• Tidak ada hasil yang ditemukan

lerai mereka sampai semua aman juga ada rasa dendam di antara mereka.”

Dra. Sari Utami menjelaskan bahwa Sistem pelayanan yang berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan sistem pelayanan yang di berikan KEMENSOS dan berjalan berdasarkan dasar hukum sesuai dengan tabel 5.1 dan 5.2.

Tabel 5.1 Sistem Pelayanan

Sistem Pelayanan Meliputi : Implementasi Ada Tidak ada Kondisi 1. Metode terapi wicara

a. Metode lips reading atau membaca ujaran √ Baik b. Metode oral √ Baik

c. Metode manual √ Baik d. Metode AVT ( Auditori Visual Therapy) √ Baik

2. Pemberdayaan Tuna Rungu Wicara

a. Memenuhi kebutuhan dasarnya √ Baik b. Dapat meningkatkan pendapatan √ Baik dan memperoleh barang dan jasa

c. Dapat berpatisiapsi dalam proses pembangunan √ Baik dan keputusan yang dapat mempengaruhi mereka

Tabel 5.2 Dasar Hukum

Sesuai dengan Tabel 5.1 dan tabel 5.2 bahwa Impelentasi Sistem Pelayanan dan Dasar Hukum yang berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Berjalanan dengan baik dan dasar hukum nya juga dilaksanakan. Dra.Sari Utami juga agar semua penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini menjadi orang-orang yang mandiri dan tetap dijalan yang benar. Juga berharap kemandiriannya penyandang disabilitas tuna rungu wicra ini akan menjadi pendorong untuk kesuskesan mereka kelak.

Dasar Hukum Implementasi

Dilaksanakan Tdk Dilaksanakan

1. Undang-undang RI No. 4 tahun 1997, √ Tentang Penyandang cacat.

2. Undang-undang RI No. 13 tahun 1998, √ Tentang kesejahteraan sosial lanjut usia.

3. Undang-undang RI No. 11 tahun 2011, √ Tentang kesejahteraan sosial.

4. Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 33 tahun 2010, √ Tentang struktur organisasi dan fungsi dinas

5.2.7 Informan Kunci 2

a. Nama : Lauren Sinaga, AKS

b. Umur : 45 Tahun

c. Jenis kelamin : Laki-Laki d. Riwayat Pendidikan : STKS Bandung

e. Agama : Kristen Protestan

f. Suku : Batak Toba

g. Alamat : Jalan. Jawa Pematangsiantar h. Jabatan : Pekerja Sosial Fungsional di UPT

Pelayanan Sosial Tuna

Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar

Lauren Sinaga memaparkan mengenai kinerjanya mulai dari pertama dia ditempatkan kerja di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar. Dimana, beliau telah bekerja dipanti ini selama 13 tahun dan durasi kerjanya dipanti ini adalah 6 jam setiap hari kerjanya. Berbagai pelayanan telah diberikan panti ini kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara diantaranya memberikan pelayanan sosial dasar, pelayanan administrasi seperti penyimpanan data/file, pendampingan bimbingan keterampilan, memberikan bimbingan fisik, sosial, psikososial dan mental serta yang terakhir mengadakan rekreasi kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara. Kemudian, beliau mengatakan jika berbicara pelayanan tentunya menyangkut prosedur atau standar pelayanan tersebut. Sampai saat ini, hanya sebagian pelayanan yang telah sesuai dengan prosedur dan standar panti sosial sebagaimana mestinya. Walaupun demikian, sebagian dari pelayanan

tersebut telah berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan. Sebagian pelayanan yang dimaksud itu adalah menyangkut pelayanan sosial dasar, pelayanan administrasi dan pendampingan bimbingan keterampilan. Karena kemampuan mereka yang terbatas, hanya pelayanan tersebut yang mampu pekerja sosial berikan. Kemudian beliau juga memaparkan bahwa bukan pekerja sosial saja yang terlibat atau berperan aktif dalam semua pelayanan yang diberikan kepada warga binaaan sosial tuna rungu wicara, melainkan hampir semua staff, instruktur keterampilan dari luar panti, psikolog dari luar panti dan juga pemuka agama.

Selanjutnya, beliau memaparkan sistem pelayanan yang mereka terapkan menyangkut pelayanan yang diberikan oleh UPTD kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara. Itu dapat dilihat dari manfaatnya bagi warga binaan sosial tuna rungu wicara, dimana manfaatnya adalah warga binaan sosial tuna rungu wicara mendapatkan ilmu pengetahuan, mendapatkan keterampilan dengan baik, pengubahan perilaku dan tentunya mereka bertambah senang dan nyaman tinggal di panti ini.

Selain sistem pelayanan yang telah ditetapkan dinas sosial, beliau juga mengatakan mereka juga mempunyai cara lain yang digunakan yaitu dalam bentuk pemberian pelayanan penuh selama jam kerja, dimana pekerja sosial bersama-sama dengan pegawai atau staff UPTD berkumpul dan sharing membahas permasalahan warga binaan sosial dan perkembangan mereka kedepannya. Agar strategi yang ada dapat sejalan, maka hal yang kami lakukan sebagai pekerja sosial adalah berkoordinasi dengan pegawai lain di UPTD. Artinya, setiap ada program yang telah berjalan maka kami sama-sama mengevaluasi apa saja kekurangan atau permasalahan yang dihadapi ketika pemberian pelayanan. Untuk itu, menjadi

kewajiban sebagai pekerja sosial selalu terlibat aktif dalam setiap pelayanan yang diberikan oleh panti kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara.

Alasan bapak Lauren memilih menjadi seorang pekerja sosial di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar tidak lain karena memiliki latar belakang pendidikan dari bidang kesejahteraan sosial yaitu SMPS (SMK Sosial di Medan) dan STKS (Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial) Bandung. Berikut penuturan Bapak Lauren :

“Setelah lulus penerimaan PNS, saya ditugaskan di UPTD ini, ya berhubung memang bidang saya dengan senang hati menerimanya”

Kemudian secara singkat, Lauren Sinaga juga menjelaskan tentang profesi pekerja sosial itu berdasarkan pengetahuannya yakni seseorang yang memberikan pelayanan kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) baik secara individu, kelompok, maupun masyarakat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Sedangkan pekerja sosial di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar adalah seseorang yang memberikan pelayanan kepada penyandang disabilitas tuna rungu wicara dan lanjut usia ataupun juga PNS yang diberikan tugas, tanggung jawab dan hak untuk memberikan pelayanan kepada PMKS sesuai dengan jenjang jabatannya.

Selanjutnya beliau memaparkan fungsi pekerja sosial itu dipanti, dimana beliau mengatakan bahwa pekerja sosial itu terbagi atas 2 kelompok berdasarkan fungsinya, yaitu pekerja sosial terampil dan pekerja sosial ahli. Pekerja sosial terampil, mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan warga binaan sosial tuna rungu wicara mulai dari tahap pendekatan awal, asesmen, rencana intervensi, intervensi, terminasi dan terakhir rujukan. Sedangkan, pekerja sosial ahli mempunyai tugas melakukan supervisi kepada pekerja sosial terampil yakni diantaranya

menyusun konsep instrument asesmen, rencan intervensi, pelaksanaan intervensi, evaluasi, terminasi dan rujukan. Artinya, pekerja sosial ahli melakukan evaluasi secara keseluruhan. Dimana hingga saat ini tugas masing-masing dari pekerja sosial tersebut telah berjalan sesuai dengan prosedur kegiatan yang telah ditetapkan.

Rutinitas penyandang disabilitas tuna rungu wicara Lauren Sinaga mengatakan anak tuna rungu wicara belajar bahasa isyarat dan pelajaran umum lainya dari hari senin sampai jumat di kelas sesuai dengan tingakatan pengetahuan nya masing-masing , setelah selesai anak tuna rungu wicara langsung masuk ke ruang ketrampilan. Kemudian istrahat makan siang, lalu lanjut ketrampilan lagi. Tepat pukul 16.00 wib baru mereka bisa pulang ke asrama. Lauren Sinaga juga menambahkan:

“Untuk kegiatan mereka sehari-hari kami dari pihak UPTD sudah menyesuaikan kegiatan anak tuna rungu wicara ini sebagaimana dengan peraturan yang berlaku. Anak tuna rungu juga boleh balek ke orang tuanya tetapi hanya hari sabtu dan minggu,biasa anak tuna rungu ini dijemput dengan orang tuanya teapi hari senin mereka sudah harus masuk lagi”

Kemudian terkait warga binaan sosial tuna rungu wicara yang nantinya keluar dari panti, pihak UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar secara bertahap memberikan pendampingan ataupun bimbingan keterampilan sebagai modal dasar untuk mandiri. Setelah itu, diwaktu luang pekerja sosial memberikan bimbingan sosial bagi warga binaan sosial tuna rungu wicara yang berguna untuk interaksi ataupun pergaulan mereka dengan masyarakat di luar nantinya. Ini sangat penting, karena warga binaan tidak dapat diketahui kapan keluarnya dari panti. Dimana warga binaan dapat keluar atau selesai belajar di panti paling cepat yaitu setahun dan yang paling lama 3 tahun. Dengan catatan, yang cepat

keluar telah dinyatakan terampil dalam satu bidang keterampilan yang diajarkan ataupun sangat mudah menangkap pelajaran yang diberikan. Untuk mendukung keterampilan yang mereka miliki, pihak UPTD melakukan kerja sama dengan pengusaha atau pihak luar untuk memperbolehkan warga binaan sosial tuna rungu wicara magang di tempat mereka walaupun bukan untuk bekerja menetap.

Selain itu, warga binaan sosial juga sering diberikan bantuan oleh pihak lain di luar panti yakni bantuan insidentil yakni berupa makanan, minuman, pakaian bekas yang tentunya mereka terima dari pihak panti. Ketika ditanyakan kepada Bapak Loren tentang apa yang menurut beliau paling penting untuk dibenahi di panti ini, dia mengatakan bahwa sarana dan prasarana belajar harus diperbaiki, peralatan eletronik (seperti infocus, VCD, TV), dan yang terpenting tenaga ahli seperti psikolog ataupun dokter dapat ditempatkan di panti ini.

Menyangkut kehidupan penyandang disabilitas tuna rungu wicara sehari-harinya, pastilah mempunyai permasalahan misalnya saja perkelahian antara sesanma penyandang disabilitas tuna rungu yang satu dengan yang lainya. Dalam hal ini, pekerja sosial mempunyai peranan penting dalam penyelesaiannya. Berikut penuturan Lauren Sinaga:

Nah, kami sesegera mungkin harus bisa menyelesaikan masalah itu, jangan sampai berlarut-larut sehingga menimbulkan masalah yang lebih luas lagi.”

Akan tetapi ketika permasalahan dianggap berat dan tidak mendapatkan solusinya maka, pekerja sosial meminta bantuan pemikiran ataupun tenaga kepada seluruh staff.

Selanjutnya Lauren sinaga menjelaskan tentang apa saja kendala di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar. Berikut penuturan Lauren Sinaga :

Kendala yang berada di UPTD ini yang pertama sarana dan prasarana nya itu belum perlu lah diperhatikan lagi, contohnya saja atap ruang kantor atau aula yang bocor dan kusen jendela atau pintu kantor yang rusak, kemudian plafon ruang ketrampilan yang rusak, mobil ambulans belum ada untuk WBS yang sakit dan meninggal, lalu kamar mandi lansia masih berada di luar asrama. Lalu yang kedua belum tersedinya tenga kerja profesional, seperti Dokter, sarjana agama (Islam dan Kristen).”

Sebagai pekerja sosial fungsional Lauren Sinaga juga menambah kan terkait sistem pelayanan dan dasar hukum di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar.

Tabel 5.3

Sistem Pelayanan Sosial

Sistem Pelayanan Meliputi : Implementasi Ada Tidak ada Kondisi 1. Metode terapi wicara

a. Metode lips reading atau membaca ujaran √ Baik b. Metode oral √ Baik

c. Metode manual √ Baik d. Metode AVT ( Auditori Visual Therapy) √ Baik

2. Pemberdayaan Tuna Rungu Wicara

a. Memenuhi kebutuhan dasarnya √ Baik b. Dapat meningkatkan pendapatan √ Baik dan memperoleh barang dan jasa

c. Dapat berpatisiapsi dalam proses pembangunan √ Baik dan keputusan yang dapat mempengaruhi mereka

Tabel 5.4 Dasar Hukum

Lauren Sinaga menambahkan sistem pelayanan terhadap penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini menurut tabel 5.3 semuanya sudah ada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar dan semua berjalan dengan baik. Begitu juga dengan dasar hukum sesuai dengan tabel 5.4. Berikut penuturan Lauren Sinaga:

“Kalau sistem pelayanan yang berada disini, itu semua nya seudah berjalan dengan baik, terkhususnya pada anak tuna rungu wicara ini. Semua berjalan dengan tahap demi tahap, karena kalau kita mengajari anak tuna rungu wicara ini tidak seperi kita orang normal, jadi ya harus perlahan. Kalau dasar hukum ya kami di UPTD ini mengikutin apa yang di perintahkan oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial. jadi kami tinggal mengikuti peraturan yang berlaku sesuai dengan undang-undang dan semua terleksana dan berjalan dengan baik.”

Dasar Hukum Implementasi

Dilaksanakan Tdk Dilaksanakan

1. Undang-undang RI No. 4 tahun 1997, √ Tentang Penyandang cacat.

2. Undang-undang RI No. 13 tahun 1998, √ Tentang kesejahteraan sosial lanjut usia.

3. Undang-undang RI No. 11 tahun 2011, √ Tentang kesejahteraan sosial.

4. Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 33 tahun 2010, √ Tentang struktur organisasi dan fungsi dinas

5.2.8 Informan Kunci 3

a. Nama : Dra. Upik Ekhia

b. Umur : 53 Tahun

c. Jenis kelamin : Perempuan d. Riwayat Pendidikan : STKS Bandung

e. Agama : Islam

f. Suku : Padang

g. Alamat : Jalan. Sisingamangaraja no. 68 Pematangsiantar

h. Jabatan : Staf Administrasi di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar

Dra. Upik Ekhia adalah seorang staff administrasi di Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar, yang bertugas untukmelaksanakan kegiatan korespondensi dan surat menyurat baik diluar kegiatan lingkungan UPTD maunya luar UPTD. Tugas Ibu Dra.Upik Ekhia selain melaksanakan surat menyurat, ia juga merupakan seorang pembina bagi lanjut usia di Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar. Dra. Upik Ekhia masuk di di UPTD ini sejak 1995 dan langsung menjadi seorang staff administrasi hingga sekarang dan pembina lansia sejak bulan februari tahun 2010. Berikut penuturan Dra, Upik Ekhia: “Saya masuk di UPTD ini sejak tahun 1995, ketika saya masuk saya langsung menjadi staff administrasi dan menjadi pembina untuk lanjut usia sejak bulan februari 2010.”

Dra. Upik Ekhia menjelaskan bahwa pelayanan sosial itu ialah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.

Kalau pelayanan sosial untuk penyandang disabilitas tuna rungu wicara ia menjelaskan bahwa semua udah di jelas dari tahap pendekatan sampai dengan terminasi.

Sebagai staff administrasi, bukan berarti Dra. Upik Ekhia tidak berhadapan langsung kepada penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini. Bahkan ia mengatakan sangat dekat dan paham betul terhadap peyandang disabilitas tuna rungu wicara ini, semua anak penyandang disabilitas di UPTD ini mendapatkan perlakuan yang sama. Berikut penuturan Dra. Upik Ekhia:

“Saya berada disini sudah lama sejak tahun 1995, jadi saya paham betul bagaimana watak dan tingkah anak tuna rungu ini. Walau mereka tiap tahun nya ada yang datang juga ada yang keluar. Tapi saya sudah tau bagaimana mereka. Kalau masalah pelayanan yang di berikan pihak UPTD kepada tuna rungu wicara ini, semua anak mendapatkan perlakuan yang sama, tidak ada perlakuan khusus terhadap perseorangan.”

Dra.Upik Ekhia mengatakan jumlah peralatan ketrampilan tidak lah sesuai dengan jumlah penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini, oleh karena itu saat menggunakan alat ketrampilan penyandang disabilitas tunarungu wicara ini menggunakan alat ketrampilanya secara bergantian. Ia juga mengatakan hasil dari ketrampilan penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini biasanya ada yang dsimpan untuk pihak UPTD, yang nantinya akan dbuat pameran dan ada juga hasil dari ketrampilan mereka itu akan dibawa pulang oleh penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini ketika dia sudah tamat dari UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara

dan Lanjut Usia Pematangsiantar, yang nantinya ketika dia sudah mandiri dan lebih dewasa dia mungkin bisa membuka usaha menjahit sendiri atau mungkin bekerja dengan orang lain . berikut penuturan Dra.Upik Ekhia:

“Jumlah peralatan ketrampilan disini sudah memadai tetapi kurang mencukupi, jumlah pertalatan ketrampilanya tidak sesuai dengan jumlah anak tuna rungu wicaranya, oleh karena itu kami membuat jadwal untuk mereka ssecara bergantian, dan hasil dari ketrampilan mereka akan di simpan oleh pihak UPTD yang nantinya akan menjadi pameran dan ada juga yang di bawa pulang oleh anak tuna rungu wicara ini yang akan di tunjukkan untuk orang tuanya.”

Di dalam menjalankan implementasi sistem pelayanan penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini dalam mencapai kemandirian, Ibu Dra. Upik Ekhia tentu mengalami beberapa kendala yang menurutnya merupakan sebuah tantangan. Berikut menurut penuturan Ibu Dra. Upik Ekhia:

Ada sedikit kendala dalam menjalankan sistem pelayanan anak tuna rungu wicara ini dalam necapai kemandirianya. Salah satu kendalanya adalah berasal dari anak tuna rungu wicara itu tersebut. Karena tidak semua anak tuna rungu wicara ini mempunyai semangat yang lebih, karena ia merasa dirinya tidak bisa berbicara dan mendengar jadi dia merasa dirinya tidak berguna untuk orang lain. Oleh karena itu secara perlahan kami dari pihak UPTD secara berlahan mulai meyakinkan dirinya terus memberikan motivasi bahwa semua orang bermanfaat nantinya apabila kita memiliki keyakinan untuk maju dan motivasi hidup yang kuat.

Dengan demikian penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini, dapat kembali merasakan dirinya termotivasi dan mau mulai melangkah maju untuk hidup yang lebih baik. Anak-anak bisa tumbuh dalam kasih sayang dan cinta, rasa

dihargai dan rasa aman sama hal nya juga dengan penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini, mereka juga harus mendapatkan perlakuan yang sama tanpa harus dibedakan dengan kondisnya. Ibu Dra. Upik Ekhia berharap para penyandang disabilitas tuna rungu wicara yang berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar untuk selalu tetap bersemangat dan bisa menjadi lebih mendiri, sehingga ketika mereka sudah tamat dari UPTD ini mereka dapat berguna baik bagi dirinya sendiri dan juga orang lain.

Dra.Upik Ekhia juga menjelaskan bahwa Sistem pelayanan yang berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan sistem pelayanan yang di berikan KEMENSOS dan berjalan berdasarkan dasar hukum sesuai dengan tabel 5.5 dan 5.6.

Tabel 5.5 Sistem Pelayanan

Tabel 5.6 Dasar Hukum

Sistem Pelayanan Meliputi : Implementasi Ada Tidak ada Kondisi 1. Metode terapi wicara

a. Metode lips reading atau membaca ujaran √ Baik

b. Metode oral √ Baik c. Metode manual √ Baik d. Metode AVT ( Auditori Visual Therapy) √ Baik

2. Pemberdayaan Tuna Rungu Wicara

a. Memenuhi kebutuhan dasarnya √ Baik b. Dapat meningkatkan pendapatan √ Baik dan memperoleh barang dan jasa

c. Dapat berpatisiapsi dalam proses pembangunan √ Baik dan keputusan yang dapat mempengaruhi mereka

Dasar Hukum Implementasi

Dilaksanakan Tdk Dilaksanakan

1. Undang-undang RI No. 4 tahun 1997, √ Tentang Penyandang cacat.

2. Undang-undang RI No. 13 tahun 1998, √ Tentang kesejahteraan sosial lanjut usia.

3. Undang-undang RI No. 11 tahun 2011, √ Tentang kesejahteraan sosial.

4. Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 33 tahun 2010, √ Tentang struktur organisasi dan fungsi dinas

5.2.9 Informan Kunci 4

a. Nama : Sri Mayanti

b. Umur : 47 Tahun

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Riwayat Pendidikan : SMPS (SMK sosial saat itu)

e. Agama : Islam

f. Suku : Jawa

g. Alamat : Perdagangan

h. Jabatan : Pekerja Sosial Penyelia atau pekerja sosial termpil di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan

Lanjut usia Pematangsiantar.

Sri Mayanti berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar sejak tahun 2004 atau telah berkisar 12 tahun. Jabatan beliau adalah pekerja sosial penyelia atau bisa dikatakan sebagai pekerja sosial terampil. Sri Mayanti mengatakan bahwa pelayanan sosial itu adalah. Berikut penuturan Sri Mayanti:

“Suatu tindakan-tindakan yang memperkerjaan pekerja-pekerja sosial atau tenaga profesional yang berkaitan dan diarahkan pada tujuan kesejahteraan sosial.”

Sri Mayanti juga menjelaskan berbagai pelayanan telah diberikan dan semua pelayanan tersebut telah berjalan sesuai perencanaan dan dituangkan ke dalam bentuk program bagi warga binaan sosial tuna rungu wicara. Semua pelayanan yang diberikan kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara harus terlebih dahulu diseleksi dan disepakati oleh seluruh pihak di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu

nantinya dikemudian hari. Setiap pelayanan yang diberikan, tidak terlepas dari berbagai permasalahan baik itu dari dalam ataupun dari luar panti itu sendiri. Jika ditemukan permasalahan dalam pemberian pelayanan kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara.

Tugas dan fungsi utama Sri Mayanti sebagai pekerja sosial di panti adalah memberikan pelayanan penuh kepada penyandang disabilitas tuna rungu wicara dan melakukan pengawasan dan evaluasi secara menyeluruh terhadap pelayanan dan program yang dilaksanakan. Berikut penuturan Sri Mayanti:

Hingga saat ini tugas dan fungsi kami masih berjalan dengan baik dan lancar.”

Pelayanan yang diberikan oleh UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar kepada penyandang disabilitas tuna rungu wicara pada dasarnya telah sesuai dengan prosedur dan standar panti sebagaimana mestinya yang telah ditetapkan oleh dinas sosial. Bentuk pelayanan tersebut berupa pelayanan sosial dasar, pelayanan bimbingan dan pelayanan akses. Semua pelayanan tersebut tidak lepas dari kontrol dan pengawasan pekerja sosial. Setiap pekerja sosial diharpkan keseriusan ataupun loyalitasnya dalam pemberian pelayanan dengan setiap harinya bekerja selama 6 jam atau bisa lebih jika ada permasalahan yang serius dan harus diselesaikan. yang diberikan oleh UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar kepada penyandang disabilitas tuna rungu wicara pada dasarnya telah sesuai dengan prosedur dan standar panti sebagaimana mestinya yang telah ditetapkan oleh dinas sosial. Bentuk pelayanan tersebut berupa pelayanan sosial dasar, pelayanan bimbingan dan pelayanan akses. Semua pelayanan tersebut tidak lepas dari kontrol dan pengawasan pekerja sosial. Setiap pekerja sosial maupun seluruh staaf dan pegawai yang berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu

Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar diharpkan keseriusan ataupun loyalitasnya

Dokumen terkait