• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan Diadakannya Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil

BAB IV ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU PULAU KECIL DI DAERAH

PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU PULAU KECIL MENURUT HUKUM NASIONAL

A. Tujuan Diadakannya Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil

UU No, 32 tahun 2014 tentang kelautan merupakan salah satu Undang-undang yang mengamanatkan perencanaan ruang laut. Perencanaan ruang Laut sebagaimana disebutkan dalam Dalam UU 32 tahun 2014 tentang Kelautan pasal 43 meliputi:

(1) perencanaan Tata Ruang Laut Nasional;

(2) Perencanaan zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil); dan (3) perencanaan Zonasi Kawasan Laut.

Wilayah pesisir dan Pulau pulau kecil merupakan suatu sumberdaya alam yang krusial bagi negara berkembang seperti Indonesia, dimana pihak pemerintah memiliki hak dan menguasai lahan di bawah teritorial laut dan sumberdayanya.

Pemerintah, baik pusat maupun daerah memiliki tanggung jawab untuk membuat peraturan, atau keputusan-keputusan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya untuk kepentingan umum. Dalam hal ini, salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah adalah mengatur pengalokasian ruang atau zona wilayah pesisir untuk dapat digunakan dalam memaksimalkan pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir.171

171Suparno,”Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai Salah Satu Dokumen Penting Untuk Disusun Oleh Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota”, Jurnal Kelautan Universitas Bung Hatta, Vol. 9, No. 1, (Padang, 2009), Hal. 1

a. Isu Permasalahan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil

Potensi sumberdaya pesisir dan pulau pulau kecil Indonesia yang besar ternyata belum memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan nasional.

Pemanfaatannya belum optimal, malahan telah terjadi degradasi sumberdaya alam di beberapa perairan pesisir akibat pemanfaatan yang tidak mempertimbangkan daya dukung lingkungan.172

World Resource Institute (WRI) memperkirakan bawa lebih dari lima puluh persen wilayah pesisir dunia mengalami kerusakan lingkungan yang parah akibat tekanan pembangunan. Dalam satu dekade ini terdapat kecenderungan bahwa wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang rentan mengalami kerusakan akibat aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumberdayanya atau akibat bencana alam.

Fenomena alam ini perlu diperhitungkan dalam semua kegiatan pengelolaan wilayah pesisir,karena dapat berdampak langsung pada pemunduran garis pantai. Akibat dinamika pesisir yang dapat merusak ekosistem, perlunya penataan ruang pesisir terpadu. 173

Berikut isu permasalahan permasalahan yang timbul dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau pulau kecil:

1) Permasalahan Pengelolaan Wilayah Pesisir

Aktivitas – aktivitas yang sering terjadi di wilayah pesisir sering kali mengakibatkan perubahan perubahan pada sumber daya alam.

Berbagai kasus seperti kondisi tangkap lebih (over fishing), pencemaran perairan, degradasi fisik habitat pesisir, dan abrasi pantai.

172Ridwan Lasabuda, Loc.Cit., Hal.96

173Jenly Haurissa, dkk, Rencana Zonasi Wilayah Pesisir& Pulau-Pulau Kecil(RZWP3K), (Makalah Universitas Negeri Papua, 2017), Hal. 4-5

Kondisi ini telah memberikan tekanan lingkungan yang kompleks dan membengkak terhadap wilayah pesisir.174 Beberapa kegiatan yang diduga menyebabkan erosi pantai antara lain : pengambilan pasir untuk reklamasi, pembangunan pelabuhan/jetty/marina, pembangunan hotel. Hal ini terjadi karena perencanaan dan pengembangan wilayah pesisir yang tidak tepat.175

2) Permasalahan Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar

Permasalahan yang dihadapi pulau-pulau kecil terluar sebagai wilayah perbatasan, antara lain: 176

a. Belum adanya kepastian sebagian garis batas laut dengan negara tetangga.

b. Untuk pulau-pulau yang berpenduduk, kondisi masyarakat di wilayah tersebut masih terisolir dan termajinalkan, sehingga memifiki tingkat kerawanan yang tinggi di bidang eonomi, politik, dan keamanan.

c. Maraknya pelanggaran hukum yang terjadi di wilayah perbatasan seperti penyelundupan, pencurian ikan, trafficking, dan perompakan. Terbatasnya prasarana dan sarana untuk melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengembangan, khususnya terhadap pulau-pulau yang terpencil, sufit dijangkau dan tidak berpenghuni.

174Kismartini, Wilayah Pesisir Indonesia Narasi Kebijakan Publik Masalah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Indonesia, (Jakarta : Pernadamedia Group, 2019), Hal. 157

175Ridwan Lasabuda, Loc.Cit., Hal.96

176 Endang Adiyanto, dkk, “Tinjauan Hukum Dan Kebijakan Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar Indonesia (Studi Kasus Pulau Nipa)”, Jurnal Kelautan Institut Pertanian Bogor ,Vol. 7, No.2, (Bogor, 2007), Hal. 57

d. Ukuran pulau di perbatasan umumnya pulau-pulau yang sangat kecil sehingga sangat rentan terhadap kerusakan baik oleh alam maupun manusia.

e. Belum sinkronnya pengelolaan perbatasan, baik yang mencakup kelembagaan, program, maupun kejelasan kewenangan.

b. Tata Ruang

Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat, salah satu urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar diantaranya meliput pekerjaan umum dan penataan ruang.177

Peranan tata ruang dimaksudkan untuk mencapai pemanfaatan sumber daya secara optimal dengan sedapat mungkin menghindari konflik permasalahan dalam pemanfaatan sumber daya, mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup serta meningkatkan keselarasan. Pemberian kewenangan daerah mengelola sumber daya di wilayah laut meliputi pengaturan tata ruang. Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk di dalam bumi sebagai satukesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Wilayah dapat dilihat sebagai suatu ruang pada permukaan bumi. Jadi tata ruang wilayah pesisir merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang di wilayah pesisir.

177Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Pengaturan tata ruang wilayah pesisir dalam UU Nomor 27 Tahun 2007 masuk dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil pemerintah Provinsi dan/atau pemerintah Kabupaten/Kota. RZWP-3-K diserasikan,diseleraskan dan diseimbangkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pemerintah Provinsi atau pemerintah Kabupaten/Kota.

Peraturan zonasi hakikatnya mempakan instrumen pengendalian pemanfaatan lahan dan peraturan zonasi itu sendiri.178

Dalam tata kelola kelautan (Ocean Governance/pentabiran lautan) hal yang terpenting dalam pelaksanaannya adalah menata kelola ruang lautan untuk beragam penggunaan (multiple use of ocean space) dengan maksud untuk menghindari konflik penggunaan ruang lautan dan untuk menjaga kelestarian sumber daya yang terkandung di dalamnya.179

c. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau – pulau Kecil

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil merupakan suatu pengoordinasian perencanaan, pemanfaatan, penagwasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah daerah, antarsektor, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.180

178Jenly Haurissa, Op.Cit., Hal. 3

179Dina Sunyowati, Kerangka Hukum Pengelolaan Wilayah Pesisir Berdasarkan Konsep Integrated Coastal menagement Dalam Rangka Pembangunan Kelautan Berkelanjutan, (Ringkasan Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2008), Hal. 80

180Pasal 1 ayat (8) Perda Provinsi Sumatera Utara Nomor 4 Tahun 2019 Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau – pulau Kecil Tahun 2019 - 2039

Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil menyatakan bahwa, “Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau – pulau Kecil (RZWP3K) merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/ kota”181, kemudian Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil juga mengatur bahwa RZWP3K mencakup diantaranya penetapan pemanfaatan ruang laut.182

Rencana Zonasi ialah Rencana yang menentukan arah penggunaan sumberdaya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada Kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang dapat hanya dapat dilakukan setelah mendapat izin.

Rencana Zonasi pesisir dan laut akan menetapkan suatu jaringan/kisi-kisi spasial di atas lingkungan pesisir dan laut. Rencana ini memisahkan pemanfaatan sumberdaya yang saling bertentangan dan menentukan yang mana kegiatan-kegiatan yang dilarang dan diijinkan yang ditunjukkan untuk setiap zona yang diperuntukan. Hal ini merupakan suatu upaya untuk menciptakan suatu keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan pembangunan dan konservasi di pesisir. Dalam penyusunan rencana zonasi dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu :183

181Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

182Pasal 10 huruf c Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

183Suparno, Op.Cit., Hal. 2

Pertama : Penyusunan rencana zonasi mempertimbangkan kebijakan pembangunan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah, kepentingan masyarakat dan hak-hak ulayat, serta kepentingan yang bersifat khusus.

Kedua : pendekatan bio-ekoregion dimana ekosistem pesisir dibentuk olehsub-ekosistem yang saling terkait satu samalainnya. Oleh sebab itu kombinasi penggunaandata biogeofisik yang mengambarkan kondisi bio-ekoregion merupakan persyaratan yangdibutuhkan dalam menetapkan zona-zona yangakan dipilih.

Ketiga : dilakukan melalui pengumpulan data dan informasi yang dapat digalidari persepsi masyarakat yang hidup di sekitar ekosistem tersebut, terutama kontek historis mengenai kejadian yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir dari masalampau sampai saat ini, serta implikasi terhadap keberlanjutan sumberdaya pesisir tersebut.

Usulan Rencana Zonasi juga harus menghormati kearifan lokal, hukum adat dan hak-hak legal dari stakeholders yang terlibat.

d. Keterkaitan Antara Zonasi dan Pemanfaatan Ruang

Berdasarkan UU No. 27Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Bab 1, pasal 1; Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir.

Peraturan zonasi hakikatnya mempakan instrumen pengendalian pemanfaatan lahan dan peraturan zonasi itu sendiri disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang dan disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang..184 Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ruang.

Kaitan antara zonasi dan pengendalian pemanfaatan ruang sangat erat.

Hal ini disebabkan karena zonasi merupakan salah satu instrument pengendalian pemanfaatan ruang.185Maka untuk mengefektifkan pelaksanaan rencana tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang, perlu dilengkapi dengan peraturan zonasi sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan ruang.186

e. Tujuan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau – pulau Kecil

Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat daerah, pemerintahan daerah menyelenggarakan seperti apa yang tercantum dalam huruf a Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda) yang menyatakan bahwa, “Penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatkan prinsip

184Korlena, dkk, “Peraturan Zonasi: Peran Dalam Pemanfaatan Ruang dan Pembangunan Kembali di Kawasan Rawan Bencana”, Jurnal Forum Teknik Universitas Gajah Mada, Vol. 34, No.1, (Yogyakarta, 2011), Hal. 17-18

185Jenly Haurissa, Op.Cit., Hal. 4

186Korlena, Op.Cit., Hal. 18

demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”187

Tujuan zonasi adalah untuk membagi wilayah pesisir dalam zona-zona yang sesuai dengan peruntukan dan kegiatan yang saling mendukung (compatible) serta memisahkannya dari kegiatan yang saling bertentangan (incompatible).

Penentuan zona difokuskan berdasarkan kegiatan utama dan prioritas pemanfaatan sumberdaya pesisir guna mempermudahkan pengendalian dan pemanfaatan. Rencana zonasi menjelaskan fokus kegiatan dan nama zona yang dipilih berdasarkan kondisi dan kegiatan yang diizinkan atau dapat dilakukan dengan persyaratan tertentu. Penetapan zonasi dimaksudkan untuk memelihara keberlanjutan sumberdaya pesisir dalam jangka panjang serta mengeliminir berbagai faktor tekanan terhadap ekosistem pesisir akibat kegiatan yang tidak sesuai (incompatible).188

B. Zonasi Wilayah Menurut Perda No.4 Tahun 2019 Sebagai Pengelolaan