak. Kenapa bapak memilih namanya

TBM bukan perpustakaan?

I2 : TBM itu kan dari program pendidikan masyarakat dari direktorat PNFI, kalau perpustakaan itu cenderung lebih besar, kalau TBM itu lebih dekat ke masyarakat, yang saya lihat kalau perpustakaan itu dengan ukuran ruangan sekian meter buku-buku yang mahal. Terus TBM ini lebih langsung dan dekat ke masyarakat. karena saya punya prinsip

lebih baik satu buku dibaca seribu orang daripada seribu buku dibaca satu orang. Karena kita kan mensosialisasikan membaca yang penting segmen membacanya bukan lembaga membaca tersebut.

P : Jadi biar kecil pun yang penting berguna bagi masyarakat I2 : Aa...yang berguna bagi masyarakat.

P : Tujuan didirikannya TBM? I2 : Pertanyaan nomor 2 belum?

P : Iya itu tadi pertanyaan kenapa bapak memilih nama TBM I2 : Oh saya pikir nama TBM cellpowernya

P : Iya jadi pertanyaan tadi begini, kenapa bapak memilih nama TBM bukan perpustakaan karena tempat ini kan bisa disebut juga seperti TBM. Terus tujuannya lagi pak?

I2 : Tujuannya itu dari sini akan muncul katakanlah orang-orang kreatif yang bisa menulis, adanya orang wirausaha, adanya penggalian potensi dan lebih jauh dari itu kita ingin menunjukkan ke masyarakat bahwa TBM ini bisa menjadi pusat informasilah bukan sekedar TBM saja tapi nanti sehingga melahirkan orang-orang besar

P : Jenis koleksi TBM?

I2 : Terutama buku-buku bacaan pelajaran karena banyak yang belajar di sini makanya kita utamakan kebutuhan mereka dulu, novel, buku kepribadian, buku-buku umum, beberapa komik, majalah-majalah anak-anak, majalah ibu-ibu.

P : Jumlah bisa bapak sebutkan?

I2 : Sebenarnya kalau totalnya bisa lebih sekitar 14.500 eksemplar. Karena Ada hibah dari Djarum Super buku pelajaran.

P : Ini datangnya buku-buku dari bapak beli atau hibah?

I2 : Intinya mula-mula kita karena saya pecinta buku dari SMA beberapa merupakan koleksi pribadi, setelah banyak orang melihat ada juga sumbangan masyarakat, kemudian adanya katakanlah dukungan program pemerintah seperti Rintisan TBM.

P : Usia yang bisa menggunakan TBM ini, dari usia berapa sampai usia berapa?

I2 : Untuk semua usia, jadi katakanlah dari dia mulai membaca dari usia 3 tahun, kita juga menyediakan buku anak-anak. Untuk orang dewasa juga ada novel. Untuk orangtua tentang buku-buku kepribadian.

P : Itu kan yang terdaftar sebagai anggota?

I2 : Ada dari usia 6 tahun lah dan paling tua orangtua murid sekitar usia 50 tahun.

P : Promosi untuk pengembangan TBM. Apa aja yang sudah dilakukan? I2 : Jadi kalau dulu kita agak jarang, sekarang kita sudah rutin pameran

buku sebagai income pendapatan utama, sekarang kita setiap bulan usahakan live music yang akan diadakan sebulan sekali, supaya orang heran ada menyanyi di sini dan mereka akan bertanya ini ada TBM, apa ini lalu mereka akan mengerti. Dari duduk-duduk, merapat, mendekat dan mereka akan tahu tentang TBM ini.

P : Harapan bapak dari pengembangan TBM untuk masa depan?

I2 : Ya tentunya, masyarakat itu bisa jadi seperti saya terutama saya dari minat membaca lalu mengelola TBM dan sekarang sudah bisa menjadi penulis.

P : Lanjut pertanyaan ya pak. Bagaimana sambutan masyarakat dengan adanya TBM?

I2 : Mula-mulanya masyarakat heran dan aneh (banyak bertanya), bapak uangnya dari mana? Saya bilang, saya mulai dari apa yang ada kemudian dari buku-buku saya lalu saya buat program-program untuk masyarakat dan pemerintah menyambut positif, disitulah dibutuhkan tanggung jawab moral saya. Ketika kita sudah diperhatikan mengapa kita tidak memperhatikan orang lain, disitulah saya melihat transpansi pengelola. Dari situ lah saya akan menarik perhatian masyarakat dengan adanya TBM ini.

I2 : Makanya kita mengundang pak lurah, ya tahu siapa yang bisa datang de sini. Kalau orang diundang dengan surat susah datang. Kita buat suatu yang aneh, macam live music, bikin pameran buku. Dia heran, dia akan singgah akhirnya dia tahu, setelah dia tahu dia akan melakukan perbandingan dan dengan itu kita akan tahu apa kelemahan kita.

P : Jadi emang membuat suatu yang unik untuk membuat orang menarik perhatian.

I2 : Iya menarik, nanti suatu saat kita bikin badut lucu, orang nantikan heran. Lama-lama akan tercipta image orang, sebetulnya ada itu seperti rumah-rumah buku, TBM entah apalah namanya, harus begitu memang dan kita juga harus berani untuk melakukan itu. Lebih bagus 10 orang aktif daripada 100 orang ndak mau tahu, itu yang saya pikir.

P : Bapak kan sudah mendirikan TBM sejak tahun 2010, sudah banyak biaya yang bapak habiskan dan dari acara-acara yang dibuat kan gak selalu berhasil. Apa gak jera bapak?

I2 : Lumayan lah, ya pasti. Saya pikir dibalik perjalanan panjang itu pasti ada suatu kesuksesan. Kalau rugi pasti rugi. Kalau jera pasti saya tidak. Kenapa? Karena ketika saya melakukan suatu yang unik prestasi saya pasti datang.

P : Peranan TBM bagi masyarakat?

I2 : Peranan TBM bagi masyarakat, ya saya pikir memang itulah tugasnya saya bagaimana caranya supaya orang segala usia bisa datang dia. Lama-lama saya berpikir TBM ini kurang luas. Bapak-bapak misalnya saya kasih dia main catur, tapi main caturnya tertib artinya main catur gak boleh merokok, dikasih minum kalau baca buku. Nah seperti itu idenya saya. Memang sekarang banyak orangtua di rumah ya kan, stress. Anaknya cucunya kerja semua dia ditinggal di rumah dikunci, dikasih makan minum. Tapi coba kalau dititip di TBM, ada game, ada main gitar, ada buku. Tapi masalahnya bagaimana kita mendatangkan uang dengan itu, ini kan lembaga sosial, seperti kursus ini ya, ini kan

menerima uang. Kita terima uang, kita belikan buku, anak-anak stress,