• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Sistem Pelayanan Penyandang Disabilitas Tuna Rungu Wicara dalam Mencapai Kemandirian di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Sistem Pelayanan Penyandang Disabilitas Tuna Rungu Wicara dalam Mencapai Kemandirian di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematangsiantar"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara

Implementasi Sistem Pelayanan Penyandang Disabilitas Tuna Rungu Wicara dalam Mencapai Kemandirian di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara

dan Lanjut Usia Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematangsiantar

A. Karakteristik Identitas Informan 1. INFORMAN UTAMA

Identitas Informan

a. Nama :

b. Umur :

c. Pendidikan :

d. Jenis kelamin :

e. Agama :

f. Suku :

B. Asesmen

1. Apa yang menjadi alasan sehingga adik bisa berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini?

2. Sebelum berada disini, siapa yang menjaga adik? 3. Apakah adik masih mempunyai kerabat?

4. Bagaimana hubungan adik dengan keluarga adik sebelumnya?

(2)

6. Bagaimana kondisi lingkungan tempat tinggal adik sebelumnya?

7. Sebelum masuk ke UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini siapa yang merawat adik ketika sedang sakit?

8. Bagaimana cara adik berkomunikasi dengan teman nya ?

9. Berapa kali adik makan dalam sehari sebelum masuk UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini?

10.Kapan adik mulai bergabung di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar?

11.Sudah berapa lama adik berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar?

12.Apakah ada saudara adik yang lain yang juga ikut tinggal di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar? 13.Ketika adik pertama kali tinggal di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu

Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, apa yang adik lakukan?

C. Implementasi Sistem Pelayanan a. Kegiatan Harian

14.Bagaimana hubungan adik dengan teman yang lainnya?

15.Bagaimana sikap pegawai/pengurus UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar terhadap adik?

16.Apakah sikap pegawai/pengurus dengan adik sama dengan saudara asuh lainnya?

(3)

Jika ada, apa saja?

18.Ketika memiliki masalah kepada siapa adik bercerita?

19.Bagaimana tindakan pegawai/pengurus jika adik merasakan sakit atau gejala-gejala akan sakit?

20.Pelajaran apa yang adik senangin ketika berda dalam kelas ? 21.Ketrampiilan apa yang adik lakukan ketika selesai belajar ?

22.Bagaimana respon dan tindakan pegawai/pengurus jika adik melakukan kesalahan?

23.Adakah perubahan yang adik rasakan setelah berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar?

24.Adakah pengaruh terhadap adik selama berada UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar?

25.Apakah adik sering membersihkan kamar dan asrama?

26.Jika makan, biasanya sendirian atau bersama-sama teman yang lainya? 27.Kegiatan apa yang paling disenangi di UPTD Pelayanan Sosial Tuna

Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini?

28.Selama tinggal di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini adik sering melakukan olahraga?

29.Olahraga apa yang paling disenangi di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini?

30.Bagaimana kegiatan kerohanian di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar?

(4)

b. Pelayanan Lembaga

32.Apakah UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar pernah memberikan peralatan baru untuk sekolah juga ketrampilan atau bahkan yang memberikan donatur dari luar?

33.Bagaimana tindakan UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar jika adik sakit?

34.Apakah UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar pernah mengajak rekreasi?

35.Ketika UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar mengadakan acara, apakah adik ikut berpartisipasi di dalamnya ?

A. Karakteristik Identitas Informan 2. INFORMAN KUNCI

Identitas Informan

i. Nama :

j. Umur :

k. Jenis kelamin : l. Riwayat Pendidikan :

m. Agama :

n. Suku :

(5)

B. Pertanyaan untuk Pegawai/Pengurus

1. Sudah berapa lama bapak/ibu berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar?

2. Menurut bapak/ibu, Apakah sistem pelayanan itu, terkhususnya pelayanan yang diberikan kepada anak tuna rungu wicara ini?

3. Apakah anak tuna rungu wicara di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar mendapatkan pelayanan yg sama antara anak yang satu dengan yang lainya?

4. Apa saja rutinitas anak tuna rungu wicara sehari-hari di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini?

5. Ketika selesai belajar di kelas masing-masing yang seuai dengan tingkatan akademiknya, apakah ketrampilan yg mereka pilih sesuai dengan yang mereka inginkan atau bergantian secara berkala?

6. Apakah peralatan ketrampilan yang ada sudah sangat memadai atau bahkan kurang memadai?

7. Ketika barang dari ketrampilan mereka selesai, apakah itu akan di jual yang nanti nya hasilnya untuk mereka?

8. Ketika ada anak tuna rungu wicara yang baru masuk di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini yang belum mengenal bahasa isyarat jari juga memahami gerak-gerik juga sebagainya, bagaimana cara bapak ibu untuk mengajarkan nya dari awal ?

9. Apakah bapak/ibu mempunyai tekik tersendiri untuk mengajarinya agar anak tuna rungu wicara tersebut dapat memahaminya dengan cepat ?

(6)

11.Apa saja kendala yang bapak/ibu alami selama berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar?

C. Sistem Pelayanan

1. Undang-undang RI No. 4 tahun 1997, Tentang Penyandang cacat.

2. Undang-undang RI No. 13 tahun 1998, Tentang kesejahteraan sosial lanjut usia. 3. Undang-undang RI No. 11 tahun 2011,

Tentang kesejahteraan sosial.

4. Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 33 tahun 2010, Tentang struktur organisasi dan fungsi dinas

(7)

A. Karakteristik Identitas Informan

3. INFORMAN TAMBAHAN

Identitas Informan

a. Nama :

b. Umur :

c. Riwayat Pendidikan : d. Jenis Kelamin :

e. Agama :

f. Suku :

g. Alamat :

h. Jabatan :

B. Pertanyaan untuk Psikolog di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar

1. Sejak kapan ibu telah menjadi psikolog bagi anak tuna rungu wicara di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini ?

2. Dalam sebulan berapa kali ibu melakukan bimbingan juga memberikan motivasi kepada anak tuna rungu wicara?

3. Motivasi-motivasi seperti apa yang ibu berikan kepada anak tuna rungu wicara ini?

(8)

5. Apakah ibu pernah mendapatkan keluhan dari orang tua anak tuna rungu wicara mengenai sistem pelayanan yang di berikan di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini?

Jika pernah, apa saja?

6. Menurut ibu sejauh ini, apakah anak tuna rungu disini mendapatkan pelayanan dan fasilitas yang layak oleh UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar?

7. Apakah anak tuna rungu wicara pernah mencoba kabur atau melarikan diri dari UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini?

8. Apakah ada kendala yang ibu dapatkan dalam pelaksanaan program pelayanan sosial anak tuna rungu wicara ini dalam mencapai kemandirianya?

(9)

LAMPIRAN II

Hasil Dokumentasi Observasi Penelitian

Implementasi Sistem Pelayanan Penyandang Disabilitas Tuna Rungu Wicara dalam Mencapai Kemandirian di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad dan Muhammad Asrori. 2005. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik . jakarta: PT Bumi Aksara.

Bappenas, 2012. Data Program Perlindungan Sosial Bappenas 2012.

Baron, R.A dan Byrne, D. 2004, Psikologi sosial. Jilid I. Edisi 10. Alih bahasa: Ratna Juwita, dkk. Erlangga: jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depsos RI. 2008. Pedoman Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak dengan Kecacatan Rungu Wicara. Jakarta.

Fahrudin, Adi, Ph.D. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Laksana. 2008. Manajemen Pemasaran Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Masrun, Dkk. 1986. Studi Mengenal Kemandirian Pada Penduduk di Tiga Suku Bangsa (Jawa, Batak, Bugis), Laporan Penelitian. Yogyakarta: FE-UGM

Muhidin, S, 1992. Pengantar Keseejahteraan Sosial. Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.

Mujahiddin. 2012. Memahami dan Mendidik Anak Autis Melalui Perspektif dan Prinsip-Prinsip Metode Pekerjaan Sosial. Medan: Penerbit Mataniari Project.

Nurdin, M.F. 1989. Pengantar Studi Kesejahteraan Sosia . Bandung: Angkasa. Ryff, S,D. & Singer, B,H. 2008. Best News Yet On The Six-Factor Model Of Well

being. Social Science Research.

Sarbaguna, Boy. 2008. Analisis Data pada Penelitian Kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Sastrawinata, E, Sugiarto, M.H., Salim, M., 1997. Pendidikan anak-anak tuna rungu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(16)

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.

Tjiptono, Fandy. 2005. Prinsip-prinsip Total Quality Service. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Wahab, Solichin Abdul, 2002. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Sinar Grafika.

Sumber lain :

Sektariat Jenderal MPR RI. 2012, Undang-Undang Nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat pasal 1 ayat 3 dan pasal 6 ayat 6.

(http://www.depkes.go.id, diakses pada tanggal 20 maret 2016, pada pukul 20.57 Wib)

(http://erlinaheria.blogspot.co.id/2012/10/penyandang-disabilitas.html, diakses pada tanggal 9 desember 2015 pukul 20:07 Wib).

(https://id.wikipedia.org/wiki/Difabel, diakses pada tanggal 8 desember 2015 pukul 16:34 Wib)

(https://tunarungu.wordpress.com/, di akses pada tanggal 11 desember 2015 pukul 22.20 Wib).

(http://www.kartunet.com/kenali-tunawicara-lebih-jauh-1075/, di akses pada tanggal 4 desember 2015 pukul 22.37 Wib).

(https://www.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=18765, di akses pada tanggal 4 desember 2015 pukul 21.58 wib).

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan dan mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011: 52).

Penelitian deskriptif bersifat menggambarkan dan melukiskan suatu hal berupa gambar atau foto yang didapat dari data lapangan dan kemudian menjelaskannya dengan kata-kata. Pendekatan penelitian ini adalah berupa pendekatan kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam suatu satuan. Melalui penelitian deskriptif ini, penulis membuat gambaran kondisi secara menyeluruh tentang implementasi sistem pelayanan peyandang disabilitas tuna rungu wicara di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut usia Kecamatan Siantar Sitalasari kota Pematangsiantar.

3.2 Lokasi Penelitian

(18)

untuk diketahui banyak orang demi peningkatan kualitas pelayanan sosial di UPTD ini.

3.3 Informan Penelitian

Informan adalah orang yang bermanfaat untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Ia mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Informan berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Informan dengan kebaikannya dan kesukarelaannya dapat memberikan pandangannya dari segi orang dalam nilai-nilai, sikap dan suatu proses yang menjadi latar penelitian tersebut.

Pada penelitian ini, penulis tidak menggunakan populasi dan sampel tapi menggunakan subyek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian. Subyek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian (Suyanto, 2005: 171- 172). Informan penelitian ini meliputi tiga macam informan yaitu:

1. Informan Kunci yaitu mereka yang megetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan kunci dalam penelitian ini adalah berjumlah 4 orang yaitu Dra. Sari utami, Lauren Sinaga, AKS, Dra. Upik Ekhia, Sri mayanti yang menangani anak tuna rungu wicara di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia.

(19)

3. Informan tambahan yaitu mereka yang dapat menguatkan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan tambahan dalam penelitian ini adalah Nita Ermayati S.Psi selaku psikolog di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematangsiantar.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data atau informasi menyangkut masalah yang akan di teliti dengan memplajari dan menelaah buku serta tulisan yang ada pada kaitanya terhadap masalah yang diteliti.

2. Studi lapangan yaitu pengumpulan data atau informasi yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitiaan untuk mencarai fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti adalah:

a. Observasi, yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang yang dilakukan dengan mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang menjadi sasaraan penelitian.

(20)

Dalam penelitian ini, wawancara yang dimaksud yaitu mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk menelengkapi data yang diperlukan.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagimana adanya. Data-data yang telah di tetapkan dari hasil penelitian lapangan melalui observasi dan wawancara kemudian dikumpulkan lalu di olah dan dianalisis dengan menggambarkan dan menjelaskan serta memberikann komentar dengan jelas sehingga data dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui jawaban dari masalah yang diteliti (Sarbaguna, 2008).

(21)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah berdirinya Lembaga

Pada tahun 1958 oleh Perkebunan Siantar Estate memberikan sebidang tanah kepada Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara/Dinas Sosial Daerah Tingakat II Kabupaten Simalungun guna mendirikan Panti Sosial dengan tujuan dapat menampung para penyandang masalah social terutama para Lanjut Usia yang sudah pensiun dari perkebunan Siantar Estate. Luas arealnya 20.000 M2. Lokasinya di Jalan Sisingamangaraja Kelurahan Bah Kapul Kecamatan Siantar Martoba Kodya Pematang Siantar. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 1987 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial Tingkat I Sumatera Utara status Panti Karya Bah Kapul berubah menjadi Panti Jompo/Lanjut Usia.

(22)

a. Penyandang Cacat Tuna Rungu Wicara

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat.Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental-mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara layak. Penyandang Cacat Rungu Wicara adalah seseorang yang mempunyai kelainan pada alat pendengaran dan bicara sehingga tidak dapat melakukan fungsinya secara wajar.

b. Lanjut Usia Terlantar.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 33 Tahun 2010 tentang Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi UPTD pada Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara UPTD Harapan teratai Bah Kapul Pematang Siantar berubah nama menjadi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar.

4.2 Visi dan Misi UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematangsiantar

4.2.1 Visi

a. Terciptanya kenyamanan bagi lanjut usia dalam menikmati kehidupan di hari tua b. Terwujudnya tuna rungu wicara mandiri dan terampil di masyarakat

4.2.2 Misi

a. Memenuhi kebutuhan dasar bagi lanjut usia

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan, keagamaan, dan perlindungan sosial kepada lanjut usia.

(23)

d. Menyediakan sarana dan prasarana untuk pelatihan keterampilan praktis

4.3 Gambaran umum Lembaga

UPTD pelayanan sosial tuna rungu wicara dan lansia pematang siantar merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kesejahteraan dan Sosial Propinsi Sumatera Utara, yang mempunyai tugas pokok dan fungsi memberikan pelayanansosial kepada Penyandang Cacat Tuna Rungu Wicara dan Lansia (Werda), berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 33 Taahun 2010 (Tentang struktur organisasi, tugas dan fungsi UPTD Dinas Kesejahteraan dan Sosial Sumaatera Utara). UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia yang berdomisili di Jln. Sisingamaharaja No. 68 Pematang Siantar Sumatera Utara (Jln. Lintas menuju kotawisata Parapat).

4.3.1 Dasar Hukum

1. UUD No.4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. 2. UUD No.4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat.

3. UUD No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia.

4. UUD No.43 Tahun 1998 tentang upaya peningkaatan kesejahteraan penyandang cacat.

5. UUD No. 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah. 6. UUD No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial.

7. PP No.32 Tahun 2004 tentang upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat.

(24)

9. KEMENSOS RI No.59/HUK/2003, tentang organisasi dan tata kerja pantisosial. 10. PERDA/PROVSU No.3 tahun 2001, tentang dinas-dinas daerah Sumatera Utara. 11. KEP.GUBERNUR SUMATERA UTARA no.061.297/K tahun 2002 tentang tugas, fungsi dan tata kerja dinas sosial serta organisasi dan tata kerja UPTD Sumatera Utara.

12. Peraturan Gubernur no.33 tahun 2010 tentang struktur organisasi, tugas, fungsi UPTD pada dinas kesejahteraan dan sosial Propinsi Sumatera Utara.

4.3.2 Sasaran Garapan

A. Penyandang Cacat Tuna Rungu Wicara , dengan kriteria: 1. Usia 15-35 tahun.

2. Tidak menderita cacat ganda dan penyakit menular. 3. Belum menikah.

4. Bersedia di asramakan dengan lama pembinaan maksimal 3 tahun. 5. Membawa surat pengantar pemerintah setempat (domisili).

B. Lanjut Usia, dengan kriteria: 1. Usia 60 tahun ke atas.

2. Tidak menderita penyakit menular. 3. Sehat jasmani dan rohani.

(25)

4.3.3 Struktur Organisasi

(26)

Bagan 4.1

STRUKTUR ORGANISASI UPTD PELAYANAN SOSIAL TUNA RUNGU WICARA & LANSIA PEMATANG SIANTAR

1. Kepala UPTD

Adapaun uraian tugas dari Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah, adalah : a) Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan, arahan dan penegakan disiplin pegawai di lingkungan dinas.

b) Menyelenggarakan pembinaan, sinkronisasi dan pengendalian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dinas.

c) Menyelenggarakan penetapan perencanaan dan program kegiatan dinas, sesuai ketentuan yang berlaku.

KASAUB.BAG TATA USAHA KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL (PEKERJA SOSIAL)

(27)

d) Menyelenggarakan pengkajian dan menetapkan pemberian dukungan tugas atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah di bidang kesejahteraan dan sosial.

e) Menyelenggaraan fasilitasi penyelenggaraan program potensi sumber kesejahteraan sosial, pemberdayaan sosial, pelayanan dan rehabilitasi sosial, bantuan dan jaminan sosial.

f) Menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan instansi/lembaga terkait. g) Menyelenggarakan pengkoordinasian penyusunan tugas-tugas teknis serta evaluasi pelaporan yang meliputi kesekretariatan, potensi sumber kesejahteraan sosial, pelayanan dan rehabilitasi sosial, bantuan dan jaminan sosial.

h) Menyelenggarakan penetapan penyusunan standar, norma-norma dan kriteria-kriteria sesuai ketentuan yang berlaku.

i) Menyelenggarakan koordinasi kegiatan teknis dalam rangka penyelenggaraan pelayanan di bidang kesejahteraan dan sosial.

j) Menyelenggarakan koordinasi kegiatan dengan dinas/lembaga kesejahteraan dan sosial lintas Kabupaten/Kota.

k) Menyelenggarakan tugas lain, yang diberikan Gubernur sesuai tugas dan fungsinya.

2. Pekerja Sosial Fungsional

Adapun yang menjadi tugas dari pekerja sosial fungsional adalah : a) Membuat kurikulum pembelajaran warga binaan sosial. b) Menyusun jadwal pembelajaran warga binaan sosial. c) Menyusun rancangan dan istrumen asesmen.

(28)

e) Pendampingan bimbingan pengetahuan dasar, bahasa isyarat, dan bimbingan keterampilan.

f) Melaksanakan bimbingan sosial, psikososial, dan advokasi. g) Pembahasan kasus.

h) Supervise pelaksanaan tugas.

i) Evaluasi dan pembuatan laporan kegiatan. 3. Sub Bag Tata Usaha

Adapun yang menjadi tanggung jawab Sub bag tata usaha, meliputi : a) Melaksanakan surat menyurat.

b) Pengusulan kenaikan pangkat, gaji berkala, dan pensiunan. c) Mutasi pegawai.

d) Melakukan pembayaran air, listrik, dan telepon. e) Mengurus gaji pegawai, honor daerah, honor lepas. f) Memelihara sarana dan prasarana.

g) Pembinaan pegawai apel pagi dan sore, upacara hari. h) kesadaran nasional.

i) Menginventarisasi barang 4. Staf

5. 20 orang tenaga honorer (instruktur, dokter, psikolog, satpam, juru masak, tukang cuci, petugas asrama dan petugas kebersihan)

Latar belakang pendidikan petugas meliputi: a. Sarjana pendidikan

b. Sarjana hukum

(29)

e. Ahli gizi f. sekolah umum

4.4 Sarana dan Prasarana

Tabel 4.1

(30)

17.

4.5 Tata Cara Penanganan Tuna Rungu Wicara

Warga binaan sosial (wbs) tuna rungu wicara sejumlah 35 orang, terdiri dari 15 orang laki-laki dan 20 orang perempuan. Proses pelayanan dilakukan dengan beberapa tahap, yakni :

1. Pendekatan awal

a. Sosialisasi program.

b. Registrasi pendaftaran calon wbs rungu wicara (mengisi formulir). c. Membuat kontrak kerja dengan keluarga dan calon wbs.

d. Menerima dan penempatan calon wbs ke asrama. e. Orientasi calon wbs di UPTD.

2. Asesmen

a. Menyusun instrument asesmen. b. Mengisi formulir asesmen.

c. Analisa tingkat kemampuan fisik, vocational, sosial, mental dan psikososial d. Pembahasan kasus.

e. Menentukan fokus masalah.

f. Penempatan wbs ddalam kelas pembelajaran pengetahuan dasar dan keterampilan. 3. Perencanaan Pelayanan Sosial

a. Menetapkan tujuan pelayanan.

(31)

c. Membuat jadwal pelayanan.

d. Menyusun materi pengetahuan dasar, bimbingan fisik, keterampilan, sosial, psikososial dan advokasi.

4. Pelaksanaan Program Pelayanan Sosial

a. Pemberian pengetahuan dasar dan bahasa isyarat kelas A1. Jumlah 20 orang kelas.

b. Pemberian pengetahuan dasar dan bahasa isyarat wbs tuna rungu wicara kelas B. sejumlah 8 orang.

c. Pemberian pengetahuan dasar dan bahasa isyarat wbs tuna rungu wicara kelas C. sejumlah 7 orang.

d. Pemberian bimbingan fisik (wbs tuna rungu wicara main volley, tenis meja, senam, jalan santai, bulu tangkis dan sepak bola).

e. Bimbingan mental agama islam dan Kristen 1.Bimbingan agama islam (hari jumat). 2. Bimbingan agama Kristen (hari jumat).

3.Ibadah dilaksanakan di dekat UPTD. Mesjid Sibatu-batu, Gereja di Jl. Bali.

4. Merayakan Natal bersama di Aula UPTD. 5. Mengikuti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. f. Bimbingan social (Peksos dengan wbs tuna rungu wicara). g. Bimbingan keterampilan menjahit dan border

h. Bimbingan keterampilan salon.

i. Bimbingan keterampilan pertukangan kayu

(32)

k. Melaksanakan evaluasi pengetahuan dasar, bahasa isyarat, keterampilan dan mental wbs tuna rungu wicara.

l. Terminasi: Terminasi bagi wbs lanjut usia dilaksanakan karena meninggal dunia Terminasi bagi wbs rungu wicara dilaksanakan setelah 3 tahun mengikuti pelayanan sosial di panti.

4.6 Tuna Rungu Wicara

(33)

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Pada bab ini data-data yang telah didapatkan akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deksriptif-kualitatif yang lebih mementingkan ketetapan dan kecukupan data, dimana data yang disajikan berupa deskripsi tentang peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari kehidupan seseorang dengan kata-katanya sendiri. Data-data yang didapatkan diperoleh peneliti dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dengan informan.

Analisis data adalah upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Untuk melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka peneliti mencoba menguraikan hasil wawancara dengan informan tentang data-data tersebut.

(34)

5.2 Hasil Temuan 5.2.1 Informan Utama 1

Nama : Dinda Anggita Sitorus

Umur : 19 Tahun

Nama Ayah : P. Sitorus

Nama Ibu : Nurhaidan Gultom

Pendidikan : WBS UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak Toba

(35)

“Saya sudah berada disini sejak 2013 saat saya berumur 17 tahun, dulunya saya

tinggal bersama orang tua saya tetapi karena orang tua saya kurang mampu juag

saya ingin belajar akhirnya saya dibawa kesini”

Dinda mengaku ketika masih tinggal dengan orang tua dan keluarganya, hidupnya merasa kekurangan karena orang tuanya hanya sebagai petani juga dia mempunyai 2 orang kakak dan 2 orang adik. Lalu Dinda mengaku ketika masih tinggal dengan orang tua dan keluarganya, Dinda hanya sekali makan dalam sehari atau kalau ada makanan lebih dua kali dalam sehari. Kemudian mengatakan Dinda kalau dulu sempat bersekolah di SLB yang berada di daerah iya berasal walaupun akhirnya dia berhenti dari sekolah tersebut. Selain itu juga saat Dinda merasakan sakit atau gejala-gejala akan sakit, Dinda hanya berusaha sendiri untuk mengobati dirinya karena Dinda tidak mau membuat orang tuanya khawatir dan bingung karena Dinda tahu orang tuanya tidak mempunyai biaya untuk berobat.

(36)

“saat saya berkomunikasi dengan teman yang sama seperti saya, kami sudah

saling mengerti apa yang kami bicarakan satu sama lainya.”

Awal masuk UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, Dinda masih merasa bingung dan ingin pulang karena sering rindu dengan orang tuanya. Dinda masih sering menangis karena belum terbiasa berada di asrama. Tetapi karena Dinda mempunyai ambisi juga tekat yang kuat agar bisa berguna baik bagi dirinya juga orang lain maka Dinda bersemangat ketika berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Hubungan pertemanan Dinda dengan teman penyandang disabilitas lainya ia merasa sangat baik dan sangat senang. Dinda mengaku setelah 3 tahun berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, ia merasa sangat bahagia dengan perhatian dan kasih sayang dari pegawai/pengurus. Dinda juga mengaku kalau pegawai/pengurus tidak pernah pilih kasih atau berpihak pada yang satu denga yang lainya. Setiap hari sabtu pegawai/pengurus juga sering mengajak untuk bergotong royong membersihkan lingkungan juga asrama, mengajak makan bersama seperti sarapan dan makan siang dan malam dengan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara di ruang makan.

Dinda mengaku jika ia dan peyandang disablitas tuna rungu wicara lainnya membuat kesalahan, maka pegawai/pengurus selalu menasehati agar tidak melakukan kesalahan-kesalahan lagi. Dinda juga menjelaskan bahwa:

“pegawai/pengurus sangat lah perhatian kepada saya, terutama ketika saya

sedang sakit, maka pegawai/pengurus langsung membawa saya ke poloklinik dan

merawat saya sampai sembuh. Pegawai/pengurus juga tidak pernah memukul

saya dan saudara-saudara yang lain,kecuali kalau membuat kesalahan yang

(37)

Dinda mengatakan, ketika dia belajar di kelas dinda sangat menyukai pelajaran bahasa indonesia, karena disitulah Dinda bisa mendapatkan pelajaran penyusunan bahasa yang sesuai dengan EYD berikut penuturan dinda.

“saya sangat suka pelajaran bahasa indonesia, karena saya suka buat puisi dan

pantun.”

Setelah selesai belajar di kelas jam 08.00-10.00 wib. Dinda langsung bergerak ke ruang ketrampilan menjahit dan bordir, karena ia memilih ketrampilan ini sesuai yag ia bisa juga keahlian dari Dinda, karena ketika Dinda masih tinggal bersama orang tuanya, Ibunya mengajarkan Dinda menjahit, saat ada pakaian yang sudah robek. Dinda juga sering mendapatkan motivasi dari ibu pegawai/pengurus agar bisa menjadi anak yang mandiri dan sukses sehingga bisa membanggakan keluarga nantinya. Saat memiliki masalah pun Dinda lebih sering bercerita dengan pegawai/pengurus, agar bisa mendapatkan solusi untuk bisa menyelesaikan masalahnya. Pegawai/pengurus UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar selalu mengajak Dinda dan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu lainya untuk sarapan, dan makan malam bersama di ruang makan.

Pelayanan yang diberikan Pegawai/pengurus UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar memberikan perubahan dan pengaruh terhadap kehidupan Dinda yaitu menjadi lebih disiplin, mengerti bagaimana saling menyayangi sesama saudara, bisa melakukan pekerjaan rumah sendiri seperti mencuci piring, mencuci baju, dan menyetrika pakaian. Berikut penuturan Dinda: “ Setelah beberapa tahun berada di sini, saya menjadi lebih disiplin. Dulu saya

selalu bangun siang tidak bisa bangun pagi. Pegawai/pengurus juga mengajarkan

(38)

mencuci baju dan piring, menyetrika juga sudah bisa, karena saya sudah

diajarin.”

Selama berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, Dinda menjalani berbagai kegiatan yang ada disini yang didampingi oleh Pembina. Kegiatan yang paling disukai oleh Dinda adalah kegiatan membuat ketrampilan menjahit dan membordir, karena nantinya ketika melihat hasil yang telah dibuat, Dinda merasa senang dan bahagia, karenan nantinya bisa diberikan kepada orang tua nya ketika pulang juga dapat di jual oleh pihak UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Dinda juga menambahkan:

“UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar

sering mengajak rekreasi ketempat-tempat yang menarik untuk belajar

bersosialisasi dengan berbagai kalangan masyarakat. Terakhir kali kami rekreasi

ke Timuran, disana saya sangat senang sekali bermain bersama teman-teman

juga mandi-mandi.

(39)

5.2.2 Informan Utama 2

Nama : Alfredo Sembiring

Umur : 17 tahun

Nama Ayah : S. Sembiring

Nama Ibu : S.ginting

Pendidikan : WBS UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Kristen Protestan

Suku : Karo

Alfredo adalah anak sulung dari 3 bersaudara. Alfredo merupakan WBS DI UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Alfredo baru bergabung di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar tahun 2013 yang lalu. Karena Alferdo tidak bisa mendengar dan berbicara dengan jelasnya selaykanya anak pada umumnya, jadi alfredo menjelaskan melalui tulisan Berikut penuturan Alfredo:

“ Saya bergabung tahun 2013, pada saat itu saya masih berumur 14

tahun.”

(40)

ingin lanjut belajar, Alferdo pun di masuk kan oleh orang tuanya di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Orang tua Alferdo pun baru mengetahui keberedaan UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar dari saudaranya dan juga di UPTD ini gratis tanpa dipungut biaya. Alfredo pun langsung masuk dan berkumpul dengan orang-orang yang sama seperti nya. Begitupun dengan lingkungan tempat tinggal Alfredo sebelumnya sangat tidak memungkinkan untuk ia terus berada disana, hal ini di karenakan Alferdo juga sering sekali menjadi bahan-bahan olok-olokan di tempat asalnya. Saat tinggal bersama orang tuanya, pola makan Alferdo sangat tidak teratur, bahkan ia jarang mendapatkan makanan yang bergizi. Jika Alfredo sakit, ia hanya diberikan obat dari warung oleh ibunya. Berikut penuturan Alfredo:

“Ketika saya tinggal dengan ibu saya, makan saya tidak teratur terkadang sama

sekali tidak makan dalam sehari. Kalau saya sakit ibu saya hanya memberikan

saya obat dari warung tidak pernah dibawa kerumah sakit karena tidak ada biaya

untuk berobat.”

Tahun 2013, saat Alferdo bergabung di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar hal yang pertama kali ia lakukan adalah berkenalan dengan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu lainya. Walaupun masih ada rasa takut dan bingung, tetapi Alfredo tetap memberanikan dirinya untuk ikut bergabung dengan teman-teman penyandang disabilitas lainya. Misalnya saat teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya asedang menonton tv di asrama putra, Alfredo ikut bergabung untuk menonton tv, sambil berkenalan juga mengakrabkan diri pada teman-teman lainya. Berikut penuturan Alfredo:

“Ketika pertama saya masuk ke sini, saya masih takut dan bingung karena saya

(41)

Tapi saya beranikan diri saya untuk mendekati teman-teman yang lain, seperti

bermain bersama-sama dan saat menonton tv saya ikut bergabung. Akhirnya

lama-kelamaan saya bisa dekat dan akrab dan tidak ada rasa takut lagi dan

menganggap seperti keluarga sendiri.”

Jika mempunyai masalah Alfredo biasanya menceritakan dan lebih terbuka kepada temannya, hal ini di karenakan jika kepada Pegawai/pengurus Alfredo ada rasa takut, baik masalah di asrama maupun masalah keluarganya. Alfredo juga selalu ingat dengan nasehat orang tuanya untuk menjadi anak yang jujur dan tidak sombong. Hari demi hari berjalan hubungan Alferdo dengan teman-temna penyandang disabilitas tuna ungu wicara yang lain sangat akrab, jarang terjadi pertengkaran diantara mereka. Pegawai/pengurus tidak pernah membeda-bedakan ia dengan teman-teman penyandang disabiltas tuna rungu wicara yang lain. Alferdo merasa kebersaman ketika berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar sangat lah luar biasa. Ia merasa sangat senang juga bahagia. ia sudah mengalami banyak perubahan kearah yang lebih baik. Alfredo juga menambahkan:

“Kalau disini pola makan saya teratur, ibu yang di dapur selalu

menyiapkan sarapan, makan siang, snack juga makan malam. Selain itu kalau

saya sakit ibu langsung membawa ke poliklonik dan menyuruh saya untuk

istirahat.

Alfredo mengatakan bahwa pelajaran yang paling dia senengin adalah pelajaran geografi. Karena dsitu dia mengatuhin dimana letak negara-negara lain. Berikut penuturan Alferdo.

“saya suka pelajaran geografi, saya bisa tahu negara-negara di luar negeri.

(42)

Ketika selesai belajar di kelas, Alfredo langsung berganti pakain ke asrama, kemudian langsung bergegas ke ruang ketrampilan pertukangan kayu. Ketrampilan ini dipilih Alfredo di karenakan ketika sudah besar iya ingin membuka usaha pertukangan kayu sendiri, dengan membuat perlengkapan perebotan rumah tangga. Berikut penuturan Alfredo

“Ketika saya tamat dari sini saya mempunyai cita-cita untuk membuka usaha

membuat peralatan perabotan rumah tangga seperti meja, lemari, kursi, dan

perabotan lainya.”

Kegiatan yang di senangi Alfredo sore hari ketika selesai dari pertukangan kayu adalah ia senang bermain sepak bola bersama teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara kegiatan ini di lakukan Alfredo dan teman-temanya hampir setiap hari. Bersama teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya Alfredo sering melakukan gotong royong membersihkan lingkungan juga asrama putra. Alfredo juga menambahkan bahwa:

“Saya senang bisa tiggal disini, berkumpul bersam teman-teman belajar

dan bermain bersama. saya sudah merasa nyaman, pegawai dan pengurus nya

baik dan perhatian kepada saya juga ke teman-teman yang lain, ibu psikolog nya

juga ramah. Selain itu saat ada perayaan besar kami sering pertunjukan di aula.”

(43)

5.2.3 Informan Utama 3

Nama : Sylvia Desliani Dalimunthe

Umur : 17 tahun

Nama Ayah : W. Dalimunthe

Nama Ibu : Maya hasibuan

Pendidikan : WBS UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak Toba

Sylvia adalah anak sulung dari 3 bersaudara. Sylvia merupakan siswi WBS di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Sebelumnya Sylvia tinggal bersama orang tuanya, namun karena orang tuanya tidak mempunyai pekerjaan tetap dan tidak bisa membiayai kehidupan Sylvia. Sehingga itu menjadi salah satu alasan mengapa Sylvia masuk ke UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar karena nya semua biaya pendidikan di UPTD ini gratis.

(44)

“Akhir tahun 2013 saya UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan

Lanjut Usia Pematangsiantar. Saat itu saya masih berusia 14 tahun. Ketika

pertama kali masuk kesini, saya tidak ada malu-malu. Saya langsung berbaur dan

belajar dan bermain dengan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu

wicara yang lain.”

Hubungan Sylvia dengan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya cukup baik. Saat ia berkomunikasi dengan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya teman nya tersebut langsung mengerti apa yang di maksud Sylvia. Sylvia termasuk anak yang supel atau mudah bergaul dengan orang lain sehingga tidak membuat Sylvia sulit untuk berbaur dengan teman-teman penyandang disabilitas lainya. Namun, tidak jarang ada terjadi pertengkaran diantara Sylvia dengan teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya yang lain, biasanya disebabkan karena rebutan mainan atau bahkan gara-gara laki-laki. Berikut penuturan Sylvia:

“saya berkomunikasi dengan teman saya yang seperti saya

nyambung, kami tau apa yang kami maksud, kalau masih tidak mengerti

biasanya kami menulis di buku apa ynag kami ceritakan.”

Ketika belajar di kelas Sylvia mengakui sangat suka pelajaran matematika, Sylvia suka berhitung. Saat ia belajar matematika dia yang terbaik diantar teman-teman penyandang disabilitas lainya. Sylvia lah yang paling cepat berhitung juga paling cepat mengerjakan soal berhitung. Berikut penuturan Sylvia:

“saya sangat suka pelajaran matematika, karena saya suka belajar .

tambah-tambah, kurang-kurang, kali-kali. Juga bagi-bagi.”

(45)

wajah nya sendiri. Sylvia juga mengakui pegawai/pengurus yang ada di salon sangat ramah juga mau mengajarkan ketrampilan nya sampai mahir. Sehingga sampai saat ini Sylvia sudah bisa merias wajah, menggunting rambut, creambath, facial, pedicure, medicure, mewarnai rambut dan membuat sanggul. Sylvia juga menambahkan:

“Disini saya belajar sama ibu, banyak ilmu yang saya dapatkan, yang

nantinya ketika saya tamat dari sini, saya bisa membuka salon sendiri atau

bekerja di salon milik orang lain.”

Selama berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, Svlvia sering diajak bergotong royong membersihkan lingkungan dan asrama juga dan kamar oleh pegawai/pengurus. Sarapan, makan siang dan makan malam bersama-sama di ruang makan membuat hubungan Sylvia dengan pegawai/pengurus dan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya menjadi sangat akrab. Berikut penuturan Sylvia:

“ Sebelum masuk ke kelas biasanya kami membersihkan kamar

dulu dan mengambil sampah yang ada di lingkungan asrama. setelah itu baru

kami upacara pagi lalu masuk kelas.”

Sudah banyak kegiatan yang telah dilakukan oleh Sylvia di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, diantaranya adalah menari dan bermain bulu tangkis. Menari dan bulu tangkis menjadi kegiatan yang disenangi oleh Sylvia karena menurutnya ia bisa berolahraga agar tubuhnya bisa sehat. Berikut penuturan Sylvia:

“Saya suka berolahraga. Disini olahraga yang saya ikuti adalah

menari dan bulu tangkis. Di menari saya diajarkan tarian batak. Jika saya sudah

(46)

pertunjukan menari tarian batak bersama teman-teman yang lainya .Sedangkan

bermain bulu tangkis dilatih supaya tubuh saya menjadi kuat dan sehat.”

Sylvia mengaku di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, ia mengalami banyak perubahan Walaupun seperti itu Sylvia berharap ia bisa menjadi anak yang disiplin, bisa lebih bertanggung jawab dan menjadi lebih rajin belajar.

5.2.4 Informan Utama 4

Nama : Rayanda

Umur : 17 tahun

Nama Ayah : Jailani

Nama Ibu : Lina

Pendidikan : WBS UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Suku : Jawa

(47)

tidak memiliki biaya. Keluarga Raya tergolong sangat miskin dan Raya hanya sekali makan dalam sehari dengan lauk yang seadanya. Berikut penuturan Raya:

“Selama saya tinggal dengan keluarga, saya tidak merasakan

kasih sayang mereka, bahkan saya yang menjaga dan mengasuh adik-adik saya

karena saya anak tertua. Makan saya sangat tdak teratur,kadang sekali sehari

atau tidak makan sama sekali.”

Awal tahun 2012 Raya masuk UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, karena ia termasuk anak yang kehilangan pengasuhan orang tuanya. Raya masuk ke UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Raya tidak mempunyai pilihan karena orang tuanya sendirilah yang mengantar ia UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Dulunya Raya menganggap orang tuanya tidak lagi menyayanginya Berikut penuturan Raya:

“Saat saya berusia 12 tahun, orang tua saya yang mengantar

sayake sini. Saya menganggap orang tua saya sudah tidak menyayangi saya,

karena sudah memasukkan saya ke sini. Tapi setelah beberapa hari saya berada

disini, pegawai/pengurus mengingatkan bahwa orang tua saya memasukkan saya

kesini karena mereka sayang, agar saya bisa menjadi anak yang cerdas dan sehat

juga berguna untuk diri sendiri dan keluarga.”

(48)

penyandang disabilitas tuna rungu wicara yang lainya dan mengikuti semua peraturan dan arahan dari pegawai/pengurus.

Hubungan Raya dengan teman-teman penyandang disabiltas tuna rungu wicara lainya cukup baik. Setiap ingin melakukan sesuatu biasanya Raya dan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya akan berkompromi dahulu. Tetapi bukan berarti Raya tidak pernah bertengkar dengan teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya. Biasanya masalah yang menimbulkan pertengkaran diantara Raya dan teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya adalah bermain bola. Namun, itu tidak berlangsung lama biasanya yang tertua akan melerainya. Berikut penuturan Raya:

“ Saya dengan teman yang lain cukup akrab, tapi sering juga

bertengkar. Biasanya karena kalah main bola, yang kalah tidak mau terima tapi

tidak lama, karena teman yang tertua yang melerai setelah itu kembali baik

kesemula.”

Selama Raya tinggal di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, ia mengaku pegawai/pengurus sangat perhatian dan menyayanginya. Jika Raya sakit pegawai/pengurus akan membawanya ke poliklinik. Ketika ada masalah Raya sering menceritakan masalahnya kepada pegawai/pengurus, terutama tentang keluarganya. Jika ia rindu dengan keluarganya, ia hanya bercerita dengan pegawai/pengurus, Raya juga menambahkan:

“pegawai/pengurus perhatian kepada saya. Jika saya sakit

pegawai/pengurus langsung membawa ke poliklinik Jika saya berbuat salah,

pegawai/pengurus tidak pernah memukul, pasti hanya menasehati dan ditegur.

Ibu juga sering memberikan motivasi-motivasi kepada saya agar saya menjadi

(49)

Perubahan yang sangat terasa oleh Raya sejak UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar adalah ia menjadi anak yang lebih baik, Raya bisa menjadi anak yang mandiri, dan bisa melakukan hal-hal yang sebelumnya ia tidak bisa. Berikut penuturan Raya:

“Saya merasa selama berada disini saya menjadi lebih mandiri,

seperti membersihkan asrama, mencuci baju dan pring juga yang lainya.”

Raya mengatakan bahwa pelajaran yang paling dia senengin adalah pelajaran pelajaran agama islam. Karena disitu dia mengetahi perbuatan yang baik dan yanng buruk, juga amalan-amalan yang bisa mendatangkan pahala. Berikut penuturan Raya. “saya suka pelajaran agama islam, saya bisa tahu amalan-amalan yang bisa

mendatang kan phala. Dan perbuatan apa yang menjadi dosa.”

Ketika selesai belajar di kelas, Raya kemudian langsung bergegas ke ruang ketrampilan pertukangan kayu. Ketrampilan ini dipilih Raya di karenakan karena Raya dulu sering melihat paman nya membuat perabotan rumah tangga sehingga raya termotivasi dan ingin menjadi seorang pertukangan kayu yang handal dan jujur sama seperti pamanya. Berikut penuturan Raya:

“saya memilih pertukangan kayu karena saya ingin menjadi seperti paman

saya menjadi seorang pembuat perabotan rumah tangga yang handal dan

jujur .”

Semua arahan pegawai/pengurus memberikan pengaruh kepada kehidupan Raya, mereka mengajarkan Raya bagaimana menjadi anak yang mandiri dan tetap dijalan yang benar. Raya juga berharap kemandiriannya akan menjadi pendorong untuk kesuskesannya.

(50)

Nama : Nurchairani Safitri Hasibuan

Umur : 17 tahun

Nama Ayah : Agung Hasibuan

Nama Ibu : Intan

Pendidikan : WBS UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Mandailing

Rani adalah anak tunggal. Rani adalah seorang WBS UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Rani telah kehilangan ke dua orang tuanya, itulah alasan utama mengapa Rani berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Sebelum berada di UPTD ini Rani tinggal bersama Neneknya, namun karena rani ingin mengembang kan dirinya agar nantinya dia berguna bagi dirinya sendiri juga orang di sekitarnya, Rani ingin tetap melanjutkan pendidikan ketrampilanya. Kemudian Rani masuk ke UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar diantar oleh nenek nya juga saudaranya. Berikut penuturan Rani:

“Kedua orang tua saya sudah tidak ada, jadi saya di asuh oleh nenek saya dari

kecil, saya sangat sayang dengan nenek.”

(51)

bisa bersosialisasi dengan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya. Berikut penuturan Rani:

“ Sejak tahun 2012 saya sudah berada di sini. Saat itu umur saya masih 14

tahun, dan saya masih merasa takut ketika pertama kali masuk kesini dan belum

bisa berbaur dengan teman yang lain.”

Hubungan Rani dengan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya yang lain cukup baik, meskipun sering terjadi pertengkaran diantara mereka. Pertengkaran yang terjadi biasanya karena saling mengejek dan bahkan pernah sampai saling baku pukul. Namun pertengkaran tersebut tidak pernah berlangsung lama, paling lama dua hari hubungan mereka sudah kembali baik. Kalau sudah terjadi pertengkaran seperti itu,biasanya pegawai/pengurus yang melerai dan memberikan nasehat kepada mereka. Rani mengaku pegawai/pengurus sangat perduli kepada kesehatan. Rani tidak pernah dibiarkan jika sedang sakit, pegawai/pengiris akan membawanya langsung ke poliklinik untuk diperiksa dan diberikan obat. Pegawai/pengurus mengajarkan sholat dan amalan-amalan baik lainya. Saat sebelum masuk ke UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, pola makan Rani sangat tidak teratur dan jarang mendapatkan makanan dengn gizi dan nutrisi yang baik. Tetapi setelah Rani masuk ia mendapatkan makanan dengan gizi yang jauh lebih baik, saat makanpun Rani selalu disiapkan dan ditemani oleh teman-teman penyandang disabilitas lainya.

Ketika belajar di kelas Rani mengakui sangat suka pelajaran IPA. Rani senang belajar linngkunag dan alam sekitar. Berikut penuturan Rani:

“saya senang pelajaran IPA, karena saya ingin banyak lebih tau

(52)

Selesai belajar di kelas Rani langsung berjalan ke ruangan Salon. Ketrampilan salon dipilih Rani, di karenakan ketika menonton acara telivisi, Rani melihat orang dengan berbagai jenis make-up juga hiasan diri lainya jadi Rani penasaran dengan berbagai macam warna rambut dan model kuku yang lucu dan bagus. Selain itu juga Rani juga belajar merias wajah, menggunting rambut, creambath, facial, pedicure, medicure, mewarnai rambut dan membuat sanggul. Rani juga menambahkan:

“Saya sangat senang berada di sini karena sebelum saya menghias

orang lain saya juga bisa menghias diri saya sendiri.”

Selama berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, Rani sering diajak bergotong royong membersihkan lingkungan dan asrama juga dan kamar oleh pegawai/pengurus. Selain itu jika Rani mempunyai masalah, baik masalah bersama temanya atau keluarga Rani akan menceritakan kepada pegawai/pengurus. Pegawai/pengurus tidak pernah membeda-bedakan kasih sayang dan perhatiannya kepada siapapun, karena dia menganggap semuanya sama. Siapapun yang melakukan kesalahan akan diberikan sanksi dan nasehat. Berikut menurut Rani:

”pegawai/pengurus baik, jika saya sakit selalu dibawa ke poliklinik. Saat

makan juga selalu bersama-sama. Pegawai/pengurus tidak pernah

membeda-bedakan perhatiannya kepada saya dan yang lain. Jika ada yang berbuat salah

maka wajib diberikan sanksi.”

(53)

Pematangsiantar maupun donatur dari luar untuk Rani dan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya yaitu uang, pakaian dan peralatan alat tulis baru dan saat hari raya idul fitri. Berikut penuturan Rani:

“Banyak kegiatan di sini, tapi saya paling senang olahraga menari

dan bermain angklung. Biasanya latihannya setiap hari kamis dan jumat sore

.Saat tahun ajaran baru sekolah dan saat hari raya Idul Fitri, donatur sering

memberikan uang, pakaian dan peralatan baru kepada kami.”

Selama empat tahun tinggal di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar Rani mengaku sudah ada perubahan yang dirasakan oleh Rani karena arahan dari pegawai/pengurus. Rani sekarang sudah lebih rajin mengerjakan sholat lima waktu dan amalan-amalan baik lainya, sudah bisa mencuci baju sendiri dan sudah pandai bergaul dengan orang lain. Rani berharap setelah keluar dari sini, ia tetap bisa menjadi anak yang mandiri dalam menggapai cita-citanya.

5.2.6 Informan Kunci 1

a. Nama : Dra. Sari Utami

b. Umur : 51 Tahun

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Riwayat Pendidikan : S1 Pendidikan Luar Biasa

e. Agama : Islam

f. Suku : Jawa

(54)

h. Jabatan : Kepala UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia

Pematangsiantar

(55)

Dra. Sari Utami berada di di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar sejak tahun 1990, dan ketika menjabat sebagai kepala sejak juli tahun 2013. Berikut penuturan Dra. Sari utami:

“Saya berada di sini sejak 1990, sudah 26 tahun, dan menjabat sebagai kepala pada

bulan juli 2013.”

Dra. Sari Utami menjelas kan bahwa pelayanan sosial itu ialah pelayanan sosial merupakan suatu usaha yang dilakukan kelompok atau seseorang untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada klien dalam mencapai tujuan tertentu, kalau sistem pelayanan terhadap tuna rungu wicara Ibu Dra. Sari Utami mengatakan yang pertama sekali itu proses Pendekatan awal dimana di dalam pendekatan ini tentunya ada Sosialisasi program, lalu ada registrasi pendaftaran calon WBS rungu wicara atau mengisi formulir, kemudian membuat kontrak kerja dengan keluarga dan calon WBS tuna rungu wicara, lalu menerima dan penempatan calon WBS ke asrama, yang terakhir orientasi calon wbs di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar.

Dra. Sari Utami mengatakan Itu masih tahapan awal dalam proses pelayanan penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini, tahapan yang kedua Dra. Sari Utami menjelaskan tentang Proses Assesment terhadap WBS penyandang disabilitas tuna rungu wicara di dalam proses assesment ini akan dilaksanakan menyusun instrumen asesmen, mengisi formulir asemen, analisa tingkat kemampuan fisik, vocational, sosial, mental, dan psiksososial, kemudian pembahasan kasus, lalu dilanjutkan dengan menentukan fokus masalah, dan yang terakhir penempatan WBS dalam kelas pembelajaran pengetahuan dasar dan keterampilan.

(56)

pelayanan sosial yang dimana dalam perencanaan sosial ini akan dilaksanakan yang pertama menetapkan tujuan pelayanan, kemudian yang kedua pengelompokan WBS pada jenis program pelayanan berdasarkan rekomendasi assesmen, lalu membuat jadwal pelayanan dan yang terakhir menyusun materi Pengetahuan dasar, bimbingan fisik, keterampilan, sosial, psikososial, dan advokasi. Dra. Sari Utami juga menambahkan:

”Sistem pelayanan yang berada di sini berjalan dengan semestinya sesuai

dengan tahapan-tahapan proses pelayanan terhadap tuna rungu wicara

semua sudah sesuai standar mulai dari pendekatan sampai dengan proses

pelayanannya.”

Sebagai seorang ketua di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, Ibu Dra. Sari Utami mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan antara anak penyandang disabilitas tuna rungu wicara yang satu dengan yang lainya, semua mendapatkan perlakuan yang sama tanpa adanya perbedaan. Berikut penuturan Dra.Sari Utami:

“Semua anak tuna rungu yang berada disini mendapatkan pelayanan yang sama

tidak ada perbedaan antara satu dengan yang lainya, jadi dengan demikian si anak

tuna rungu tadi pun merasa nyaman, tidak ada kesenjangan juga kecemburuan

diantara mereka, karena kita tahu sendiri lah, bahwasanya anak tuna rungu ini

mempunyai emosi yang lebih tinggi di banding kita yang normal, atau dengan kata

lain anak tuna ungu ini sangat pencemburu.”

(57)

sesuai dengan tingkat kecerdesan otaknya, tingkat kecerdesanya di bagi menjadi 3 kategori yaitu kelas A, B, dan C. Untuk kelas A siswa-siswi nya berjumlah 18 orang, yang mana dikelas ini siswa-siswa memiliki pengetahuan intelektual nya yang rendah. Sedangkan untuk kelas B siswa-siswinya berjumlah 12 orang dimana di kelas ini tingka kecerdasan intelektual penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini ada di level sedang. Kemudian yang terakhir ialah kelas C yang berjumlah 7 orang yang berisikan siswa-siswi yang mempunyai pengetahuan intellektual yang baik diantara kelas A dan B.

Selanjutnya tepat jam 10.00 wib penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini selesai belajar di kelas menurut intelektualnya. Kemudian para WBS tersebut masuk keruang ketrampilan. Berikut penuturan Dra.Sari Utami:

“Ketrampilan untuk tuna rungu wicara ini disini ada 3, yang pertama itu ada

ketrampilan menjahit dan membordir, yang kedua ketrampilan salon, dan yang

terakhir ketrampilan pertukangan kayu. Untuk ketrampilan anak tuna rungu wicara

ini kami membebaskan mereka untuk memilih ketrampilan yang minatin, namun

karena jumlah tuna rungu wicara ini banyak sedangkan peralatan kurang, jadi kami

membuat pergantian, jam 10.00-12.00 wib itu untuk yang pertama, dan yang kedua

jam 13.00-15.00 wib untuk gelombang yang kedua, cara ini kami lakukan agar

semua anak tuna rungu wicara tadi memakai alat-alat ketrampilan secara merata.”

(58)

“Kalau hasil ketrampilan anak tuna rungu wicara ini seperti sarung bantal,

taplak meja atau pakaian, nantinya ketrampilan ini akan kami bawa ketika rapat

sebagai pameran juga bukti hasil tangan dari jerih payah dari anak tuna rungu

wicara ini, juga apabila anak tuna rungu ini mau di lepaskan dari pihak UPTD

karena ia sudah mahir, barang hasil ketrampilan dia ini juga di bawa

kekeluarganya sebagai bukti juga hasil promosi bahwa anak nya sudah bisa

membuat ketrampilan ”

Dra. Sari Utami menjelaskan bagaimana cara ia untuk mengajari anak tuna rungu ini dapat memahami dengan cepat. Anak tuna rungu bahwasanya pada awalnya semua anak tuna rungu wicara ini sudah bisa bahasa isyarat, tetapi dia tidak bisa isyarat bahasa indonesia dengan baik, hanya dengan gerak-gerik yang dia maksud. Berikut penuturan Dra.Sari Utami:

“kalau teknik mengajari mereka dengan cepat, antara lain dengan melibatkan

sesama tuna rungu yang lainya, dengan kata lain anak tuna rungu yang pandai

mengajari teman tuna rungunya yang kurang, anak tuna rungu yang lama

mengajari yang baru.”

Selanjutnya Dra. Sari utami menjelaskan bahwa tingkat emosional penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini sangat tinggi, tingkat emosi mereka payah terkontrol sering pergaduhan antara sesama penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini. Berikut penuturan Dra. Sari Utami:

“Perlu kita bertahui bersama bahwa tingkat emosianal anak tuna rungu ini sulit

kali terkendali, bahkan pun kita kalah dengan mereka. Pernah suatau ketika anak

tuna rungu yang satu berkelahi dengan anak tuna rungu yang lain, hanya karena

masalah cowok, sampai anak tuna rungu yang satu mencoba untuk bunuh diri

(59)

UPTD melerai mereka yang berkelahi, kami panggil yang bersangkutan lalu kami

lerai mereka sampai semua aman juga ada rasa dendam di antara mereka.”

Dra. Sari Utami menjelaskan bahwa Sistem pelayanan yang berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan sistem pelayanan yang di berikan KEMENSOS dan berjalan berdasarkan dasar hukum sesuai dengan tabel 5.1 dan 5.2.

Tabel 5.1 Sistem Pelayanan

Sistem Pelayanan Meliputi : Implementasi Ada Tidak ada Kondisi 1. Metode terapi wicara

a. Metode lips reading atau membaca ujaran √ Baik b. Metode oral √ Baik

c. Metode manual √ Baik d. Metode AVT ( Auditori Visual Therapy) √ Baik

2. Pemberdayaan Tuna Rungu Wicara

a. Memenuhi kebutuhan dasarnya √ Baik b. Dapat meningkatkan pendapatan √ Baik dan memperoleh barang dan jasa

(60)

Tabel 5.2 Dasar Hukum

Sesuai dengan Tabel 5.1 dan tabel 5.2 bahwa Impelentasi Sistem Pelayanan dan Dasar Hukum yang berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Berjalanan dengan baik dan dasar hukum nya juga dilaksanakan. Dra.Sari Utami juga agar semua penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini menjadi orang-orang yang mandiri dan tetap dijalan yang benar. Juga berharap kemandiriannya penyandang disabilitas tuna rungu wicra ini akan menjadi pendorong untuk kesuskesan mereka kelak.

Dasar Hukum Implementasi

Dilaksanakan Tdk Dilaksanakan

1. Undang-undang RI No. 4 tahun 1997, √ Tentang Penyandang cacat.

2. Undang-undang RI No. 13 tahun 1998, √ Tentang kesejahteraan sosial lanjut usia.

3. Undang-undang RI No. 11 tahun 2011, √ Tentang kesejahteraan sosial.

4. Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 33 tahun 2010, √ Tentang struktur organisasi dan fungsi dinas

(61)

5.2.7 Informan Kunci 2

a. Nama : Lauren Sinaga, AKS

b. Umur : 45 Tahun

c. Jenis kelamin : Laki-Laki d. Riwayat Pendidikan : STKS Bandung

e. Agama : Kristen Protestan

f. Suku : Batak Toba

g. Alamat : Jalan. Jawa Pematangsiantar h. Jabatan : Pekerja Sosial Fungsional di UPT

Pelayanan Sosial Tuna

Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar

(62)

tersebut telah berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan. Sebagian pelayanan yang dimaksud itu adalah menyangkut pelayanan sosial dasar, pelayanan administrasi dan pendampingan bimbingan keterampilan. Karena kemampuan mereka yang terbatas, hanya pelayanan tersebut yang mampu pekerja sosial berikan. Kemudian beliau juga memaparkan bahwa bukan pekerja sosial saja yang terlibat atau berperan aktif dalam semua pelayanan yang diberikan kepada warga binaaan sosial tuna rungu wicara, melainkan hampir semua staff, instruktur keterampilan dari luar panti, psikolog dari luar panti dan juga pemuka agama.

Selanjutnya, beliau memaparkan sistem pelayanan yang mereka terapkan menyangkut pelayanan yang diberikan oleh UPTD kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara. Itu dapat dilihat dari manfaatnya bagi warga binaan sosial tuna rungu wicara, dimana manfaatnya adalah warga binaan sosial tuna rungu wicara mendapatkan ilmu pengetahuan, mendapatkan keterampilan dengan baik, pengubahan perilaku dan tentunya mereka bertambah senang dan nyaman tinggal di panti ini.

(63)

kewajiban sebagai pekerja sosial selalu terlibat aktif dalam setiap pelayanan yang diberikan oleh panti kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara.

Alasan bapak Lauren memilih menjadi seorang pekerja sosial di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar tidak lain karena memiliki latar belakang pendidikan dari bidang kesejahteraan sosial yaitu SMPS (SMK Sosial di Medan) dan STKS (Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial) Bandung. Berikut penuturan Bapak Lauren :

“Setelah lulus penerimaan PNS, saya ditugaskan di UPTD ini, ya berhubung

memang bidang saya dengan senang hati menerimanya”

Kemudian secara singkat, Lauren Sinaga juga menjelaskan tentang profesi pekerja sosial itu berdasarkan pengetahuannya yakni seseorang yang memberikan pelayanan kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) baik secara individu, kelompok, maupun masyarakat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Sedangkan pekerja sosial di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar adalah seseorang yang memberikan pelayanan kepada penyandang disabilitas tuna rungu wicara dan lanjut usia ataupun juga PNS yang diberikan tugas, tanggung jawab dan hak untuk memberikan pelayanan kepada PMKS sesuai dengan jenjang jabatannya.

(64)

menyusun konsep instrument asesmen, rencan intervensi, pelaksanaan intervensi, evaluasi, terminasi dan rujukan. Artinya, pekerja sosial ahli melakukan evaluasi secara keseluruhan. Dimana hingga saat ini tugas masing-masing dari pekerja sosial tersebut telah berjalan sesuai dengan prosedur kegiatan yang telah ditetapkan.

Rutinitas penyandang disabilitas tuna rungu wicara Lauren Sinaga mengatakan anak tuna rungu wicara belajar bahasa isyarat dan pelajaran umum lainya dari hari senin sampai jumat di kelas sesuai dengan tingakatan pengetahuan nya masing-masing , setelah selesai anak tuna rungu wicara langsung masuk ke ruang ketrampilan. Kemudian istrahat makan siang, lalu lanjut ketrampilan lagi. Tepat pukul 16.00 wib baru mereka bisa pulang ke asrama. Lauren Sinaga juga menambahkan:

“Untuk kegiatan mereka sehari-hari kami dari pihak UPTD sudah menyesuaikan

kegiatan anak tuna rungu wicara ini sebagaimana dengan peraturan yang berlaku.

Anak tuna rungu juga boleh balek ke orang tuanya tetapi hanya hari sabtu dan

minggu,biasa anak tuna rungu ini dijemput dengan orang tuanya teapi hari senin

mereka sudah harus masuk lagi”

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila kapasitas saluran lebih besar dari debit rencana maka dapat dikatakan saluran tersebut aman, dan sebaliknya jika kapasitas saluran lebih kecil dari debit rencana maka

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015

Nilai tingkat kepuasan semua pelanggan pada Layanan Analisa/Pengujian (Bidang Zoologi) adalah 3,98 atau Cukup Memuaskan, dengan rincian 1,64% pelanggan menyatakan Sangat

Himpunan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 1... Himpunan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Tahun

Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai lembaga negara yang berwenang menyelenggarakan Pemilu Tahun 2019 telah menerbitkan dan memberlakukan Peraturan KPU Nomor 26

Dengan terpenuhinya uji prasyarat yaitu uji homogenitas dan uji normalitas maka selanjutnya dapat dilanjutkan menggunakan uji independent sample t-test dan uji

Dalam pandangannya, perempuan diidentik dengan sosok yang lemah, halus dan emosional. Pandangan ini telah memposisikan perempuan sebagai mahkluk yang seolah-olah harus dilindungi

Tema yang diambil dalam penelitian ini adalah “ Dinamika Kelimpahan Mikroorganisme di Pertanaman Lada pada Lahan Bekas Tambang Timah yang diaplikasi Pupuk Hayati