• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dalam Lingkungan Masyarakat Perkotaan (Studi Kasus Pada Taman Bacaan Masyarakat di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perkembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dalam Lingkungan Masyarakat Perkotaan (Studi Kasus Pada Taman Bacaan Masyarakat di Kota Medan)"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT PERKOTAAN

(STUDI KASUS PADA TAMAN BACAAN MASYARAKAT DI KOTA MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

dalam bidang Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Oleh:

WINDHI FERILLA MEDIYA NIM: 110723018

DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Penelitian : PERKEMBANGAN TAMAN BACAAN

MASYARAKAT (TBM) DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT PERKOTAAN (STUDI KASUS TBM DI KOTA MEDAN)

Oleh : Windhi Ferilla Mediya

NIM : 110723018

Pembimbing I : Ishak, S.S., M.Hum

Tanda Tangan : ______________________________ Tanggal : ______________________________

Pembimbing II : Drs. Nazaruddin, S.H, M.A.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : PERKEMBANGAN TAMAN BACAAN

MASYARAKAT (TBM) DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT PERKOTAAN (STUDI KASUS TBM DI KOTA MEDAN)

Oleh : Windhi Ferilla Mediya

NIM : 110723018

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

Ketua : Dr. Irawaty A.Kahar, M.Pd

Tanda Tangan : ______________________________ Tanggal : ______________________________

FAKULTAS ILMU BUDAYA

Dekan : Dr. Syahron lubis, M.A

(4)

PERNYATAAN ORISINILITAS

Karya ini adalah karya orisinal dan belum pernah disajikan sebagai salah satu tulisan untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.

Penulisan membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulis dengan pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip.

Medan, Juli 2013 Penulis

(5)

ABSTRAK

Mediya, Windhi Ferilla. 2013. Perkembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dalam Lingkungan Masyarakat Perkotaan (Studi Kasus Pada

Taman Bacaan Masyarakat di Kota Medan). Medan: Departemen

Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan di tujuh Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang terdapat di Kota Medan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dalam lingkungan masyarakat perkotaan.

Informan dalam penelitian ini adalah Ketua, Pembina, Pendiri, Pengelola ataupun Penyelenggara TBM. Informan ini dipilih berdasarkan perwakilan dari beberapa TBM yang dijadikan objek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan, wawancara terstruktur dan observasi partisipan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan TBM yang berada di masyarakat adalah kegiatan pemerolehan informasi agar masyarakat dapat menumbuhkan minat baca masyarakat yang secara tidak langsung mendidik masyarakat agar terbiasa membaca. Pendirian TBM oleh informan pada dasarnya ingin meningkatkan minat baca masyarakat dan menaikan kualitas hidup masyarakat melalui bahan bacaan. Penyelenggaraan TBM berbeda dapat tujuh objek penelitian, namun tujuan TBM sama yaitu memberikan wadah atau sarana bagi masyarakat umum agar masyarakat dapat memanfaatkan TBM sebagai tempat menimba ilmu dan mendapatkan informasi yang lebih dekat keberadaannya dengan masyarakat. Koleksi yang dimiliki oleh TBM dapat memnuhi kebutuhan masyarakat umum yang terdiri dari usia anak-anak hingga orang dewasa yaitu berupa buku-buku umum dan buku pelajaran, majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan multi media. TBM mengalami kesulitan dalam hal pendanaan untuk operasional.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perkembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dalam Lingkungan Masyarakat Perkotaan (Studi Kasus Taman Bacaan Masyarakat di Kota Medan)” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan guna mencapai gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penyajian skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang teristimewa dan sebesar-besarnya kepada Ayahanda Armedi, B.Sc dan Ibunda Nuryanti beserta kakak tercinta Fitria Oktaviani Mediya atas segala doa dan dukungannya selama ini kepada penulis. Penulisan skripsi ini dapat selesai karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd., selaku Ketua Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(7)

4. Bapak Drs. Nazaruddin, S.H, M.A., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan arahan serta waktu kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah mendidik penulis selama perkuliahan.

6. Seluruh staff pegawai Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi. 7. Seluruh informan yang telah bersedia memberikan waktu, keterangan

dan informasi dalam penelitian ini.

8. Teman-teman Ilmu Perpustakaan Ekstensi tahun angkatan 2011 yang telah berjuang bersama-sama selama masa perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penyajian. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki isi skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat, terima kasih.

Medan, Juli 2013 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Taman Bacaan Masyarakat ... 6

2.1.1 Pengertian Taman Bacaan Masyarakat ... 6

2.1.2 Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat ... 7

2.1.3 Tujuan Taman Bacaan Masyarakat ... 8

2.1.4 Fungsi Taman Bacaan Masyarakat ... 9

2.1.5 Manfaat Taman Bacaan Masyarakat ... 10

2.2 Masyarakat Perkotaan ... 11

2.2.1 Pengertian Masyarakat ... 11

2.2.2 Pengertian Masyarakat Perkotaan ... 11

2.2.3 Peranan Taman Bacaan Masyarakat dalam Lingkungan Masyarakat Perkotaan ... 13

2.3 Pendidikan Nonformal ... 14

2.3.1 Pengertian Pendidikan Nonformal ... 14

2.3.2 Pendidikan Berbasis Masyarakat ... 15

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 17

3.2 Lokasi Penelitian ... 17

3.3 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 18

3.4 Fokus Penelitian ... 19

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 19

3.5.1 Penelitian Kepustakaan ... 19

3.5.2 Wawancara Terstruktur ... 20

3.5.3 Observasi Partisipan ... 21

3.6 Teknik Analisis Data ... 21

(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Informan ... 24

4.2 Kategori ... 25

4.3 Taman Bacaan Masyarakat (TBM) ... 26

4.3.1 Alasan pendirian Taman Bacaan Masyarakat ... 26

4.3.2 Tujuan pendirian Taman Bacaan Masyarakat ... 28

4.3.3 Jenis koleksi dan Pengguna Taman Bacaan Masyarakat ... 29

4.3.4 Kendala dalam pelaksanaan Taman Bacaan Masyarakat dan cara mengatasinya ... 35

4.4 Taman Bacaan Masyarakat pada Lingkungan Masyarakat Perkotaan ... 38

4.4.1 Sambutan Masyarakat akan Kehadiran Taman Bacaan Masyarakat ... 38

4.4.2 Alasan Pemilihan Lokasi Taman Bacaan Masyarakat ... 40

4.4.3 Taman Bacaan Masyarakat sebagai Pendidikan Berbasis Masyarakat ... 42

4.4.4 Fenomena keberadaan Taman Bacaan Masyarakat di Lingkungan Masyarakat Perkotaan ... 43

4.5 Taman Bacaan Masyarakat sebagai Pendidikan Nonformal ... 45

4.6 Rangkuman Hasil Penelitian ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Saran ... 56

(10)

DAFTAR TABEL

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 TBM Pak-pak Mandiri di Medan Johor ... 31

Gambar 4.2 TBM Cellpower Indonesia di Medan Polonia ... 31

Gambar 4.3 TBM Dira’s di Medan Amplas ... 32

Gambar 4.4 TBM Plus Mas Raden di Medan Johor ... 33

Gambar 4.5 TBM Madya Insani di Medan Amplas ... 33

Gambar 4.6 TBM An Najwa di Medan Marelan ... 34

Gambar 4.7 TBM Tengku Luckman Sinar di Medan Baru ... 35

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Form Data Wawancara ... 59

Lampiran 2 Transkrip Wawancara Informan 1 ... 61

Lampiran 3 Transkrip Wawancara Informan 2 ... 70

Lampiran 4 Transkrip Wawancara Informan 3 ... 77

Lampiran 5 Transkrip Wawancara Informan 4 ... 82

Lampiran 6 Transkrip Wawancara Informan 5 ... 91

Lampiran 7 Transkrip Wawancara Informan 6 ... 95

(13)

ABSTRAK

Mediya, Windhi Ferilla. 2013. Perkembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dalam Lingkungan Masyarakat Perkotaan (Studi Kasus Pada

Taman Bacaan Masyarakat di Kota Medan). Medan: Departemen

Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan di tujuh Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang terdapat di Kota Medan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dalam lingkungan masyarakat perkotaan.

Informan dalam penelitian ini adalah Ketua, Pembina, Pendiri, Pengelola ataupun Penyelenggara TBM. Informan ini dipilih berdasarkan perwakilan dari beberapa TBM yang dijadikan objek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan, wawancara terstruktur dan observasi partisipan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan TBM yang berada di masyarakat adalah kegiatan pemerolehan informasi agar masyarakat dapat menumbuhkan minat baca masyarakat yang secara tidak langsung mendidik masyarakat agar terbiasa membaca. Pendirian TBM oleh informan pada dasarnya ingin meningkatkan minat baca masyarakat dan menaikan kualitas hidup masyarakat melalui bahan bacaan. Penyelenggaraan TBM berbeda dapat tujuh objek penelitian, namun tujuan TBM sama yaitu memberikan wadah atau sarana bagi masyarakat umum agar masyarakat dapat memanfaatkan TBM sebagai tempat menimba ilmu dan mendapatkan informasi yang lebih dekat keberadaannya dengan masyarakat. Koleksi yang dimiliki oleh TBM dapat memnuhi kebutuhan masyarakat umum yang terdiri dari usia anak-anak hingga orang dewasa yaitu berupa buku-buku umum dan buku pelajaran, majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan multi media. TBM mengalami kesulitan dalam hal pendanaan untuk operasional.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) merupakan bentuk tanggung jawab masyarakat untuk memperbaiki kualitas masyarakat dan pemberdayaan gemar membaca. Dalam Undang-Undang R.I. No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan disebutkan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mendorong tumbuhnya taman bacaan masyarakat dan rumah baca untuk menunjang pembudayaan kegemaran membaca (Pasal 49). Dengan keberadaan TBM yang terletak di tengah-tengah pemukiman masyarakat memberikan dampak positif atas pemberdayaan gemar membaca masyarakat saat ini.

Perkembangan TBM menandakan suatu perkembangan baru yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat. Sutarno (2006: 43) menyatakan bahwa “taman bacaan rakyat atau taman bacaan masyarakat merupakan salah satu embrio atau cikal bakal jenis perpustakaan umum yang berkembang di Indonesia”. Berawal dari perkumpulan masyarakat yang memiliki kesamaan visi dan misi, mereka membangun suatu taman bacaan guna pemenuhan kebutuhan pendidikan dan peningkatan kecerdasan masyarakat secara nonformal serta menumbuhkan gemar membaca bagi masyarakat. Taman Bacaan Masyarakat tidak dapat disebut sebagai suatu perpustakaan. “Penggunaan kata taman selain lebih menimbulkan kesan rekreatif, juga untuk menunjukkan bahwa TBM bukanlah sekedar tempat berkumpulnya buku layaknya perpustakaan tetapi juga menyediakan beragam bentuk layanan” (Gong, 2012: 268). Jika perpustakaan umum memiliki sarana seperti gedung dan koleksi yang memadai serta dikelola oleh tenaga ahli, lain halnya dengan TBM yang hanya memiliki koleksi terbatas, gedung yang tidak permanen dan dikelola secara swakelola oleh masyarakat yang tidak memiliki latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan.

(15)

43) menyatakan bahwa “keberadaan taman-taman bacaan rakyat dimulai ketika pemerintah mengembangkan perpustakaan umum dengan tipe tertentu, misalnya tipe A, B, dan C, perpustakaan-perpustakaan tersebut dimaksudkan untuk mendukung program Pemberantasan Buta Huruf”. Walaupun ini mengesankan bahwa TBM diperuntukan bagi masyarakat pedesaan yang tidak mengenal baca tulis, namun pada saat ini TBM justru muncul di lingkungan masyarakat perkotaan di mana masyarakatnya sudah mengenal baca tulis hanya saja tidak memiliki motivasi untuk membaca.

Pada dasarnya TBM dibangun atas kepedulian individu atau komunitas akan kebutuhan masyarakat terhadap sarana pendidikan nonformal, masyarakat dapat memperoleh informasi atau pendidikan secara cuma-cuma dan terjangkau dari pemukiman penduduk. Pembangunan TBM yang menunjang keberadaan pendidikan nonformal suatu komunitas masyarakat merupakan bagian dari kegiatan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Oleh sebab itu TBM kebanyakan akan ditemukan berdampingan dengan PKBM. Pada dasarnya kebanyakan TBM tidak memiliki perizinan yang resmi, dengan berada di bawah naungan PKBM yang memiliki perizinan dari Dinas Pendidikan, TBM menjadi unit pendukung dengan perizinan yang menginduk pada PKBM. Hal ini dilandasi oleh Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal yang didirikan wajib memperoleh izin Pemerintah atau Pemerintah Daerah” (Pasal 62 angka (1)).

(16)

pembangunan TBM di lingkungan perkotaan semata-mata diperuntukan bagi masyarakat umum agar dapat meningkatkan gemar membaca bagi masyarakat.

Perkembangan TBM di lingkungan perkotaan saat ini cukup pesat. Di Kota Medan sendiri telah terdapat beberapa TBM yang menunjukkan eksistensinya. Salah satunya TBM Plus Mas Raden yang berdiri pada tahun 2006, selain itu pada tahun 2012 saja terdapat 5 (lima) TBM baru yang didirikan baik oleh individu maupun komunitas, seperti TBM Lukman Sinar, TBM Yayasan Pakpak Dumai, TBM Dairi Mandiri, TBM Walidayna dan TBM Hidayah. Jadi selama tahun 2012 saja terdapat 5 (lima) TBM yang dibangun, angka ini menunjukkan antusiasme masyarakat untuk meningkatkan gemar membaca bagi masyarakat dalam rangka peningkatan mutu sumber daya manusia. Hanya saja karena masalah pendanaan, TBM ditutup oleh pengelolanya akibat tidak ada biaya untuk operasional.

(17)

mengindikasikan bahwa keberadaan TBM menjadi fenomena baru akan suatu gaya hidup masyarakat perkotaan yang kurang dalam hal minat baca.

Dari latar belakang yang diuraikan di atas peneliti berminat untuk meneliti lebih dalam dan lebih fokus tentang “Perkembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dalam Lingkungan Masyarakat Perkotaan (Studi Kasus Taman Bacaan Masyarakat di Kota Medan)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah perkembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dalam lingkungan masyarakat perkotaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dalam lingkungan masyarakat perkotaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi pihak pendiri maupun pengurus TBM diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan kualitas agar visi dan misi pendirian dapat tercapai.

2. Bagi akademik diharapkan dapat menambah khasanah di bidang ilmu perpustakaan khususnya bidang TBM.

3. Bagi penelitian selanjutnya dapat dijadikan referensi oleh peneliti yang akan melakukan penelitian yang sama di masa mendatang.

4. Bagi peneliti dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang TBM. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(18)
(19)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan dan menjelaskan tentang teori-teori yang ditemukan dalam literatur untuk menjelaskan tentang permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.

2.1 Taman Bacaan Masyarakat

Taman bacaan masyarakat yang selanjutnya atau lebih dikenal dengan sebutan TBM bukanlah suatu perpustakaan yang harus memenuhi standar nasional perpustakaan seperti standar koleksi, standar sarana dan prasarana (Sutarno, 2008: 127). Inilah membuat pengertian suatu TBM berbeda dengan perpustakaan pada umumnya, karena pada dasarnya TBM tidak memiliki badan hukum yang jelas sehingga pendiriannya dapat dilakukan oleh siapa saja (masyarakat umum). Pembangunan TBM didasarkan pada pemenuhan program pengembangan budaya baca dan perpustakaan. Program yang bertujuan untuk mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat melalui peningkatan budaya baca serta penyediaan bahan bacaan yang berguna bagi aksarawan baru, maupun anggota masyarakat pada umumnya yang membutuhkan untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan demi peningkatan wawasan serta produktivitas masyarakat.

2.1.1 Pengertian Taman Bacaan Masyarakat

(20)

bersangkutan”. Pendapat lain yang dinyatakan dalam buku Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengolahan Taman Bacaan Masyarakat Tahun 2012 (2012: 4):

Taman bacaan masyarakat adalah lembaga pembudayaan kegemaran membaca masyarakat yang menyediakan dan memberikan layanan di bidang bahan bacaan, berupa: buku, majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan multi media lain, yang dilengkapi dengan ruangan untuk membaca, diskusi, bedah buku, menulis, dan kegiatan literasi lainnya, dan didukung oleh pengelola yang berperan sebagai motivator.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa TBM merupakan suatu lembaga yang menyediakan fasilitas membaca masyarakat berupa buku, majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan multi media lain untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat yang dikelola secara sederhana, swakarsa, swadana dan swasembada oleh masyarakat bersangkutan.

2.1.2 Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat

Terdapat berbagai penyelenggaraan TBM yang berkembang dari TBM publik, TBM berwirausaha, TBM pendamping PKBM dan TBM @ Mall yang belakangan ini sedang marak di lingkungan masyarakat perkotaan. Gong (2012: 277) mengemukakan bahwa “secara umum ada dua jenis TBM di Indonesia, pertama, TBM bentukan pemerintah (konvensional), kedua, TBM partisipasi

masyarakat (mandiri) yang biasa dikenal dengan sebuatan komunitas baca”. Sedangkan dalam Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat (2006: 10) menyatakan bahwa “TBM dapat diselenggarakan atas prakarsa individu atau pun lembaga sosial kemasyarakatan atau pun pemerintah”.

(21)

2.1.3 Tujuan Taman Bacaan Masyarakat

Tujuan TBM yang ingin dicapai yaitu untuk membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat. Dalam buku Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) (2006: 1) menyatakan bahwa TBM memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang cerdas yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Menjadi suatu wadah kegiatan belajar masyarakat.

3. Mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru dalam Pemberantasan Buta Aksara sehingga tidak menjadi buta aksara kembali.

Sedangkan dalam buku Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengolahan Taman Bacaan Masyarakat Tahun 2012 (2012: 6), tujuan taman bacaan adalah:

1. Meningkatkan kemampuan keberaksaraan dan keterampilan membaca,

2. Menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca, 3. Membangun masyarakat membaca dan belajar

4. Mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat,

5. Mewujudkan kualitas dan kemandirian masyarakat yang berpengetahuan, keterampilan, berbudaya maju, dan beradab.

Pendapat lain yang dinyatakan dalam buku Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat Ruang Publik (2012: 6) tujuan TBM adalah:

1. Menyediakan dan memberikan layanan di bidang bahan bacaan yang dapat membantu pengujung ruang publik untuk dapat melakukan kegiatan membaca dalam rangka belajar, mencari informasi, mencari hiburan edukatif, atau hanya sekedar mengisi waktu luang;

2. Menumbuhkembangkan kegemaran membaca dan menulis,

3. Membina dan meningkatkan minat baca masyarakat melalui kegiatan literasi,

4. Mendorong pembudayaan kegemaran membaca masyarakat.

(22)

aktivitas belajar-mengajarnya dan juga mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru.

2.1.4 Fungsi Taman Bacaan Masyarakat

Pada dasarnya TBM berfungsi sebagai wadah bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi yang diinginkan. Dalam buku Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) (2006: 2) menjelaskan bahwa TBM memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Saran pembelajaran bagi masyarakat;

2. Sarana hiburan (rekreasi) dan pemanfaatan waktu secara efektif dengan memanfaatkan bahan-bahan bacaan dan sumber informasi lain sehingga warga masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan informasi lain sehingga warga masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan informasi baru guna meningkatkan kehidupan mereka;

3. Saran informasi berupa buku dan bahan bacaan lain yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat.

Sedangkan Kalida (2010: 1) mengemukakan bahwa TBM memiliki fungsi sebagai:

Sumber belajar bagi masyarakat melalui propgram pendidikan nonformal dan informal. Ia juga bisa disebut sebagai tempat rekreasi melalui bahan bacaan, untuk memperluas wawasan, memperkaya pengalaman belajar, menambahkan kegiatan belajar masyarakat, latihan tanggungjawab melalui ketaatan terhadap aturan-aturan yang ditetapkan”.

Pendapat lain tentang fungsi taman bacaan yang dinyatakan dalam buku Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengolahan Taman Bacaan Masyarakat Tahun 2012 (2012: 7) yaitu:

1. Sebagai sumber belajar–TBM dengan menyediakan bahan bacaan utamanya buku merupakan sumber belajar yang dapat mendukung masyarakat pembelajar sepanjang hayat, seperti buku pengetahuan untuk membuka wawasan, juga berbagai keterampilan praktis yang bisa dipraktekkan setelah membaca, misalnya praktek memasak, budidaya ikan, menanam cabe dan lainnya.

(23)

3. Sebagai tempat rekreasi-edukasi–dengan buku-buku nonfiksi yang disediakan memberikan hiburan yang mendidik dan menyenangkan. Lebih jauh dari itu, TBM dengan bahan bacaan yang disediakan mampu membawa masyarakat lebih dewasa dalam perilaku, bergaul di masyarakat lingkungan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa TBM berfungsi sebagai wadah bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi yang diinginkan, baik dalam bentuk cetak maupun dalam bentuk elektronik sehingga masyarakat menjadi “melek informasi”. Selain itu juga ada tujuan lain dari TBM yang ingin dicapai seperti keinginan untuk membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat.

2.1.5 Manfaat Taman Bacaan Masyarakat

Dalam mewujudkan terealisasinya masyarakat yang memiliki budaya baca, maka TBM mempunyai peran di dalamnya. Dengan manfaat yang dimiliki oleh TBM yang merupakan media pengembangan budaya membaca bagi masyarakat agar terciptanya masyarakat yang berbudaya baca yang berpengalaman, kritis, beradab, maju dan mandiri yang dapat dicapai oleh masyarakat itu sendiri.

Dalam buku Penduan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (2006: 2), manfaat taman bacaan adalah:

1. Menumbuhkan minat, kecintaan dan kegemaran membaca.

2. Memperkaya pengalaman belajar dan pengetahuan bagi masyarakat. 3. Menumbuhkan kegiatan belajar mandiri.

4. Membantu pengembangan kecakapan membaca.

5. Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

6. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat.

(24)

2.2 Masyarakat Perkotaan 2.2.1 Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk suatu sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Istilah Masyarakat dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2008: 553) adalah "sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang membentuk perikehidupan berkebudayaan”. Sedangkan Ahmadi (1997: 226) menyatakan bahwa:

Dalam arti luas masyarakat dimaksud keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain: kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat dimaksud sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya teritorial, bangsa, golongan dan sebagainya.

Pendapat lain yang dikutip dari Ralph Linton dalam Basrowi (2005: 38) menyatakan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa masyarakat merupakan hubungan sejumlah manusia yang berkaitan karena ada bentuk-bentuk dalam kehidupan, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai pribadi melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial sehingga mereka dapat mengorganisasikannya dalam kesatuan sosial, yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu.

2.2.2 Pengertian Masyarakat Perkotaan

(25)

adalah “masyarakat yang penduduknya mempunyai mata pencaharian di sektor perdagangan dan industri, atau bekerja di sektor administrasi pemerintahan, yang sering disebut the white collar, kebalikan the blue collar atau pekerja kasar”. Sedangkan Daldjoeni (1997: 9) menyatakan bahwa “Masyarakat kota sebagai community, seperti halnya masyarakat pedesaan, adalah suatu teritorial di mana

penduduknya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan hidup sepenuhnya”.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa masyarakat kota adalah suatu komunitas yang menempati suatu teritorial tertentu yang penduduknya mempunyai pekerjaan dalam berbagai sektor kehidupan mulai dari perdagangan, industri, hingga sektor pemerintahan.

Terdapat beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi (1997: 229), yaitu:

1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.

2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lainnya.

3. Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.

4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa.

5. Jalan pikir rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan bahwa interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.

6. Jalan kehidupan yang cepat di kota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.

7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.

Sedangkan Daldjoeni (1997: 10-11) menyatakan bahwa terdapat enam kondisi-kondisi yang diperlukan bagi suatu kota (city) yaitu:

1. Pembagian kerja dalam spesialisasi yang jelas;

2. Organisasi sosial lebih berdasarkan pekerjaan dan klas sosial daripada kekeluargaan;

(26)

4. Suatu sistem perdagangan dan pertukangan;

5. Mempunyai sarana komunikasi dan dokumentasi; dan 6. Berteknologi yang rasional.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa ciri-ciri masyarakat kota dapat dijelaskan bahwa masyarakat perkotaan terbuka akan suatu perubahan yang bersifat memberikan keuntungan terhadap kepentingan individu mereka, karena pola pikir mereka lebih rasional. Hanya saja masyarakat perkotaan mempunyai kemungkinan dalam pemenuhan kepentingan pribadi dan tidak mendahulukan kepentingan bersama. Perilaku heterogen yang dilandasi oleh konsep pengendalian diri dan kelembagaan membuat masyarakat perkotaan dikenal dengan egoisme pribadi akan pembuatan keputusan yang menyangkut kebersamaan karena akan terdapat suatu unsur kepentingan pribadi dalam pengambilan kebijakan bagi kelembagaan.

2.2.3 Peranan Taman Bacaan Masyarakat dalam Lingkungan Masyarakat Keberadaan TBM di tengah masyarakat saat ini memberikan peranan tersendiri dalam menumbuhkan minat baca dan menulis. Peranan TBM bagi masyarakat dalam buku Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat (2006: 10) yaitu “saat ini secara bertahap peran TBM lebih ditingkatkan lagi yaitu sebagai sarana pembelajaran seumur hidup dan terkait erat dengan peningkatan minat baca masyarakat umum sehingga seluruh masyarakat sekitar TBM berbudaya baca”. Sedangkan Sutarno (2008: 130) menyatakan bahwa peranan TBM bagi masyarakat “sebagai wahana berkumpul, belajar dan berdialog antarwarga dalam memecahkan masalah bersama dan mengembangkan ide dan gagasan demi kemajuan masyarakat”. Peranan TBM bagi masyarakat berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Kalida (2010: 1) yaitu:

(27)

society). Yakni masyarakat yang gemar membaca, melek informasi, dan mampu meningkatkan daya saing di era kompetitif ini.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa peranan TBM dalam lingkungan masyarakat sebagai sarana untuk pembelajaran seumur hidup bagi masyarakat sekitar TBM dengan harapan mewujudkan masyarakat membaca dan belajar (reading and learning society) yaitu masyarakat yang gemar membaca, melek huruf, dan mampu meningkatkan daya saing.

2.3 Pendidikan Nonformal

2.3.1 Pengertian Pendidikan Nonformal

Dalam Undang-Undang R.I No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa jalur pendidikan terbagi atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya (Pasal 13 angka (1)). Salah satu pendidikan nonformal seperti PKBM dan TBM dibangun untuk melengkapi kegiatan belajar masyarakat.

Pengertian pendidikan nonformal menurut Ahmadi (2001: 97) adalah “Pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat”. Sedangkan definisi pendidikan nonformal dalam Undang-Undang R.I. No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah “Jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang” (Pasal 1 angka (12)). Penjelasan lebih lanjut terkait pendidikan nonformal pada Undang-Undang tersebut yaitu tertera pada Pasal 26 yang menyatakan bahwa “pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat”. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Musaheri (2007: 156) yaitu:

(28)

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pendidikan nonformal adanya kebermaknaan oleh masyarakat dari program-program belajar yang disajikan bagi kehidupannya, karena pendidikan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi nyata masyarakat. Dalam hubungan ini pendidikan termasuk pendidikan nonformal yang berbasis kepentingan masyarakat lainnya, perlu mencermati hal tersebut, agar keberadaannya dapat diterima dan dikembangkan sejalan dengan tuntutan masyarakat berkaitan dengan kepentingan hidup mereka dalam mengisi upaya pembangunan di masyarakatnya. Ini berarti bahwa pendidikan nonformal perlu menjadikan masyarakat sebagai sumber atau rujukan dalam penyelenggaraan program pendidikannya.

Salah satu bentuk pendidikan nonformal di masyarakat menurut Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 angka (4) adalah TBM yang menginduk pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Kehadiran TBM yang menjalankan mekanisme sistem pendidikan nonformal agar setiap orang dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur hidup yang menghendaki terciptanya demokratisasi dalam segala dimensi kehidupan manusia, termasuk di bidang pendidikan.

2.3.2 Pendidikan Berbasis Masyarakat

Mengkaji tentang pendidikan nonformal akan memiliki kaitan dengan pendidikan berbasis masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat perwujudan demokratisasi pendidikan melalui perluasan pelayanan pendidikan untuk kepentingan masyarakat. dimana kepentingan masyarakat ini sedapatnya didukung oleh bantuan teknis serta pendanaan yang cukup agar pendidikan berbasis masyarakat ini dapat berjalan dengan baik.

(29)

dijelaskan bahwa “pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi”. Pendapat lain dikemukakan oleh Zubaedi (2006: 130) “pendidikan berbasis masyarakat (community-based education) merupakan mekanisme yang memberikan peluang bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur hidup“.

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif berbentuk studi kasus dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan taman bacaan masyarakat. Alasan penggunaan metode deskriptif diantaranya adalah bahwa metode ini telah digunakan secara luas dan dapat meliputi lebih banyak segi dibandingkan dengan metode-metode lain. Metode tersebut juga dapat digunakan dalam menggambarkan keadaan-keadaan yang mungkin terdapat dalam situasi tertentu seperti halnya akan menggambarkan tentang fenomena perkembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang terjadi pada masyarakat perkotaan.

3.2 Lokasi Penelitian

[image:30.595.89.537.474.702.2]

Penelitian dilakukan di beberapa lokasi TBM yang tesebar di Kota Medan. Berikut merupakan alamat lokasi penelitian:

Tabel 3.1 Lokasi Penelitian

No. Nama Lembaga Tahun

Berdiri Alamat

1. TBM Pakpak Mandiri 2011 Jalan Luku I gg. Sepadan no.18

Medan Johor

2. TBM Cellpower Indonesia 2011 Jalan Adi Sucipto no. 4-6

Medan Polonia

3. TBM Dira’s 2007 Jalan Bajak IV ujung no.28

Medan Amplas

4. TBM Plus Mas Raden 2006 Jalan Karya Jaya no.192

Medan Johor

5. TBM Tengku Luckman Sinar 2012 Jalan Abdullah LubisMedan Baru

6. TBM Madya Insani 2007 Jalan Bajak V gg. Bahagia no.138 A

Medan Amplas

7. TBM An Najwa 2008 Jalan Datuk Rubiah lingkungan 29

Medan Marelan

(31)

3.3 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. TBM Pakpak Mandiri

TBM dengan jumlah buku 15 judul dan 150 eksemplar ini terletak di daerah padat penduduk. TBM ini merupakan TBM pendamping Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

2. TBM Cellpower Indonesia

TBM Cellpower Indonesia merupakan TBM pendamping usaha bisnis yaitu pendamping lembaga pendidikan komputer yang dilengkapi dengan jaringan Wi-Fi yang dapat digunakan tidak hanya oleh peserta lembaga pendidikan komputer namun juga dapat digunakan oleh anggota TBM secara gratis.

3. TBM Dira’s

TBM Dira’s adalah TBM pendamping pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) dan merupakan jenis TBM konvensional. TBM ini menggunakan becak bermotor sebagai tempat untuk membawa bahan bacaan yang akan diperuntukkan bagi masyarakat di sekitar TBM. 4. TBM Plus Mas Raden

Salah satu TBM yang cukup unik karena merupakan TBM pendamping usaha warung jamu atau jenis TBM pendamping usaha bisnis. TBM ini berada di lingkungan padat penduduk dan sudah berdiri sejak tahun 2006. TBM ini juga pernah meraih penghargaan sebagai TBM terbaik tingkat Nasional pada tahun 2010. Pendiri TBM merupakan ketua Forum TBM (FTBM) Provinsi Sumatera Utara yang terbentuk sejak tahun 2009.

5. TBM Tengku Luckman Sinar

(32)

6. TBM Madya Insani

TBM ini merupakan TBM pendamping pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang dibangun oleh suatu kelembagaan masyarakat dengan tujuan untuk mencerdaskan masyarakat di sekitarnya. TBM ini memiliki program untuk memajukan kegiatan TBM yaitu dengan membangun radio komunikasi berbasis masyarakat. 7. TBM An Najwa

TBM An Najwa terletak di pinggiran Kota Medan yang masih termasuk dalam lingkungan kotamadya. TBM ini juga merupakan TBM pendamping pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM).

3.4 Fokus Penelitian

Fokus penelitian digunakan untuk membuat pedoman wawancara. Penelitian ini difokuskan pada beberapa pertanyaan yang akan diberikan kepada kepada informan utama yang akan menggali informasi tentang perkembangan TBM. Selain itu untuk memberikan arahan dalam pembuatan daftar pertanyaan wawancara, terdapat sub fokus penelitian guna mengarahkan pertanyaan penelitian yaitu:

1. Latar belakang pendirian TBM;

2. Peranan TBM yang berada pada lingkungan masyarakat perkotaan; 3. Kaitan TBM dengan pendidikan nonformal bagi masyarakat.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik sebagai berikut:

3.5.1 Penelitian Kepustakaan

(33)

yang terkait dengan taman bacaan masyarakat serta sejumlah tulisan tentang penelitian di bidang taman bacaan masyarakat yang berguna sebagai tinjauan literatur dalam penelitian ini.

3.5.2 Wawancara Terstruktur

Teknik pengumpulan data yang utama adalah dengan cara wawancara. Wawancara terstruktur adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Teknik ini sengaja dipilih karena komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal.

Sebelum melakukan wawancara, informan terlebih dahulu dimintai kesediaanya untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan. Wawancara dilakukan langsung dengan informan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan oleh informan. Dalam melakukan wawancara, peneliti mempersiapkan pedoman wawancara terstruktur berupa pedoman wawancara yang disusun secara terperinci agar dapat menggali semua infromasi yang lengkap dan mendalam. Alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah alat perekam.

(34)
[image:34.595.104.524.143.303.2]

Tabel 3.2 Daftar Nama Informan

No. Nama Lembaga Nama

Informan Jabatan Keterangan 1. TBM Pakpak Mandiri JB Ketua PKBM Informan 1 2. TBM Cellpower Indonesia AP Ketua TBM Informan 2

3. TBM Dira’s DI Ketua TBM Informan 3

4. TBM Plus Mas Raden AM Pembina TBM Informan 4 5. TBM Tengku Luckman Sinar MS Pendiri TBM Informan 5 6. TBM Madya Insani SH Pengelola TBM Informan 6

7. TBM An Najwa ER Penyelenggara

TBM Informan 7

3.5.3 Observasi Partisipan

Observasi partisipan dilakukan agar didapatkan gambaran secara nyata tentang keadaan dan perkembangan secara nyata akan keberadaan TBM, hal tersebut dilakukan agar peneliti dapat menjelaskan secara rinci tentang kriteria suatu TBM yang akan dijadikan data. Observasi tersbut dilakukan dengan cara memperhatikan fasilitas TBM, sikap informan dan memperhatikan suasana dan kunjungan pengguna TBM. Observasi fasilitas dan kunjungan pengguna TBM dilakukan sejak awal pengamatan awal yaitu peneliti memperhatikan dan mencatat tentang kondisi TBM seperti kelengkapan sarana dan prasarana. Observasi sikap informan dilakukan pada saat peneliti melakukan wawancara, yaitu dengan memperhatikan sikap ketika informan menjawab dan menjelaskan tentang TBM.

3.6 Teknik Analisis Data

(35)

1. Pengumpulan informasi, melalui wawancara maupun observasi langsung. Pada tahap ini peneliti akan melakukan perbandingan-perbandingan dengan tujuan konseptualisasi, kategorisasi atau teorisasi. 2. Reduksi. Langkah ini adalah memilih informasi mana yang sesuai dan

tidak sesuai dengan masalah penelitian. Pada reduksi data ditentukanlah tentang bagian data mana yang dikode, mana yang dibuang, pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebar, dan cerita-cerita apa yang sedang berkembang.

3. Penyajian data. Setelah informasi dipilih maka disajikan dalam bentuk tabel, ataupun uraian penjelasan. Penyajian data yang akan digunakan dalam penelitian ini berbentuk naratif. Menyajikan hasil reduksi data sangat diperlukan untuk mempermudah dalam pemaparan dan penegasan kesimpulan.

4. Tahap akhir adalah menarik kesimpulan. Proses analisis tidak sekali jadi, melainkan interaktif, secara bolak-balik. Penarikan kesimpulan ini akan didukung dengan kegiatan pembuktian keabsahan data setelahnya untuk melihat apakah data yang telah dijabarkan dengan bentuk narasi sudah valid atau belum.

Daftar pertanyaan wawancara yang diajukan kepada informan, baik kepada informan utama maupun informan tambahan merupakan bahan kajian yang mendasar untuk membuat kesimpulan. Semakin banyak informasi, maka diharapkan akan menghasilkan data yang sudah tersaring dengan ketat dan akurat. Walaupun telah terdapat tahap penarikan kesimpulan/verifikasi pada teknik pengumpulan data, namun diperlukan juga triangulasi guna melihat keabsahan data.

3.7 Keabsahan Data

(36)

1. Triangulasi, pada penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber yaitu membandingkan data hasil wawancara. Hasil wawancara peneliti kepada informan terkait perkembangan TBM. Triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode yang sudah berjalan. Teknis ini diawali dengan memastikan terhimpunnya semua informasi dari wawancara dengan informan dan catatan harian observasi. Selanjutnya dilakukan uji silang tehadap materi catatan harian agar tidak ada informasi yang bertentangan antara catatan wawancara dan catatan harian observasi. Teori digunakan sebagai indikator dalam pengujian data yang terkumpul dari wawancara dengan informan dan catatan harian observasi.

(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini adalah Ketua, Pembina, Pendiri, Pengelola ataupun Penyelenggara TBM. Semua istilah dari informan tersebut semuanya adalah pendiri masing-masing TBM yang memiliki perbedaan penamaan atas jabatan mereka di masing-masing TBM. Pengambilan data dilakukan kepada 7 TBM yang telah dipilih oleh peneliti dengan jumlah informan sebanyak jumlah TBM tersebut pula yaitu sebanyak 7 orang informan. Dari proses pengambilan data melalui wawancara ditemukan data yang hampir sama dan juga ada data yang berbeda.

(38)

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi dan meminta kesediaan 7 Pendiri TBM tersebut untuk menjadi informan dalam penelitian ini, sehingga peneliti dapat melakukan pendekatan terlebih dahulu dengan informan. Dalam melakukan pengambilan data di lapangan, peneliti juga mencatat tentang keadaan TBM sekaligus memperhatikan sikap informan ketika memberikan jawaban ketika wawancara. Penelitian pada 7 TBM dilakukan pada tanggal 25 April sampai dengan 3 Mei 2013, pelaksanaan wawancara dilakukan secara substansi, artinya tidak diharuskan pada suatu tempat, pelaksanaan wawancara lebih bertepatan dengan waktu bukanya TBM, yaitu dari pagi hingga siang hari. Namun ada juga pada sore hari karena TBM tersebut memang buka dari sore hingga tengah malam. Ketujuh informan diberikan pertanyaan yang sama yang dilakukan dengan proses wawancara terstruktur dan langsung sehingga peneliti dapat merekam suara informan ketika menjawab pertanyaan wawancara. Hanya saja wawancara dengan informan 5 dilakukan cara yang berbeda yaitu informan mengisi daftar pertanyaan wawancara sehingga peneliti tidak dapat bertemu secara langsung dengan informan 5 karena kesibukan informan tersebut. Namun untuk memastikan jawabannya, peneliti mendapatkan kesempatan bertanya di sela-sela kegiatan informan namun peneliti tidak merekam jawaban informan akibat keterbatasan waktu.

Wawancara berlangsung secara informal yang dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara, wawancara dilakukan secara mendalam terhadap informan sehingga peneliti sering menggunakan bahasa tidak baku agar informan dapat menjelaskan jawaban dengan lebih rinci dan mendalam. Percakapan berkembang sesuai dengan jawaban yang diberikan peneliti kepada informan. Wawancara dilakukan berulang jika penelti merasa perlu penegasan jawaban atau perlu penambahan dari wawancara yang sebelumnya.

4.2 Kategori

(39)

melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan dan menunjukan hubungan antar bagian-bagian yang diteliti sesuai dengan sub fokus penelitian. Adapun kategori yang berdasarkan sub fokus penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Taman Bacaan Masyarakat (TBM);

2. Tentang TBM yang berada pada lingkungan masyarakat perkotaan; 3. Kaitan TBM dengan pendidikan nonformal bagi masyarakat.

4.3 Taman Bacaan Masyarakat (TBM)

4.3.1 Alasan pendirian Taman Bacaan Masyarakat

Pada pertanyaan tentang alasan pendirian TBM, ketujuh informan memiliki perbedaan jawaban, karena mereka masing-masing memiliki alasan khusus dalam pendirian TBM. Dari ketujuh informan ada empat informan memiliki bentuk TBM yang hampir sama yaitu bentuk TBM sebagai pendamping pendidikan nonformal seperti PKBM, PAUD dan Kegiatan Kursus. Hal ini sesuai dengan pernyataan I1, I3, I6 dan I7 berikut:

I1 : Kita memang mengelola anak-anak yang putus sekolah, dan itulah yang sebenarnya layanan utama di TBM ini, sehingga kalau dibilang untuk masyarakat, sebenarnya paket ini kan untuk masyarakat juga ini, kalau dimaksud masyarakat kan masyarakat sekitar, tapi anak paket kan juga masyarakat, emang bukan masyarakat sekitar ada yang dari luar sekitar kan, tapi tetap kota Medan lah. Kalau masyarakat sekitar tak ada lah

I3 : Didasari dari pendirian PAUD 1994. Pada tanggal 7 bulan 7 tahun 2007 berdiri secara resmi PAUD dan PKBM. Pada awalnya orangtua atau yang mengantar murid yang menunggu anaknya disediakan tempat untuk membaca selama mereka menunggu anak-anaknya, lalu lama-kelamaan kami menyediakan beberapa bahan bacaan yang berasal dari koleksi pribadi anak saya dan koleksi dari yayasan. Itulah bentuk awal dari pembuatan TBM ini...

(40)

I7 : Terus saja ya, yang melatari saya belakangi awalnya kita buka PKBM, masyarakat belum ada buku panduan untuk apa, ee..untuk ada pegangan buku lah. Jadi dengan belum adanya pegangan buku untuk warga belajar saya, kemudian anak murid saya dari pendidikan formal jadi saya kebetulan mengumpulkan buku dari teman-teman...

Pernyataan informan di atas menjelaskan bahwa pendirian TBM hanya didasari atas melengkapi kebutuhan dari program yang telah ada sebelumnya. Namun tidak bertujuan untuk membentuk TBM secara terorganisasi. Hal inilah yang menyebabkan bahwa TBM yang mendamping program pendidikan nonformal sebelumnya tidak berkembang dengan baik. Karena pendiri awalnya membangun TBM tidak dengan keorganisasian yang serius dan terstruktur. Sehingga TBM yang telah ada tidak terurus.

Selain empat informasi informan di atas juga ada informasi dari informan lain di mana penyelenggaraan TBM mereka adalah TBM mandiri. Berikut adalah pernyataan dari I2 dan I5 tentang alasan pendirian TBM:

I2 : Intinya mula-mula kita karena saya pecinta buku dari SMA beberapa merupakan koleksi pribadi, setelah banyak orang melihat ada juga sumbangan masyarakat, kemudian adanya katakanlah dukungan program pemerintah seperti Rintisan TBM

I5 : Tengku Luckman Sinar adalah tokoh, sejarahwan dan budayawan melayu. Sejak usia 11 tahun Almarhum aktif berkegiatan dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Untuk menjawab rasa ingin tahu Tengku Luckman Sinar banyak membaca. Kecintaan almarhum pada buku terjawab dari jumlah koleksinya sebanyak 8000 judul. Koleksi yang sedemikian keterbatasan dana maka Tengku Luckman Sinar menempatkan buku-bukutersebut di sebuah ruangan yang disebut almarhum “perpustakaan pribadi”. Walaupun kurang nyaman namun banyak sekali masyarakat dari berbagai profesi datang membaca buku-buku tersebut...

(41)

Informan 4 menyatakan bahwa TBM yang didirikannya merupakan TBM mandiri yang dibangun atas kebutuhan usaha dan kreasi individu dengan menampingkan kegiatan membaca di tengah-tengah bisnis sebagai cara baru menumbuhkan minat baca masyarakat.

I4 : Jadi orang berbuat setelah..atau orang berbuat karena, tapi saya buka ini tidak seperti itu, saya memang mau mencari uang di dalam sini. Saya mengelola taman bacaan ini profesional, saya gak peduli mau juara mau tidak, gak mengejar itu saya dulu. Jadi awal pembukaan awal ini dulu bukan mau membuka taman bacaan, saya mau mencari uang. Di luar saya itu yang berubah. Ini dulu tempat duduk orang, makan sate. Apa sih yang bisa dikelola untuk bisa menambah omset dari jamu ini, jadi bapak berpikir ibu ini kan, istri bapak yang megang jamu ini kutu buku, suka baca novel. Jadilah awak pikir-pikir, sambil duduk-duduk dia baca buku, wajar juga dibuka taman bacaan, apa salahnya menjaga-jaga novel, jadi taman bacaan bukunya masih satu gerobak, satu gerobak novel-novel di dalamnya sama besar gerobaknya....

Dari pernyataan yang diungkapkan oleh ketujuh informan di atas dapat diketahui bahwa terdapat tiga alasan dalam pendirian TBM. Pertama, dari kebanyakan informan diketahui bahwa mereka mendirikan TBM didasari oleh keinginan untuk mendukung kegiatan pendidikan nonformal yang menyerupai perpustakaan sederhana namun tidak dengan standar yang dimiliki perpustakaan pada umumnya. Kedua, alasan informan membangun TBM karena kebiasaan membaca dan mengoleksi buku sehingga timbul keinginan membentuk suatu sarana yang dapat dipakai untuk mengumpulkan koleksinya dan dapat dipergunakan secara luas oleh masyarakat. Ketiga, alasan informan membangun TBM karena ingin memajukan usaha atau berdasarkan kebutuhan bisnis dengan mendampingkan TBM sebagai tempat bagi masyarakat untuk menggali informasi disela-sela kegiatan lainnya.

4.3.2 Tujuan pendirian Taman Bacaan Masyarakat

(42)

membaca. Tujuan ketujuh informan juga merujuk pada tujuan untuk menumbuhkan kebiasaan membaca masyarakat dan menjadikan TBM sebagai tempat untuk mendapatkan informasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan I1, I2, I3, I5,I6 dan I7 berikut:

I1 : Tujuan berdirinya, pertama supaya masyarakat sekitar ya, masyarakat sekitar, bisa kita buat bagi masyarakat kita untuk wadah. Taman bacaan ini minimal untuk yang disekitar kita ini bisa kita layani.

I2 : Tujuannya itu dari sini akan muncul katakanlah orang-orang kreatif yang bisa menulis, adanya orang wirausaha, adanya penggalian potensi dan lebih jauh dari itu kita ingin menunjukkan ke masyarakat bahwa TBM ini bisa menjadi pusat informasilah bukan sekedar TBM saja tapi nanti sehingga melahirkan orang-orang besar

I3 : ...Soalnya tujuan didirikan ini, iya lah untuk membantu masyarakat ini lah, secara umum itu kalau kita bilang, tapi kalau secara khusus ini untuk meningkatkan apa namanya. Karena membaca adalah jendela dunia. Sekarang gini ya kalau kita bilang anak-anak sekarang dengan handphone dengan IT, mereka itu sosialisasinya kurang. Tapi kalau dia ke TBM dia akan membaca dan mendiskusikan dengan teman-temannya yang lain, ini untuk menumbuhkan rasa sosialisasi pada anak. Dan akan membangun komunikasi anak dengan orangtuanya

I5 : Visi Taman Bacaan Tengku Luckman Sinar adalah menjadi perpustakaan bertaraf internasional. Misi Taman Bacaan Tengku Luckman Sinar memberikan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat dan mendorong masyarakat untuk mengembangkan minat baca sejalan dengan pelestarian budaya bangsa warisan leluhur

I6 : Seperti itu tadi, untuk sarana membaca juga anak-anak nonformal kami memenuhi kebutuhan bahan-bahan pendidikan dia, kalau ada tugas

I7 : Tujuannya saya mendirikan TBM ya untuk mencerdaskan anak-anak saya saja. Untuk sekolah dasarnya aja dulu. Supaya ketika mereka sedang beristirahat mereka dapat fokus ke tempat kita dan tidak berkeliaran kemana-mana

(43)

memanfaatkan TBM sebagai tempat menimba ilmu dan mendapatkan informasi yang lebih dekat keberadaannya dengan masyarakat. Walaupun pada beberapa TBM hanya dikunjungi oleh orang-orang tertentu saja. Namun ada informan yang menyatakan tentang penujuan yang lebih terperinci lagi tentang suatu TBM. Selain karena jenis TBM yang didirikan merupakan jenis TBM kreatif yang menyatukan kegiatan TBM dengan bisnis, kegiatan TBM yang dijalankan juga diperuntukkan bagi masyarakat luas atas tanggung jawab sosial agar masyarakat dapat memperoleh ilmu dengan mengunjungi TBM. Hal ini sesuai dengan pernyataan I4 berikut:

I4 : TBM kreatif, Tujuan TBM Relawan, Beramal, Berbisnis. Itu tergantung kita, yang penting tiga-tiganya dimasukkan ke dalam.

Dari seluruh pernyataan informan dapat diketahui bahwa pada dasarnya tujuan TBM merujuk pada kegiatan belajar masyarakat agar meningkatnya minat baca. Walaupun disampaikan dengan cara yang berbeda-beda, intinya masing-masing informan yang memiliki jenis TBM berbeda, memiliki satu ide yang sama tentang tujuan TBM yaitu untuk kegiatan sosial masyarakat.

4.3.3 Jenis koleksi dan Pengguna Taman Bacaan Masyarakat

Jenis koleksi dan pengguna TBM sangat erat kaitannya. Karena apa yang menjadi koleksi suatu TBM akan menentukan pengguna atau pengunjung yang mendatangi TBM tersebut. Memang kebanyakan TBM memiliki koleksi yang hampir sama, hal ini karena TBM merupakan sarana belajar yang dikunjungi oleh masyarakat umum secara luas sehingga koleksinya adalah bahan bacaan populer masyarakat umum dengan rentang usia dari anak-anak hingga orang dewasa, dari siswa PAUD hingga ibu rumah tangga dan tidak terbatas pada subjek tertentu saja jenis koleksinya. Berikut adalah pernyataan informan tentang jenis koleksi pada TBM mereka masing-masing. Diawali oleh Informan 1 yang mengatakan bahwa koleksi yang dimiliki TBM berupa koleksi buku-buku mata pelajaran.

(44)
[image:44.595.123.494.247.390.2]

Informan 1 mengatakan bahwa koleksi yang dimilikinya adalah koleksi yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan karena TBM ini merupakan TBM pendamping PKBM atau TBM yang mendampingi kegiatan nonformal sehingga koleksinya lebih fokus terhadap koleksi buku mata pelajaran. Melalui observasi yang dilakukan peneliti, TBM informan 1 lebih cenderung digunakan oleh anak peserta pendidikan nonformal daripada untuk masyarakat.

Gambar 4.1 TBM Pak-pak Mandiri di Medan Johor

Selanjutnya pernyataan yang diberikan oleh informan 2 yang menjelaskan tentang koleksi yang dimiliki TBM.

I2 : “Terutama buku-buku bacaan pelajaran karena banyak yang belajar di sini makanya kita utamakan kebutuhan mereka dulu, novel, buku kepribadian, buku-buku umum, beberapa komik, majalah-majalah anak-anak, majalah ibu-ibu”

(45)
[image:45.595.192.433.112.292.2]

Gambar 4.2 TBM Cellpower Indonesia di Medan Polonia

Berikutnya pernyataan yang diberikan oleh informan 3 yang menjelaskan tentang koleksi yang dimiliki TBM.

I3 : Jenis buku pertanian, keagamaan, majalah, novel, buku-buku khusus anak, psikologi anak, buku memasak dan buku khusus perempuan

Jenis TBM yang dimiliki TBM ini cukup unik yaitu ada TBM keliling yang mengadopsi ide perpustakaan keliling yang dimiliki oleh perpustakaan umum. Namun TBM ini tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya, sehingga hanya orangtua siswa PAUD saja yang memanfaatkan TBM ini.

Gambar 4.3 TBM Dira’s di Medan Amplas

Selanjutnya pernyataan yang diberikan oleh informan 4 yang menjelaskan tentang koleksi yang dimiliki TBM.

[image:45.595.122.504.488.630.2]
(46)

yang ada pada TBM ini ada sekitar 185.000 eksemplar sekitar 98.000 judul

[image:46.595.191.433.232.413.2]

TBM ini dapat dikatakan TBM yang sangat lengkap bahkan bisa dikatakan sudah menyerupai perpustakaan umum. Namun pengelolaan TBM ini tidak ditangani secara benar, hanya berdasarkan pengelolaan umum yang mengelompokkan koleksi berdasarkan jenis.

Gambar 4.4 TBM Plus Mas Raden di Medan Johor

Berikutnya pernyataan yang diberikan oleh informan 6 yang menjelaskan tentang koleksi yang dimiliki TBM.

I6 : Koleksinya banyak buku pelajaran, buku-buku karya tulis, buku-buku cerita untuk anak-anak. Tapi ke depan akan kita tambahkan koleksinya

(47)
[image:47.595.193.434.111.292.2]

Gambar 4.5 TBM Madya Insani di Medan Amplas

Selanjutnya pernyataan yang diberikan oleh informan 7 yang menjelaskan tentang koleksi yang dimiliki TBM.

I7 : Jenis-jenis koleksinya. Iya kami ada buku-buku budidaya tanaman, buku pelajaran, buku cerita, majalah edukasi, buku keagamaan. Kalau kami kalau buku-buku novel itu tidak dimasukkan ke TBM ini karena kami takut nanti anak-anak akan menyalah artikan isi novel tersebut, karena mereka masih dalam keadaan puber

Koleksi yang dimiliki TBM ini cukup banyak dan lebih menyerupai perpustakaan sekolah. Hal ini karena TBM ini mendampingi kegiatan pendidikan formal. Koleksinya lebih banyak berasal dari jenis koleksi pendidikan formal.

[image:47.595.191.435.527.710.2]
(48)

Ada pula TBM yang memiliki koleksi yang spesifik dari ketujuh TBM tersebut yaitu koleksinya hanya satu subjek saja, hal ini karena pemilik awalnya menggemari buku-buku pada bidang tertentu.

Berikut merupakan pernyataan Informan 5yang menjelaskan bahwa TBM juga memiliki koleksi khusus seperti peninggalan bahan bacaan bersejarah.

[image:48.595.191.433.283.464.2]

I5 : ...Walaupun kurang nyaman namun banyak sekali masyarakat dari berbagai profesi datang membaca buku-buku tersebut....Buku-buku umum, buku langka dan manuscript serta koleksi gambar dan film bersejarah

Gambar 4.7 TBM Tengku Luckman Sinar di Medan Baru

Dari keseluruhan pernyataan informan di atas dapat disimpulkan bahwa TBM memiliki keberagaman koleksi yaitu koleksi-koleksi populer seperti buku-buku cerita, buku-buku sekolah, buku-buku populer untuk orangtua, novel dan terbitan berseri yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum tanpa batasan umur dan status sosial, walaupun ada TBM yang memiliki koleksi dengan bidang ilmu khusus namun koleksinya juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dari berbagai kalangan seperti mahasiswa dan peneliti.

4.3.4 Kendala dalam pelaksanaan Taman Bacaan Masyarakat dan cara mengatasinya

(49)

perhatian pemerintah daerah. Berikut merupakan pernyataan dari informan tentang kendala yang mereka hadapi dalam pembangunan dan pengelolaan TBM. Hal ini sesuai dengan pernyataan semua informanberikut:

I1 : Sebenarnya ini termasuk apa ya, kalau dibilang modal, modal kan relatif ya. Misalnya modal gini kita bisa jalankan...

I2 : Ya jelas kalau kita tidak ada penghasilan itu tidak bisa hidup...

I3 : Maunya adalah perhatian pemerintah untuk pembinaan pengelola TBM, adanya diundang pengelola atau orang yang langsung mengurusi TBM agar diberi pelatihan untuk mengurusi TBM secara lebih baik lagi. Atau maunya dibuatlah semacam pendataan pengelola TBM ini secara nasional, dan pemerintah mengapresiasi pengelola TBM ini agar mereka bisa lebih semangat dalam mengurusi dan pengembangan TBM bagi masyarakat

I4 : Ada 2, satu dari dana. Itu wajar-wajar saja, kita kepingin berkembang. Kedua kalau dari pola tingkah laku perilaku orang disini

I5 : TBM ini dikelola secara mandiri dan saya tidak sanggup mendanai pekerja untuk menjaga dan membantu pengujung TBM ini

I6 : Kendalanya memang buku-buku. Karena buku sangat mahal. Jadi untuk membeli buku sesuai dengan kebutuhan anak itu gak bisa, ya karena persoalan dana itu. Memang sampai saat ini gak ada bantuan....Yang kedua kendalanya ke masyarakat, dengan keterbatasan buku ini... Akhirnya TBM itu berfungsi lokal. Mungkin kalau dilihatnya TBM ini hanya untuk perpustakaan Madya Insani

I7 : Kalau kesulitan dana terutama ya, kemudian untuk pengelolaan itu kalau kita tidak saling bekerja sama dengan aparat-aparatnya kita gak jalan, karena letaknya TBM ini kan dari keikhlasan, keikhlasanya itu apa ya banyak membantu lah, yang berguna untuk masyarakat....Iya, personalnya juga itu.

(50)

pengetahuan dan informasi. Namun untuk menggaji orang yang menjaga atau mengelola TBM sehari-hari saja pendiri TBM tidak memiliki biaya, karena kebanyakan TBM adalah merupakan tanggung jawab sosial tanpa adanya kegiatan transaksi yang menghasilkan uang.

Selain masalah dana, masing-masing informan juga menyebutkan alasan lain seperti kurangnya apresiasi pemerintah akan kehadiran TBM, serta pola tingkah laku pengguna. Memang untuk kegiatan sosial yang menjadi masalah utama adalah pembiayaan opersional, karena merupakan kegiatan sosial tak jarang kegiatan ini hanya menjadi ajang musiman. Ketika pemerintah sedang marak-maraknya mengadakan sosialisasi program TBM akan banyak bermunculan TBM, sehingga dana akan didapat ketika itu namun jika sudah berlalu program tersebut, akan banyak TBM yang tutup karena tidak mampu membiayai operasional mereka. Apalagi tingkah laku pengguna yang sembarangan ketika mengunjungi TBM, misalnya mereka mengambil buku namun meletakkannya di tempat yang berbeda sehingga buku-buku di rak akan berantakan, terlebih tidak ada yang akan mengatur buku-buku tersebut karena pengelolaan TBM tidak ada petugasnya.

Masalah yang dirasakan oleh informan diatasi dengan berbagai cara, namun tak jarang informan memasrahkan kendala tersebut tanpa mengatasinya, hal inilah yang informan sebut dengan kurang fokus dan tidak ada motivasi pengelola TBM. Seperti yang diungkapkan oleh I1 dan I6 sebagai berikut.

I1 : ...Artinya gini kurang keseriusan dan motivasi, dari pengelola untuk membuat TBM itu tidak aktif. Karena kalau nilai ekonominya, kalau orang menilai dari ekonomi begini jadinya...

I6 : Saat ini belum bisa diatasi, yang ada hanya kami hadapi saja sebagaimana sebuah lembaga yang sedang berkembang...

(51)

I2 : ...Makanya dilakukan kegiatan pameran buku dengan bekerja sama dengan penerbitan agar mendapatkan pendanaan mandiri, selain dari sumbangan masyarakat

I3 : Karena tidak ada perhatian dari pemerintah dalam membantu TBM kami, kami hanya mencari sponsor dari pihak swasta dan dunia usaha, meminta mereka untuk pendanaan atau pengembangan TBM

I4 : Untuk mengatasi pendanaan saya atasi dengan memutar uang hasil penjualan buku dan sedikit hasil penjualan jamu dan makanan ringan untuk membeli buku, sedangkan untuk tingkah laku pengguna hanya bisa saya diamkan saja, karena kebanyakan anak-anak yang melakukan hal tersebut, saya percaya lama kelamaan mereka akan memahami bahwa tidak baik memberantakan buku karena akan terlihat buruk.

I7 : Juga bekerja sama dengan Dinas Pendidikan sehingga jumlah koleksinya bisa bertambah setiap tahunnya, itu mitra kita. Kemudian saya dari kelurahan, kita dapat kipas angin. Kalau dana mungkin juga tidak ya, dari kelurahan dan bantuan atau sumbangan dari masyarakat seperti salah satu masyarakat yang mencalonkan diri sebagai calon legislatif maka kami dapat pendanaan setiap bulan

Cara Informan 5 mengatasi yaitu tentang tenaga personal untuk menjaga TBM dengan cara meminta pihak keluarga secara berganti menunggu TBM. (Pernyataan ini merupakan data yang diperhatikan oleh peneliti ketika melakukan observasi langsung ke TBM)

Dari kelima informan dapat diketahui bahwa ada upaya yang dilakukan oleh informan berdasarkan kemampuan dan keinginan mereka agar TBM tetap berjalan, hal ini terlepas dari alasan mendasar informan dalam pembangunan TBM, yang pasti keinginan kelima informan agar TBM tetap berjalan dibalik kendala yang dihadapi merupakan upaya yang perlu diapresiasi pemerintah berwenang agar dapat lebih memberikan perhatian baik dalam pendanaan maupun dalam pembinaan TBM.

4. 4 Taman Bacaan Masyarakat pada Lingkungan Masyarakat Perkotaan 4.4.1 Sambutan Masyarakat akan Kehadiran Taman Bacaan Masyarakat

(52)

pernyataan informan yang merasa bahwa masyarakat tidak menyambut kegiatan TBM sebagai suatu sarana yang dapat digunakan untuk masyarakat luas. Hal ini sesuai dengan pernyataan I1, I3, I6 dan I7 berikut:

I1 : Sambutan masyarakat dengan adanya TBM ini, biasa-biasa saja. Iya, motivasi untuk belajar, untuk membacanya itu kurang

I3 : Terkadang gini, masyarakat ini baru mau datang kalau ada kegiatan apa baru mau dia. Masyarakat sekitar ketika diadakan perlombaan maka akan banyak yang mengunjungi TBM, namun setelah itu tidak ada lagi masyarakat yang datang ke TBM untuk berkunjung

I6 : ...Yang kedua kendalanya ke masyarakat, dengan keterbatasan buku ini, tentunya kita gak mau ngomong “woi kita ada TBM datanglah” nanti mereka datang terakhir tidak ada buku yang mereka inginkan. Akhirnya TBM itu berfungsi lokal. Mungkin kalau dilihatnya TBM ini hanya untuk perpustakaan Madya Insani

I6 : Pada awalnya tidak dihiraukan, istilahnya gini “ah, tidak ada gunanya”...

Pernyataan keempat informan di atas merupakan hal yang wajar walaupun sebenarnya telah ditegaskan dalam buku Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) (2006: 1) tentang pengertian TBM sebagai “sebuah lembaga yang menyediakan berbagai jenis bahan belajar yang dibutuhkan oleh masyarakat”. Namun tak dapat dipungkiri hanya pendiri saja yang antusias dalam pembangunan TBM namun masyarakatnya sendiri tidak menyambut keberadaan TBM tersebut. Selain pernyataan informan di atas ada pula informan yang menyatakan bahwa masyarakat sekitar TBM menyambut kehadiran TBM, buktinya mereka malah mengharapkan keberadaan TBM agar tidak pindah jauh dari lingkungan mereka. Seperti yang dinyatakan informan berikut. Hal ini sesuai dengan pernyataan I4 berikut:

(53)

Namun ada juga pendapat informan yang menyebut bahwa taman bacaan mereka cukup mendapat sambutan dari masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan I5 berikut:

I5 : Masyarakat menyambut baik dan merasakan manfaatnya dalam menyalurkan minat bacanya. Karena Taman Bacaan Tengku Luckman Sinar terletak di kawasan main street kota Medan dimana kebanyakan warga masyarakatnya berasal dari kalangan menengah ke atas

TBM yang didirikan informan tersebut awalnya sudah dikenal sebagai perpustakaan pribadi yang memiliki koleksi yang unik jadi sambutan masyarakat khususnya seperti mahasiswa dan peneliti yang membutuhkan bahan bacaan dari TBM tersebut tentu sangat terlihat. Namun sambutan tidak didapatkan dari masyarakat sekitar karena TBM berada di kawasan main street kota atau kawasan dengan masyarakat yang tergolong menengah ke atas sehingga masyarakat yang berada di sekitar TBM tersebut tidak merasa butuh akan bahan bacaan yang disediakan TBM.

Dari pernyataan yang diungkapkan informan dapat diketahui bahwa pada dasarnya masyarakat kurang menyambut TBM, hal ini terjadi atas beberapa alasan. Mulai dari kurangnya promosi yang dilakukan pengelola TBM, kurangnya minat baca masyarakat atau bisa dikatakan bahwa masyarakat tidak menganggap bahwa peranan TBM untuk meningkatkan minat baca dengan menyediakan bahan bacaan tidak penting, serta alasan lain adalah lokasi TBM dimana masyarakatnya tidak meminati kegiatan sosial seperti penyediaan bahan bacaan seperti TBM ini karena mereka berasal dari kalangan menengah ke atas atau bisa dikatakan bahwa mereka mampu membeli buku untuk keperluannya.

4.4.2 Alasan Pemilihan Lokasi Taman Bacaan Masyarakat

(54)

adalah pernyataan informan tentang pemilihan lokasi TBM. Hal ini sesuai dengan pernyataan I2, I5 dan I7 berikut:

I2 : Karena tempat tinggal, karena saya percaya dari buku yang saya baca, dimanapun kita berada kalau kita itu emas akan tetap menjadi emas, kalau dibuang dia ke lumpur akan tetap menjadi emas dia. Dimanapun lokasi kita, kalau kita memberikan yang terbaik, orang akan tetap datang...

I5 : Lokasi TBM ini bersebelahan dengan rumah induk Tengku Luckman Sinar, tentunya lebih mudah mengontrol pengunjung

I7 : Iyalah. Karena rumah saya disini itulah ada ruang teras yang dapat digunakan

Dari pernyataan informan menyebutkan bahwa pemilihan lokasi TBM bertepatan dengan rumah tinggal informan sehingga mereka memanfaatkan lokasi tersebut sebagai TBM. Ini dapat menjelaskan bahwa informan memahami tentang kebutuhan masyarakat sekitar kediamannya yang membutuhkan sarana pembelajaran seperti TBM. Ada pula alasan lain informan yang menyebutkan bahwa pemilihan tempat untuk TBM mereka karena ingin menyatukan kegiatan pendidikan nonformal dengan TBM. Hal ini sesuai dengan pernyataan I1, I3 dan I6 berikut:

I1 : Masyarakat sekitar sini enggak lah. Ini tempatnya kebetulan kantor PKBM.

I3 : Sudah diapit oleh beberapa perumahan, sehingga memudahkan masyarakat karena berada di daerah perlintasan. Selain daripada merupakan tempat ini adalah PKBM dan PAUD yang banyak masyarakat akan berdatangan, maka dibuatlah TBM di sini.

I6 : Disini? Karena memang disini tempat pendidikan nonformalnya.

(55)

seperti ini hanya ditujukan bagi siswa pendidikan nonformal saja atau orang-orang yang kebetulan berkunjung ke TBM seperti orangtua siswa pendidikan nonformal bukan ditujukan secara khusus bagi masyarakat umum.

Selain dua alasan pemilihan tempat di atas, informan lainnya juga memberikan alasan bahwa pemilihan lokasi TBM mengingat usaha yang dijalani sehingga memilih lokasi yang strategis. Hal ini sesuai dengan pernyataan I4, berikut:

I4 : Haa...itu studi kelayakan, bapak mau berusaha bapak pilih-pilih untuk tempat. Kan dari mulai jual jamu saya pilih tempat ini. Untuk memajukan usaha jamunya saya berpikir untuk menyediakan buku bacaan yang awalnya hanya untuk istri saya lalu berkembang peruntukkan bagi m

Gambar

Tabel 3.1 Lokasi Penelitian
Tabel 3.2 Daftar Nama Informan
Gambar 4.1 TBM Pak-pak Mandiri di Medan Johor
Gambar 4.2 TBM Cellpower Indonesia di Medan Polonia
+6

Referensi

Dokumen terkait

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek

Oman Sukmana, M.Si selaku Kepala Jurusan Program Studi Kesejahteraan sosial sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan, dukungan serta motivasinya

yang terjadi akibat gesekan antara drillstring dan formasi. Sumur X-01 merupakan sumur vertikal pada lapangan X yang akan dilakukan pemboran horizontal re-entries dengan membuat

1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi.. terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih. Pengukuran. sekurang kurangnya dua kali pemeriksaan

Prinsip kerja dari relai tersebut ialah mendeteksi adanya arus lebih yang melebihi nilai setting yang telah ditentukan, baik yang disebabkan oleh adanya gangguan

Adapun judul dari proposal ini adalah “   Aplikasi Pupuk SP-36 dan Kotoran Ayam Terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada

Kegiatan yang akan dilakukan meliputi: pengecilan ukuran jerami padi, optimisasi parameter- parameter proses hidrolisa sellulosa menjadi glukosa, Hasil penelitian menunjukkan

Pemberitaan yang disajikan Kompas juga lebih bersifat langsung (Straight news) dan memperlihatkan pengelolaan pemerintah terkait pariwisata, dibandingkan dengan media