• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran 7 Transkrip Wawancara Informan 6

TRANSKRIP WAWANCARA

6. Transkrip Wawancara Informan 6 Hari/Tanggal : Senin, 29 April 2013 Waktu : 09.15 WIB

Lokasi : TBM Plus Madya Insani, Medan Amplas

Keterangan: P : Pertanyaan I6 : Informan 6

P : Selamat pagi ibu, saya yang dari USU mau wawancara ya bu. I6 : Oh, iya sudah lama sekali ya baru datang ke sini lagi.

P : Iya maaf buk saya juga baru selesai seminarnya. I6 : Iya iya. Jadi apa aja pertanyaannya?

P : Pertanyaan pertama ya buk, tentang ide awal atau gagasan utama ibu mendirikan TBM ini?

I6 : Ide awalnya memang untuk memenuhi kebutuhan membaca orangtua murid PAUD dan belum terpikir bagi masyarakat luas, namun hanya untuk orangtua murid yang menunggu anaknya sambil duduk menunggu sambil membaca.

P : Cuma untuk orangtua yang anak-anaknya di PAUD buk? I6 : Iya cuma untuk orangtuanya.

P : Terus, kenapa ibu buat namanya TBM bukan perpustakaan?

I6 : Karena kami mengelola pendidikan nonformal. Kenapa kami kasih nama TBM sebenarnya itu merupakan nama dari pendidikan nonformal. P : Tujuan didirikannya TBM?

I6 : Seperti itu tadi, untuk sarana membaca juga anak-anak nonformal kami memenuhi kebutuhan bahan-bahan pendidikan dia, kalau ada tugas. P : Kan TBM bisa dijadikan sarana rekreasi ya buk?

I6 : Iya ke depannya kami memang mau begitu, dengan program TBM berbasis radio komunitas itu.

P : Kalau itu ibu sebut sebagai sarana rekreasi berarti itu bisa disebut sebagai harapan ibu akan pengembangan TBM ke depan?

I6 : Iya.

P : Koleksinya apa-apa aja buk?

I6 : Koleksinya banyak buku pelajaran, buku-buku karya tulis, buku-buku cerita untuk anak-anak. Tapi ke depan akan kita tambahkan koleksinya. P : Oh, berarti ada juga sumbangan dari masyarakat?

I6 : Iya buku-buku bekasnya.

P : Itulah bentuk keterlibatan masyarakat dalam TBM ini ya buk? I6 : Iya.

P : Usia berapa aja yang pakai TBM buk?

I6 : Dari mulai usia 9 tahun sampai usia mamak-mamak (ibu-ibu). P : Promosi?

I6 : Kami belum pernah melakukan promosi. Karena memang TBM bukan program prioritas ya, tapi ke depannya kami akan melakukan promosi dan edukasi melalui Radio Komunitas.

P : Kan ibu bilang tadi gak ada niat-niatnya untuk masyarakat, ada gak masyarakat sekitar sini datang bukan karena anaknya sekolah di sini? I6 : Belum ada, orang datang yang memberi buku memang ada. memang

buku-buku bekas dia lah.

P : Menurut ibu peranan TBM bagi masyarakat saat ini itu seperti apa? I6 : Sangat besar lah perannya, terutama untuk mecerdaskan masyarakat.

kalau ibu-ibu seperti kami lah misalnya buku-buku cara memasak mencari informasi. Ke depannya kalau TBM ini sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat, ini bisa menjadi tempaat berbagi informasi, sekaligus TBM ini bisa menjadi tempat kegiatan positif lah daripada berkumpul yang tidak ada guna. Kita ke depan memang merancang program seperti itu dengan radio komunitas dengan mengisi informasi penting yang ada di TBM.

P : Adakah nilai, norma atau kepercayaan tertentu yang ingin ditanamkan kepada masyarakat?

I6 : Sebetulnya dari awal kami telah menanamkan norma-norma dari kegiatan pendidikan nonformal seperti nilai dan norma agama dan kebangsaan pada pengguna, bukan pada masyarakat namun hanya sebatas siswa pendidikan nonformal kami dan orangtua siswa PAUD kami.

P : Jenis-jenis bukunya lebih banyak yang seperti itu ya buk, buku-buku agama.

I6 : Iya karena itu yang harus ditanamkan, nilai-nilai agama disamping buku-buku yang lain lah.

P : Memilih tempatnya disini karena apa buk?

I6 : Disini? Karena memang disini tempat pendidikan nonformalnya.

P : Jadi sebelum TBM nya disini, karena ada pendidikan nonformal dan PAUD disini, maka dibuatlah TBM nya disini.

I6 : Iya.

P : PKBM nya jalan ya buk?

I6 : Jalan. Untuk anak-anak putus sekolah lah. P : Oh jadi PKBM untuk paket A, B, C itu?

I6 : Iya. Kadang-kadang kami pernah buat program tahun 2009 untuk penduduk setempat untuk perempuan marginal, buat kursus menjahit, jadi sekarang sudah bisa ambil jahitan dan sudah bermanfaat juga. Memang kan tujuannya kan untuk pelatihan sesaat. Itu program- program yang kami anggap perlu, kalau program paket A, B, C itu kan reguler, cuma bedanya dengan pendidikan nonformal kan mereka sering absen ya.

P : Jadi itulah tadi tentang kaitannya pendidikan nonformal dengan manfaat TBM?

I6 : Iya.

P : Sudah merangkap sekalian untuk pertanyaan ini ya buk. Ee...bisa gak TBM ini disebut sarana pendidikan berbasis masyarakat?

I6 : Bisa. Dengan TBM masyarakat memperoleh informasi secara global, kalau TBM dapat berfungsi dengan benar seperti fungsi rekreasi itu jelas bahwa TBM dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat secara umum.

P : Kegiatan atau program regular TBM yang diadakan dari tahun ke tahun ada buk?

I6 : Gak ada. seperti yang bilang tadi kan. TBM ini kan bukan program prioritas ini. Karena masih banyak lagi program yang lain seperti pendampingan anak jalanan. Kita nanti berharap anak-anak jalanan yang kita dampingi bisa memanfaat kan TBM. Tapi bagaimana caranya, kita masih melakukan pendekatan secara emosional dengan anak-anak. P : Menurut ibu, ada gak TBM dengan perpustakaan umum itu bisa gak

disamakan?

I6 : Sebenarnya TBM dan Perpustakaan sama namun biasanya Perpustakaan tempatnya tertutup di dalam ruangan, sedangkan TBM bahkan bisa terletak di tengah masyarakat. tapi manfaatnya sama yaitu dapat memperoleh pengetahuan dari buku dengan membaca.

P : TBM Madya Insani ada kaitan dengan instansi pemerintah gak? I6 : Gak ada.

P : Perizinan atau?

I6 : Izin adalah, atas nama TBM ke Dinas Pendidikan. Izin TBM Madya Insani dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kota Medan

P : Kendala dan kesulitan selama TBM ini berdiri?

I6 : Kendalanya memang buku-buku. Karena buku sangat mahal. Jadi untuk membeli buku sesuai dengan kebutuhan anak itu gak bisa, ya karena persoalan dana itu. Memang sampai saat ini gak ada bantuan. Seharusnya melalui instansi dinas, kita tidak usah lah dikasi bantuan dalam bentuk dana tapi bantuan dalam bentuk buku itu sudah bisa mengembangkan. Itu lah kendala yang dirasakan TBM kami. Mereka memang mengeluarkan izin tapi mereka gak ada membina. Gak tahu lah ya, mungkin untuk menjadi sebuah data karena ukuran kesuksesan

sebuah program itu kan dari data lewat dukungan dari masyarakat. dari data “oh, 1000 orang mendirikan TBM” itu kriteria ukuran sebuah daerah yang cerdas atau ukuran sebuah daerah yang peduli pendidikan, tapi kenyataannya mereka sendiri gak ada melakukan pembinaan. Yang kedua kendalanya ke masyarakat, dengan keterbatasan buku ini, tentunya kita gak mau ngomong “woi kita ada TBM datanglah” nanti mereka datang terakhir tidak ada buku yang mereka inginkan. Akhirnya TBM itu berfungsi lokal. Mungkin kalau dilihatnya TBM ini hanya untuk perpustakaan Madya Insani.

P : Bagaimana cara mengatasi kesulitan atau kendala tersebut?

I6 : Saat ini belum bisa diatasi, yang ada hanya kami hadapi saja sebagaimana sebuah lembaga yang sedang berkembang. Ke depan kami mengatasi masalah dengan membangun radio komunitas dan melakukan permohonan bantuan kepada swasta dan pemerintah.

P : Apa pendapat ibu tentang fenomena keberadaan TBM yang berada di daerah perkotaan?

I6 : TBM juga berfungsi sebagai pemberantasan buta aksara seperti yang terjadi di daerah pedesaan, di kota medan juga ada basis-basis buta aksara. Jadi TBM berfungsi sebagai tempat pemerolehan informasi melalui buku. Banyak kegiatan masyarakat yang kosong dan dibuatlah kegiatan positif melalui membaca, pengembangannya bagaimana TBM menjadi sarana bersatu masyarakat memperoleh informasi dengan beberapa kegiatan.