• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.21. Trotoar/Walkways

Trotoar secara tipikal terbuat dari beton dan dinaikkan dari permukaan jalan dan bersebelahan dengan pembatas atau terpisah dari pembatas oleh barisan pohon/tanaman linier. Lebar trotoar dapat bervariasi, namun secara tipikal memiliki lebar minimum 1.5 meter (5 kaki) di kawasan permukiman, dan 1.8 sampai 4.6 meter (6 sampai 15 kaki), atau lebih lebar, pada jalan Kolektor dan Arteri, atau pada kawasan kawasan tertentu.

Sedangkan walkways sangat berbeda dari trotoar. Walkways secara umum dibuat diatas permukaan tanah eksisting tanpa dinaikkan. Walkways biasanya dipisahkan secara horizontal dengan penanaman semak semak atau parit. Walkways biasanya terbuat dari material lain dari beton seperti aspal, batu padat, atau batu yang dihancurkan.

Gambar 2.3.7.1 Tipikal Jalur Pejalan Kaki/Walk Ways

a) Kriteria Trotoar/Walkways

Fungsi Trotoar adalah sebagai komponen integral dari sistim jalan yang ramah bagi pejalan kaki (pedestrian friendly street system) dimana pedestrian dapat merasakan keamanan, aksesibilitas dan pergerakan yang efisien. Trotoar dapat meningkatkan keamanan pedestrian dengan pemisah pedestrian dengan lalu lintas. Yang perlu diperhatikan untuk perjalanan pedestrian di sepanjang jalan adalah:

1. Keamanan/safety

2. Pergerakan efisien/efficient space 3. Ruang yang terdefinisi/defined space

4. Jelas/visibility 5. Aksesibel

6. Nyaman dan lingkungan yang menarik Atribut bagi Trotoar yang baik adalah:

1. Aksesibilitas: koridor trotoar harus dapat diakses dengan gampang bagi semua pemakai apapun tingkat kemampuannya.

2. Lebar yang sesuai: pada beberapa area, dua orang bejalan bersama harus dapat dilalui oleh orang kedua yang sedang berjalan, dan beda kecepatan berjalan harus memungkinkan;

3. Keamanan/safety: koridor trotoar harus memungkinkan pedestrian untuk merasakan keamanan dan preditabilitas. Pengguna trotoar harus merasa tidak terancam dengan lalulintas yang bersebelahan dengannya.

4. Kontiniutas: rute berjalan sepanjang koridor trotoar harus jelas dan tidak membuat pedestrian berjalan keluar jalur pedestrian

5. Lansekap: pohon-pohon dan tanaman di koridor trotoar harus dapat menciptakan iklim mikro yang diinginkan dan harus memberikan kontribusi bagi kenyamanan psikologi dan visual pengguna trotoar. 6. Ruang sosial: koridor trotoar harus ada tempat untuk berdiri, bekunjung

dan duduk. Koridor trotoar harus merupakan suatu tempat dimana anak- anak dapat berpartisipasi secara aman dalam kehidupan publik.

7. Kualitas kawasan: koridor trotoar harus dapat memberikan kontribusi bagi karakter suatu kawasan perumahan dan bisnis, dan memperkuat identitas mereka;

b) Dimensi jalur Trotoar

Secara umum, lebar trotoar maupun walkways harus dapat mengakomodasi volume pedestrian yang menggunakannya. Menurut pedoman yang terdapat pada Pedestrian Facilities Guidebook jalan distrik Arteri dengan lebar 24,5 meter harus mempunyai zona trotoar 4,6 meter, jalan Lokal atau kolektor dengan lebar 18,2 meter harus mempunyai lebar zona Trotoar 3,7 meter. Sedangkan Dimensi Jalur Pedestrian menurut Kelas Jalan Adalah sebagai berikut: 8

1. Jalan kelas satu dengan lebar 20 meter, daerah pejalan kaki 7 meter 2. Jalan kelas dua dengan lebar 15 meter, daerah pejalan kaki 3,5 meter 3. Jalan kelas tiga dengan lebar 10 meter, daerah pejalan kaki 2 meter. Dimensi Jalur Pedestrian berdasarkan Lingkungan antara lain:9

1. Lingkungan pertokoan lebar daerah pejalan kaki adalah 5 meter. 2. Lingkungan perkantoran lebar daerah pejalan kaki adalah 3,5 meter. 3. Lingkungan Perumahan lebar daerah pejalan kaki adalah 3 meter

8

Alexander, Christoper, A Pattern Language, Town Building Construction, Oxford University Press, New York, 1977.

9

Cartwright, Richard M., The Design of Urban Space, The Architectural Press Ltd., London, Halsted Press Division John Wiley & Sons, New York, 1983.

Sedangkan lebar minimum trotoar tanpa pembatas adalah 1,5 meter. Hal ini untuk dapat memberikan keleluasaan sebagai berikut:

1. Trotoar mampu untuk melayani fungsi kolektor, mengakomodasi volume pedestrian dan pergerakan berputar dari properti yang berdampingan

2. Memberikan kesempatan bagi pedestrian dengan tongkat, bawaan atau kantong berbelanjaan , atau penggunaan kursi roda atau alat bantu lain untuk saling berjalan/berlalu.

3. Memberikan ruang untuk mengantri bagi pedestrian pada sudut-sudut jalan maupun jalur penyeberangan;

4. Memberikan ruang untuk 2 orang berjalan berdampingan maupun saling melewati

5. Memberikan ruang bagi anak-anak dengan sepeda roda tiga, gerbong/kereta dorong, skates, maupun permainan/aktivitas lain, lebar bersih tersebut harus bebas dari semua pohon/tanaman, tanda-tanda, tombol-tombol utilitas hydrat, parkir, dan perabotan jalan lainnya.

Gambar 2.3.7.2 Lebar Bersih Minimum Trotoar

Tinggi bersih vertikal terhadap langit-langit/ceilings, panel-panel tanda, dan elemen diatas kepala dilokasi tempat pedestrian berjalan kaki minimal 2030 milimeter (80 inchies).

Bila trotoar bersebelahan dengan lokasi parkir, maka dibutuhkan lebar tambahan sebesar 0.6 meter untuk memungkinkan sebagai ruang untuk membuka pintu mobil (lihat Gambar 2.3.7.3)

Gambar 2.3.7.3 Lebar Minimum Trotoar dan Parkir Mobil c) Zona pada Trotoar

Trotoar pada umumnya dibuat di kawasan berjalan umum diantara pembatas jalan/jalur lalu lintas dari garis kepemilihan. Trotoar terdiri dari 4 kawasan yang berbeda yakni: curb zone atau zona pembatas, furnishing

zone atau zona perabotan, trough pedestrian zone atau zona laluan

Gambar 2.3.7.4 Tipikal Zona Pedestrian Perkotaan

1) Zone Pembatas (Curb Zone)

Pembatas (curb): mencegah air pada jalan memasuki kawasan pedestrian, mencegah kenderaan untuk berjalan di atas kawasan pedestrian, dan membuat jalan gampang dibersihkan. Sebagai tambahan, pembatas/curb membantu mendefenisikan lingkungan pedestrian dikawasan jalan, walau didisain yang lain lebih efektif untuk tujuan ini. Pada sudut jalan, curb/pembatas berfungsi sebagai elemen yang penting bagi pedestrian yang menggunakan tongkat untuk mengetahui jalannya.

Kecuali untuk beberapa kawasan, curb/pembatas harus memiliki lebar 150 mm, tinggi 150 mm, untuk kawasan permukiman, serta lebar 175 mm dan tinggi 175 mm , untuk kawasan komersil. Untuk mencegah pergerakan kenderaan masuk ke kawasan torotoar direkomendasi agar ketinggian dari curb tidak boleh kurang dari 100 mm. kecuali untuk kawasan persimpangan dimana ketinggian dapat diturunkan untuk mengakomodasi perletakan ramp.

2) Zona Perabotan (The Furnishing Zone)

Zona perlengkapan membatasi pedestrian dari jalur lalu lintas, dan juga merupakan kawasan tempat perpohonan, tombol-tombol tanda, tombol-tombol utilitas, lampu-lampu jalan, kotak-kotak control, hydrant, tanda-tanda meteran parkir, dan perabot jalan yang lain. kawasan ini adalah kawasan dimana orang bebas dari mobil-mobil yang parkir.

Pada furnishing zone tersebut harus terdapat pepohonan. Pada kawasan komersil, zona ini dapat diekspos dengan dinding-dinding, pohon dan kotak kota pepohonan, bunga, dan semak belukar. Pada kawasan lain, zona ini secara umum tidak diekspos, kecuali pada bagian jalan akses. Tapi dibuat landscape dengan kombinasi dari pepohonan, semak-semak, rerumputan, dan perencanaan landscape yang lain.

3) Zona laluan pedestrian (The Through Pedestrian Zone)

Zona laluan pedestrian merupakan kawasan yang diperuntukkan untuk laluan pedestrian. Zona ini harus total bebas dari objek-objek permanen, maupun tidak permanen. Telah diuraikan sebelumnya bahwa lebar minimum untuk zona ini adalah 1.5 meter namun dapat ditambahkan khususnya bagi kawasan-kawasan tertentu yang memiliki volume pedestrian yang lebih tinggi.

Yang perlu diperhatikan pada zona ini adalah:

a. Pemukaan harus kuat dan stabil, serta anti licin, dan memungkinkan untuk dilalui oleh pedestrian yang menggunakan tongkat, kusi roda, maupun alat bantu yang lain.

b. Trotoar secara umum terbuat dari beton semen portland (PCC), dan permukaannya dapat ditambah maupun diekspos dengan elemen- elemen tradisional maupun pola lain sesuai dengan karakteristik kawasan.

4) Zona Depan Bangunan (The Frontage Pedestrian Zone)

Zona bagian depan merupakan kawasan diantara zona laluan pedestrian dan garis kepemilikan. Zona ini memberikan kenyamanan bagi pedestrian dari bagian depan bangunan, dimana bangunan terletak garis tanah, atau dari elemen-elemen seperti pagar dari properti pribadi.

Bila tidak ada furnishing zone, elemen dimana secara normal tempat untuk shelter transit dan semak-semak, kios telepon, katup-katup tanda lampu serta kotak-kotak control, rambu-rambu parkir, dan lainnya, dapat ditempatkan pada zona bagian depan tersebut ataupun diberikan lebar tambahan.

Perletakan elemen-elemen seperti tangga, jendela, elalase, kanopi, atap, overhang, rambu-rambu, bendera, sepanduk, pagar, dinding, tembok, maupun tanaman-tanaman harus sesuai dengan kebijakan yang digunakan. Pada lampiran dapat lihat lembar yang direkomendasikan bagi koridor trotoar untuk beberapa jenis kelas jalan.

d) Permukiman

Trotoar dan walkways di kawasan kota secara tipikal terbuat dari beton semen portland yang memberikan permukaan yang halus, tahan lama, serta gampang ditingkatkan dan perbaiki. Pola-pola tertentu dapat ditambah pada permukaan trotoar sesuai dengan pola-pola tradisional yang sesuai dengan kawasan tersebut bila diperlukan. Setiap material yang digunakan untuk trotoar dan walkways harus anti licin dan gampang dibersihkan (lancar dibersihkan dari salju, dan tidak gampang hancur maupun pecah). Permukaan harus aksesibel, sesuai dengan kriteria “stabil, kuat, dan anti licin”.

e) Pemisahan / Pembatas Jalan

Ada beberapa disain yang rekomendasikan sebagai pemisah antara trotoar dengan sisi jalan raya, antara lain:

1. Pepohonan/tanaman sebagai buffer 2. Trotoar berliku

3. Parit

4. Pembatas/curb

5. Pembatas yang miring 6. Jalur sepeda

7. Pembatas dari beton/concrete barriers 1) Pepohonan/Tanaman

Trotoar disepanjang jalur lalu lintas pada umumnya dipisahkan oleh barisan tanaman yang selain fungsi sebagi vegetasi ,juga sebagai buffer bagi pejalan kaki, penanaman buffer (pepohonan, Taman, semak- semak,dan lainnya), secara umum merupakan pemisah paling efektif antara trotoar dan luar lalulintas. Buffer ini dapat memberikan rasa aman bagi pedestrian yang berjalan disepajang trotoar tersebut. Penanam buffer dapat didesain sedemikian rupa sebagai elemen vegetasi yang dapat menambah keindahan suatu kawasan.

Ada beberapa keuntungan dan kelemahan dari penanaman buffer, beberapa keuntungan antara lain:

b. menjadi kawasan penerapan dan pengaturan air

c. menjadi lokasi untuk penempatan perabot jalan seperti tanda-tanda utilitas, hydrant, diluar lebar bersih bagi pejalan kaki.

d. meningkatkan nilai estetis kawasan dan meningkatan lingkungan pedestrian

e. jika cukup lebar, dapat ditanam pohon-pohon yang lebih besar, untuk melindungi pejalan kaki dari perubahan cuaca, khususnya panas. Minimum lebar 4.5 meter untuk penanaman pohon-pohon yang lebih besar

f. merupakan solusi pemisahan trotoar yang lebih hemat, jika ruang yang dibutuhkan tersedia

Beberapa kelemahannya antara lain:

a. Dibutuhkan pemilihan khusus dan sangat bervariasi, bergantung kepada tipe Lansekap yang dipilih.

b. Jika tidak didisain dan diatur dengan baik, lansekap tersebut dapat menghambat penglihatan, yang dapat menimbulkan masalah keamanan

c. Akar yang bertumbuh akan dapat merusak permukaan trotoar maupun jalan jika tidak diawasi dengan baik.

2) Trotoar Berliku

Trotoar berliku walau bisa memberikan nilai estetik, namun bukan cara yang paling efisien untuk mengarahkan pedestrian dari satu tempat ketempat lain. Cara ini juga dapat menyulitkan bagi pedestrian yang memiliki penglihatan yang kurang baik. Jika trotoar berliku tetap dibutuhkan, trotoar tersebut dapat didesain dengan cara mengurangi jumlah lingkungan untuk menghindari rute yang terlalu berkelok-kelok dan tidak langsung (Gambar 2.3.7.5) memperlihatkan perbandingan antara trotoar lurus dengan trotoar berliku.

3) Parit

Pada beberapa jalur lalu lintas kawasan perumahan, parit terbuka yang terdapat di sepanjang sisi jalan berfungsi sebagai pengatur aliran air khususnya air hujan. Bila terdapat ruang cukup pada sisi kanan jalan tersebut, trotoar ataupun walkways dapat diletakkan di belakang parit, sebagai kawasan buffer antara kenderaan bermotor dan pedestrian

4) Pembatas

Secara umum dibutuhkan pada jalan-jalan dengan volume dan kecepatan yang tinggi, serta yang membutuhkan kontrol drainase yang baik, curb dan buffer ataupun curb vertikal secara umum dibutuhkan dijalan-jalan.

Pembatas memberikan suatu pemisahan fisikal antar kenderaan yang berjalan dengan pedestrian. Pembatas memberikan suatu citra kota. Mengilustrasikan trotoar yang bersebelahan dengan Pembatas atau

Buffer.

5) Pembatas Miring (Rolled Curb)

Merupakan jenis pembatas yang biasanya digunakan kawasan- kawasan perumahan pinggiran kota. Pembatas miring memberikan keuntungan bagi developer dimana dengan menggunakan pembatas ini, maka pemotongan jalan/ramp khusus untuk jalan masuk bagi

perorangan tidak perlu lagi. Namun, Pembatas Miring sering menimbulkan permasalahan. Karena pembatas miring gampang dinaiki/dilewati oleh kendaraan bermotor, pengendara sering parkir diatas pembatas tersebut, dan menghambat trotoar, dengan demikian, pembatas miring bukanlah pemisah yang baik bagi pedestrian dan kendaraan bermotor (lihat Gambar 2.3.7.6)

Gambar 2.3.7.6 Pembatas Miring pada Trotoar di kawasan Pemukiman

6) Jalur Sepeda Sebagai Pemisah

Jika jalur sepeda diletakkan diantara jalur lalu lintas dan perjalanan kaki, maka jalur sepeda tersebut merupakan buffer antara pedestrian dan lalulintas (lihat Gambar 2.3.7.7)

Gambar 2.3.7.7 : Jalur Sepeda sebagai Pemisah Pejalan Kaki

Pemisah antara jalur sepeda dengan jalur pedestrian bisa berupa batas maupun menaikkan jalur pedestrian atau dengan pemberian batas jalan sepeda.

Dokumen terkait