• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kanker Hati (hepatocellular carcinoma)

Dalam dokumen ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PADA GANGGUAN HATI (Halaman 157-174)

Sirosis yang disebabkan oleh penyebab apa saja dapat berisiko terjadinya kanker hati

utama/primer (hepatocellular carcinoma). Lebih

dari setengah dari orang-orang yang

terdiagnosis mengalami kanker hati mengidap sirosis, suatu kondisi parut luka (scar) di hati karena terlalu banyak minum alcohol, Penyakit

hepatitis B, hepatitis C, dan hemochromatosis

dapat menyebabkan kerusakan permanen dan gagal hati. Berbagai bahan penyebab kanker

dapat menyebabkan kanker hati seperti

herbisida, dan bahan kimia seperti vinil klorida dan arsenik. Sedangkan kanker hati sekunder adalah satu yang berasal dari mana saja didalam tubuh dan menyebar (metastase) ke hati. Adanya hyperplasia nodular yang berubah menjadi adenoma multipel, lalu berubah menjadi karsinoma multipel.

a) Pemeriksaan diagnostik pada kanker hati

(1) Pemeriksaan darah, untuk memeriksa afp (alfa fetoprotein), yaitu jenis protein yang dihasilkan tumor hati.

(2) Pemindaian citra (imaging scan) dengan

MRI atau CT scan.

(3) Biopsy, yaitu mengambil sampel

jaringan tumor untuk dianalisa untuk menentukan apakah tumor tersebut

ganas (cancerous) atau jinak (

non-cancerous).

b) Ada 4 tahap (stadium) kanker hati, yaitu:

(1) Tahap 1, tumor hanya terdapat pada hati.

(2) Tahap 2, terdapat beberapa tumor kecil

tetapi masih di hati. atau terdapat satu tumor yang telah mencapai pembuluh darah.

(3) Tahap 3, terdapat beberapa tumor besar

atau ada satu tumor saja tetapi telah mencapai pembuluh darah utama. Bisa juga kanker telah mencapai kandung kemih.

(4) Tahap 4, metastasis. Kanker hati telah

c) Perawatan kanker hati

Pembedahan agresif atau cangkok hati dapat mengobati tumor kecil atau tumor yang tumbuh lambat jika terdiagnosis dini. Kemoterapi diberikan langsung ke hati dengan kateter dapat membantu, namun tidak menyembuhkan penyakitnya.

4. Transplantasi hati

Transplantasi hati meliputi pengangkatan total hati yang sakit dan menggantikannya dengan hati yang sehat. Pengangkatan hati yang sakit akan menyediakan tempat bagi hati yang baru dan memungkinkan rekonstruksi anatomis vaskuler hati serta saluran bilier mendekati keadaan normal.

Transplantasi hati digunakan untuk mengatasi penyakit hati stadium-terminal yang mengancam jiwa penderitanya setelah bentuk terapi yang lain tidak mampu menanganinya.Keberhasilan transplantasi hati bergantung pada keberhasilan terapi imunosupresi. Preparat imunosupresan yang digunakan saat ini adalah siklosporin, kortikosteroid, azathioprin, OKT3 (antibodi

monoklonal) dan FK506. Berbagai penelitian sedang dilaksanakan untuk menemukan kombinasi preparat imunosupresan yang paling efektif.

a. Indikasi.

Indikasi untuk transplantasi hati pada saat ini sudah tidak begitu terbatas lagi sebagai akibat dari

penggunaan teknik veno-venous bypass, kemajuan

dalam terapi imunos upresi dan perbaikan dalam teknik rekonstruksi saluran empedu.

Indikasi umum untuk transplantasi hati

mencakup penyakit hati kronis irreversible yang lanjut, gagal hati fulminan, penyakit hati metabolik dan kelainan malignitas pasien memerlukan pengangkatan total hati. Contoh-contoh kelainan yang merupakan indikasi bagi transplantasi hati adalah penyakit hati hepatoseluler (misalnya hepatitis virus,penyakit hati yang ditimbulkan oleh obat dan alkohol, serta penyakit wilson) dan penyakit kolestasis (yaitu, sirosis bilier primer, kolangitis sklerosis serta atresia bilier).

b. Intervensi Keperawatan

1) Intervensi Keperawatan Praopeartif.

Setelah diagnosis disfungsi hati yang berat dan ireversibel ditegakkan, pasien sudah dapat dianggap sebagai calon potensial untuk transplantasi hati. Evaluasi diagnostik yang ekstensi akan dilaksanakan untuk menentukan apakah pasien merupakan calon yang cocok untuk transplantasi hati . kepada pasien dan keluarganya harus diberikan penjelasan yang lengkap tentang prosedur transplantasi dan peluang keberhasilan serta risikonya yang mencakup efek samping penberian imunosupresan jangka -panjang. Kebutuhan akan pengamatan tindak-lanjut yang ketat dan kepatuhan seumur hidup dalam mengikuti

terapi, termasuk imunosupresi, harus

dijelaskan kepada pasien dan keuarganya. Setelah pasien diterima sebagai calon yang sesuai untuk transplantasi hati, nama pasien dicatat pada daftar tunggu dirumah sakit atau pusat kesehatan yang akan melaksanakan transplantasi ; informasi pasien kemudian

dimasukan ke dalam sistem computer united network organ sharing ( UNOS) sehingga calon transplantasi tersebut dapat terindetifikasi dan dicocokan ketika organ yang tepat sudah tersedia.

Karena organ hati untuk keperluan

transplantasi baru tersedia sesudah rejadinya kematian pada orang lain yaitu, donor yang sehat tapi menderita cedera otak berat dan sudah mengalami kematian otak, maka pasien dan keluarganya harus menjalani masa penantian yang penuh dengan stress. Perawat sering menjadi satu-satunya tumpuan utama pasien dan keluarganya dalam masa-masa tersebut. Pasien harus dapat dihubungi setiap saat ketika organ hati yang cocok sudah tersedia . Selama masa penantian ini, fungsi hati dapat menjadi buruk dan pasien bisa mengalami komplikasi lain akbat penyakit hati primer. Mengingat keterbatasan organ donor pada saat ini, sering pasien yang sedang menunggu transplantasi hati telah meninggal dunia.

Malnutrisi, Asites masif dan gangguan keseimbangan cairan serta elektrolit perlu diatasi dahulu sebelum dilakukan pembedahan agar peluang pasien untuk mendapatkan hasil akhir yang memuaskan semakin besar. Jika disfungsi hatinya memiliki awitan yang sangat cepat, seperti pada kasus gagal hati fulminan, maka hanya akan ada sedikit waktu dan

kesempatan bagi pasien untuk

mempertimbangkan pilihan serta

konsekuensinya ; sering pasien ini telah mengalami koma, dan keputusan untuk melanjutkan rencana transplantasi hati terpaksa diambil oleh keluarganya .

Koordinator perawat merupakan bagian integral dalam tim transplantasi hati dan berperan penting dalam mempersiapkan pasien menjalani transplantasi hati. perawat disini berperan sebagai penasehat pasien serta keluarga, dan menempatkan diri sebagai penghubung antara pasien dan anggota tim transplantasi lainnya. Di samping itu, perawat tersebut berfungsi sebagai sumber informasi

bagi perawat lain dan bagi anggota tim kesehatan yang terlibat dalam melakukan

evaluasi serta melaksanakan asuhan

keperawatan untuk pasien yang akan menjalani transplantasi hati.

2) Prosedur Pembedahan

Hati donor dipisahkan dari struktur yang lain ; getah empedu harus dibilas keluar dari kandung empedu untuk mencegah kerusakan pada dinding saluran empedu. Organ hati

diperfusi dengan larutan pengawet dan

kemudian didinginkan.Sebelum ditempatkan dalam tubuh resipien, organ hati yang akan dijadikan donor itu dibilas dengan larutan Ringer Laktat yang dingin untuk menghilangkan kalium dan gelembung - gelembung udara.

Anastomosis pembuluh darah dengan

saluran empedu antara hati donor dan hati

resipien dikerjakan .Rekonstruksi bilier

dilakukan melalui pembuatan anastomosis end –

to – end antara duktus koledokus donor dan

sebagai ganjal (stent) dipasang untuk memungkinkan pengaliran getah empedu keluar

(drainase eksternal). Jika anastomosis end – to –

end tidak mungkin dibuat karena saluran empedunya rusak atau tidak ada , maka anastomosis end – to –side akan dibuat antara duktus koledokus dari organ yang akan

dicangkokan dan lengkung (loop) jejunum

(bagian Roux – en - Y) . Pada kasus ini, drainase empedu akan bersifat internal dan

pemasangan T – tube tidak dilakukan.

Transplantasi hati merupakan prosedur bedah yang lama, yang sebagian disebabkan karena penderita gagal hati sering telah mengalami hipertensi portal dan kemudian memiliki banyak pembuluh kolateral vena yang dalam operasi tersebut harus diligasi.

Selama menanti pembedahan yang lama itu, keluarga sering merasa sangat cemas dan menghawatirkan keadaan pasien. Informasi yang terus disampaikan agar keluarga dapat mengikuti perkembangan pembedahan dan

status pasien sangat membantu keluarga selama berlangsungnya prosedur tersebut.

3) Intervensi Keperawatan Pascaoperatif

Pasien dirawat dalam ruangan yang sedapat mungkin bebas dari bakteri, virus, dan jamur

karena obat – obatan imunosupresan akan

menurunkan pertahanan alami tubuh.

a) Pemantauan

Dalam periode segera sesudah

pembedahan , pasien harus dipantau dengan ketat dan terus menerus untuk mengamati fungsi kardiovaskuler, pulmoner, ginjal, neurologi serta metabolic. Tekanan arteri rerata dan tekanan arteri pulmonalis dipantau dengan ketat. Curah jantung , tekanan vena sentral, tekanan baji kapiler pulmonalis, gas darah arteri dan vena campuran haluaran urin, frekuensi jantung dan tekanan darah merupakan parameter yang digunakan untuk mengevaluasi status hemodinamika pasien dan volume cairan

intravaskuler. Pemeriksaan fungsi hati,

kadar elektrolit, profil koagulasi,

pemeriksaan sinar – X toraks, kardiogram

dan haluaran cairan yang mencakup urin, empedu serta drainase dari selang dada dan

jakson – Pratt tube dipantau dengan ketat. Karena hati bertanggung jawab atas penyimpanan glikogen dan sintesis protein

serta factor – factor pembekuan, maka

pemantauan dan penggantian semua substansi ini dalam periode segera sesudah pembedahan sangat penting.

b) Ventilasi Mekanis

Karena kecenduran terjadinya

atelektasis dan perubahan rasio ventilasi - perfusi akibat terganggunya fungsi diagfragma selama prosedur pembedahan, pembiusan yang lama, imobilitas, nyeri pascaoperatif dan akibat adanya berbagai

selang dada, maka intubasi dengan

pemasangan endotrcheal tube harus

diberikan selama periode awal pascaoperatif . Pengisapan dikerjakan jika diperlukan, dan dilakukan humidifikasi steril.

c) Komplikasi Pascaoperatif

Berhubungan dengan komplikasi teknis atau infeksi. Komplikasi yang terjadi segera

sesudah pembedahan dapat mencakup

perdarahan, infeksi, penolakan jaringan dan gangguan drainase empedu. Gangguan , infeksi atau obstruksi pada anastomosis bilier dapat terjadi .

Perdarahan sering terjadi dalam

periode pascaoperatif dan dapat

disebabkan oleh koagulopati , hipertensi portal , serta fibrinolisis akibat cedera iskemik pada hati donor. Hipotensi dapat terjadi sekunder dalam fase ini akibat kehilangan darah. Pemberian preparat

thrombosit,plasma segar – beku dan

produk darah lainnya mungkin

dijumpai ; meskipun demikian, penyebab hipertensi tidak jelas. Keadaan ini diobati jika kenaikan takanan darah tampak signifikan atau menetap.

Infeksi merupakan penyebab utama

kematian sesuadah tranplantasi

hati.Infeksi paru dan jamur sering dijumpai ; kerentanan terhadap infeksi

akan meningkat dengan terapi

imunosupresi yang dibutuhkan untuk mencegah rejeksi jaringan. Dengan demikian , infeksi nosokomial harus dicegah melalui tindakan penjagaan dengan upaya apsepsis yang ketat ketika melakukan manipulasi sistem arterial, urinarius, empedu serta sistem drainase lainnya ; mengambil specimen ; dan menggantikan kasa pembalut.

Rejeksi atau penolakan jaringan

merupakan persoalan penting. Hati yang ditransplantasikan dipandang oleh sistem imun sebagai antigen asing. Organ tersebut akan memicu respon sistem

imun yang akan mengaktifkan limfosit T

yang akan menyerang serta

menghancurkan hati cangkokan tersebut. Preparat imunosupresan digunakan untuk mencegah respon ini dan penolakan terhadap jaringan yang

ditranplantasikan .Preparat ini

menghambat aktivasi limfosit T yang

imunokompeten untuk mencegah

produksi sel – sel efektor T. Biopsi hati dan pemeriksaan USG diperlukan untuk menyelidiki kemungkinan penolakan jaringan.

 Transplantasi ulang ( retransplantasi)

biasanya diupayakan jika terjadi

kagaglan pada hati yang telah

ditransplantasikan . Namun , angka keberhasilan pada tranplantasi ulang tidak seperti pada angka keberhasilan transplantasi pertama .

d) Penyuluhan Pasien

Penyuluhan atau konseling yang

diberikan kepada pasien dan keluarganya mengenai tindakan jangka panjang untuk menigkatkan kesehatan merupakan tugas perawat yang utama. Pasien dan keluarga harus memahami alsan mengapa mereka perlu mematuhi terapi dengan penekanan khusus pada cara penggunaan obat,rasional

dan efek samping dari obat – obatan

imunosupresan yang diresepkan. Informasi tantang tanda dan gejala yang menunjukkan

timbulnya masalah yang memerlukan

konsultasi dengan tim transplantasi juga harus disampaikan. Kepada pasien yang

terpasang T - tube perlu dijelaskan tentang

perawatan selang tersebut .

Pentingnya pemeriksaan tindak lanjut terhadap kerja darah dan control pada tim

transplantasi perlu ditegaskan. Kadar

siklosporin dalam darah perlu diperiksa bersama dengan pemeriksaan darah lainnya yang dapat menunjukan fungsi hati dan

ginjal. Dalam bebrapa bulan pertama, kemungkinan besar pasien memerlukan pemeriksaan darah sebanyak dua hingga tiga kali perminggu. Setelah kondisi pasien menjadi stabil, pemeriksaan darah dan

kontrol pada tim transplantasi dapat

dilakukan lebih jarang. Pentingya

pemeriksaan oftalmologi harus ditegaskan mengingat insiden katarak dan glaucoma meningkat pada terapi steroid jangka panjang . Karena adanya imunosupresi , maka pemberian antibiotic profilaktik sebelum melakukan perawatan gigi sangat penting.

pasien perlu dijelaskan bahwa meskipun transplantasi yang berhasil tidak akan mengembalikan kondisi mereka pada keadaan normal, namun tindakan ini akan meningkatkan peluang hidup lebih lama dan memberi kesempatn kepada pasien untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik

dibandingkan keadaan sebelum

hidup dengan baik dan produktif setelah menjalani transplantasi hati.

C. PENUTUP

Mahasiswa dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Memahami dan mampu menjelaskan pathogenesis

hepatitis, gagal hati fulminan, sirosis hepatis dan transplantasi hati.

2. Mampu menjelaskan patofisiologi dan mengembangkan

penyimpanan diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada pasien hepatitis, gagal hati fulminan, sirosis hepatis dan transplantasi hati.

D. TUGAS

1. Jelaskan pathogenesis masing – masing pada pasien

dengan hepatitis dan sirosis hepatis gagal hati fulminan, sirosis hepatis dan transplantasi hati.

2. Jelaskan patofisiologi dan penyimpanan kebutuhan

dasar manusia pada kasus hepatitis gagal hati fulminan, sirosis hepatis dan transplantasi hati.

Dalam dokumen ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PADA GANGGUAN HATI (Halaman 157-174)

Dokumen terkait