• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN

4.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah PD

4.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah PD

Dalam mewujudkan visi melalui pelaksanaan misi ke-2 yang telah ditetapkan tersebut di atas sebagai acuan pembangunan pertanian yaitu

“Menciptakan pembangunan ekonomi yang berdaya saing”, diperlukan adanya kerangka yang jelas, menyangkut tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Tujuan dan Sasaran Dinas Pertanian memberikan arah bagi pelaksanaan setiap kegiatan baik urusan peningkatan SDM aparatur dan SDM pelaku usaha pertanian maupun Urusan Pilihan Pertanian untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Tujuan pembangunan pertanian Kabupaten Bandung periode 2016-2021 yang ingin dicapai yaitu:

1. Meningkatnya Produktivitas Produk Unggulan Pertanian

Sasaran: (1) Meningkatnya Produksi Komoditi Unggulan Pertanian; (2) Meningkatnya daya saing hasil produksi pertanian; (3) Meningkatnya Penyuluhan Pertanian

2. Meningkatnya ketersediaan pangan

Sasaran: (4) Tercapainya Produksi Pangan; (5) Tercapainya Populasi Ternak

3. Meningkatnya Kapasitas dan Kapabilitas Internal.

Sasaran: (6) Meningkatkan efektifitas tata kelola Perangkat Daerah Dinas Pertanian.

Tujuan dan sasaran Dinas Pertanian pada pelaksanaan misi ke-2 Periode Renstra Tahun 2016-2021, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

08

Fall

08

Fall

RENSTRA 2016-2021 V - 68

Tabel 4-21. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Pertanian Tahun 2016–2021

NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN KONDISI

AWAL

TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN KONDISI AKHIR

2017 2018 2019 2020 2021

1 Meningkatnya Produktivitas Produk Unggulan Pertanian

Meningkatnya Produksi Komoditi Unggulan

Pertanian

Persentase peningkatan produk unggulan pertanian (%)

n.a n.a n.a 2 3 3 3

Meningkatnya daya saing hasil produksi pertanian

Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan pertanian (%)

n.a 9,02 11,62 16,84 23,75 23.75 23.75

Meningkatnya Penyuluhan Pertanian

Persentase kelompok yang naik kelas (%)

n.a 13.00 26.00 35.67 45.33 55.00 55.00

2 Meningkatnya ketersediaan pangan

Tercapainya Produksi Pangan

Produksi Komoditi Pertanian (Ton)

1.145.172 1,050,624 1,104,928 1,114,884 1,126,255 1.237.248 1.237.248 Tercapainya

Populasi Ternak

Jumlah Populasi Ternak (ekor)

6.931.160 7,422,955 7,688,698 7,968,601 8,263,374 8,346,652 8,346,652

3 Meningkatnya Kapasitas dan Kapabilitas Internal

Meningkatkan efektifitas tata kelola Perangkat Daerah Dinas Pertanian

Nilai Akuntabilitas Kinerja (angka)

n.a 60.1 65.1 70.1 75.1 80.10 80.10

Persentase aset dalam kondisi baik (%)

n.a n.a 87.59 95.14 95.74 97.78 97.78

PERUBAHAN RENSTRA 2016-2021 IV - 69

BAB V

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Dalam rangka menciptakan pembangunan pertanian Kabupaten Bandung lima tahun kedepan yang lebih terarah, keterkaitan dengan Misi pembangunan yang telah dirumuskan serta telah dijabarkan ke dalam Tujuan dan Sasaran pembangunan perlu untuk dijabarkan lebih lanjut kedalam Strategi dan Kebijakan. Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan yang memungkinkan pencapaian tujuan dan sasaran dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien. Pendekatan yang digunakan dalam proses penyusunan strategi dan kebijakan tersebut yaitu metode analisis SWOT (Strength-Weakness-Opportunity-Threat). Dengan metode ini, berbagai potensi dan permasalahan baik dari sisi internal maupun dari sisi eksternal diidentifikasi sebagai basis dalam penentuan strategi. Melalui penggunaan metode SWOT ini, diharapkan dapat diperoleh strategi dan kebijakan yang yang bersifat holistik dan mampu menjawab tantangan pembangunan kedepan

5.1. Strategi Pembangunan Pertanian

Perumusan strategi didasarkan pada isu-isu strategis pertanian Kabupaten Bandung yang sudah dirumuskan pada bab sebelumnya. Isu-isu ini berupa potensi dan permasalahan baik yang berasal dari internal maupun eksternal wilayah. Penyusunan strategi berdasarkan isu-isu ini dimaksudkan agar perencanaan yang dihasilkan lebih efektif dan efisien, yakni menjawab permasalahan yang ada dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

Dalam mewujudkan visi dan misi Bupati, tujuan dan sasaran daerah, telah disusun tujuan dan sasaran strategis Dinas Pertanian yang merupakan penerjemahan visi yang ideal ke dalam level yang lebih mudah dicapai (achievable). Rumusan strategi merupakan pernyataan yang menjelaskan bagaimana tujuan dan sasaran akan dicapai yang selanjutnya diperjelas dengan serangkaian arah kebijakan.

08

Fall

PERUBAHAN RENSTRA 2016-2021 V - 70 Strategi pembangunan pertanian Dinas Pertanian periode Tahun 2016-2021 merupakan bagian integral dan penjabaran dari sasaran pemerintah daerah yaitu Meningkatnya daya saing sektor pertanian dan Meningkatnya ketahanan pangan. Jika melihat identifikasi potensi dan permasalahan yang ada, berdasarkan faktor internal dan eksternal yang kemudian dianalisis menggunakan metode SWOT, diperoleh enam strategi yang dapat dilakukan.

a. Menumbuhkan sentra produksi komoditi unggulan pertanian

Kegiatan pertanian perlu ditingkatkan dengan tujuan tidak hanya pemenuhan ketersediaan pangan daerah, tetapi juga sebagai upaya peningkatan perekonomian masyarakat. Pembangunan daerah yang difokuskan pada pertumbuhan perekonomian di perdesaan secara tidak langsung akan mendorong segala macam kegiatan perekonomian di wilayah Kabupaten Bandung. Perdesaan tidak hanya menjadi objek dari pembangunan, tetapi juga dipandang sebagai subjek pembangunan. Dengan pertumbuhan kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan maka akan terbentuk simpul-simpul kegiatan ekonomi baru dengan ciri khas komoditi pertanian unggulan, yang tidak hanya menjadi atraksi bagi pendatang maupun investor tetapi juga menjadi sarana pengembangan kapasitas dan peningkatan perekonomian penduduk lokal. Hal ini juga menjawab keresahan perekonomian Kabupaten Bandung saat ini, yakni kurangnya daya saing ekonomi dengan wilayah lain. Dengan strategi yang berfokus pada pengembangan sentra komoditi pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan maupun komoditi peternakan, maka produk-produk unggulan dari usaha kecil dan mikro di kawasan perdesaan dapat terdorong dalam segi produksi, mutu produk dan pemasaran sehingga kemampuan daya saingnya akan meningkat. Strategi pengenbangan sentra pertanian berbasis komoditi pertanian unggulan ini sejalan dengan Program Sabilulungan 1000 Kampung Kabupaten Bandung oleh Bupati.

b. Memperluas jangkauan pemasaran komoditas pertanian unggulan Meningkatnya tantangan daya saing produk unggulan pertanian di tingkat regional, nasional maupun internasional, harus diimbangi dengan peningkatan kualitas produk pertanian dan upaya perluasan jangkauan pemasarannya. Salah satu prasyarat bagi terciptanya pasar kontrak adalah adanya standarisasi komoditas atau produk pertanian. Pada jangka pendek, upaya-upaya standarisasi telah diinisiasi pada manajemen agribisnis pertanian di antaranya melalui strategi adopsi konsep Good Agricultural Practice (GAP) pada sektor budidaya dan Good Handling Practice (GHP) pada pengelolaan pasca panen produk; dan pada jangka menengah dikembangkan lebih lanjut dengan mengadopsi konsep traceability. Secara umum manfaat penerapan dan perbaikan standar usaha pertanian dapat menekan kehilangan/kerusakan

PERUBAHAN RENSTRA 2016-2021 V - 71 hasil, memperpanjang daya simpan, mempertahankan kesegaran, meningkatkan daya guna, meningkatkan nilai tambah dan daya saing, meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya dan sarana dan memberikan keuntungan yang optimun dan/atau mengembangkan usaha pascapanen yang berkelanjutan. Konsep ini merujuk pada kelengkapan informasi pada setiap tahap produksi komoditas pertanian. Konsep ini sangat perlu diadopsi mengingat bahwa preferensi konsumen telah berubah ke arah makanan yang aman dan sehat; dimana perhatian konsumen terhadap proses produksi akan semakin besar pada masa mendatang.

Isu-isu mengenai penggunaan komoditas pertanian transgenik dan bahan kimia akan memperbesar tekanan konsumen terhadap produsen.

Sejalan dengan konsep traceability, secara paralel konsep HACCP (hazard analysis and critical control points) harus dapat diterapkan. HACCP merupakan suatu pendekatan yang sistematik terhadap keamanan pangan yang dilakukan pada setiap tahap produksi pangan tersebut. Pendekatan ini dianggap sangat perlu mengingat bahwa selama ini inspeksi pangan lebih sering dilakukan pada tahap akhir produksi.

Penerapan upaya-upaya dalam perbaikan mutu produk pertanian terutama pada komoditi pertanian unggulan daerah di tingkat pelaku usaha pertanian yang dapat mendongkrak daya saing produk pertanian Kabupaten Bandung, perlu disertai dengan upaya perbaikan jaminan pemasaran produk unggulan tersebut. Hal ini akan signifikan terhadap peningkatan perekonomian masyarakat, tidak hanya petani pelaku budidaya pertanian tetapi pelaku usaha pemasaran dan pengolahan hasil produk pertanian.

Beberapa langkah yang dilaksanakan dalam membangun jejaring pasar diantaranya adalah:

1) Meningkatkan akses petani terhadap pasar. Hal-hal tersebut antara lain kebijakan harga dan tata niaga bagi komoditas strategis, pengembangan pasar dan promosi komoditas unggulan dan prospektif, penyediaan sarana dan pengembangan kelembagaan pasar, pengembangan kerjasama dan kemitraan, dukungan analisis dan informasi pasar yang memberikan nilai tambah bagi pelaku yang berbasis pada teknologi informasi yang semakin maju.

2) Mengembangkan jejaring pasar domestik, melalui pengembangan sarana dan kelembagaan pasar yaitu : sub terminal agribisnis, pasar tani, pasar ternak, unit pemasaran poktan gapoktan, dan pasar lelang.selain itu dilakukan pemantauan dan stabilitas harga, advokasi dan penguatan akses pasar domestic dan palayanan informasi pasar.

3) Pengembangan Informasi Pasar (PIP) melalui sistem informasi pemasaran yang cepat, tepat, akurat, lengkap, koninyu dan up to date merupakan

PERUBAHAN RENSTRA 2016-2021 V - 72 instrument yang vital serta memegang peranan yang amat penting bagi para pelaku agribisnis.

4) Promosi, melalui pameran pada umumnya diikuti juga dengan berbagai kegiatan lainnya seperti festival, talkshow, temu bisnis (buyer meet seller) dan sosialisasi manfaat produk.

5) Mengembangkan jejaring pasar internasional, dimaksudkan untuk melakukan percepatan pertumbuhan nilai ekspor, memperlambat laju impor baik dalam bentuk segar maupun olahan sehingga mendorong pertumbuhan surplus neraca perdagangan produk pertanian antara lain melalui kebijakan pencitraan produk yang lebih baik, meningkatkan akses pasar dan perlindungan produk dalam negeri dari dampak persaingan global

c. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelompok tani

Pada sisi kelembagaan, pembangunan jangka menengah harus diwarnai dengan pengembangan kolaborasi pengambilan keputusan usaha (collaborative decision making) diantara pelaku pada sektor pertanian untuk menjamin efektivitias dari serangkaian strategi-strategi yang telah dilakukan sebelumnya. Pengambilan keputusan usahatani secara kolaboratif merupakan strategi lanjutan dari strategi SCM; dimana kolaborasi menunjukkan bentuk hubungan antar pelaku dan lembaga dalam sektor pertanian yang bersifat partnership.

Pembangunan agribisnis Tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan merupakan sumber pertumbuhan ekonomi nasional dari sektor pertanian. Dengan diberlakukannya pasar bebas, sebagian pasar domestik telah diisi oleh produk pertanian impor, mengakibatkan timbulnya persaingan agribisnis yang semakin ketat. Di samping itu, adanya tuntutan kebutuhan keluarga petani yang semakin meningkat menyebabkan dihadapkannya pada tuntutan kebutuhan akan aspek teknis, aplikasi dan aplikasi teknologi salah satunya adalah informasi tentang usahatani modern untuk meningkatkan kemampuan (manajemen usaha) petani dalam mengembangkan usahatani dan menghasilkan produk yang berdaya saing dengan ciri-ciri petani berperilaku efisien.

Kebutuhan informasi sama pentingnya dengan faktor produksi utama seperti: “tanah, tenaga kerja, dan modal”. Pemberdayaan selama ini, umumnya belum secara nyata memberdayakan petani. Faktanya adalah, petani masih belum mendapatkan informasi yang dibutuhkannya. Salah satu strategi pemberdayaan adalah, bagaimana membuat petani mampu memperbaiki kehidupannya sendiri dalam arti: tahu, termotivasi, dan mampu mengembangkan usahataninya dengan mencari dan memanfaatkan informasi pertanian yang tersedia. Pemerintah berkewajiban memberi pelayanan informasi pertanian bagi petani sebagaimana yang diamanatkan dalam UU

PERUBAHAN RENSTRA 2016-2021 V - 73 No.16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.

Akses terhadap sumber informasi bagi petani cenderung memperoleh informasi yang lebih banyak, tetapi hal ini juga tergantung pada karakteristik sumber informasi dan kualitas sumber informasi serta interaksi antara petani dengan sumber informasi tersebut. Akses petani terhadap sumber informasi yang dimaksud adalah, tingkat kemampuan petani mengakses informasi pertanian dari berbagai sumber informasi, baik melalui kontak personal maupun melalui media massa.

Strategi peningkatan kapasitas dan kapabilitas kelompok tani melalui optimalisasi penyuluhan pertanian ini diharapkan dapat memfasilitasi kelompok tani akan kebutuhan informasi yang dapat menunjang sekaligus meningkatkan kapasitas usahanya. Beberapa informasi yang dibutuhkan oleh petani di antaranya:

- Informasi peningkatan produksi dan mutu pertanian.

Antara lain mencakup informasi: teknologi usahatani, pola tanam, iklim/cuaca. Teknologi usahatani berarti „bagaimana cara melakukan pekerjaan usahatani‟ (Mosher, 1983). Di dalamnya termasuk cara-cara bagaimana petani memilih benih unggul, pupuk, pestisida, memelihara tanaman dan memungut hasilnya, termasuk jenis dan jumlah benih, pupuk, dan pestisida, alat pertanian dan tenaga kerja yang digunakan. Selain itu, dibutuhkan juga informasi menanam berbagai jenis komoditi pertanian agar tenaga petani dan lahannya dapat digunakan dengan produktif dan seefisien mungkin. Pengaturan pola tanam dalam setahun, dibutuhkan untuk menyesuaikan jenis komoditi yang cocok dengan iklim/cuaca setempat. Di samping itu, pola tanam perlu diatur dalam satu daerah untuk menghindari kelebihan produksi pada panen yang bersamaan dengan daerah lain.

Informasi iklim/cuaca dibutuhkan untuk merencanakan jenis sayuran yang akan dihasilkan pada musim kemarau dan musim hujan, terutama jika terjadi anomali iklim/cuaca panen yang bersamaan dengan daerah lain. Informasi iklim/cuaca dibutuhkan untuk merencanakan jenis komoditi yang akan dihasilkan. Informasi ketersediaan sarana produksi

Tersedianya sarana produksi seperti: benih, pupuk, pestisida, alat-alat dan mesin pertanian secara lokal atau dekat dengan lokasi petani dalam jumlah yang cukup serta mengacu pada prinsip ‟lima tepat‟untuk memenuhi kebutuhan petani yang menggunakannya.

- Informasi ketersediaan permodalan

Dibutuhkan lembaga-lembaga keuangan yang dekat dengan lokasi usahatani petani. Lembaga tersebut memberikan kredit atau pinjaman modal usahatani dengan bunga yang terjangkau (tidak komersial) bagi petani yang membutuhkan. Keengganan petani untuk tidak meminjam dari lembaga

PERUBAHAN RENSTRA 2016-2021 V - 74 keuangan tertentu, bukan menjadi alasan yang tepat untuk tidak mengunakan sarana produksi untuk pertanian, terutama bagi petani yang memiliki lahan usaha yang sangat sempit, membutuhkan sarana produksi untuk meningkatkan produktivitasnya.

- Informasi teknologi pengolahan hasil.

Terutama bagi petani/kelompok tani yang memiliki lahan yang relatif luas, juga bagi petani lainnya yang membutuhkan. Informasi ini diperlukan saat produksi melimpah dan tidak terjual habis karena harga yang kurang bersaing seperti: sarana penyimpan dan mengubah produk segar menjadi produk olahan yang dapat memberikan nilai tambah bagi petani. Teknologi yang dibutuhkan tidak selalu menggunakan peralatan yang membutuhkan modal yang besar, tapi dapat juga teknologi industri rumah tangga yang ijin produksinya dapat difasilitasi oleh instansi terkait.

- Informasi dukungan pemasaran hasil.

Produksi pertanian yang dihasilkan petani harus terjamin pemasarannya sebagai motivasi bagi petani dalam berusahatani dengan tujuan kontinuitas produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan permintaan pasar.

Petani memerlukan penataan rantai pemasaran (tata niaga) sayuran yang menguntungkan kedua belah pihak (konsumen/penampung hasil dan petani sebagai produsen). Dukungan lembaga terkait dibutuhkan dalam penataan pemasaran hasil pertanian, terutama kerjasama antar daerah dalam satu kawasan (megapolitan) sehingga tidak terjadi „mafia antar pedagang yang masih terjadi hingga saat ini di pasar induk pada kota-kota besar yang pada akhirnya profit margin lebih tinggi diperoleh tengkulak/pengusaha daripada yang diperoleh petani. Informasi dukungan pemasaran dimaksud di sini, bukan hanya kekuatan pemasaran dalam arti pemasaran produk yang dihasilkan, tapi yang lebih penting justru pada kemampuan menyediakan dan memberikan informasi tentang prospek pemasaran produk yang mencakup jenis, standar mutu, jumlah produk, yang diminati pasar/konsumen, dan waktu yang tepat tersedianya produk pertanian untuk pasar/konsumen.

- Informasi metode analisis usahatani.

informasi ini sangat dibutuhkan oleh petani dalam merencanakan usahataninya sebelum tanam dimulai, agar dapat menentukan jenis sayuran yang lebih menguntungkan dan diminati oleh pasar. Informasi ini harus bersifat lokal (spesifik lokasi) karena biaya produksi yang berbeda-beda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya, terutama dalam perhitungan tenaga kerja dan lokasi/tujuan pasarnya (antara lain: pasar tradisional, supermarket, ekspor). Perubahan dapat terjadi sesuai dengan perkembangan kondisi internal petani dan lingkungan eksternal yang relatif selalu berubah seiring dengan perubahan atau perkembangan sosial ekonomima syarakat dan kebijakan pemerintah, terutama pembangunan sub

PERUBAHAN RENSTRA 2016-2021 V - 75 sector pertanian, serta derasnya arus informasi pada era globalisasi ini.

Dengan demikian, apabila kebutuhan informasi petani sudah terpenuhi, maka akan dapat meningkatkan keberdayaannya dalam mengembangkan usahatani yaitu meningkatnya kemampuan petani dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, serta mengatasi masalah usahatani dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan keluarganya.

d. Meningkatkan produktivitas budidaya pertanian tanaman pangan hortikultura dan perkebunan

Peraturan Pemerintah No.68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan sebagai peraturan pelaksanaan UU No.7 tahun 1996 menegaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang terus berkembang dari waktu ke waktu, upaya penyediaan pangan dilakukan dengan mengembangkan sistem produksi pangan yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal, mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan, mengembangkan teknologi produksi pangan, mengembangkan sarana dan prasarana produksi pangan serta mengoptimalkan pemanfaatan lahan produktif.

Strategi untuk meningkatkan dan mempertahankan produktivitas padi dapat dibagi menjadi empat bidang/bagian, masing-masing terdiri dari beberapa komponen (FAO, 2003). Strategi peningkatan produktivitas padi tersebut dapat diimplementasikan pada pengembangan pertanian umumnya (Tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan). Keempat bidang/bagian serta komponennya diuraikan di bawah ini:

1) Mempertahankan dan mewujudkan nilai usaha pertanian dalam revolusi hijau:

- Pengelolaan budidaya pertanian terpadu - Manajemen Hama Terpadu

- Pemutusan mata rantai hasil panen - Meningkatkan hasil budidaya pertanian

- Mengurangi kerugian pasca panen (potential loss)

2) Meningkatkan potensi hasil panen dan penambahan nilai ekonomi pasca panen:

- Peningkatan kualitas plasma nutfah: perbaikan genetik dan penerapan benih unggul

- Kualitas hasil (gabah) dan peningkatan nilai produk

- Diversifikasi produk pertanian (diversifikasi pemanfaatan seluruh bagian tanaman seperti buah, batang, daun untuk bahan/produk lain yang mempunyai nilai ekonomi)

PERUBAHAN RENSTRA 2016-2021 V - 76 3) Memfasilitasi pengelolaan sumber daya alam yang terintegrasi dan ramah

lingkungan:

- Pengelolaan sumber daya air

- Kesuburan tanah dan nutrisi tanaman yang terintegrasi (pemanfaatan limbah pertanian menjadi pupuk organik)

- Emisi gas rumah kaca

- Keanekaragaman hayati (eksplorasi komoditi unggulan pertanian lokal) - Aspek ekoregional (pengembangan komoditi pertanian berbasis

kawasan dan optimalisasi lahan pertanian produktif) 4) Menginisiasi kebijakan yang sesuai untuk:

- Peningkatan sistem investasi pertanian serta penelitian dan pengembangan teknologi pertanian

- Pasar, harga, globalisasi dan pekerja/buruh

- Penguatan sumber daya manusia, komunikasi dan kerjasama

e. Meningkatkan produksi ternak

Di banyak negara, kesulitan yang terkait dengan peningkatan produksi peternakan berkelanjutan diperburuk oleh investasi sektor publik yang terbatas dan lemah, layanan dukungan yang tidak efektif. Kebijakan yang terkait dengan sektor peternakan sering tidak sejalan dengan sasaran yang tidak jelas dan dengan sedikit atau tanpa penilaian dampak yang mungkin terjadi. Diperlukan strategi yang konsisten dan terpadu yang memfokuskan sumber daya yang terbatas pada sasaran yang teridentifikasi diharapkan dapat mereduksi kendala utama bagi pengembangan ternak. dibutuhkan suatu kerangka kerja kebijakan dan perencanaan yang efektif pembangunan peternakan berkelanjutan berbasis daya tampung dan daya dukung sumberdaya yang akan mengoptimalkan dalam peningkatan ekonomi masyarakat (peternak).

Kerangka kebijakan dalam peningkatan produksi peternakan, secara umum meliputi hal-hal sebagai berikut:

- Intervensi on-farm, merupakan intervensi teknis budidaya peternakan, disesuaikan dengan kondisi agro-ekologis wilayah dan sistem produksi.

Intervensi ini biasanya bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan atau pemanfaatan pakan lokal, pengendalian PHMS (parasit internal dan eksternal), memperbaiki perkandangan dan sistem budidaya.

- Pengembagan kapasitas kelembagaan, meliputi bentuk dan fungsi layanan pendukung berupa pasokan input, penelitian, penyuluhan dan pelatihan, proses produksi dan pemasaran serta penguatan permodalan. Strategi ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam peningkatan kemampuan lembaga masyarakat (kelompok tani/ternak, gapoktan dan koperasi) dalam sistem budidaya ternak yang baik dan berkelanjutan.

- Peningkatan genetik yang bertujuan untuk meningkatkan basis sumber daya ternak. Pilihannya termasuk seleksi bibit ternak unggulan lokal, substitusi bibit ternak eksotis atau perkawinan silang yang berkontribusi

PERUBAHAN RENSTRA 2016-2021 V - 77 terhadap produksi ternak. Pilihannya sangat tergantung pada sistem produksi, tujuan dan sumber dayanya. Diseminasi menyangkut aspek kelembagaan serta pilihan bioteknologi, seperti inseminasi buatan.

- Pengendalian kesehatan hewan yang bertujuan membatasi dampak penyakit pada produksi ternak. Hal yang harus diperhatikan dalam strategi ini adalah kebutuhan untuk mengendalikan dan melindungi (karantina) sumber daya ternak dari Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS).

Perlindungan tidak hanya bertujuan menjaga produktivitas ternak, namun secara langsung maupun tidak langsung melindungi masyarakat veteriner dari penyakit zoonosis berbahaya.

- Memproses dan memasarkan kebijakan yang berkaitan dengan investasi dalam infrastruktur yang diperlukan yang memungkinkan produk-produk ternak untuk menyediakan permintaan yang ada dengan aman dan juga masa depan. Isu-isu spesifik seperti desain struktur, peralatan, pelatihan dan kualitas, bersama dengan pertanyaan tentang tingkat intervensi negara (dewan pemasaran, dll) di pasar, juga harus diatasi.

5.2. Arah Kebijakan Pembangunan Pertanian

Sejalan dengan visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Bandung terpilih dimana sebagaian turunan dari Visi Misi tersebut menjadi kewajiban Dinas Pertanian dalam upaya mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan. Pada sub bab ini akan dibahas kebijakan-kebijakan besar untuk mendukung strategi pembangunan sektor pertanian yang dikelompokkan sesuai dengan dimensi pembangunan yang telah dibuat sebelumnya.

Secara garis besar, strategi, kebijakan dan program yang disusun untuk meningkatkan kesejahteraan petani bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan, peningkatan akses terhadap sumberdaya usaha pertanian, pengembangan kelembagaan, kemampuan, dan perlindungan terhadap petani.

Matriks keterkaitan tujuan, sasaran strategi dan arah kebijakan periode Renstra Dinas Pertanian Tahun 2016-2021 dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 5-22. (Tabel T-C 26) Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan

VISI : Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan MISI 2 : Menciptakan pembangunan ekonomi yang berdaya saing

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

Meningkatnya Produktivitas Produk Unggulan Pertanian

Meningkatnya Produksi Komoditi Unggulan Pertanian

Menumbuhkan sentra produksi komoditi unggulan pertanian

Peningkatan kualitas produk pertanian yang berdaya saing melalui Bandung 1000 Kampung

PERUBAHAN RENSTRA 2016-2021 V - 78

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

Meningkatnya daya saing hasil produksi pertanian

Memperluas jangkauan pemasaran komoditas pertanian unggulan

 Pengembangan pasca panen dan pengolahan produk

 Promosi pemasaran produk pertanian unggulan

Meningkatnya

Penyuluhan Pertanian

Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelompok

Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelompok