• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.6.1 Tujuan dan Ruang Lingkup

ESMF disusun untuk mengidentifikasi, menghindari, mengurangi, dan memitigasi potensi risiko dampak lingkungan dan sosial yang dapat muncul dari investasi yang didukung oleh Komponen 1 dan investasi yang direkomendasikan di dalam ITMP. ESMF juga akan menyediakan mekanisme untuk mengatasi dampak yang dapat dikaitkan dengan perkembangan usaha yang muncul sebagai tanggapan terhadap penyederhanaan perizinan usaha dan promosi investasi yang didukung oleh Komponen 3. ESMF memberikan panduan bagi BPIW dalam: (a) memastikan bahwa instrumen pengamanan yang sesuai telah dimasukkan untuk investasi yang termasuk di dalam Komponen 1 untuk memenuhi persyaratan pengamanan Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia, dan (b) memasukkan persyaratan kebijakan operasional pengamanan Bank Dunia ke dalam rencana-rencana dan berbagai studi yang dipersiapkan berdasarkan Komponen 4 atau bila ada kaitannya, kegiatan di bawah Komponen 3.

Bagaimana ESMF akan berlaku secara berbeda-beda menurut jenis kegiatan Proyek.

 Jenis investasi yang akan didukung di bawah Komponen 1 telah diketahui, namun lokasi, ukuran, dan waktu pelaksanaannya tidak diketahui. Pendekatan dari kerangka kerja sesuai dengan situasi ini. ESMF menyediakan: penyaringan terhadap usulan investasi, memberi panduan untuk mengidentifikasi dampak, memfasilitasi penyusunan instrumen pengamanan, memeriksa dan menyetujui instrumen, serta memantau pelaksanaannya.

 ESMF mensyaratkan dimasukkannya pelatihan kesadaran lingkungan pada program-program di bawah Komponen 2, termasuk aspek yang terkait dari Pedoman K3L, dan termasuk pedoman bagi sektor industri untuk pembangunan pariwisata dan pelayanan.

 Untuk Komponen 3, ESMF mensyaratkan peningkatan kesadaran mengenai aspek-aspek yang terkait dari Pedoman K3L, termasuk pedoman bagi sektor industri untuk pengembangan pariwisata dan pelayanan, bagi para pemohon izin usaha/ investor.

 Dalam hal ITMP yang di bawah Komponen 4, ESMF mensyaratkan untuk dimasukkannya persyaratan dari berbagai OP dalam proses perencanaan di tingkat “hulu”, sehingga persyaratan-persyaratan OP tersebut menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi untuk berbagai jenis investasi dan memberi panduan bagi penyusunan instrumen pengamanan yang diperlukan untuk investasi yang akan dilaksanakan. Misalnya, dalam identifikasi “zona terlarang” berdasarkan sensitivitas fitur alami atau budaya, dengan berkonsultasi di awal dengan semua pemangku kepentingan, termasuk masyarakat adat dan kelompok rentan, dll.

 Dalam hal rencana-rencana sektoral, yang juga dibiayai oleh Komponen 4, ESMF mensyaratkan bahwa keluaran-keluarannya mencakup kajian awal mengenai dampak lingkungan dan sosial, berdasarkan kebijakan pengamanan Bank Dunia dan peraturan perundang-undangan Indonesia dan memberi panduan untuk penyusunan instrumen pengamanan yang diperlukan untuk investasi sektoral yang akan dilaksanakan. ESMF ini berlaku untuk seluruh kegiatan pada Proyek yang berlangsung di tiga daerah tujuan wisata dari manapun sumber pembiayaannya. Hal ini untuk memastikan agar pendekatan-pendekatan yang diambil terhadap pembangunan pariwisata dilakukan secara konsisten dan untuk menghindari risiko reputasi untuk Proyek. Jika pemerintah menyetujui, ESMF dapat diperluas ke daerah-daerah tujuan wisata lainnya di masa mendatang.

ESMF disusun sesuai dengan OP Bank Dunia dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional Indonesia. Kegiatan apa pun yang dipersiapkan dalam Proyek akan dilakukan dengan mengacu pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, termasuk pertimbangan lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi, sebagaimana telah diatur dalam

peraturan perundang-undangan dan kebijakan pengamanan Bank Dunia yang berlaku. ESMF mencakup perbandingan antara peraturan perundang-undangan dan kebijakan pengamanan Bank Dunia dan mengatur ketentuan untuk menutup kesenjangan apabila persyaratan dan prosedur Indonesia tidak memenuhi persyaratan dari OP Bank Dunia. Terdapat juga kasus di mana peraturan perundang-undangan di Indonesia mensyaratkan kajian lingkungan yang lebih tinggi daripada yang dibutuhkan oleh Bank Dunia. Prinsip dasar dari ESMF adalah menerapkan persyaratan mana pun yang lebih ketat.17

Wilayah terdampak proyek adalah wilayah yang kemungkinan besar akan terpengaruh oleh investasi Komponen 1 dan kegiatan yang direkomendasikan dalam ITMP untuk daerah tujuan wisata dan diuraikan di dalam perencanaan di tingkat hilir serta oleh pembangunan yang tidak terencana yang disebabkan oleh kegiatan tersebut (misalnya, permukiman liar yang tumbuh secara spontan dan usaha informal), dan dampak kumulatif. Program pemerintah ini diharapkan mencakup (setidaknya) sepuluh daerah tujuan wisata yang tercantum di bawah ini dari waktu ke waktu. Proyek akan berfokus pada tiga daerah tujuan wisata yang pertama dalam daftar. Tabel 2 di Bagian 3.0 di bawah ini menjelaskan ketiga daerah tujuan wisata tersebut secara lebih rinci — kawasan spesifik yang tercakup di dalam ITMP dan karakteristik lingkungan, sosial, dan budayanya.

Borobudur-Yogyakarta-Prambanan Danau Toba Pulau Lombok Tanjung Kelayang Tanjung Lesung Gunung Bromo Labuan Bajo

Taman Nasional Wakatobi

Pulau Seribu

Morotai

Isi dari ESMF adalah sebagai berikut:

 Ringkasan Eksekutif;

 Uraian Proyek;

 Karakteristik lingkungan, sosial, dan budaya dari ketiga daerah tujuan wisata tersebut;

 Potensi dampak proyek, dan langkah-langkah mitigasinya

 Kerangka kelembagaan, hukum, peraturan, dan kebijakan yang mencakup perbandingan antara peraturan perundang-undangan Indonesia dan ketentuan untuk memenuhi persyaratan kebijakan pengamanan Bank Dunia untuk pelaksanaan Proyek;

 Prosedur untuk mematuhi kebijakan lingkungan dan sosial Bank Dunia dan untuk mematuhi peraturan perundang-undangan nasional dalam rencana investasi dan pengembangan proyek;

 Pengaturan organisasi dan kajian kelembagaan serta pembangunan kapasitas untuk pelaksanaan ESMF, dan anggaran yang terkait;

 Mekanisme Penanganan Keluhan;

 Konsultasi publik dan pengungkapan;

 Pengaturan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan ESMF;

17 Untuk kegiatan bantuan teknis (TA) di bawah Komponen 1 (FS dan DED) dan Komponen 4 (ITMP, Rencana Induk Sektoral, dan DMP), ESMF ini juga disusun dengan menggunakan Pedoman Sementara untuk Penerapan Kebijakan Upaya Perlindungan terhadap Kegiatan-kegiatan Bantuan Teknis (Technical

Lampiran, termasuk contoh (template) untuk berbagai instrumen pengamanan, model kerangka acuan kerja untuk Rencana Induk Pariwisata Terpadu, catatan konsultasi, dll.

1.6.2 Metodologi

ESMF dikembangkan melalui langkah dan metodologi sebagai berikut:

Telaahan dokumen. Dokumen-dokumen berikut ditelaah selama dilaksanakannya

penyusunan ESMF ini:

o Rancangan Dokumen Penilaian Proyek untuk Pinjaman yang Diusulkan Dengan Jumlah $200 Juta untuk Republik Indonesia untuk Program Pembangunan Pariwisata (April 2017 Rancangan-PforR);

o Rancangan Dokumen Penilaian Proyek untuk Pinjaman yang Diusulkan Dengan Jumlah $200 Juta untuk Republik Indonesia untuk Program Pembangunan Pariwisata (November 2017 Rancangan-IPF); o Rancangan Lembar Data Pengamanan Terpadu (ISDS, Integrated

Safeguards Data Sheet) pada Tahap Konsep dan Dokumen Informasi Proyek (PID, Project Information Document) pada Tahap Konsep; o Rancangan Lembar Data Pengamanan Terpadu (ISDS, Integrated

Safeguards Data Sheet) pada Tahap Penilaian untuk TA IPF; o ESMF yang telah disetujui dari TA IPF (23 Oktober 2017);

o Kebijakan Pengamanan Bank Dunia dan peraturan perundang-undangan Indonesia yang berlaku;

o Kajian Sistem Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Sosial (ESSA) untuk Program Pembangunan Pariwisata Indonesia (rancangan Desember 2016); o Rancangan Kerangka Acuan Kerja untuk ITMP; dan

o Kajian Permintaan.

Pembahasan. Serangkaian pembahasan antara BPIW dan Tim Proyek Bank Dunia.

BPIW menyelenggarakan sebelas kali pertemuan dari bulan Februari 2017 sampai Desember 2017 untuk pembahasan dan untuk mendapatkan panduan dari Bank Dunia dalam menyusun rancangan ESMF.

Konsultasi Publik. ESMF untuk TA IPF telah melalui dua putaran konsultasi.

Rangkaian konsultasi yang pertama diselenggarakan di Jakarta (3 April 2017), Borobudur, Kabupaten Magelang (6 April 2017), Parapat, Kabupaten Simalungun (10 April 2017), dan Senggigi, Lombok Barat (12 April 2017) untuk mendapatkan masukan dari para pemangku kepentingan mengenai kerangka acuan (KA) untuk ESMF. Seri konsultasi yang kedua diselenggarakan di Medan, Sumatera Utara (10 Juli 2017), Mataram, Lombok (13 Juli 2017), Yogyakarta (17 Juli 2017) dan Jakarta (19 Juli 2017), baik untuk rancangan ESMF maupun rancangan ESSA dari PforR. Karena aspek pengamanan dari apa yang kemudian menjadi Komponen 1, 2, 3 dan 4 dari Proyek dibahas dalam ESSA, konsultasi publik pada dasarnya mencakup materi yang sama yang sekarang ada di dalam ESMF ini.

2.0 KARAKTERISTIK LINGKUNGAN, SOSIAL DAN