• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran 8 Transkrip Wawancara Informan 7

TRANSKRIP WAWANCARA

7. Transkrip Wawancara Informan 7 Hari/Tanggal : Jumat, 3 Mei 2013 Waktu : 10.20 WIB

Lokasi : TBM An Najwa, Medan Marelan

Keterangan: P : Pertanyaan I7 : Informan 7

P : Assalamualaikum ibu. Saya mau wawancara masalah TBM yang kemarin itu buk.

I7 : Oh, iya.

P : Yang ini nanti biar saya saja yang isi ya buk. Jadi saya rekam saya suara ibu.

I7 : Terus saja ya, yang melatari saya belakangi awalnya kita buka PKBM, masyarakat belum ada buku panduan untuk apa, ee..untuk ada pegangan buku lah. Jadi dengan belum adanya pegangan buku untuk warga belajar saya, kemudian anak murid saya dari pendidikan formal jadi saya kebetulan mengumpulkan buku dari teman-teman. Pertama dari buku anak saya. Jadi dari buku anak saya kan buku pelajarannya banyak. Jadi saya kumpulkan dari kelas 3 sampai dia kelas 6, dan dari SMP iya juga, nah sekarang kan sudah SMA. Dan buku-buku itu kemudian bapak juga bekerja di PLS jadi buku-buku yang tak terpakai dikumpulkannya juga dibawa pulang. Lalu ada juga cerita dengan teman-teman dia mau kasih buku-buku dan dikumpulkan jadi satu. Kemudian waktu tahun 2008 kita ada sosialisasi TBM namanya kita bekerja sama sama lah Dengan Dinas pendidikan untuk membuka TBM. Itulah yang melatarbelakangi saya untuk membuka TBM.

P : Ibu langsung memilih nama TBM atau awalnya perpustakaan dulu. Kenapa ibu pakai nama TBM?

I7 : Karena karena waktu awalnya dulu taman bacaan masyarakat, dulu kan perpustakaan harusnya dia bukunya sekitar berapa ya, sekitar seribuan, harus ada namanya perpustakaan. Kalau TBM hanya sekedar baca-baca buku di teras saya itu namanya sudah TBM gitu. Karena bukan taman, hanya taman kecil. Kalau perpustakaan kan harus luas, ada gedung, harus bukunya segini.

P : Ada standarnya?

I7 : Eee...ada standarnya, kalau TBM kan gak punya standar. Jadi itulah kenapa saya pakai nama TBM.

P : Jadi TBM memang harus ada juga bukunya tapi gak ada standar yang seperti perpustakaan.

I7 : Enggak, enggak. Karena bukunya pun istilahnya buku bekas-bekas. Istilahnya waktu kami meresmikan itu tahun 2009 ya, itulah saya mengumpulkan tokoh masyarakat, kemudian dari dinas pendidikan, dari kelurahan itulah saya dapat buku yang Allhamdulillah agak lebih bagus lah.

P : Tujuannya ibu mendirikan TBM itu untuk apa?

I7 : Tujuannya saya mendirikan TBM ya untuk mencerdaskan anak-anak saya saja. Untuk sekolah dasarnya aja dulu. Supaya ketika mereka sedang beristirahat mereka dapat fokus ke tempat kita dan tidak berkeliaran kemana-mana

P : Jenis-jenis koleksinya?

I7 : Jenis-jenis koleksinya. Iya kami ada buku-buku budidaya tanaman, buku pelajaran, buku cerita, majalah edukasi, buku keagamaan. Kalau kami kalau buku-buku novel itu tidak dimasukkan ke TBM ini karena kami takut nanti anak-anak akan menyalah artikan isi novel tersebut, karena mereka masih dalam keadaan puber.

I7 : Ini waktu saya apa, tahun 2012 baru seperti ini. Awalnya tidak seperti ini. Awalnya di depan situ, tempatnya di halaman berbaur dengan anak TK. Tapi karena kita ada masalah dengan tidak ada gudang jadi dipindah dan ditempatkan di sini. Lebih dekat dengan anak-anak sekolah kami. Ya macam perpustakaan

P : Iya, jadinya agak susah lah ya buk kalau orang-orang mau kesini. I7 : Iya memang.

P : Jadi pengelolanya ada TBM ini?

I7 : Pengelolaan ada tapi gak rutin, karena kita dasarnya begini. Jadi gak ada ya guru-guru ini aja lagi.

P : Majalah-majalahnya gitu ada buk? I7 : Majalah ada, macam Salsabillah ya.

P : Oh, jadi yang bermanfaat buat anak-anak lah ya buk. I7 : Iya yang bermanfaat bagi anak-anak.

P : Jadi yang pengguna TBM nya anak sekolah aja?

I7 : Untuk saat ini untuk anak sekolah saja, kemudian ada orangtua datang kemari.

P : Anak sekolahnya dari umur?

I7 : Dari mulai SD sampai SMP. Kemudian kalau ada mahasiswa dari sekolah agama.

P : Orangtua siswa iya ya buk?

I7 : Iya orangtua siswa kemudian mahasiswa. Kemudian sebahagian masyarakat yang ingin melihat tentang budidaya tanaman, menu masakan.

P : Ada gak ini melakukan promosi untuk melakukan pengembangan TBM ini?

I7 : Untuk saat ini kami hanya untuk siswa, ada. kalau ada lomba-lomba cerita, kemudian kemarin itu ada lomba cerdas cermat. Khusus untuk siswanya saya bikin. Kalau gak ada motivasinya anak-anak itu malas belajar, ya kan? Kalau gak ada hari ini buku cerita tentang cerita daerah.

P : Ada gak ibu punya harapan tentang pengembangan TBM di masa depan?

I7 : Kalau harapan saya sebenarnya banyak sekali kalau dikelola secara baik, tapi tidak terlepas dari itu terlepas dari dana karena kami untuk pengembangan butuh dana. Sepertinya saya mau buat TBM yang di depan sana. Pengembangan saya tergantung dana. Konsep saya sebenarnya ingin membuka TBM di terasa yang dipeuntukan bagi masyarakat umum. Karena tanpa ilmu kalau tidak diasah itu tidak ada gunanya.

P : Dari awal berdirinya sambutan masyarakat terhadap TBM ini seperti apa ya buk?

I7 : Pada awalnya tidak dihiraukan, istilahnya gini “ah, tidak ada gunanya”. Setelah menambah koleksi baru ada respon itupun dari orangtua siswa PAUD. Karena biasanya orang akan melihat buku dari gambar luar buku tersebut, tapi karena awalnya kami membangun TBM dengan buku-buku bekas yang mungkin kurang menarik bentuknya bagi orang menyebabkan orang hanya melewatkan saja TBM ini, namun setelah koleksi baru datang dan ditambahakan barulah ada respon masyarakat P : Dalam kegiatan TBM ada gak masyarakat dilibatkan?

I7 : Saya pikir masyarakat tidak turut terlibat dalam kegiatan TBM, bukannya menilai negatif kepada masyarakat namun keadaan TBM kami pun belum bisa dibilang sempurna. Saya hanya melibatkan masyarakat sebagai guru di pendidikan formal kami yang digaji, sedangkan untuk pengelola TBM tidak kami sertakan masyarakat karena kami tidak memiliki dana untuk menggaji pengelola.

P : Peranan TBM bagi masyarakat bagaimana menurut ibu?

I7 : Untuk menambah wawasan, saya rasa untuk menambah pengetahuan anak-anaknya dengan koleksi kita, gak susah lagi. Istilahnya untuk membeli lagi buku pegangan untuk anak-anaknya, khususnya untuk buku pelajaran. Untuk saat ini Allahamdulillah sudah cukup memadai. Karena masyarakat sudah mendukung dengan program kita ini, terlihat

dari mananya, terlihat dari antusiasnya, kalau ada buku-buku yang bagaimana begitu ya, dikasihnya ke kita.

P : Adakah nilai atau norma yang ingin ditanamkan kepada masyarakat dengan adanya TBM ini ya buk?

I7 : Kalau meminjam buku harus dicatat dan meminjam buku sesuai dengan waktu yang ditentukan, ini mengajarkan kepada peminjam untuk mengikuti keteraturan peraturan yang telah ditentukan. Menurut saya dengan peraturan akan mengajarkan ketertiban bagi peminjam di TBM. Masyarakat setalah dibangun PKBM dan TBM di sini sudah banyak berubah pola pikirnya tentang pendidikan. Dan mereka jauh lebih mengerti dibanding sebelumnya tentang pentingnya pendidikan dan sosialisasi bermasyarakat.

P : Ibu sudah lama ya tinggal di sini?

I7 : Saya sudah mulai dari lahir tinggal di sini.

P : Jadi dari mulai sebelum ada TBM sampai ada TBM ada gak perubahan yang terjadi pada masyarakat?

I7 : Kalau masyarakatnya ya ada perubahanan. Tidak mau menerima adanya perubahan, “Aku ya aku” begitu. Tapi sudah ada perubahan ya dimulai dengan adanya TBM tadi, istilahnya saya buka sekolah dan keaksaraan. Masyarakat kan tidak tahu apa-apa, istilahnya mereka membuat keterampilan dan mereka tidak bisa mengfungsikannya, maksudnya mereka gak pede gitu, padahal mereka bisa berguna bagi masyarakat lain, nah itu nilai yang ingin kita tanamkan bagi mereka itu. Jadi kita perdayakan kaum perempuannya. Itulah nilai yang saya tanamkan, supaya masyarakat ini terbuka terhadap perkembangan sekarang, dan sekarang bukan seperti dulu lagi. Gak seperti dulu lagi, kalau dulu gak apa-apa kalau gak sekolah, sekarang ini pemikiran masyarakat sudah untuk kuliah.

P : Jadi pemilihan tempat TBM nya disini, karena rumah ibu disini?

I7 : Iyalah. Karena rumah saya disini itulah ada ruang teras yang dapat digunakan.

P : Tanggapan ibu tentang kaitan pendidikan nonformal dengan TBM? I7 : Pendidikan nonformal. Kalau pendidikan nonformal ya banyak sekali. P : Jadi ada lah ya manfaat TBM dengan pendidikan nonformal?

I7 : Ya sangat banyak lah, Dengan adanya buku anak-anak dapat membaca dan mengetahui semua hal, TBM adalah salah satu pendidikan nonformal yang menyediakan buku untuk dapat digunakan dalam menggali ilmu pengetahuan. Jadi anak-anak dapat memilih untuk membaca daripada jajan karena mereka tertarik akan isi bacaan buku. Misalnya lagi dari siswa Paket A, B dan C (pendidikan nonformal) yang hanya sedikit buku pegangannya, jadi dengan adanya TBM akan membantu siswa paket kami untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. P : Apakah TBM bisa disebut pendidikan berbasis masyarakat?

I7 : Ya itulah dia, karena dia berbaur dengan masyarakat. kalau tidak berbaur dengan masyarakat itu namanya bukan TBM. Ya sudah tentu karena mereka yang menggunakan. Kalau bisa kita letak lah di warung- warung, karena mereka bisa langsung memanfaatkan itu. Tapi karena kita tidak ada pengelola itu, ya kalau buku gak dijaga juga ya mending kita kasih ke orang ya kan. Tapi kan gak seperti itu strateginya.

P : Soal TBM bisa gak disama kan dengan perpustakaan umum?

I7 : Kalau TBM. Sebenarnya TBM adalah taman bacaan masyarakat, kalau perpustakaan ada ruang khususnya. Kalau perpustakaan memang sudah punya ruangan. TBM dan perpustakaan umum memiliki persamaan dan perbedaan, yang sama dari keduanya adalah sama-sama sebagai tempat membaca, menggali ilmu pengetahuan, tempat untuk kita bertemu dengan sesama teman dan membagi ilmu pengetahuan. Perbedaannya itu adalah TBM itu harus unik dan berada di tempat yang strategis agar masyarakat tertarik dan datang berkunjung dan siapa saja boleh datang ke TBM, sedangkan perpustakaan yang terletak pada tempat dan memiliki ruangan tertentu ketika masyarakat masuk akan merasa kesenjangan misalnya orang awam akan merasa minder dan segan untuk masuk. Koleksi perpustakaan sudah lebih lengkap dan koleksinya

disusun rapi dan sedangkan TBM masih belum lengkap dan tidak tersusun rapi, pengelolaan perpustakaan yang demikian harusnya bisa diterapkan ke TBM.

P : Hubungan TBM dengan perpustakaan umum atau dinas pendidikan. I7 : Sebenarnya tanpa ada izin itupun kita bisa buka TBM ini. Dinas

Pendidikan memberi perizinan untuk TBM. Sehingga TBM dapat didata, ini juga bisa memberikan keuntungan bagi TBM agar dapat dibantu dalam hal pengajuan permohonan bantuan, kegiatan sosialiasasi atau pelatihan yang diadakan.

P : Kesulitan dan kendala dalam menjalankan TBM?

I7 : Kalau kesulitan dana terutama ya, kemudian untuk pengelolaan itu kalau kita tidak saling bekerja sama dengan aparat-aparatnya kita gak jalan, karena letaknya TBM ini kan dari keikhlasan, keikhlasanya itu apa ya banyak membantu lah, yang berguna untuk masyarakat.

P : Pengelolanya misalnya dari personalnya iya juga buk? I7 : Iya, personalnya juga itu.

P : Itu ada kendalanya, teru ada gak cara ibu untuk mengatasinya?

I7 : Kami juga bekerja sama dengan Dinas Pendidikan sehingga jumlah koleksinya bisa bertambah setiap tahunnya, itu mitra kita. Kemudian saya dari kelurahan, kita dapat kipas angin. Kalau dana mungkin juga tidak ya, dari kelurahan dan bantuan atau sumbangan dari masyarakat seperti salah satu masyarakat yang mencalonkan diri sebagai calon legislatif maka kami dapat pendanaan setiap bulan.

P : Disini masyarakatnya untuk golongan menengah ke atas atau menengah ke bawah?

I7 : Disini untuk menenganh ke bawah. P : Ini bukan daerah pedesaan kan?

I7 : Ini kalau kita sebut daerah pedesaan bukan, kalau perkotaan pun juga bukan.

P : Soalnya begini buk, untuk pertanyaan selanjutnya apa pendapat anda tentang fenomena keberadaan TBM di masyarakat perkotaan?

I7 : Satu ya, saya pun juga tidak bisa mengatakan seluruhnya. Menurut saya TBM kami juga tidak bisa disebut berada di daerah pedesaan dan juga bukan di daerah perkotaan. Dengan TBM dapat memberantas orang- orang yang mengamen karena mereka ada di mana-mana, lalu dengan adanya TBM banyak yang mengharapkan bantuan. Orang di daerah perkotaan mengetahui tentang bantuan yang diberikan pemerintah, sedangkan TBM yang berada di daerah pedesaan biasanya benar-benar hanya berlandaskan atas tindakan sosial dan keikhlasan.

P : Iya ibu, sudah selesai semua pertanyaannya. Terima kasih I7 : Iya, sama-sama.