• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jumlah kasus karsinoma sel basal di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP Haji Adam Malik dan beberapa tempat praktek swasta dokter spesialis Patologi Anatomi di Medan tahun 2009-2013.

2. Untuk mengetahui distribusi penderita karsinoma sel basal berdasarkan subtipe histopatologi di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP Haji Adam Malik dan beberapa tempat praktek swasta dokter spesialis Patologi Anatomi di Medan tahun 2009-2013.

3. Untuk mengetahui distribusi penderita karsinoma sel basal berdasarkan jenis kelamin di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP Haji Adam Malik dan beberapa tempat praktek swasta dokter spesialis Patologi Anatomi di Medan tahun 2009-2013.

4. Untuk mengetahui distribusi penderita karsinoma sel basal berdasarkan usia di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP Haji Adam Malik dan beberapa tempat praktek swasta dokter spesialis Patologi Anatomi di Medan tahun 2009-2013.

5. Untuk mengetahui distribusi penderita karsinoma sel basal berdasarkan lokasi massa tumor di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP Haji Adam Malik dan beberapa tempat praktek swasta dokter spesialis Patologi Anatomi di Medan tahun 2009-2013.

1.4.1 Manfaat Penelitian

1. Diharapkan data yang diperoleh dapat memberikan informasi atau data ilmiah tentang hubungan kejadian KSB dengan usia, jenis kelamin, lokasi massa tumor, subtipe histopatologi di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas SumateraUtara, RSUP Haji Adam Malik dan beberapa tempat praktek swasta dokter spesialis Patologi Anatomi di Medan tahun 2009-2013.

2. Diharapkan data yang di peroleh pada penelitian ini dapat digunakan sebagian data awal untuk penelitian selanjutnya.

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Anatomi dan Histologi Kulit Manusia

Kulit merupakan organ terluas pada manusia dengan luas sekitar 1,8 m2 dan mempunyai bobot sebesar 16% dari berat badan manusia. Kulit memiliki banyak fungsi, salah satu fungsi terpenting adalah melindungi tubuh dari faktor luar yang berbahaya dan menjaga sistem dalam tubuh agar tetap utuh.2,32

Kulit terdiri dari 3 lapisan yaitu: lapisan epidermis, dermis, dan subkutis.32 Tujuh fungsi utama kulit yaitu: (1) Pelindung, stratum korneum merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel mati yang mencegah infeksi yang masuk ke dalam kulit. Lapisan ini juga tahan air, mencegah kehilangan atau masuknya cairan. Keseimbangan ph asam menghambat pertumbuhan bakteri. Lapisan ini melindungi dari kerusakan mekanis seperti abrasi dan keretakan, melindungi dari efek sinar matahari (sinar ultraviolet), melalui pengaturan melanin yang dihasilkan oleh sel melanosit. Ketika kulit terpapar sinar matahari, sel menghasilkan lebih banyak melanin yang timbul sebagai warna kecokelatan akibat sinar matahari; (2) Pengatur panas tubuh, suhu tubuh dikontrol dengan merasakan suhu lingkungan melalui ujung saraf dan kemudian menyesuaikan aliran darah dan produksi keringat, yaitu sekitar 37°C, dengan menghasilkan lebih banyak keringat dari kelenjar keringat yang mengalami evaporasi dan dengan dilatasi pembuluh darah untuk mengurangi suhu tubuh dan cara sebaliknya untuk meningkatkan suhu tubuh; (3) Sensasi, dengan adanya banyak ujung saraf berakhir di lapisan dermis, kulit menjadi mampu merasakan

banyak benda seperti suhu lingkungan, tekanan, getaran, sentuhan dan rasa sakit dan kemudian bereaksi sesuai rangsangan; (4) Absorpsi, walaupun kulit tahan air, beberapa bahan larut lemak dapat melakukan penetrasi, termasuk vitamin laruk lemak, oksigen, karbon dioksida, beberapa obat dan juga bahan toksik; (5) Sekresi, sebum disekresikan dari kelenjar sebasea, sebum menyeimbangi lapisan keasaman kulit. Sebum menyebabkan kulit berminyak jika produksinya berlebihan. Sebum melembabkan kulit dan menjaga kulit tetap lembut, sehingga mencegah keretakan dan terbukanya kulit; (6) Eliminasi, sejumlah kecil urea, asam urat, ammonia dan asam laktat dikeluarkan tubuh di keringat yang dihasilkan oleh kelenjar keringat. dan (7) Pembentukan vitamin D, kulit dengan bantuan UVB membentuk vitamin D. Sinar UV mengubah zat lemak yang disebut Ergosterol menjadi vitamin D yang bersirkulasi di dalam tubuh dan digunakan dalam pembentukan dan perawatan tulang bersama dengan kalsium dan fosfor.32

Gambar 2.1. Diagram tiga dimensi kulit, meliputi folikel rambut.20

2.1.1 Lapisan Epidermis

Lapisan epidermis terdiri dari epitel skuamous berlapis yang merupakan keratinosit, bergabung dengan melanosit, sel Langerhans dan sel Merkel.21 Fungsi utama lapisan ini yaitu sebagai lapisan pelindung. Sel terpenting pada lapisan epidermis adalah keratinosit, yang menghasilkan protein keratin.2 Lapisan epidermis berbatasan dengan lapisan dermis dengan bentuk yang bergelombang, lapisan epidermis yang menonjol ke bawah (epidermal ridges atau pegs) dan lapisan dermis yang menonjol ke atas (papillae dermis).20

Lapisan epidermis tidak mengandung pembuluh darah, ketebalannya bervariasi, kurang dari 0,1 mm pada kelopak mata sampai hampir 1 mm pada telapak tangan dan kaki.

Sel yang dihasilkan naik didorong oleh aktivitas mitotik ke permukaan, melewati lapisan spinosum dan lapisan granulosum sebelum menjadi lapisan tanduk (corneum). Perjalanan dari lapisan basal ke permukaan (pergantian lapisan epidermis atau turn over time) berlangsung sekitar 60 hari. Selama waktu ini, penampilan sel berubah (Gambar 2.2).20

Gambar 2.2. Perubahan selama keratinisasi.20

Empat lapisan epidermis mewakili tahap-tahap maturasi keratin oleh keratinosit yaitu: (1) Lapisan basal (stratum basale), terletak pada membran basalis, yang melekat pada lapisan dermis, merupakan lapisan sel kolumnar tunggal.20 Sel-sel mengandung tonofibril keratin dan melekatkan pada membran basalis oleh hemidesmosom (Gambar 2.3). Melanosit mengisi 5-10% populasi sel basal. Sel-sel ini mensintesis melanin dan mengirimkannya melalui proses dendritik menuju keratinosit di sekitarnya. Melanosit paling banyak terdapat pada wajah dan bagian tubuh lain yang terpapar. Sel Merkel juga ditemukan pada lapisan ini, walaupun jarang. Selsel ini dihubungkan dengan ujung saraf -saraf kutaneus dan memiliki peranan dalam sensasi/rangsangan. Sitoplasma mengandung

granula neuropeptida, seperti filamen-filamen saraf dan keratin. (2) Lapisan spinosum (stratum spinosum), sebagian sel basal bergerak ke atas untuk membentuk sel polihedral lapisan ini dihubungkan oleh desmosom (terlihat seperti duri pada mikroskop cahaya).

Tonofibril keratin membentuk tautan sitoplasma pada sel ini. Sel Langerhans terbanyak ditemukan pada lapisan ini. (3) Lapisan sel granuler (stratum granulosum), sel-sel menjadi rata dan kehilangan nukleusnya pada lapisan sel granuler. Granul keratohialin terlihat pada sitoplasma. (4) Lapisan tanduk (stratum corneum), hasil akhir maturasi keratinosit, yang terdiri dari beberapa lapis sel-sel tanduk polihedra yang saling tumpang tindih, tanpa adanya nukleus (korneosit). Lapisan ini merupakan lapisan beberapa sel tebal pada telapak tangan dan telapak kaki, tetapi kurang tebal di bagian tubuh lainnya. Penutup sel korneosit diperluas, dan sitoplasma digantikan oleh tonofibril keratin di dalam matriks dibentuk dari granul keratohialin.2

Gambar 2.3. Anatomi lapisan epidermis potongan melintang. (a) Lapisan epidermis dan struktur lainnya. (b) Gambaran daerah membran basalis pada dermo-epidermal junction. Komponen tersusun dalam tiga lapisan. Lamina lucida dilalui oleh filamen yang menghubungkan sel basal dengan lamina densa, yang mengaitkan fibril sampai lapisan papillar dermis. Lamina ini juga merupakan tempat kelainan bullosa tertentu.2

2.1.2 Lapisan Dermis

Lapisan dermis merupakan matriks jaringan ikat pendukung yang kuat, ditemukan langsung di bawah dan berhubungan erat dengan lapisan epidermis.2 Lapisan dermis terletak antara lapisan epidermis dan lemak subkutan. Lapisan dermis menyokong lapisan epidermis dari segi struktur dan nutrisi.11 Ketebalan lapisan ini bervariasi dari 0,6 mm - 3 mm atau lebih. Lapisan papillar dermis terletak di bawah dan berlekatan dengan pembatas lapisan epidermis (rete ridges). Lapisan ini terdiri dari jaringan ikat kolagen longgar, secara horizontal dan bergelombang ditemukan di lapisan retikuler dermis yang lebih dalam dan lebih tebal.2

Serat-serat kolagen mengisi 70% lapisan dermis memberikan kekuatan dan kepadatan struktur lapisan. Serat elastin tersusun longgar di dalam semua lapisan dermis dan memberikan elastisitas kepada kulit.2 Serat elastin terdapat sebanyak 2% dari berat lapisan dermis orang dewasa.20 Serat elastin terdapat banyak di dekat folikel rambut dan kelenjar keringat, dan sedikit pada lapisan papillar dermis. Isi lapisan dermis bagian bawah merupakan matriks glikosaminoglikan (GAG) yang kurang padat, menyebabkan struktur lapisan dermis dapat bergerak.2

Lapisan dermis bagian bawah memiliki beberapa fungsi: mengikat air, menyediakan nutrisi, hormon, dan zat-zat yang dibuang melewati lapisan dermis; berperan sebagai pelumas antara kolagen dan serat elastin selama pergerakan kulit; dan memungkinkan lapisan dermis berperan sebagai bantalan dari trauma.20 Lapisan dermis mengandung fibroblast (yang mensintesis kolagen, elastin, jaringan ikat lain dan GAG), dendrosit dermis (sel-sel dendrit dengan fungsi imun), sel mast, makrofag dan limfosit.2

2.1.3 Lapisan Subkutaneus

Lapisan kulit terdalam yaitu lapisan subkutis.1 Subkutis terdiri dari jaringan ikat longgar dan lemak (sampai ketebalan 3 cm pada lapisan perut).2 Lapisan subkutis membantu tubuh menjaga panas tubuh dan melindungi organ tubuh dari trauma.17

2.2 Kanker Kulit

Kanker kulit merupakan kanker terbanyak di Amerika Serikat, dengan insidensi yang semakin tinggi. Pada saat ini di Amerika Serikat, kanker kulit berkembang pada 1 dari 6 orang sepanjang hidupnya. Jenis kanker kulit paling banyak dikelompokkan ke dalam 2 kelompok utama: kanker kulit melanoma dan kanker kulit bukan melanoma. Kelompok kanker kulit bukan melanoma terdiri dari KSB dan KSS. Sekitar 1.200.000 kanker kulit bukan melanoma berkembang setiap tahunnya di Amerika Serikat.11 Kebanyakan tumor merupakan kanker sel basal. Kanker sel skuamosa jarang terjadi.17 Kanker kulit bukan melanoma ini jarang menyebabkan kematian, tetapi tumor ini merupakan tumor yang cepat berkembang. Jika tumor ini diabaikan, tumor ini akan merusak jaringan di sekitarnya.11

Sebaliknya, melanoma terdapat sebanyak 5% dari semua kanker yang didiagnosa di Amerika Serikat, 15% diantaranya mengalami kematian. Walaupun melanoma lebih banyak terlihat seiring bertambahnya usia, melanoma merupakan kanker paling sering diderita wanita berusia 25-29 tahun, dan kanker tersering kedua diderita wanita berusia 30-34 tahun. Ukuran kedalaman tumor merupakan indikator penting yang menentukan prognosa melanoma, sehingga deteksi awal dan penanganan awal harus dilakukan untuk mencapai hasil terapeutik yang baik.11 Neoplasma kulit dibagi menjadi neoplasma yang

berasal dari lapisan epidermis, lapisan dermis, struktur adneksa kulit, dan struktur penyokong kulit lainnya.1

Tabel 2.1. Pembagian kanker kulit berdasarkan WHO6

Faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker kulit yaitu: radiasi sinar UV, terutama VUB (290-320 nm pada spektrum solar), yang berperan dalam pembentukan KSS dan KSB. Karsinogenik eksogen selain radiasi UV adalah: (1) Penggunaan tembakau; (2) human papilloma virus; (3) zat arsen; (4) bahan kimia industri, seperti vinyl chloride, hidrokarbon aromatik polisiklik; (5) MNNG (N-methyl-N'-nitro-N-nitrosoguanidine), bahan alkilasi; dan (6) paparan terhadap bensin atau uap bensin.6

2.3 Karsinoma Sel Basal

KSB adalah tumor ganas pada kulit yang berasal dari sel-sel primordial pluripotensial di lapisan basal epidermis, dan dapat juga berasal dari selubung akar luar folikel rambut atau kelenjar sebasea, atau adneksa kulit lainnya.1-5 Sel epitelnya lebih mirip dengan sel germinatif folikel rambut dibandingkan lapisan sel basal epidermis.4,5 Tumor ini juga merupakan tumor fibroepitelial yang terdiri dari komponen stroma (jaringan ikat fibrous) dan epitel, yang ditandai dengan adanya lobulus-lobulus, kolom-kolom, pita-pita, dan korda dari sel-sel basaloid (sel germinativum).5,6 KSB merupakan salah satu tipe dari Non Melanoma Skin Cancer (NMSC) 3,7-9 dan termasuk dalam tumor keratinositik menurut klasifikasi WHO.6,10 Nama lain dari KSB adalah basalioma, basal cell epithelioma, ulkus rodens, ulkus Jacob, tumor Kromprecher, dan karsinoma trikhoblastik.5,6

2.3.1 Epidemiologi

KSB bukan hanya merupakan jenis kanker kulit terbanyak,2,3,12,17,18,20,23

namun juga merupakan penyakit keganasan tersering pada manusia.1,3,10-14,17-19,25

Insidennya 80% dari seluruh keganasan epidermal,14 dan 80% dari seluruh non melanoma skin cancer.26 Menurut American Cancer Society, pada tahun 2000, 75% dari seluruh kanker kulit adalah KSB dan pada tahun 2008 dijumpai lebih dari 1 juta kasus baru.11 Tumor ini juga merupakan kanker kulit terbanyak di Amerika Serikat 15,24 dan Australia.3,9 Australia merupakan negara dengan insiden KSB tertinggi di dunia.1,9,12,16,19,24

Angka kejadian KSB selalu meningkat dari tahun ke tahun,7,18 terutama pada negara-negara yang berada di dekat garis ekuator dan memiliki populasi kulit putih secara

fenotip, misalnya Australia, Jerman, Kanada, Finlandia, Switzerland, dan Netherland.2,12,16 Di negara Amerika Serikat, angka kejadian KSB adalah 50% dari seluruh kanker yang ada.1 Pada tahun 1971 – 1977, terjadinya peningkatan insiden KSB sebesar 18% dan lebih dari 1 juta kasus diantara terdiagnosa setiap tahunnya.1,3 Pada tahun 1996 dijumpai 500.000 kasus baru karsinoma sel basal, selanjutnya pada tahun 2000 dijumpai 800.000 kasus, tahun 2002 dijumpai 900.000 kasus, dan pada tahun 2005 dijumpai 1 juta kasus.8,12 Di negara Australia (Queensland), dijumpai 2000 kasus per 100.000 populasi,6,16 sedangkan di United Kingdom, dijumpai 30.000 kasus baru tiap tahunnya.25

Di Indonesia, insiden KSB menurut Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia pada tahun 1989 adalah 39,93% dari 1530 kanker kulit. Dan menurut penelitian yang dilakukan oleh Tjarta, KSB menduduki peringkat pertama (36,67%) dari seluruh keganasan pada kulit.5 Hasil penelitian Azamris selama periode Januari 2002 - Maret 2007, dari 43 kasus kanker kulit yang dirawat dibangsal bedah. RSU. dr. M. Djamil Padang, yang terbanyak adalah KSB sebanyak 18 kasus (41,8%), sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Burmansyah di RSUP. M. Hoesin Palembang, KSB adalah jenis kanker kulit terbanyak kedua setelah KSS (43,2%).27 Untuk kota Medan, penelitian yang dilakukan oleh Rangkuti di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2010-2011 menunjukkan adanya peningkatan jumlah kasus karsinoma sel basal dari tahun 2010 ke 2011, yakni dari 4 kasus menjadi 7 kasus.28

Angka kejadian KSB meningkat pada kelompok usia yang lebih tua di mana pada usia tua laki-laki lebih sering daripada perempuan, namun pada usia yang lebih muda perempuan cenderung lebih sering dijumpai daripada laki-laki. Hal ini disebabkan oleh

peningkatan paparan terhadap sinar matahari, sehubungan dengan proses pencokelatan kulit.KSB tipe nodular terjadi pada usia lebih lanjut daripada KSB tipe superfisial dan lebih sering terjadi pada kepala sementara tubuh merupakan tempat paling sering untuk tumor tipe superfisial.6

KSB dapat dijumpai pada berbagai bagian tubuh,29 namun lokasi tersering adalah area yang sering terpapar oleh sinar matahari. Daerah kepala dan leher adalah lokasi terbanyak untuk KSB, yakni sekitar 85%,1,11,14,15,17,18,21,30,31

hanya sekitar 10-15% terdapat pada kulit yang terlindung dari paparan sinar matahari.1,11,21,25,30,31

Tumor ini dapat dijumpai pada daerah wajah,2,14,20,23,27,29,30

dahi, tubuh bagian atas,29 punggung,23,30 telinga, bahu,30 dan tangan.22

2.3.2. Etiologi

Faktor risiko terjadinya KSB yaitu: (1) Paparan terhadap sinar ultraviolet (UV), radiasi UV diperkirakan menjadi faktor resiko utama untuk kebanyakan kanker kulit.

Paparan terhadap sinar matahari merupakan sumber utama sinar UV, yang dapat merusak DNA di sel kulit. Penggunaan alas pada proses pencokelatan kulit merupakan sumber lain sinar UV.10,15,17,24,31

Orang-orang yang banyak terpapar sinar matahari dari sumber ini, memiliki resiko kanker kulit yang lebih besar.17,26 Radiasi ultraviolet dibagi ke dalam 3 rentang panjang gelombang, yaitu: (a) UVA menyinari sel-sel tua dan dapat merusak DNA sel. Hal ini berhubungan dengan kerusakan kulit jangka panjang seperti terbentuk kerutan, dan diperkirakan memegang peranan pada beberapa kanker kulit.17 (b) Sinar UVB (290-320 nm) dapat merusak DNA secara langsung, dan menjadi penyebab utama kulit terbakar

sinar matahari. Sinar UVB juga diperkirakan menyebabkan kebanyakan kanker kulit.17,18 (c) Sinar UVC tidak melewati atmosfer bumi karena itu tidak terdapat pada sinar matahari, sinar UVC tidak menyebabkan kanker kulit.17 Ketika sinar UVA dan UVB terdapat dalam sebagian kecil sinar matahari, sinar-sinar ini menjadi penyebab utama efek kerusakan sinar matahari pada kulit. Sinar UV merusak DNA sel kulit. Kanker kulit mulai terjadi saat kerusakan ini mempengaruhi DNA gen yang mengontrol pertumbuhan sel kulit. Kedua sinar UVA dan UVB merusak kulit dan menyebabkan kanker kulit. Sinar UVB lebih berpotensi menyebabkan beberapa kanker kulit, tetapi berdasarkan pengetahuan sekarang ini, tidak ada sinar UV yang aman.17 Jumlah paparan sinar UV yang mengenai seseorang tergantung pada kekuatan sinarnya, lama paparan sinar terhadap kulit, dan apakah kulit dilindungi dengan pakaian atau krim pelindung sinar matahari.17 Orang-orang yang tinggal di daerah dengan sinar matahari cerah sepanjang tahun, memiliki risiko yang lebih tinggi terkena kanker kulit. Contohnya risiko kanker kulit dua kali lipat lebih tinggi di Arizona dibandingkan di Minnesota. Tingkat kanker kulit tertinggi di dunia yaitu di Australia.

Kebiasaan menghabiskan banyak waktu di luar ruangan untuk bekerja atau rekreasi tanpa pakaian pelindung dan krim pelindung sinar matahari akan meningkatkan risiko kanker kulit. Beberapa penelitian juga menekankan paparan sinar matahari pada usia muda (contohnya, sering terpapar sinar matahari pada masa kanak-kanak) merupakan faktor risiko menjadi kanker kulit.17 (2) Memiliki kulit terang, risiko kanker kulit lebih tinggi untuk orang berkulit putih daripada orang Afrika Amerika atau Hispanik. Hal ini disebabkan efek protektif pigmen kulit melanin pada orang-orang berkulit gelap. Orang berkulit putih dengan kulit berwarna terang sangat mudah terbakar oleh paparan sinar

matahari sehingga sangat berisiko tinggi. Hal ini merupakan salah satu alasan angka kejadian kanker kulit yang tinggi di Australia.1 Albinisme merupakan kelainan kongenital akan pigmen pelindung kulit. Orang-orang dengan keadaan ini akan memiliki kulit putih-kemerahan dan rambut putih. Mereka memiliki risiko lebih tinggi menderita kanker kulit jika mereka tidak berhati-hati melindungi kulit mereka.17 (3) Usia yang lebih tua, risiko kanker kulit sel basal dan sel skuamoa meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini disebabkan karena paparan sinar matahari yang semakin tinggi. Kanker ini sekarang terlihat pada orang berusia lebih muda, hal ini disebabkan mereka lebih banyak menghabiskan waktu di bawah sinar matahari dengan kulit mereka yang terpapar sinar matahari.17 (4) Jenis Kelamin, laki-laki berjumlah 2 kali lebih banyak daripada perempuan, yang menderita kanker sel basal. Hal ini diperkirakan akibat tingginya tingkat paparan terhadap sinar matahari.17 (5) Paparan terhadap bahan kimia tertentu, paparan terhadap zat arsen dalam jumlah besar meningkatkan risiko berkembangnya kanker kulit bukan melanoma. Zat arsen merupakan suatu zat logam berat yang ditemukan alamiah di air sumur beberapa daerah. Zat arsen ini juga digunakan untuk membuat beberapa pestisida.17 Para pekerja yang terpapar pada bahan industri tar, batu bara, minyak tanah, dan minyak lainnya dapat juga memiliki peningkatan risiko kanker kulit bukan melanoma.1,17 (6) Paparan Radiasi, orang-orang yang menjalani terapi radiasi memiliki risiko berkembangnya kanker kulit yang lebih tinggi di bagian tubuh yang mendapatkan pengobatan. Hal ini menjadi perhatian khusus pada anak-anak yang telah menjalani terapi radiasi kanker.17, 26 (7) Kanker kulit sebelumnya seseorang yang pernah menderita kanker kulit skuamosa, memiliki kemungkinan perkembangan kanker kulit lain yang lebih

tinggi.17,18 (8) Inflamasi kulit jangka panjang atau luka berat, jaringan parut dari kulit terbakar yang berat, daerah kulit di sertai infeksi tulang berat, dan kulit yang rusak oleh beberapa penyakit kulit inflamasi berat, lebih cenderung mengalami kanker kulit, walaupun risiko ini kecil.1,17 (9) Pengobatan psoriasis, psoralens1,26 dan pengobatan menggunakan sinar ultraviolet (psoralens and ultraviolet light treatments/PUVA) diberikan kepada beberapa pasien dengan psoriasis (penyakit kulit inflamasi yang berlangsung lama), dapat meningkatkan risiko berkembangnya kanker kulit sel skuamosa dan mungkin juga mengembangkan kanker kulit lainnya.17 (10) Xeroderma pigmentosum (XP), penyakit yang sangat jarang diturunkan ini mengurangi kemampuan kulit memperbaiki kerusakan DNA akibat paparan sinar matahari. Orang-orang dengan kelainan ini sering menderita beberapa kanker kulit, dimulai sejak masa kanak-kanak.17 (11) Sindrom nevus sel basal (sindrom Gorlin), pada keadaan kongenital yang jarang ini, orang akan mengalami beberapa kanker kulit sepanjang masa hidupnya. Orang-orang dengan sindrom ini juga mengalami kelainan rahang dan tulang, mata dan jaringan saraf lainnya. Kebanyakan kelainan ini diturunkan dari orang tua. Di dalam keluarga dengan sindrom ini, mereka sering mulai menderita kanker sel basal sejak masa kanak-kanak atau remaja.17 (12) Penurunan imunitas, sistem imun tubuh membantu tubuh melawan kanker kulit dan kanker organ lain. Orang-orang dengan sistem imun lemah (dari penyakit tertentu atau akibat pengobatan medis) lebih mudah menderita kanker kulit bukan melanoma, meliputi karsinoma sel skuamosa dan jenis kanker seperti sarkoma Kaposi dan karsinoma sel Merkel. 1,17,18 Sebagai contoh, orang-orang yang mendapatkan transplantasi organ biasanya diberikan obat-obatan yang melemahkan sistem imun mereka untuk mencegah tubuh mereka dari reaksi penolakan

organ tubuh baru. Hal ini meningkatkan risiko mereka mengalami kanker kulit. Tingkat kanker kulit pada orang-orang yang telah mengalami transplantasi dapat sebesar 70%

dalam 20 tahun setelah transplantasi. Kanker kulit pada orang-orang dengan system imun yang lemah cenderung tumbuh lebih cepat dan lebih menyebabkan kematian.17 Pengobatan dengan dosis tinggi kortikosteroid dapat juga menekan sistem imun tubuh. Hal ini juga meningkatkan risiko kanker kulit seseorang.17 (13) Infeksi Human Papilloma Virus (HPV), human papilloma viruses (HPVs) merupakan kelompok virus yang dapat menyebabkan papilloma, atau kutil. Kutil yang biasanya terjadi di tangan dan kaki, tidak berhubungan dengan bentuk kanker apapun. Tetapi beberapa jenis HPV, terutama jenis HPV yang sering diderita di daerah genitalia dan anal, diperkirakan berhubungan dengan kanker kulit.17 (14) Kebiasaan merokok, orang-orang yang merokok cenderung lebih sering menderita kanker kulit sel skuamosa, terutama di bibir. Merokok diketahui bukan merupakan faktor resiko untuk kanker sel basal.17 (15) Faktor lain, seperti individu dengan mata biru atau hijau, kulit berbintik-bintik, rambut merah atau pirang, sindrom Rasmussen, sindrom Rothmund-Thomsen, sindrom Bazex dan penyakit Darier. 1,3,23,26

2.3.3 Patogenesis

KSB dapat diturunkan dalam pola autosom dominan akibat mutasi gen yang terletak

KSB dapat diturunkan dalam pola autosom dominan akibat mutasi gen yang terletak

Dokumen terkait