• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran 5 Transkrip Wawancara Informan 4

TRANSKRIP WAWANCARA

4. Transkrip Wawancara Informan 4 Hari/Tanggal : Minggu, 28 April 2013 Waktu : 14.30 WIB

Lokasi : TBM Plus Mas Raden, Medan Johor

Keterangan: P : Peneliti I4 : Informan 4

P : Pak, saya akan menanyakan 20 pertanyaan ya pak.

I4 : Sebelumnya saya mau tanya, kamu sebagai pustakawan apa yang akan kamu kerjakan nanti?

P : Eemm...saya akan menjadi pegawai pemerintahan atau pegawai swasta yang ngurusin soal perpustakaan.

I4 : Nah itu dia, ada gak nanti bakalan bekerja di TBM macam ini? P : Wah, saya juga gak yakin pak.

I4 : Itu lah yang saya tanyakan kamu akan menjadi pustakawan kenapa harus bekerja di perpustakaan saja.

P : Jadi pak apa ide awal bapak buat TBM ini.

I4 : Dia gini anggap saja kalau pun ada perpustakaan yang dibina sama kantor lurah. Kalau perpustkaan masyarakat itu harusnya masyarakat setiap hari bisa ke situ. Kalau perpustakaan kantor lurah, ya dianya di kamar lurah itu, itu namanya perpustakaan lurah itu lah. Perpustakaan sekolah misalnya perpustakaan SMP negeri 2 itu ya diperuntukkan untuk siswa, itupun kalau siswanya berani. Kalau tidak kalau bukunya ada disamping kepala sekolah, mana beraninya dia datang. belakangan ininya dia dibuat di dekat kantin, kalau di samping kepala sekolah hanya pajangan aja kan begitu.

P : Jadi bapak buat TBM perpustakaan umum?

I4 : Iya, untuk masyarakat memamg. Makanya taman bacaan masyarakat dia kan. Kan macam perpustakaan umum dia. Jadi yang kemari boleh anak sekolah, boleh masyarakat umum. Jadi saya suruh semua orang boleh kemari. Maka dia dibuat pengelolaannya secara umum, dibuat dia bebas. Coba tengok malam-malam kemari, bongkar sana bongkar situ yang penting masyarakat ada mau. Semalam ada orangtua bawa anaknya naik mobil 5 orang, dilepaskan anaknya, pergi dia. Dia kepingin anaknya jadi kutu buku. Bongkar-bongkar aja anaknya disini, orang belum terbiasa kan begitu. Akhirnya melihat buku yang bergambar yang gimana gitu, lama-lama nanti akan kecantol dan lama- lama dia diarahkan nanti. Macam mengajarkan orang buta huruf. P : TBM kan awalnya untuk memberantas buta huruf.

I4 : Termasuk salah satu memberantas buta huruf, yang kedua melestarikan bagaimana orang yang sudah diberantas buta huruf jangan kembali buta huruf itu dia. Banyak nya tugas taman bacaan ini. Kamu sudah ada baca gak tugas pokok dan fungsi taman bacaan?

P : Sudah baca saya tapi saya hanya sekadar baca saja. Hehehe...

I4 : Nah itu, kalau dialog gini harus ada baca, saya aja mengkaji langsung dari tugas pokok fungsi itu baru bapak leluasa buat begini kan?

P : Iya.

I4 : Ternyata kan pustakawan itu hanya mengacu kepada, biasanya pustakawan itu hanya sekolah ya perpustakaan sekolah, apa namanya lokus penelitiannya hanya pada perpustakaan sekolah. Kalau ini yang kalian kaji yang sudah ada gurunya gitu, yang dikaji tu yang seperti ini yang dikelola oleh masyarakat dan bagaimana dia berkembang, kenapa? Karena masyarakat ya membutuhkan ini. Yang kedua, masyarakat sekolah, lepas dia sekolah memang ke mari itu. Sekolah berapa jam buka perpustakaan, dia masih mau belajar paling cuma jam istirahat, jadi akhirnya jadi pajangan dong perpustakaan sekolah itu. Ah itu urusan kepala sekolah sama pustakawannya itu.

P : Hahaha...iya juga sih pak. Jadi saya lanjutkan pertanyaan tadi pak tentang ide awal atau gagasan awal yang melatarbelakangi pendirian TBM?

I4 : Jadi orang berbuat setelah..atau orang berbuat karena, tapi saya buka ini tidak seperti itu, saya memang mau mencari uang di dalam sini. Saya mengelola taman bacaan ini profesional, saya gak peduli mau juara mau tidak, gak mengejar itu saya dulu. Jadi awal pembukaan awal ini dulu bukan mau membuka taman bacaan, saya mau mencari uang. Di luar saya itu yang berubah. Ini dulu tempat duduk orang, makan sate. Apa sih yang bisa dikelola untuk bisa menambah omset dari jamu ini, jadi bapak berpikir ibu ini kan, istri bapak yang megang jamu ini kutu buku, suka baca novel. Jadilah awak pikir-pikir, sambil duduk-duduk dia baca buku, wajar juga dibuka taman bacaan, apa salahnya menjaga-jaga novel, jadi taman bacaan bukunya masih satu gerobak, satu gerobak novel-novel di dalamnya sama besar gerobaknya. Jadi ada gerobak jamu ada juga gerobak taman bacaan dalam bentuk begitu juga tapi isinya masih novel. Dengan ada novel mulailah orang datang, nyewa- nyewa novel. Lama kelamaan terdesak kita, banyak disini gemar membaca, lama-lama minta ini minat itu, gak muat lah satu gerobak akhirnya tempat ini dibuat taman bacaan, bukunya dipindahin kemari, dulu satu gerobak persis merek taman bacaan itu masih ada di kamar mandi sana.

P : Jadi gerobak dulu sudah taman bacaan namanya?

I4 : Iya. Saya memang mencari uang bagaimana bisa menutupi jumlah koleksi buku. Saya gak mengharapkan orang lah saya gak mengharapkan proyek saat itu. Cuma kalau datang sumbangan orang ya saya terima. Setelah tahun 2006 akhir, saya jual mobil untuk membeli buku.

P : Jual mobil? Wahh...haha...

I4 : Akhirnya bapak jual mobil bapak 25 juta, itulah bapak beli buku, lemari-lemari, kursi-kursi dan berkembanglah dia, taman bacaan ini.

Kalau untuk memasarkannya atau mengembangkannya itu banyak strateginya sama bapak. Cuma uang untuk membeli buku itu tidak ada, saya minta-minta ke orang malu saya, terpaksa mobil bapak jual. Maka keluar di koran itu, jual mobil untuk beli buku begitu.

P : Itu kalau dengar jual mobil untuk beli buku kayaknya non sens itu pak. Mau kali jual mobil untuk beli buku...hehe...

I4 : Itu pemikiran kamu itu tidak salah, betul itu. Karena mengapa? Banyaknya tukang menokoh orang, kalau orang suka nokoh, maka versi orang semua orang suka nokoh begitu. Itu gak usah kau sangsikan, bapak pun setuju itu. Kalau bapak jadi narasumber di mana-mana itu yang bapak keluarkan, kalau bapak ceramah seperti ini, itu pasti orang- orang tidak tentu dalam otak orang itu lengket itu, tapi kalau mereka sudah kemari, baru “ooo”.

P : Kegiatan setiap tahun itu yang regularnya pasti ada itu apa aja pak? I4 : Itu bintang Learning Society, kalau yang 2 kali satu tahun anggota

berprestasi, juara kelas. Terus lomba yang berdasarkan itu. P : Lomba apa aja adanya pak?

I4 : Tempo hari pernah ada lomba dongeng PAUD, apresiasi sastra, lomba penulisan.

P : Kok bapak buatkan nama TBM nya dengan plus pak?

I4 : Ya, saya ingat dengan SMA Plus, kenapa dikatakan SMA Plus dia? P : Karena gak biasa dari SMA-SMA negeri yang lain dan pasti ada nilai

tambahnya.

I4 : Nah, TBM kita juga begitu. P : Ada nilai tambahnya? I4 : Apa kamu gak merasa? P : Ya, beda sih memang. I4 : Nah itu dia.

P : Karena biasanya TBM itu ada dengan PKBM, TBM yang ada pun koleksinya lah ya

I4 : Dia mendampingi lembaga yang ada, boleh dikatakan sebagai formalitas saja disitu, untuk mendampingi PKBM dia kan. Maka konsentrasi dia gak seperti ini kan. Itu konsentrasi dia untuk bagaimana dia bisa berkembang. Orang dia hanya salah satu kegiatan lain dari lembaga yang sudah ada kan. Di dalam itu ada PAUD, di dalam itu ada kursus, gimana dia bisa berkembang. Kalau dia berkembang melebihi, dia ditegur oleh yayasannya, begitu.

P : Jadi TBM ini bukan semacam TBM kemitraan bukan ya?

I4 : Enggak, kita memang khusus TBM, organisasinya TBM, taman bacaan khusus kita, kalau pun ada kita kelola yang lain di sini kita gak mau, bukan berarti kita merupakan bagian dari dia. Yang dia itu merupakan bagian dari taman bacaan. Kalau ada jamu, jamu wajib mendampingi taman bacaannya, kalau ada kita kelola kursus, memang untuk mengembangkan taman bacaannya jadi untuk membesarkan taman bacaannya bukan seperti yang lain, dibuat taman bacaannya untuk membesarkan yayasan yang ada. Apapun yang saya buat disini harus atas nama taman bacaan.

P : Ini bapak mengaturnya macam ini, kan kesannya masih ada yang berantakan.

I4 : Yang berantakan itu karena belum sempat dirapikan, sudah dirapikan nanti juga bakal diobrak-abrik orang. Kalau sudah ada waktu bapak sudah rapi dia, jadi kalau berantakan, tidak dirapikan. Karena buku ini setiap malam diobrak-abrik orang, makanya ada merek macam ini. Itulah gunanya “Balikan Buku ke Tempatnya” jadi gak perlu lagi kita ngomong. Tapi terkadang kita maklum juga, kalau dia macam itu ditegor lah dia, kalau sudah dewasa dia gak akan mungkin begitu. Umumnya anak-anak lah yang begitu, baru-baru mulai belajar.

P : Jangan marah ya pak?

I4 : Tidak boleh marah disini, kalau marah gak dapat pahalanya, selain mengharapkan uang disini, kita mengharapkan pahala mengharapkan

ridho dari dia. Jadi usaha ini adalah usaha yang memang berkonsentrasi antara kepentingan dunia dan akhirat. Makanya ada kotak infak disini. I4 : TBM kreatif, Tujuan TBM Relawan, Beramal, Berbisnis. Itu tergantung

kita, yang penting tiga-tiganya dimasukkan ke dalam. Jadi ada kepentingan pemerintah ada kepentingan sosialnya. Kalau tidak dijalankan seperti itu nanti taman bacaannya jalan di tempat.

P : Koleksinya ada banyak jenisnya ya pak?

I4 : Banyak. Pokoknya kalau ada orang nanya buku kemari, tidak ada akan kita catat, besok kita belanja, mau datang dia kembali kemari tidak peduli kita itu, pesanan orang semalam kita cari itu, supaya nanti kalau ada orang mencari. Buku-buku pelajaran dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, novel, komik, majalah, buku-buku keagamaan, buku pembelajaran umum, buku motivasi dan banyak lagi. Jumlah buku yang ada pada TBM ini ada sekitar 185.000 eksemplar sekitar 98.000 judul.

P : Berapa banyak anggotanya pak, apa orang-orangnya cuma dari daerah sini aja?

I4 : Jadi kamu pertimbanganmu ini cuma orang yang dari Medan Johor ini aja, salah besar. Hah 2180 orang, inipun dari mana-mana ini, ada dari Garu ada dari Tembung sana, ada dari Polonia, ada dari Simalingkar. Kalau sekitar sini, kecil kali itu.

P : Usia paling muda berapa pak yang jadi anggota?

I4 : Selagi bisa dia menulis data. Dia bawa orangtuanya, selagi dia bisa menulis ya kita terima, kerna diakan mau mengajari anaknya kemari cinta buku, kalau mau cinta buku tentu strateginya bawa dulu kemari kan gitu, supaya anaknya merasa bangga punya kartu perpustakaan. Makanya anaknya dibuatkannya. Yang penting anaknya bisa catat. P : Dari usia PAUD mungkin pak?

I4 : Ada.

P : Sampai paling tua?

P : Jadi dia tahu lah ya kalau ada buku-buku yang dia butuhkan disini. I4 : Nah banyak macamnya, ada dia dengar dari cakap-cakap orang. Dari

koran itulah promosi itu. Makanya saya masukkan ke koran untuk melakukan promosi itu tadi. Saya tidak mengatakan “datanglah baca- baca kemari”. Promosinya saya bercerita tentang yang saya lakukan, setelah dibaca orang, dia datang sore-malamnya. Itu namanya promosi profesional. Saya hanya mengatakan apa yang saya kerjakan.

P : Berperan pentinglah TBM bagi masyarakat ya pak?

I4 : Ini? “jangan pindah jauh-jauh pak” begitulah kata orang. Sebagian masyarakat mengatakan pada saya untuk jangan pindah terlalu jauh, ini membuktikan bahwa TBM ini sangat berperan bagi masyarakat sehingga mereka tidak mau TBM ini berada jauh dari lingkungan mereka. Ini TBM kreatif berbasis wirausaha Layanan mencerdaskan kehidupan bangsa, Layanan sosial dan amal soleh, dan Layanan ekonomi dan sosial.

P : Bapak tujuannya ini, membaca aja bagi masyarakat dengan adanya TBM ini? Atau ada nilai atau norma lain yang ingin bapak tanamkan? I4 : Banyak. Seperti yang saya katakan tadi. Pada mulanya saya mendirikan

ini untuk ekonomi tambahan, maka berusahalah di bidang jamu. Maka jamu tidak jalan, saya padukan dengan ini setelah jalan saya tetap berambisi, dua-dua jalan. Tetapi di dalam praktek pelaksanaanya itu saya pingin taman bacaannya yang dikenal walaupun jamunya duluan. Karena kalau taman bacaannya, kalau boleh berharap agak mulia lah begitu. Saya berharap kalau boleh disebut “usaha berkategori mulia”. Apapun yang saya lakukan ini bermuara ke TBM.

P : Bapak berusaha menjalankan?

I4 : Ya pasti dong, salah satunya kan itu, kalau terlambat orang mengembalikan buku saya buat denda. Dendanya masuk kotak infak. Sayanya tidak mematok berapa, yang penting masuk kotak infak. Uangnya nanti saya kumpul-kumpul 6 bulan. Saya kasih sama anak-

anak berprestasi. Sebenarnya ini tidak pantas diceritakan tapi ini kan pembelajaran.

P : Bapak meminjamkan buku ini dengan memungut uang ya pak? I4 : Iya, ada uang sewa. Tapi kalau baca disini gratis.

P : Kenapa bapak jadi TBM di tempat ini?

I4 : Haa...itu studi kelayakan, bapak mau berusaha bapak pilih-pilih untuk tempat. Kan dari mulai jual jamu saya pilih tempat ini. Untuk memajukan usaha jamunya saya berpikir untuk menyediakan buku bacaan yang awalnya hanya untuk istri saya lalu berkembang peruntukkan bagi masyarakat yang minum jamu dan meluas menjadi TBM seperti saat ini.

P : Ada keterkaitan TBM dengan pendidikan nonformal?

I4 : Jelas dong. Taman bacaan salah satu tugas pokok dan fungsinya untuk pendidikan luar sekolah, pendidikan nonformal itu kan salah satu tugas dari departemen pendidikan. Departemen pendidikan menyelenggarakan pendidikan kepada masyarakat lewat jalur formal, informal dan nonformal. Diluar jalur sekolahan, taman bacaan adalah salah satunya untuk mendukung program pemerintah tadi. Makanya ada TBM di PKBM. Dia ada dua macam taman bacaan, taman bacaan itu pendukung pendidikan nonformal dan satu lagi memang dia berdiri sendiri karena dia mampu, TBM mandiri.

P : TBM mandiri dengan TBM pendukung PKBM ya. Bapak ada kendalanya gak dirasakan dari awal dulu hingga sekarang?

I4 : Ada 2, satu dari dana. Itu wajar-wajar saja, kita kepingin berkembang. Kedua kalau dari pola tingkah laku perilaku orang disini.

P : Bagaimana bapak mengatasi kendala itu?

I4 : Untuk mengatasi pendanaan saya atasi dengan memutar uang hasil penjualan buku dan sedikit hasil penjualan jamu dan makanan ringan untuk membeli buku, sedangkan untuk tingkah laku pengguna hanya bisa saya diamkan saja, karena kebanyakan anak-anak yang melakukan

hal tersebut, saya percaya lama kelamaan mereka akan memahami bahwa tidak baik memberantakan buku karena akan terlihat buruk. P : Bapak nama jabatannya disini, pimpinan atau?

I4 : Konsultan, pimpinannya ibu.

P : Oke pak, terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan wawancara saya. Semoga sukses nanti pindahan TBM nya ya pak.