PEDESTRIANISASI KAWASAN PUSAT KOTA MEDAN
STUDI KASUS: JALAN BRIGJEN KATAMSO DEPAN ISTANA MAIMOON MEDAN
T E S I S
Oleh
FRANS D. LUMBANTORUAN 057020002/AR
S
E K O L AH
P A
S C
A S A R JA NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEDESTRIANISASI KAWASAN PUSAT KOTA MEDAN
STUDI KASUS: JALAN BRIGJEN KATAMSO DEPAN ISTANA MAIMOON MEDAN
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik dalam Program Studi Arsitektur
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
O l e h
FRANS D. LUMBANTORUAN 057020002/AR
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PEDESTRIANISASI KAWASAN PUSAT KOTA MEDAN
STUDI KASUS: JALAN BRIGJEN KATAMSO DEPAN ISTANA MAIMOON MEDAN
Nama Mahasiswa : Frans D. Lumbantoruan Nomor Pokok : 057020002
Program Studi : Teknik Arsitektur
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(A/Prof. Julaihi Wahid, Dipl.Arch, B.Arch, M.Arch, Ph.D) K e t u a
(Beny O.Y. Marpaung, ST, MT.) Anggota
Ketua Program Studi,
(Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc)
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal : 5 Desember 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : A/Prof. Julaihi Wahid, Dipl.Arch, B.Arch, M.Arch, Ph.D
Anggota : 1. Ir. Morida Siagian, MURP
2. Ir. Samsul Bahri, MT
3. Ir. Sri Gunana Sembiring, MT
ABSTRAK
Pedestrianisasi adalah merupakan suatu usaha dalam Perancangan Kota dimana dalam Perancangannya mengutamakan kepentingan jalur pedestrian atau pejalan kaki. Perkembangan Kota di Indonesia saat ini sangat pesat dan tidak terkendali. Kota Medan adalah salah satu Kota Metropolitan dan Kota terbesar ketiga di Indonesia merupakan salah satu Kota yang hampir setiap harinya terjadi kepadatan dan kemacetan lalu lintas terutama pada kawasan pusat Kota. Salah satu permasalahan utama jalur pedestrian pada kawasan Pusat Kota adalah belum terintegrasinya jalur pejalan kaki beserta aktivitas pendukungnya.
Hampir diseluruh kawasan pusat Kota Medan kemacetan dan kepadatan lalu lintas adalah merupakan hal biasa yang dihadapi setiap harinya. Kurang berfungsinya dengan baik zona – zona yang ada pada jalur pejalan kaki adalah merupakan suatu pemasalahan utama dalam hal ini.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahuai fenomena-fenomena yang berhubungan dengan permasalahan jalur pedestrian atau pejalan kaki pada kawasan kajian untuk dilakukan analisis terhadap permasalahan yang ada, kemudian memberikan gambaran dan rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan keluaran bagaimana jalur pedestrian yang terintegrasi dengan baik beserta aktivitas pendukung kawasan pedestrian tersebut dan bersahabat bagi pejalan kaki.
Penelitian ini merupakan studi kasus yang lokasinya di Jalan Brigjen Katamso Medan Depan Istana Maimoon, dengan panjang jalan 200 Meter dengan segmen penghubung utama Jalan Mesjid Raya Medan, yang terletak di Lingkungan I Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimoon, Kota Medan.
Pengumpulan Data dilakukan melalui pengamatan dan survey Lapangan, wawancara, pemotretan, dan penyebaran kuesioner kepada masyarakat pada kawasan kajian, termasuk pengelola Kawasan Istana Maimoon Medan.
Hasil penelitian ini dilakukan dengan Metode Deskriptif dimana fenomena fenomena dari hasil masukan Data Lapangan dan hasil Analisis, digambarkan, dibandingkan dan dideskripsikan, terutama menyangkut zona-zona yang ada pada jalur pedestrian atau pejalan kaki yang sesuai dengan standar dan norma-norma yang berlaku, disamping itu aktivitas pendukung jalur pedestrian yang ada pada kawasan kajian ini diharapkan dapat terhubung dengan dengan baik melalui jalur pejalan kaki kawasan kajian ini.
ABSTRACT
Pedestrianization is a design in the city where in the interests of pedestrian paths or pedestrian. City development in Indonesia at this time is very rapid and is not restrained. Medan is one Metropolitan City and the third largest city in Indonesia is one of the city that occurred almost every day, density and traffic congestion especially in the central city area. One of the main problems in the pedestrian path Center City area is not pedestrian path integrated and its supporting activities.
Almost throughout the central area of Medan city congestion and traffic density is a normal thing that they face every day. Less well-functioning zone - the zone is on the pedestrian path is a major this case.
Research was conducted with the aim of the facts related to the problem of pedestrian pathways or pedestrian areas in the study conducted for the analysis of the problems that exist, and then provide recommendations that are expected to provide the output how the pedestrian path that is integrated with the activities and their supporters activities pedestrian area and for the pedestrian.
This research is a case study located at road Brigjen Katamso front of Maimoon Palace, with 200 meter length of road segments with the primary Medan Great Road Mosque, located in Sub District Aur, District of Medan Maimoon, the City of Medan.
Data collection is done through observation and field survey, interviews, photography, and the distribution of questionnaires to the public on the study area, including area manager Maimoon Palace-Medan.
Results of this research is done with Method Descriptive phenomenons which results from the input data and results of field analysis, are described, compared and has been described, especially concerning the zones of the pedestrian path or pedestrian is in accordance with the standards and norms that apply, in addition activities that support the pedestrian path in the area of this study was expected to be connected to the well through the pedestrian area of this study.
DAFTAR ISI
2.2. Keselamatan Pedestrian ... 9
2.3. Kebutuhan Pedestrian ... 10
2.4. Faktor yang Mempengaruhi Jarak Perjalanan... 11
2.5. Jarak Perjalanan yang Sesuai ... 12
2.6. Kebutuhan Ruang... 14
2.7. Tingkat Karakteristik Penggunaan dan Pejalan Kaki.... 17
2.8. Faktor untuk Meningkatkan Aktivitas Berjalan... 20
2.9. Pengaruh Lingkungan Terhadap Pedestrian... 21
2.10. Fasilitas Pedestrian... 23
2.11. Komunitas yang Bersahabat Bagi Pejalan Kaki... 26
2.12. Sistem Pedestrian yang Kontiniu ... 29
2.13. Sistem Pedestrian yang Efektif ... 30
2.14. Jalan yang Bersahabat Bagi Pejalan Kaki... 31
2.15. Jalur Pedestrian ... 33
2.15.1.Defenisi dan Fungsi Jalur Pedestrian ... 33
2.16. Ketentuan Umum Jalur Pedestrian... 35
2.17. Kriteria Disain Jalur Pedestrian ... 36
2.18. Faktor pendukung Jalur Pedestrian ... 36
2.19. Jenis Jalur Pedestrian ... 38
2.20. Aksesibilitas ... 40
2.21. Trotoar/Walkways... 43
2.22. Pedestrianisasi Kawasan Pusat Kota... 59
2.22.1.Defenisi Pedestrianisasi Kawasan Pusat Kota ... 60
2.22.2.Mengadaptasikan Kawasan Pusat Kota Bagi Pejalan Kaki. ... 64
2.23. Pendukung Aktivitas (Activity Support) ... 70
2.24. Teori Pendukung Pedestrianisasi Kota... 74
2.25. Proses dan Pola Perilaku Manusia ... 81
BAB III. METODE PENELITIAN ... 91
3.1. Jenis Penelitian... 91
3.2. Variabel Penelitian ... 91
3.3. Populasi/Sampel... 91
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 91
3.5. Kawasan Penelitian ... 92
BAB IV. TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 94
4.1. Gambaran Umum Kota Medan ... 94
4.2. Gambaran Kawasan Lokasi Kajian... 97
4.2.1. Fisik Kawasan Kajian ... 99
4.2.2. Infrastruktur Kawasan Kajian ... 105
4.2.3. Aktivitas Kawasan Kajian... 105
4.2.4. Linkaged (jaringan jalan penghubung) Pada Kawasan Kajian... 114
4.2.5. Alasan Memilih Lokasi Kajian Kawasan Istana Maimoon Medan... 116
4.3. Kompilasi Data Kuesioner ... 116
BAB V. ANALISIS... 142
5.1. Kawasan Nyaman dan Tidak Nyaman bagi Pedestrian di dalam dan di luar kawasan kajian ... 142
5.1.1. Kawasan Nyaman Berjalan Kaki ... 142
5.1.2. Kawasan Tidak Nyaman Berjalan Kaki... 147
5.2. Kawasan/Objek yang paling diingat di Pusat Kota Medan... 150
5.2.1. Istana Maimoon Medan... 150
5.2.2. Mesjid Raya Medan ... 150
5.2.3. Kolam Sri Deli Medan ... 151
5.2.4. Perpustakaan Umum Sumatera Utara ... 152
5.2.5. Citra Kawasan Kajian Istana Maimoon di Pusat Kota Medan... 153
5.3. Elemen-elemen Koridor Trotoar ... 156
5.3.1. Bangku Taman/Tempat Duduk di Trotoar... 156
5.4. Pendukung Aktivitas (Activity Support) Pada Wilayah Kajian... 165
5.4.2. Luar Kawasan Kajian... 168
BAB VI. REKOMENDASI ... 173
6.1. Kawasan Nyaman dan Tidak Nyaman Bagi Pedestrian
Didalam dan diluar Kawasan Kajian... 173
6.2. Kawasan Maupun Objek yang Paling di Ingat oleh
Pedestrian Baik di dalam maupun diluar Kawasan
Kajian ... 175
6.3. Elemen Perlengkapan yang Terdapat Pada Zona
Koridor Trotoar ... 175
6.4. Pendukung Aktivitas (Activity Support) Kawasan
Kajian dan Luar Kawasan Kajian ... 183
BAB VII. KESIMPULAN... 187
DAFTAR GAMBAR
NO. JUDUL HALAMAN
1.1.1. Photo Segitiga Emas Kawasan Istana Maimoon (1913) ... 3
1.1.2. Photo Mesjid Raya Al Maksum (1909) ... 3
1.2.1 Kawasan Depan Istana Maimoon ...4
1.2.2 Kerangka Berfikir ...6
2.3.7.1. Tipikal Jalur Pejalan Kaki/Walkways ...44
2.3.7.2. Lebar Bersih Minimum Trotoar ...48
2.3.7.3. Lebar Minimum Trotoar dan Parkir Mobil ...49
2.3.7.4. Tipikal Zona Pedestrian Perkotaan ...50
2.3.7.5. Perbandingan Trotoar Berliku-liku dan Trotoar Lurus ...56
2.3.7.6. Pembatas Miring pada Trotoar di Kawasan Pemukiman ...58
2.3.7.7. Jalur Sepeda sebagai Pemisah Pejalan Kaki ...59
2.25. Diagram Proses Fundamental Perilaku Manusia ... 84
3.5.1. Peta Kawasan Kajian ... 92
4.1.1. Peta Kota Medan ... 95
4.2. Peta Lokasi Kajian Pedestrian Depan Istana Maimoon Medan ... 98
4.2.1.1 Peta Eksisting Gambar Penampang Pedestrian Jalan Brigjen Katamso Depan Istana Maimoon Medan ... 100
4.2.1.2 Penampang Koridor Pedestrian Jalan Brigjen Katamso dan Jalan Mesjid Raya Medan ... 101
4.2.1.3 Istana Maimoon Medan Sebagai Landmark Kawasan Kajian ... 102
4.2.1.4 Peta Citra Kota Kawasan Kajian ... 104
4.2.3.1 Foto Eksisting Para Wisatawan Sedang Berada Pada Areal Plaza Istana Maimoon ... 106
4.2.3.2 Foto Eksisting Tempat Pameran Tanaman Hias yang Kurang Teratur dan Parkir Kendaraan Bermotor Kurang Terintegrasi ... 106
4.2.3.3 Foto Eksisting Tempat Makan dan Minum Kurang Penataan Termasuk Daerah Parkir ... 107
Sumatera Utara ... 107
4.2.3.5 Foto Eksisting Gedung Perpustakaan Umum Sumatera Utara dan Suasana Ruang Terbuka ... 108
4.2.3.6 Foto Suasana Sholat Jumat di Mesjid Raya Medan ... 109
4.2.3.7 Parkir Kendaraan Bermotor yang Mengganggu Jalur Pedestrian Mesjid Raya Medan... 109
4.2.3.8 Foto Suasana Setelah Selesai Sholat Jumatan di Mesjid Raya
Medan ... 110
4.2.3.9 Foto Suasana Selesai Sholat Jumatan pada Area Pedestrian Mesjid Raya Medan Parkir Kendaraan yang kurang terintegrasi ... 110
4.2.3.10 Foto Eksisting Jalur Pedestrian yang Berubah Fungsi Menjadi
Tempat Pedagang Kaki Lima ... 111
4.2.3.11 Foto Eksisting Ruang Terbuka dan Air Mancur di Lokasi Mesjid
Raya Medan ... 111
4.2.3.12 Foto Eksisting Kolam Sri Deli sebagai Tempat Even Tahunan
Ramadhan Fair ... 112
4.2.3.13 Foto Eksisting Tempat Jajanan Siang dan Malam di Lokasi
Kolam Sri Deli Medan... 113
4.2.3.14 Foto Eksisting Jalur Pedestrian pada Perempatan Jalan Mesjid
Raya dan Jalan Mahkamah ... 113
4.2.4 Peta Linkaged Penghubung Kawasan Kajian ... 115
4.3.1. Transportasi yang Digunakan ... 117
4.3.2. Diagram Tingkat Kepentingan (kiri) dan Tingakat Kepuasan
(kanan) Terhadap Angkutan Umum ... 118
4.3.3. Diagram Permasalahan (kanan) dan Saran (kiri) yang Berkenaan Dengan Angkutan Umum di Kawasan Pusat Kota Medan ... 119
4.3.4. Diagram Tingkat Kepentingan (kiri) dan Tingkat Kepuasan
(kanan) terhadap Fasilitas Trotoar... 120
4.3.5. Diagram Permasalahan (kiri) dan Saran (kanan) berkenaan dengan Fasilitas Trotoar/Jalur Pejalan Kaki ... 121
4.3.6. Tingkat Kepentingan (kiri) dan Tingkat Kepuasan terhadap
Fasilitas Tempat Sampah ... 122
4.3.7. Permasalahan (kiri) dan Saran (kanan) berkenaan dengan
4.3.8. Tingkat Kepentingan (kiri) dan Kepuasan (kanan) terhadap
Fasilitas Telepon Umum ... 123
4.3.9. Permasalahan (kiri) dan Saran (kanan) berkenaan dengan
Fasilitas Telepon Umum ... 123
4.3.10. Tingkat Kepentingan (kiri) dan Kepuasan (kanan) terhadap
Fasilitas Tempat Duduk-duduk di daerah Trotoar ... 124
4.3.11. Permasalahan (kiri) dan Saran (kanan) berkenaan dengan Fasilitas Tempat Duduk-duduk pada Kawasan Kajian Istana Maimoon Medan sebagai Fasilitas untuk tempat istirahat dan menunggu
sejenak ... 125
4.3.12. Frekwensi Kunjungan ke Ruang Terbuka Umum (kiri) dan
Waktu Kunjungan ke Ruang Terbuka Umum (Open Space)... 126
4.3.13. Tujuan pergi ke Ruang Terbuka Umum (kiri) dan Ruang Terbuka yang sering dikunjungi para responden pada kawasan kajian
(kanan) ... 126
4.3.14. Tingkat Kepuasan (kiri) dan Permasalahan (kanan) berkenaan
dengan Fasilitas Ruang Terbuka ... 127
4.3.15. Ruang Terbuka yang paling menarik (kiri) dan Tingkat
Kepentingan Ruang Terbuka pada Kawasan Kajian (kanan) ... 127
4.3.16. Tingkat Kepentingan (kiri) dan Tingkat Kepuasan (kanan)
terhadap Fasilitas tempat Makan dan Minum di Kawasan Kajian.... 128
4.3.17. Jenis Tempat Makan dan Minum yang paling dikunjungi Responden (kiri) dan Permasalahan Tempat Makan dan Minum di Kawasan Kajian ... 129
4.3.18. Saran berkenaan dengan tempat Makan Minum di Kawasan
Kajian ... 129
4.3.19. Tingkat Kepentingan (kiri) dan Tingkat Kepuasan (kanan)
terhadap Lampu Penerangan Jalan pada Kawasan Kajian... 130
4.3.20. Permasalahan (kiri) dan Saran (kanan) berkenaan dengan Lampu Penerangan Jalan dan Trotoar pada Kawasan Pedestrian Istana
Maimoon Kota Medan ... 130
4.3.21...Tingk at Kepentingan (kiri) dan Tingkat Kepuasan terhadap
Tanaman dan Pohon Pelindung pada Kawasan Kajian (kanan)... 131
4.3.22. Permasalahan (kiri) dan Saran (kanan) berkenaan dengan
4.3.23. Tingkat Kepentingan (kiri) dan Permasalahan (kanan) berkenaan dengan Fasilitas WC/Toilet Umum pada Kawasan Kajian... 132
4.3.24. Saran berkenaan dengan Fasilitas WC/Toilet Umum pada
Kawasan Kajian ... 132
4.3.25. Frekwensi berjalan-jalan di malam hari (kiri) dan pendapat tentang cepatnya tutup aktivitas Pertokoan dan Komersil pada Kawasan Kajian Istana Maimoon ... 134
4.3.26. Pendapat tentang cepatnya Angkutan Umum berhenti (kiri) dan suasana malam hari (kanan) pada kawasan kajian Istana
Maimoon ... 134
4.3.27. Suasana Siang (kiri) dan Tingkat Keamanan pada Kawasan Kajian Istana Maimoon Kota Medan (kanan) ... 136
4.3.28. Objek Paling diingat di Kawasan Kajian (kiri) dan kawasan yang paling nyaman bagi pedestrian untuk Berjalan kaki (kanan) ... 138
4.3.29. Kawasan paling Tidak Nyaman untuk berjalan kaki (kiri) dan
Alasan tidak merasa Nyaman (kanan) dikawasan Kajian ... 138
4.3.30. Tingkat kepentingan fasilitas perdagangan dan jasa yang dapat Menghidupkan kawasan kajian (kiri) dan Jenis pertokoan yang
sering dikunjungi ... 139
4.3.31. Tingkat keperluan Pusat Perbelanjaan atau Mall pada Kawasan Istana Maimoon Medan (kiri) dan pusat perbelanjaan Yuki
Simpang Raya yang sering dikunjungi ... 140
4.3.32. Harapan Masyarakat bagi Kawasan Kajian Istana Maimoon ... 141
5.1.2.1. Kondisi Pedestrian Jalan Brigjen Katamso ke Simpang Jalan
Juanda Medan ... 148
5.2.5.2. Kawasan atau Objek yang paling diingat oleh pedestrian pada
Kawasan Kajian ... 155
5.3.1.2...Perab otan Jalan yang Mengganggu Jalur Pejalan Kaki di Kawasan
Jalan Brigjen Katamso Medan ... 160
5.3.1.4...Foto Eksisting Tempat Jajanan Siang Malam di Lokasi Taman
Sri Deli Medan ... 162
5.4.1...Ruan
5.4.2...Peta
Pendukung Aktivitas Wilayah Kajian Istana Maimoon... 171
5.4.3...Peta
Pendukung Aktivitas Luar Wilayah Kajian Istana Maimoon ... 172
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pedestrianisasi merupakan suatu usaha dalam Perancangan Kota dimana
dalam perancangannya mengutamakan kepentingan pedestrian atau pejalan kaki.
Kita semua adalah Pedestrian, dan sangat sering berjalan walaupun tidak kita
sadari. Usaha pedestrianisasi telah berkembang di Negara-Negara Eropa, di
Italia dikenal dengan istilah ’pedonalizzatione’ yang artinya memanusiawikan
Kota melalui kawasan-kawasan pejalan kaki.
Koridor pedestrian Kawaxan Istana Maimoon merupakan tempat
peninggalan bersejarah yang bernilai tinggi di Kota Medan, kawasan ini selesai
dibangun oleh Sultan Deli pada saat itu yaitu Sultan Mamun Al Rasyid Perkasa
Alamsyah pada tanggal 26 agustus 1888, sedangkan Mesjid Raya mulai
dibangun pada Tahun 1906 dan selesai tanggal 21 Agustus tahun 1909, sekaligus
digunakan pemakaiannya bagi para warga kota Medan pada saat itu. Jalur
pedestrian kawasan Istana Maimoon Medan meliputi Jalan Brigjen Katamso
Depan Istana Maimoon dan jalan Mesjid Raya Medan sebagai segmen jalur
pedestrian penghubung Kawasan ini memiliki berbagai macam aktivitas yang
belum terintegrasi dengan baik, terutama pada Jalur pedestrian jalan Brigjen
Katamso Medan tempat Istana Maimoon, sedangkan pada segmen penghubung
jalan Mesjid Raya terdapat beberapa aktivitas pendukung lainnya seperti Mesjid
maupun Hotel Madani. Potensi ini sebenarnya merupakan magnet aktivitas pada
koridor pedestrian Kawasan Istana Maimoon apabila zona-zona jalur pedestrian
yang ada pada kawasan ini dapat terintegrasi dan terhubung dengan baik, akan
tetapi tidak adanya integrasi yang baik sehingga antara kawasan koridor Trotoar
jalan Katamso dan koridor Trotoar jalan Mesjid Raya terjadi ketimpangan.
Dimana kawasan Mesjid Raya Medan lebih hidup dari siang sampai malam
harinya bila dibandingkan dengan kawasan jalan Brigjen Katamso lokasi Istana
Maimoon Medan. Padahal kawasan ini pada masa kejayaan Kesultanan Deli
merupakan segitiga emas yang tidak terpisahkan. Maka oleh karena itu salah
satu upaya untuk meningkatkan fumgsi pedestrian kawasan objek peninggalan
sejarah tersebut adalah dengan melakukan pedestrianisasi terutama pada jalan
Brigjen Katamso Depan Istana Maimoon Medan.
1.2. Perumusan Masalah
Kurang terintegrasinya dengan baik jalur-jalur pedestrian pada segmen
jalan Brigjen Katamso Depan Istana Maimoon Medan dengan jalur segmen
penghubung Jalan Mesjid Raya Medan, dan kurangnya penataan aktivitas
pendukung pedestrian pada kawasan Istana Maimoon semakin memudarkan
identitas dan citra kawasan ini, sehingga memberikan indikasi yang kuat bahwa
kawasan Istana Maimoon menjadi kehilangan jati dirinya. Sebagai kawasan
peninggalan bersejarah. Seharusnya Kawasan Istana Maimoon Medan dapat
menjadi Landmark Kota Medan sekaligus menjadi salah satu tujuan wisata
domestik maupun manca negara yang bernilai historis dan budaya.
Gambar 1.2.1 : Kawasan Depan Istana Maimoon Medan
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan suatu gambaran
terhadap Koridor Trotoar Jalan agar dapat menjadi penghubung antar Generator
Aktivitas, khususnya Kawasan Istana Maimoon Medan Disamping itu untuk
meberikan usulan maupun rekomendasi yang dapat menjadi alternatif bagi
Perancangan Kota terutama yang berhubungan jalur pedestrian yang terintegrasi
dengan baik untuk meningkatkan vitalitas kawasan, khususnya kawasan yang
mempunyai nilai historis.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemilik dan
pengelola kawasan demi untuk meningkatkan citra kawasan Istana Maimoon ini.
Bagi Pemerintah Kota Medan merupakan masukan dalam Rencana Penataan
Bangunan dan Lingkungan, terutama menyangkut perlunya keberadaan jalur
pedestrian dalam suatu Kota sebagai satu-satunya wadah untuk berinteraksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pedestrian berasal dari bahasa Latin ”Pedos” yang artinya kaki. Pedestrian
dapat diartikan sebagai: orang berjalan kaki 1, one foot, going or travelling on
performed on foot 2, person walking in a street 3. Pejalan kaki sebagai istilah aktif
adalah orang/manusia yang bergerak atau berpindah dari suatu tempat titik tolak ke
tempat tujuan tanpa menggunakan alat lain, kecuali mungkin penutup/alas kaki dan
tongkat yang tidak bersifat mekanis. Sampai tahun 1940, pedestarian atau pejalan
kaki menjadi elemen penting dalam peracangan suatu Kota. Namun setelah itu,
perancangan lebih di utamakan kepada kenderaan bermotor. Perencanaan pedestrian
sering di abaikan, padahal jalur pedestrian merupakan elemen yang mendasar dalam
perencanaan kota, bukan hanya bagian dari program pengindahan saja. Sistem
pedestrian yang baik dapat mengurangi ketergantungan terhadap kenderaan bermotor
di kawasan pusat kota, menigkatkan elemen berskala manusia di kota, membentuk
lebih banyak aktivitas Retail, akan membantu meningkat kwalitas udara.
Dalam hal ini akan di uraikan tentang defenisi pedestrian, perilaku manusia,
lingkungan, posisinya sebagai pedestrian, jalur pedestrian dan fasilitas pedestrian,
standar bagi kebutuhan elemen-elemen pedestrian meliputi trotoar, aksesibilitas, dan
lainnya dan usaha pedestrianisasi di kawasan pusat Kota.
1
Pino, E., T, Wittermans, Kamus Inggris - Indonesia
2
Davies, Peter, The American Heritage Dictionary of The English Language.
3
2.1. Defenisi Pedestrian
Secara singkat pedestrian atau pejalan kaki dapat didefinisikan sebagi
berikut:
Pedestrian is: any person who is a foot or who is using a wheelchair or
a mens of conveyence propelled by human power other than a bicycley.
Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa bahwa penjalan kaki adalah
setiap orang yang menggunakan tenaga manusia diluar sepeda.
Sedangkan pejalan kaki yang memiliki kelemahan (handicapped
Pedestrian) dapat didefinisikan sebagai berikut:
Handiccaped Pedestrin is. ”A pedestrian or person in a whellchir who
has limited mobility, stamina, agtility, reaction time, impaired vision or hering
or who may have diffcuity walking with or without assistive devices
Dengan kata lain dapat diartikan, handicapped pedestrian adalah
seorang penjalan kaki atau orang dengan kursi roda yang miliki keterbatasan
mobilitas, stamina, kemampuan, waktu bertindak, keterbatasan penbglihatan
atau pendengaran, atau mereka yang sulik bejalan dewngan atau tampa
peralatan pendukung, secara defenisi, permainan roler skate, in-line skate, dan
skateboard juga termasuk penjalan kaki.
Pedestrianisasi merupakan sebuah strategi revitalisasi bagi kawasan kota
yang mengalami penurunan kondisi. Pedestrianisasi dapat didefenisikan
Pedestrianization is a method of transforming area such as street exclusively
for pedestrian use. The overraim of pedestriannization is to provide good
pedestrian Evironment- clean air, less noise, and safe corridors.
Dengan kata lain, pedestrianisasi dapat didefinisikan sebagai sebuah
metode untuk mengubah sebuah kawasan seperti koridor jalan secara eksklusif
untuk penggunaan pedestrian, adapun tujuan pedestrian adalah untuk
memberikan lingkungan pedestrian yang baik antara lain udara yang bersih,
tidak bising dan koridor yang aman.
2.2. Keselamatan Pedestrian
Kecepatan kenderaan bermotor merupakan faktor yang signifikan fatal
penyebab kecelakaan pejalan kaki. Dari sumber Washington State Bicylce
Trasportation and pedestrian Walkways Plans; Pedestrian and Bicylce Crash
Type Of the Early 1990.
Karakteristik umum kecelakaan pejalan kaki antara lain:
a. Ketidak hatian hatian pengendera.
b. Tertabrak oleh kenderaan bermotor pada saat menyeberang pada
persimpangan
c. Tertabrak oleh kenderaan bermotor pada saat berjalan di depan jalan dengan
arah yang sama dengan lalu lintas.
d. Kecepatan kenderaan sepeda motor (penyebab kebanyakan kematian pejalan
e. Tiba-tiba berjalan pada suatu kawasan (sercara umum merupakan tipe
kecelakaan pejalan kaki bagi anak-anak)
f. Berada dibelakang kenderaan (pengendara sulit untuk melihat anak-anak
dan orang yang berjalan dibelakangnya)
g. Kecelakaan/konflik di kawasan kota
Alasan bagi pejalan kaki dan kenderaan bermotor adalah ketidak
hati-hatian pengendara. Pada tahun 1995, Washington Traffic safety Commission
melakukan survey untuk mengukur perhatian pengendara terhadap
peraturan-peraturan pejalan kaki. Lebih 1 dari 3 pengendara yang di survey tidak
memperhatikan peraturan-peraturan tersebut.
2.3. Kebutuhan Pedestrian
Untuk mensukseskan perancangan fasilitas pejalan kaki, harus di ketahui
bahwa kebutuhan pejalan kaki sangat luas dan beragam, dan suatu pendekatan
perancangan yang dilakukan harus fleksibel untuk menampung perbedaan
kebutuhan.
Salah satu penghalang yang secara umum menghambat perencanaan
suatu fasilitas pejalan kaki adalah satu standar bisa di aplikasikan untuk
memenuhi kebutuhan rata-rata populasi. Sebagai contoh, kecepatan berjalan
kaki adalah 4.8 km/jam sampai 6.4 km/jam. Namun anak-anak, orang-orang
yang lebih tua, dan yang memiliki kelemahan tertentu secara umum berjalan
Kebutuhan pejalan kaki sangat beragam. Beberapa tipikal kebutuhan
pejalan kaki adalah sebagai berikut:
a. Jalan dan kawasan berjalan yang aman
b. Sesuai/convenience
c. Lokasi yang dekat untuk berjalan
d. Jelas terlihat (visibility)
e. Nyaman dan telindung (comfort and ahwlter)
f. Menarik dan lingkungan yang berasih
g. Akses untuk berjalan
h. Objek-objek menarik dapat dilihat pada saat berjalan
i. Interaksi sosial
2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Jarak Perjalanan
Ada 4 faktor mempengaruhi keinginan pedestrian untuk berjalan kaki:
a. Waktu/Time: tergantung tujuan penjalan ynag dilakukan. Untuk rekreasi
maupun berbelanja, pedestrian mampu berjalan lebih lama. Namaun untuk
tujuan-tujuan tertentu, misalnya bekerja yang harus tepat waktu,pedestrian
lebih memilih waktu berjalan yang lebih singkat.
b. Sesuai/Convenience: perencanaan jalur pedestrian yang sesuai dengan
kebutuhan seluruh lapisan pedestrian baik dari segi kebutuhan ruang untuk
jalur pdestrian seperti trotoar maupun perlindungan terhadap gamgguan
pedestrian akan mendrong pedestrian untuk berjalan menuju tempat
tujuannya.
c. Ketersedian kenderaan bermotor; pada salah satu contoh perbandingan di
Amerika dan Eropa. Amerika sangat tergantung pada mobil, bukanlah sala
satu barang yang mahal, serta merupakan alat yang cepat, fleksibel dan
sangat menghemat waktu. Selain itu Amerika merencanakan suatu sistem
jalan lalu lintas yang bagus, yang mendorong masyarakat lebih
menggunakan mobil. Tapi di Eropa mobil sangat mahal, sehingga mereka
lebih merencanakan trasportasi umum dan hal ini mendorong masyarakat
Eropa untuk berjalan lebih aktif dari pada di Amerika
d. Pola Tata Guna Lahan: Pola Tata Guna Lahan tunggal menyulitkan
pedestrian untuk melakukan aktivitas yang berbeda dengan berjalan
khususnya memiliki keterbatasan waktu. Selain itu pola tata guna lahan
tunggal juga akan berdampak timbulnya kebosanan maupun ketidak
nyamanan bagi pedestrian.
2.5. Jarak Perjalanan yang Sesuai
Jarak berjalan kaki juga dipengaruhi oleh cuaca, waktu, demografi,
tujuan berjalan, dan banyak faktor lainnya. Kebanyakan orang akan berjalan
lebih jauh untuk tujuan rekreasi, tapi lebih ingin untuk berjalan dengan jarak
yang lebih dekat/singkat bila terburu buru, sebagai contoh dari lokasi perhentian
Ketentuan bagi jarak berjalan yang dapat diterima dan masuk akan
antara lain sebagai berikut:
a. Secara tradisional, perencana dapat menempatkan fasilitas fasilitas
masyarakat, taman taman lingkungan, dan kawasan kawasan/tujuan pejalan
kaki umum lainnya dengan jarak tidak lebih dari 400 meter dari tempat asal
pejalan kaki.
b. Perancang Tapak secara tipikal menentukan 90 meter jarak maksimum dari
tempat parkir dan lokasi sirkulasi pejalan kaki menuju pintu masuk suatu
bangunan. Penyebrangan jalan secara tipikal lebih efektif bila ditempatkan
120 sampai 180 meter di kawasan yang sering digunakan oleh pejalan kaki.
c. Pejalan kaki diharapkan untuk berjalan sekitar 300 meter ke tempat
perhentian atau kawasan parkir dan sekitar 535 meter menuju stasiun kereta
komuter.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan berjalan adalah: reaksi
terhadap orang sekeliling, maksud tujuan berjalan, dan pengaruh lalu lintas.
Beberapa kegiatan berjalan yang perlu diterapkan dalam perencanaan
adalah:
a. Berjalan untuk mendapatkan bus
b. Berjalan sambil melihat lihat window shopping
c. Berjalan pula dari tempat kerja
d. Berjalan dengan kekasih
f. Berjalan jalan sore di hari minggu
2.6. Kebutuhan Ruang
Dimensi manusia pada saat berjalan dan duduk, untuk dua orang
berjalan berdampingan atau melalui satu dengan yang lain pada saat berjalan
dengan arah yang berlawanan, luas ruang rata-rata yang dibutuhkan pejalan kaki
sampai pada 1.4 meter
Tingkat berjalan rendah pada saat volume pejalan kaki meningkat dan
luas area berjalan kaki menurun. Informasi ini membantu para perancang dalam
menghitung berapa banyak ruang bebas yang dibutuhkan untuk
mempertahankan tingkat kenyamanan pejalan kaki yang masuk akal.
1. Karakteristik umum pejalan kaki menurut kelompok usia antara lain:
1.1. Usia 0-4 tahun
a. Belajar berjalan
b. Membutuhkan pengawasan orang tua
c. Pengembangan kemampuan melihat dan persepsi yang lebih
mendalam
1.2. Usia 5-12 tahun
a. Lebih bebas, namun masih tetap membutuhkan pengawasan
b. Kedalaman persepsi yang kurang
1.3. Usia 13-18 tahun
a. Sence of invulnerabity/perasaan kebal
b. Pelanggaran di persimpangan
1.4. Usia 19-40 tahun
a. Aktif, berhati-hati terhadap lingkungan lalu lintas
1.5. Usia 45-65 tahun
a. Refleksi yang menurun
1.6. Usia 65 tahun keatas
a. Kesulitan menyeberang jalan
b. Penglihatan yang kurang
c. Kesulitan untuk mendengar kenderaan yang mendekat dari belakang
d. Tingkat kecepatan tinggi
Yang perlu diperhatikan untuk pejalan kaki yang lebih tua:
a. Penambahan pembatas/curb (bulb-outs and curb extension)
b. Tanda tanda yang memperlihatkan jarak, setiap 60 kaki dengan tanda
yang mudah untuk dibaca
c. Pendisplinan lalu lintas
d. pelindung dan peneduh
e. pegangan tangan (handrails)
f. permulaan jalur penjalan kaki yang rata tanpa halangan
g. tanda tanda kecepatan berjalan yang lebih rendah dari pada kecepatan
2. Pihak dengan kelemahan tertentu (disabilities)
Masyarakat dengan ketidak manpuan, termasuk mereka yang menggunakan
alat bantuan berjalan khusus atau kursi roda, membutuhkan perangcangan
pasilitas kusus yang dapat menghilangkan pagar-pagar penghalang
Kebutuhan pejalan kaki dengan ketidak manpuan tertentu (disabillitas) dapat
berbeda tergantung pada tipe kelemahanyadan tingkat kesulitanya.
Elemen-elemen yang dapat menolong pejalan kaki yang memiliki
kelemahan tertentu antara lain:
a. Ramp dan cut penahan
b. Peringatan taktis (tactical warning)
c. Tombol-tombol aktivasi yang gampang diraih
d. System pemberian tanda dan pesan yang dapat didenar
e. Huruf braille dan untuk komunikasi
f. Tanda untuk kecepatan berjalan yang lebih rendah dari kecepatan
berjalan rata-rata
g. Maksimum level/tingkat 1: 20 dan lereng penyeberangan 1: 5 (ram 1:
12)
h. Tanpa perlindungan pada jalur kenderaan
i. Mengurangi jarak penyebarangan jalan (perluasan buld-culb and curb)
j. Pendisplinan lalu lintas
k. Pegangan tangan (hand rails)
Ruang yang dibutuhkan penjalan kaki yang memiliki cacat tubuh dapat
berbeda tergantung kepada kemampuan fisik mereka dan alat bantuan yang
mereka gunakan. Ruang yang dirancang untuk melayani pengguna kursi
roda didasari sangat fungsional dan menguntunkan bagi kebanyakan
masyarakat.
2.7. Tingkat Karakteristik Penggunaan dan Pejalan Kaki
Aktivitas pejalan kaki lebih tinggi di kawasan pinggiran kota, tapi
pejalan kaki dapat juga ditemukan di kawasan-kawasan pinggir kota. Beberapa
alasan mengapa kawasan kota memiliki tinggat penggunaan yang tinggi oleh
pejalan kaki adalah:
a. Tingkat kepadatan permukinan, bisnis, dan kawasan/tujuan-tujuan lain
yang lebih tinggi
b. Lalu lintas yang macet/traffic congestion
c. Titik-titik konsentrasi kawasan dan tujuan yang tinggi
d. Kawasan perbelanjaan dan pelayanan yang gampang dikunjungi oleh
pejalan kaki
e. Parkir sangat mahal atau tidak ada
f. Fasilitas trasnsit tersedia
Ada miskonsepsi yang secara umum dikemukakan bahwa masyarakat
yang tinggal di kawasan pinggiran kota tidak berjalan, tetapi penelitian
mengatakan bahwa umumnya di kawasan pinggiran kota menyediakan sistem
perancangan fasilitas pejalan kaki yang baik.
Juga penting untuk diketahui bahwa masyarakat yang tinggal di
pinggiran Kota dan daerah pedesaan merupakan pejalan kaki yang memiliki
tujuan berbeda dengan masyarakat yang tinggal di kawasan Kota. Jalur
penjalan kawasan pinggiran Kota dan pedesaan secara umum berhubungan
dengan berjalan kaki menuju sekolah atau tempat perhentian bus, perhentian
bus transit, atau tujuan untuk rekreasi, dan hiburan, dan sedikit orang berjalan
untuk tujuan berlari/jongging/belanja/shopping, dan mrengunjungi
fasilitas-fasilitas umum.
Tipe dan tipikal perjalanan pejalan kaki atau alasan kenapa orang
berjalan kaki adalah sebagai berikut:
a. Ke dan tempat kerja dan kantor
b. Acara-acara dan kunjungan sosial
c. Pertemuan
d. Kesehatan dan olah raga
e. Memesan atau mengatur sesuatu/errands and deliveries
f. Rekreasi
g. Aktivitas estra kurikuler
i. Perjalanan multi modal (berjalan menuju tempat perhentian bus)
j. Perjalan dari dan keterminal; jalur pedestrian dirancang dari suatu tempat
kelokasi lokasi yang berhubungan dengan pusat prasarana transportasi dan
sebaliknya, antara lain adalah tempat parkir dan halte bis.
k. Perjalanan fungsional: jalur pedestrian dirancang untuk tujuan ytertentu
seperti untuk melakukan pekerjaan bisnis, berbelanja, makan/minum,
pulang dan pergi ke dan dari tempat kerja.
l. Survey pendapat masyarakat telah diperlihatkan bahwa masyarakat
memiliki keinginan untuk berjalan dan akan meningkatkan jumlah
perjalanan mereka jika fasilitas yang baik tersedia, salah satu survey yang
dilkukan di Amerika Serikat menemukan bahwa 59 persen responden
mengatakan mereka akan memilih berjalan kaki diluar atau lebih sering
berjalan kaki bila ada jalur pejalan kaki yang direncanakan dengan aman.
Alasan-alasan umum yang mengakibatkan rendahnya tingkat perjalanan
pejalan kaki antara lain:
a. Fasilitas yang kurang, baik jalur pejalan kaki (trotoar) maupun jalur-jalur
yang lainnya
b. Kegagalan untuk menyediakan sistem yang saling berhubungan antara
fasilitas-fasilitas pejalan kaki
c. Hanya memikirkan keamanan sendiri, gagal untuk menyediakan
fasilitas-fasilitas ke dan dari kawasan-kawasan tujuan yang diminati
e. Kurang pencahayaan
f. Kuangnya fasilitas-fasilitas yang tersebar
2.8. Faktor untuk Meningkatkan Aktivitas Berjalan
Menurut Richard K. Untermann, dan bukunya berjudul Accomodating
the Pedestrian, aktivitas berjalan kaki dapat ditingkatkan dengan
memperhatikan faktor :
a. Safety/keamanan: keamanan pedestrian dan kecelakaan dan
gangguan-gangguan khusus oleh oleh kenderaan umum yang merupakan penyebab
utama banyak kecelakaan pedestrian.
b. Convenience/sesuai: karakteristik perjalanan pedestrian yang sesuai
bergantung kepada sistem perjalanan yang langsung/directness, kontinuitas,
serta ketersediaan jalurn pedestrian.
c. Plesure/nyaman: kenyamanan berjalan dapat ditingkatkan dengan
menempatkan jenis perlindungan/protection, coherence, keamanan/
security, serta daya tarik/interest. Salah satu contoh untuk meningkatkan
perlindungan terhadap gangguan iklim seperti panas, hujan, dapat
ditingkatkan dengan penempatan overhangs, arcade, maupun tempat-tempat
perhentian bus yang sesuai.
Selain itu beberapa elemen yang dapat meningkatkan aktivitas berjalan
antara lain:
b. Aktivitas masyarakat
c. Window shopping
d. Restoran
e. Keberagaman daya pandang/padat
f. Transportasi umum
g. Jalan pintas/short cut
h. Trotoar/Side Walks.
2.9. Pengaruh Lingkungan Terhadap Pedestrian
Pengaruh lingkungan antara lain iklim menimbulkan berbagai masalah
dalam kaitannya dengan para pejalan kaki, antara lain:
a. Musim kemarau, pada musim kemarau dimana pusat kota, khususnya
daerah tropis terasa panas dukungannya pohon peneduh membuat pejalansa
kaki segan untuk berjalan.selain itu permukaan jalur pejalan kaki yang
menggunankan bahan aspal, beton yang dapat memantulkan panas kepada
orang yang bejalan kaki.
b. Musim hujan, bila musim hujan jalur pedestrian yang ada baik yang
diperkeras maupun tidak, menjadi rusak tergenang air. Hal ini disebabkan
oleh karena sistem drainase yang buruk.
Hal tersebut diatas dapat mempengaruhi fisik dan mental dari pejalan
a. Secara fisik, membuat lelah/penat pejalan kaki dan pada musim hujan dapat
menimbulkan berbagai penyakit
b. Secara mental, bila hujan perasaan aman bagi pejalan kaki berkurang
disebabkan riol riol yang tertutup air sering membahayakan bagi kaki.
Kawasan pedestrian sebaiknya merupakan bagaian dari konsep sirkulasi kota
secara keseluruhan dan membentuk sitem yang mencakup pola jaringan, model,
serta bentuknya.
Berbagai pertimbangan antara lain:
a. Pengaruh fisik lingkungan terhadap faktor psikologis, seluruh tindakan
manusia dalam kehidupannya secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan unsur unsur sosiologik, psikologik, dan sosial psikologik.
Tiga komponen utama lingkup environmental behavihour” menurut Irwin
Altman seorang psikolog arsitektur adalah terdiri dari: kelompok pemakai
tempat kegiatan (setting) konsep perilaku manusia dan lingkungannya
(environment behavihour concept).
b. Aspek psiko spatial terhadap jalur pedestrian; manusia merupakan
”biological unity and experimental diversity”, dengan kebutuhan psikologis
yang beragam, sehingga didalam Kota sangat sulit untuk menciptakan
kebutuhan kebutuhan orang banyak, dengan tingkat pengamatan dan
2.10.Fasilitas Pedestrian
Fasilitas pedestrian merupakan berbagai elemen yang diperuntukkan
bagi keamanan, kenyamanan, serta kesesuaian bagi pedestrian. Pada bagian ini
akan digambarkan perbedaan antara fasilitas pedestrian dan trotoar/side walk,
serta pedoman pedoman umum bagi perencanaan fasilitas pedestrian yang
diperlukan bagi kepentingan pedestrian.
2.10.1.Defenisi
Fasilitas pejalan kaki dan jalur pejalan kaki memiliki defenisi yang
berbeda. Menurut Pedestrian Facilities Guidebook, salah satu buku panduan
pejalan kaki yang disponsori oleh Washington State Departemtn of
Transportation, fasilitas pejalan kaki meliputi:
a. Trotoar dan fasilitas fasilitas di jalan
b. Jalur pejalan kaki dan jalan jalan kecil/pathways
c. Ramp penahan
d. Pengatur lalu lintas dan alat alat pengontrol
e. Jalur penyeberangan
f. Pemisah yang baik seperti jalan lintang jembatan penyebrangan
g. Bahu jalan yang luas di daerah permukiman
h. Elemen elemen yang menciptakan atmosfir nyaman bagi pejalan kaki
i. Teknologi, elemen elemen desain, dan strategi lain yang dimaksudkan
untuk meningkatkan pejalan pejalan kaki (seperti alat pengaturan lalu
lintas termasuk bundaran lalu lintas, pembatas kecepatan/speed humps,
penanaman tanaman/planting strips, shelter/tempat berteduh, seni budaya,
dan pencahayaan).
Sedangkan pengertian dari trotoar adalah sebagai berikut:4
A side walk means properti between the curb lines in the lateral lin of a
roadway and adjancet property, set aside and intended to use of pedestrians
or such portion of private property parallee and in proximiti to publich
highway and dedicated to use by pedestrians.
Dengan kata lain trotoar adalah kepemilikan antara garis penahan pada
jalur lalu lintas dan bersebelahan, dibuat dan dimaksudkan utuk kegunaan
pejalan kaki, kepemilikan pribadi yang paralel yang didekat dengan jalan
raya.
Fasilitas pejalan kaki yang tidak didisain dengan baik akan dapat
menimbulkan permasalahan dan secara nyata tidak akan digunakan jika
pejalan kaki merasa tidak aman, tidak terlindungi, ataupun tidak nyaman.
Pentingnya disain yang baik bukan hanya dilakukan untuk membangun
fasilitas fasilitas yang baru, juga untuk meningkatkan dan memperbaiki
fasilitas yang sudah ada penggunaan pejalan kaki. Ketika akses kaki diperluas
4
Washington State Departemen of Transportations, Pedestrian Facilitas Guidebook. Otak.
dan kondisi eksisting bagi pejalan kaki ditingkatkan, jumlah pejalan kaki yang
lebih tinggi akan tertarik untuk berjalan. Suatu penelitian telah
memperlihatkan bahwa fasilitas fasilitas pejalan kaki yang didisain dan
dipertahankan dengan baik dapat meningkatkan aktivitas berjalan dan juga
meningkatkan tingkat perjalanan pejalan kaki.
Pedestrian menginginkan fasilitas yang aman, menarik, sesuai dan
gampang untuk digunakan. Jika didisain dengan baik, fasilitas pejalan kaki
yang terbaik dapat bertahan lama dan gampang untuk dipertahankan.
Beberapa usaha untuk meningkatkan rute pejalan kaki, antara lain:
a. Mempertahankan kebutuhan pejalan kaki dalam keselurahan fasilitas
trasnportasi
b. Meningkatkan kesan ketenangan dan komuniti dengan desain trasportasi
yang dapat mengakomodasi pemakaian oleh pejalan kaki.
c. Memperjelas sebuah sistem yang berhubungan antara rute-rute pejalan
kaki di kawasan kota
d. Meningkat mobilitas dan keamanan pejalan kaki dikawasan permukiman
e. Memperjemahkan aturan-aturan hukum dalam penyediaan fasilitas
penjalan kaki
f. Mendorong perkembangan tata guna lahan dan transportasi yang melayani
pejalan kaki
g. Menyediakan fasilitas pejalan kaki yang melengkapi aktivitas bisnis lokal
h. Meningkatkan akses intermoda bagi orang-orang dengan mobilitas
terbatas
i. Mempertahankan sistem transportasi yang ada secara seimbang sehingga
pemakain oleh pejalan kaki dapat dimaksimalkan
2.11.Komunitas Yang Bersahabat Bagi Pejalan Kaki
Karakteristik umum komunitas yang bersahabat bagi pejalan kaki yakni:
a. Koordinasi antara aturan aturan; meletakkan fasilitas pejalan kaki untuk
menghadapi kebutuhan sekarang dan masa depan membutuhkan koordinasi
yang dekat antara aturan aturan/jurisdiction dan mode lain dari transportasi
b. Berhubungan dengan tata guna lahan yang bervariasi/hubungan regional,
sirkulasi dan akses pejalan kaki diarahkan menuju shopping malls, transit,
pusat kota, sekolah sekolah, taman, kantor, pembangunan pembangunan
lahan bercampur (mixed Land Use), dan kawasan dan tujuan kawasan yang
lain.
c. Sistem yang kontinue sebuah sistem yang komplit dari interconnected
street, jalur pedestrian, dan fasilitas-fasilitas pedestrian yang lain akan
meningkatkan perjalanan pejalan kaki
d. Jalur yang pendek dan akses yang sesuai; hubungan dibuat antara tujuan dan
kawasan yang dinikmati, antara lain buntu atau cul-de-sac, atau sebagai rute
e. Pemisah dari lalu lintas; meminimalisasi dan menghilangkan penyeberangan
jalan dan jalur kendaraan yang tersedia dan jelas. Pelindung dari kendaraan
bermotor dan pemisah pemakaian diperlukan.
f. Pola tata guna lahan pendukung pejalan kaki, pola tata guna lahan, seperti
pola grid dan blok-blok pendek pada kawasan bisnis dan pusat Kota
meperkuat moblitas pejalan kaki.
g. Fasilitas yang berfungsi dengan baik; jarak penglihatan adan kedalaman
yang jelas, tingkat tingkat yang bisa dilalui, dan pemerataan untuk
mencegah sudut-sudut gelap perlu diperhatikan. Masalah masalah umum,
seperti drainase yang jelek, harus dihindari.
h. Ruang yang didisain; fasilitas pejalan kaki harus diperjelas, diberi tanda
tanda diinformasi yang jelas.
i. Keamanan dan kejelasan; disain untuk memastikan lingkungan yang aman
bagi pejalan kaki sangat penting. Pencahayaan, meningkatkan daya
pandang, garis pandang yang terbuka, dan jelas bagi kendaraan polisi dan
emergensi.
j. Kendaraan bermotor bukan satu satunya yang perlu diperhatikan; jalan
didisain untuk seluruh moda transportasai. Kebutuhan parkir dikurangi atau
diatur dengan menggunakan metode yang dapat meningkatkan kegiatan
berjalan kaki.
k. Pendisiplinan lalu lintas kawasan permukiman, jalan jalan sempit dibatasi
yang dapat meperlambat kecepatan kendaraan dan menciptakan kondisi
yang lebih aman bagi pejalan kaki.
l. Lokasi transit yang dapat dimasuki dan sesuai (accesible and appropritely
located transit); menempatkan fasilitas-fasilitas transit yang melayani
kebutuhan untuk ke kantor, kawasan kawasan pemukiman, perbelanjaan,
dan fasilitas fasilitas rekreasi yang daopat meningkatkan perjalan pajalan
kaki. Tempat dan pusat pemberhentian harus ditempatkan secara tipikal
dikawasan kawasan pendukung yang padat pembangunan bagi fasilitas
fasilitas yang sesuai/seimbang menuju akses transit sangat perlu bagi
kesuksesan sebagai alternatif moda perjalanan.
m. Ruang-ruang publik yang bergairah, aman, menarik, dan ruang ruang aktif
menyediakan titik titik fokal pada suatu kawasan dimana masyarakat dapat
berkumpul dan berinteraksi. Sebagai contoh taman taman dan plaza-plaza
pejalan kaki.
n. Karakter; preservasi peninggalan budaya yang penting, sejarah dan objek
objek arsitektural memperkuat sifat dan karakter suatu kawasan.
o. Perabotan pejalan kaki; menyadiakan perabotan perabotan, seperti semak
semak, tempat tempat istirahat, minum, objek objek seni, dan elemen
elemen lainnya, menciptakan lingkungan yang lebih menarik dan fungsional
bagi pejalan kaki.
p. Pepohonan jalan dan landscaping; pepohonan dijalan menicptakan skala
pada jalur jalur tanaman, containers, dan kawasan kawasan lain
memperhalus bangunan bangunan bernuansa keras dan parkir yang terdapat
disekitarnya, serta menambah kehidupan, warna, dan tekstur bagi kawasan
pandang pejalan kaki.
q. Peralatan disain; ketentuan ketentuan/guidelines dan standar standar yang
diadopsi akan dipakai dan diikuti jika didokumentasikan, serta
disosialisasikan.
r. Fasilitas yang penting, perbaikan dan pembersihan secara berkala dengan
basis yang umum untuk memastikan kelangsungan dan pemakaian yang
konsisten.
2.12.Sistem Pedestrian yang Kontiniu
Koordinasi antara agensi, pemerintah, dan perusahaan swasta sangat
kritis bagi kesuksesan sistem pejalan kaki regional, Kawasan sekolah,
perusahaan-perusahaan, kantor-kantor swasta, dan agen-agen lokal harus
bekerja sama dalam proyek-proyek pembangunan dan transportasi untuk
mencapai solusi yang terbaik bagi pihak-pihak terkait.
Mempertimbangkan kebutuhan pejalan kaki selama perencanaan proyek,
disain, dan proses pembangunan dalam seluruh tingkat kegiatan, dengan tujuan
untuk meningkatkan keamanan dan mobilitas pejalan kaki, serta meningkatkan
2.13.Sistem Pedestrian yang Efektif
Suatu studi Oleh National Bicycle and Walking Study yang digerakkan
oleh USA Departement of Transportation pada tahun 1992, menyatakan bahwa
fasilitas pejalan kaki dapat mendorong masyarakat untuk berjalan kaki serta
meningkatkan keamanan bagi pejalan kaki disamping rute-rute tertentu.
Fasilitas-fasilitas tersebut harus didesain dengan baik, dan harus dapat
dipertahankan secara efektif, serta harus memiliki elemen-elemen di bawah ini:
a. Bahu jalan yang diperluas untuk meningkatkan yang aman bagi pejalan
kaki.
b. Trotoar, jalan kecil/paths, jalur pejalan kaki yang lebar, harus bebas dari
kerusakan dan dipisahkan dari jalur lalu lintas.
c. Pemisah penyeberangan yang lebih tinggi, yang jelas disebarkan, sejak
fasilitas tersebut tidak digunakan atau menciptakan perilaku ilegal
penyeberangan jalan oleh pejalan kaki jika tidak direncanakan didesain, dan
ditempatkan dengan baik.
d. Pedestrian harus terencana dengan baik, dengan memperlihatkan
perkembangan komersil, sirkulasi lalu lintas, dan daya pandang
e. Disain dan operasi yang baik bagi lalu lintas dan tanda-tanda pejalan kaki,
termasuk tombol-tombol bagi pejalan kaki, bila diperlukan.
f. Pemisah yang secara fisik memisahkan pejalan kaki dari kendaraan
2.14.Jalan yang Bersahabat Bagi Pejalan Kaki
Bersahabat bagi pejalan kaki dapat diinterpretasikan dalam banyak cara,
tetapi secara umum dimaksudkan bagi disain jalan untuk menciptakan
elemen-elemen yang dapat meningkatkan keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan
mobilitas pejalan kaki.
Elemen elemen Tipikal bagi jalan yang bersahabat bagi pejalan kaki,
adalah sebagai berikut:
a. Jalan yang berhubungan dan memiliki pola blok blok kecil memberikan
kesempatan yang baik bagi mobilitas dan akses pejalan kaki.
b. Jalan yang lebih sempit, menciptakan skala pejalan kaki dan dapat
menurunkan kecepatan kendaraan (pohon pohon) di jalan pada sisi sisi jalan
menciptakan suatu persepsi akan jalur lalu lintas yang sempit.
c. Alat pendisplinan lalu lintas untuk memperlambat lalu lintas atau bila perlu,
menurunkan batas kecepatan.
d. Pulau-pulau jalan di tengah untuk memberikan kawasan istirahat bagi
penyeberangan pejalan kaki.
e. Ruang ruang umum dan kantong kantong pejalan kaki ditempatkan pada
jalur perjalanan utama pejalan kaki, yang menyediakan tempat untuk
beristirahat dan berinteraksi.
f. Entrance bangunan yang tertutup/terlindungi yang dapat melindungi pejalan
g. Penanaman semak semak/tanaman, dengan landscaping dan pohon pohon
jalan yang memberikan perlindungan dan shade tanpa menghambat jarak
pandang dan membantu memperluas permukaan bangunan bangunan dan
ruang ruang keras.
h. Lampu lampu jalan yang didisain berdasarkan pejalan kaki.
i. Trotoar yang lebar dan menerus atau jalur berjaln terpisah yang dapat
diakses dengan mudah.
j. Arah dan Jalur yang jelas pejalan kaki (paving special) pada trotoar atau
diujung kawasan perjalanan pejalan kaki, tombol pengaktifan yang gampang
dicapai dan lain lain).
k. Fasade bangunan yang bergairah dengan relif-relif arsitektural, jendela,
ataupun permukaan permukaan yang menarik.
l. Perabotan perabatan jalan, seperti semak-semak, tempat sampah, tempat
minum-minum, dan stan stan koran, jika tidak ditempatkan pada rute
perjalanan.
m. Seni umum/public art: seperti murals, banners/spanduk, patung patung dan
elemen air.
n. Tanaman yang berwarna, lampu lampu pada saat liburan/holiday,
elemen-elemen menarik yang lain.
o. Tanda informasi, kios, peta peta dan elemen elemen lain yang dapat
2.15.Jalur Pedestrian
Jalur pedestrian memiliki arti sebagai jalur yang khusus diperuntukkan
bagi orang yang berjalan kaki. Salah satu fungsi maupun tujuan adanya
perencanaan jalur pedestrian yang baik adalah utuk menjamin keamanan dan
kenyamanan pedestrian dalam melakukan berbagai aktivitasnya.
2.15.1.Defenisi dan Fungsi Jalur Pedestrian
Jalur pedestrian adalah tempat atau jalur khusus bagi orang berjalan
kaki, disempurnakan istilahnya menjadi jalur pejalan kaki. Jalur pedestrian
bukan saja merupakan tempat bergeraknya manusia atau penampungan
sebagian kegiatan lalu lintas yang dilakukan oleh manusia untuk kebutuhan
hidupnya, tetapi juga merupakan ruang atau space tempat aktivitas manusia
itu sendiri, antara lain: kegiatan berbelanja, media interaksi sosial, pedoman
visual suatu lingkungan, ciri khas suatu lingkungan.
Fungsi jalur pedestrian pada daerah perkotaan adalah sebagai berikut:
a. Sebagai fasilitas pejalan kaki; yaitu sebagai elemen pelengkap, biasa
disebut sebagai trotoar yang peletakannya dikiri dan dikanan jalan
kendaraan. Fungsi lainnya adalah merupakan penghubung antara kawasan
yang satu dengan kawasan lainnya, terutama pada kawasan perdagangan,
kawasan budaya dan kawasan pemukiman. Karena berjalan merupakan
sarana transportasi yang berarti, maka dengan adanya pedestrian akan
b. Sebagai unsur keindahan kota; jalur pedestrian diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang lebih luas lagi dari sekedar pejalan kaki. Hal
tersebut dapat dicapai bila terjadi korelasi antara jalan dengan kondisi
lingkungannya, selain penataan elemen pada trotoar, antara lain:
lampu/penerangan, kotak surat, gardu telpon umum, tempat sampah,
bangku duduk, papan pengumuman, bus shelter, dan rambu rambu lalu
lintas. Jenis bahan yang dipergunakan juga akan mempengaruhi
keberhasilan perencanaannya;
c. Jalur pedestrian sebagai media interaksi sosial; adanya jalur pedestrian
memberikan kesempatan kepada masyarakat kota untuk lebih sering
bertemu. Dibandingkan dengan kendaraan. Saling mengadakan pertemuan
dipandang sebagai salah satu hal yang terkait dengan perilaku sosial
masyarakat, dimana segala unsur kehidupan bermasyarakat terlain di
dalamnya. Jalur pedestrian sebaiknya tidak hanya melayani tujuan
individual atau kelompok, melainkan bagi kepentingan masyarakat luas;
d. Jalur pedestrian sebagai sarana konservasi kota; dengan adanya jalur
pedestrian jarak antara bangunan dengan jalan makin jauh, atau dengan
adanya jalur pedestrian jumlah volume kendaraan menurun atau sama
sekali tidak dilalui oleh kendaraan. Oleh karena itu jalur pedestrian dapat
berfungsi sebagai penangkal getaran yang terjadi terhadap bangunan
2.16.Ketentuan Umum Jalur Pedestrian
Jalur pedestrian dan perlengkapannya harus direncanakan sesuai
ketentuan umum sebagai berikut5:
a. Pada hakekatnya pejalan kaki untuk mencapai tujuanya ingin menggunakan
lintasan sedekat mungkin, dengan nyaman, lancar, dan aman dari gangguan.
b. Adanya kontinuitas jalur pejalan kaki, yang menghubungkan antara tempat
asal ke tempat tujuan, dan begitu sebaliknya.
c. Jalur pejalan kaki harus dilengkapi, dengan fasilitas fasilitasnya seperti:
rambu rambu, peneranagan, marka, dan perlengkapan jalan lainnya,
sehingga pejalan kaki lebih mendapat kepastian dalam berjalan, terutama
bagi pejalan kaki penyandang cacat.
d. Fasilitas pejalan kaki ridak dikaitkan dengan fungsi jalan.
e. Jalur pejalan kaki harus diperkeras dan dibuat sedemikian rupa sehingga
apabila hujan permukaanya tidak licin, tidak terjadi genangan air, serta
disarankan untuk dilengkapi dengan peneduh.
f. Untuk menjaga keselamatan dan keleluasan pejalan kaki, sebaiknya
dipisahkan secara fisik dan jalur lalu lintas kendaraan.
g. Pertemuan antara jenis jalur pejalan kaki yang menjadi satu kesatuan harus
dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan keamanan dan kenyamanan
bagi pejalan kaki.
5
Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki pada Jalan Utama No.
2.17.Kriteria Disain Jalur Pedestrian
Dalam perancangan pedestrian yang baik, perlu diperhatikan kriteria
disain yang diperlukan untuk pedestrian yakni:6
a. Safety (aman): khususnya dari kendaraan bermotor
b. Convenience (sesuai): rute pedestrian terpendek, bebas dari hambatan
hambatan
c. Comfort (nyaman): pejalan kaki harus nyaman di setiap area
d. Atractiveness (atraktif): pola jalur pedestrian, elemen-elemen pedestrian,
dan lampu lampu, harus atraktif.
2.18.Faktor pendukung Jalur Pedestrian
Elemen elemen yang perlu untuk diperhatikan untuk kepentingan jalur
pedestrian antara lain:
a. Transit umum: pemberhentian bus merupakan salah satu pelengkap jalur
pedestrian yang sangat penting untuk melayani para kaki yang akan pergi
ketempat lain dengan menggunakan bus. Pemberhentian bus ini sebaiknya
dirancang terpadu sebagai salah satu pembentuk jalur pedestrian.
b. Perparkiran: sistem peletakan parkir diharapkan dapat secara maksimal
mempersingkat jarak jalan kaki menuju jalur padestrian.
c. Jangkauan pelayanan kawasan pedestrian: bila suatu blok jalan raya tertutup
bagi kendaraan truk bus, maka pengiriman barang, pengangkutan sampah,
6
pelayanan darurat seperti ambulan, pemadam kebakaran perlu disediakan
tempat tempat tertentu bagi bongkar muat barang, dan bagi pelayanan
darurat diupayakan agar mobil dapat masuk kedalam kawasan tersebut. Atau
pada jam-jam tertentu jalan dapat dibuka untuk kendaraan bermotor.
d. Sirkulasi pejalan kaki: kelancaran sirkulasi bagi pejalan kaki dan
keselamatan dari ancaman kecelakaan oleh kendaraan merupakan salah satu
tujuan utama. Metode untuk mengurangi konflik antara pejalan kaki dengan
kendaraan adalah sistem penyekat waktu dan ruang diantara keduanya.
Sistem penyekat waktu adalah pemisah kedua jalur tersebut. Sistem
penyekat waktu dapat mempergunakan rambu rambu lalu lintas sebagai alat
bantu, sedangkan pemyekat ruang dapat menggunakan jembatan
penyebrangan diatas jalan atau dibawah permukaan tanah.
e. Bangunan bangunan yang ada dilingkungan jalur pedestrian: bangunan yang
ada secara keseluruhan dapat menampakkan karakter tertentu sesuai dengan
fungsinya bangunannya, misalnya bangunan perkantoran, perbelanjaan dan
sebagainya. Kehadiran jalur pedestrian diharapkan justru akan memperkuat
karakter bangunan yang ada;
f. Perlengkapan jalan: pada jalur pejalan kaki umumnya dapat peraboat jalan
(street furniture) seperti: tempat duduk, bak bunga, lampu penerangan, bak
sampah, rambu rambu jalan, halte bus, telepon umum, bis surat dan
g. Perawatan jalur pedestrian setelah dibangun diperlukan pemeliharaan
intensif bagi keberadaanya: seperti pembersihan, pengangkutan sampah,
penggantian bahan bahan elemen elemen yang rusak, penyiraman tanaman
dan pemupukan, pemangkasan dan sebagainya.
2.19.Jenis Jalur Pedestrian
Daerah pejalan kaki dapat dibedakan berdasarkan pada letaknya, yaitu:
daerah pejalan kaki yang tidak terlindung. Daerah pejalan kaki yang terlindung.
Didalam bangunan terdapat pula tempat orang berjalan kaki, terutama pada
bangunan umum, misalnya perkantoran, pusat pertokoan yang dapat dibedakan
atas:
a. Tempat berjalan kaki yang berarah vertikal: yaitu menghubungkan lantai
lantai dalam bangunan: seperti tangga, ramp, dan sebagainya;
b. Tempat berjalan kaki berarah horizontal: seperti koridor, hall dan
sebagainya
Diluar bangunan tempat berjalan kaki terlindung dibedakan atas:
a. Arcade: selasar yang dibentuk oleh sederetan dari kolom kolom penyangga
lengkungan lengkungan busur dan dapat merupakan bagian dari bangunan
atau dapat pula berdiri sendiri
b. Gallery: lorong yang lebar pada umumnya terdapat pada lintas teratas;
c. Selasar: pada umumnya terdapat dirumah sakit;
e. Penyeberangan tak sebidang, yang terdiri dari:
1. Jembatan penyeberangan
2. Terowongan
Daerah pejalan kaki yang tidak terlindungi/ terbuka terdiri dari:
a. Trotoar/side walk: jalur pedestrian yang terletak di kiri kanan jalan
kendaraan bermotor dengan lantai perkerasan
b. Jalan setapak/foot path/trails/pathways: jalur pedestrian khusus bagi pejalan
kaki, merupakan jalan kecil
c. Plaza: suatu tempat terbuka dengan perkerasan lantai, berfunsi sebagai
pengikat massa bangunan dapat pula berfungsi sebagai pengikat kegiatan
kegiatan
d. Pedestrian mall: jalur pedestrian yang merupakan jalan mobil/kendaraan
yang ditutup dan digunakan sebagai area pejalan kaki
e. Penyeberangan sebidang, yang terdiri dari:
1. Penyeberangan zebra cross: adalah fasilitas penyeberangan bagi pejalan
kaki sebidang yang dilengkapi marka untuk memberi ketegasan/batas
dalam melakukan lintasan
2. Pelikan: adalah fasilitas untuk penyeberangan pejalan kaki sebidang
dengan marka dan lampu pengatur lalu lintas
f. Lapak tunggu; fasilitas untuk berhenti sementara pejalan kaki dalam
menuggu kesempatan melakukan penyeberangan berikutnya. Fasilitas
tersebut diletakkan pada media jalan.
2.20.Aksesibilitas
Dalam menunjang jalur mampu fasilitas pedestrian yang aksesible, perlu
diperhatikan bagaimana sebenarnya rute perjalanan yang aksesible tersebut,
serta ketentuan-ketentuan umum bagi rute perjalanan yang aksesible.
Dalam Pedestrian Facilities Guidebook, dikatakan bahwa defenisi dari
Rute Perjalanan yang aksesibel adalah:7
”Accessible Route of Travel is a continous unobstructed path connecting
all accesible elemenst and spaces in a accesible building or facility that can be
negotiated by a person using a wheel chair and that is usable by persons with
other dissabbilities.
Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa rute perjalanan yang
aksesibeL adalah suatu jalur tampa hambatan yang menerus yang
menghubungkan seluruh elemen dan ruang yang aksesibel dalm bangunan atau
fasilitas yang aksesibel yang bisa digunakan oleh orang yang menggunakan
kursi roda dan juga berfungsi bagi orang orang dengan kekurangan yang lain
(termasuk rute akses melalui tapak antara entrance bangunan dan fasilitas
fasilitas umum lainnya, seperti tempat parkir, trotoar, tempat tempat istirahat,
dan lain lain).
7
Ketentuan ketentuan rute perjalanan yamg Aksesibel yaitu:
a. PENIADAAN HAMBATAN DAN HALANGAN: Rute perjalanan yang
aksesible harus menerus dan tanpa halangan, penghalang dan perubahan
ketinggian yang mendadak dapat menciptakan bagi pejalan kaki, terutama
bagi mereka yang memiliki cacat tubuh. Jangan menempatkan penghalang
seperti pelengkap jalan, power poles, papan tanda dan elemen elemen lain
pada rute jalur pejalan kaki. Koordinasi antara pemerintah lokal, pihak
swasta perusahaan, dan yang lainnya sangat penting untuk mencegah
penempatan elemen elemen yang dapat menjadi rintangan pada jalur pejalan
kaki setelah suatu projek didisain dan dibangun.
b. LEBAR DAN BEBAS: jalur yang lebar dan bebas/mulus, tanpa adanya
rintangan seperti tanda tanda, stan stan koran dan tempat tempat sampah
dibutuhkan bagi tercapainya rute perjalanan yang aksesible. Sangat baik
untuk memberikan rute langsung untuk perjalanan, sehigga para pejalan
kaki tidak perlu harus mengganti jurusan perjalanan mereka untuk
menghindari halangan halangan tersebut. Bebas vertikal juga perlu untuk
mengakomodasi orang orang berbadan tinggi dan yang memiliki kesulitan
penglihatan;
c. KAWASAN LALUAN DAN ISTIRAHAT: Hindari jarak yamg jauh antara
tempat tempat istirahat bagi masyarakat yang memiliki stamina dan tingkat
kesehatan yang lebih rendah. Hendaknya dibuat secara berkala semak
istirahat. Dan tempat tempat-minum sebagai elemen yang dapat membuat
perjalanan pejalan kaki lebih nyaman, khususnya bagi mereka yang
memiliki keterbatasan pergerakan.
d. KEMIRINGAN/GRADES: Rute perjalanan yang aksesible tidak boleh
memiliki kemirngan lebih dari sudut 1:20 atau 5 derajat. Jika rute perjalanan
aksesible melebihi 1:20 atau 5 derajat, dibutuhkan sebuah ramp, dan harus
memiliki pegangan/handrails dan tempat pendaratan/ landings.
e. CURB RAMPS PADA TROTOAR: Curb Ramps atau ramp penahan trotoar
memberikan aksebilitas pada persimpngan, entrance bangunan, dan
kawasan-kawasan lain dimana jalur pejalan kaki diberikan perbedaan
ketinggian pada permukaan dengan curbing/penahan/ pemotong. Curb
ramps harus memiliki permukaan yang dapat dikenal mudah.
f. RAMPS: membuat aksesibilitas disepanjang jalur pejalan kaki dan kawasan
laluan dengan perubahan yang signifikan pada ketinggian terkadang sangat
sulit. Ramp memungkinkan sebagai aksesbilitas dimana kenaikan mencapai
1:20 atau 5 derajat.
g. PERMUKAAN DAN TEKSTUR: permukaan dari jalur berjalan harus jelas
dan cukup stabil untuk mendukung bagi penggunaan yang maksimal, dan
kelemahan-kelemahan yang lain permukaan trotoar yamg mulus adalah
yang penting, seperti yang terbuat dari beton semen Portland atau aspal
kepentingan aksesibilitas. Bahan permukaan harus dari bahan yang terpilih
untuk mencegah terjadinya kondisi licin bagi pedestrian.
2.21.Trotoar/Walkways
Trotoar secara tipikal terbuat dari beton dan dinaikkan dari permukaan
jalan dan bersebelahan dengan pembatas atau terpisah dari pembatas oleh
barisan pohon/tanaman linier. Lebar trotoar dapat bervariasi, namun secara
tipikal memiliki lebar minimum 1.5 meter (5 kaki) di kawasan permukiman, dan
1.8 sampai 4.6 meter (6 sampai 15 kaki), atau lebih lebar, pada jalan Kolektor
dan Arteri, atau pada kawasan kawasan tertentu.
Sedangkan walkways sangat berbeda dari trotoar. Walkways secara
umum dibuat diatas permukaan tanah eksisting tanpa dinaikkan. Walkways
biasanya dipisahkan secara horizontal dengan penanaman semak semak atau
parit. Walkways biasanya terbuat dari material lain dari beton seperti aspal, batu
Gambar 2.3.7.1 Tipikal Jalur Pejalan Kaki/Walk Ways
a) Kriteria Trotoar/Walkways
Fungsi Trotoar adalah sebagai komponen integral dari sistim jalan
yang ramah bagi pejalan kaki (pedestrian friendly street system) dimana
pedestrian dapat merasakan keamanan, aksesibilitas dan pergerakan yang
efisien. Trotoar dapat meningkatkan keamanan pedestrian dengan pemisah
pedestrian dengan lalu lintas. Yang perlu diperhatikan untuk perjalanan
pedestrian di sepanjang jalan adalah:
1. Keamanan/safety
2. Pergerakan efisien/efficient space