• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV . HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Uji Daya Anti-Inflamasi

Uji daya anti-inflamasi sari buah belimbing ini bertujuan untuk mengetahui apakah sari buah belimbing memiliki daya anti-inflamasi atau tidak sekaligus mengetahui seberapa besar daya anti-inflamasinya. Uji daya anti-inflamasi ini dilakukan berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada orientasi percobaan. Dari hasil orientasi, digunakan rentang waktu pemotongan kaki mencit setelah injeksi karagenin 1% selama 3 jam. Sedangkan dosis efektif dari diklofenak yang digunakan adalah 4,48 mg/kgBB. Waktu efektif pemberian diklofenak yaitu 15 menit. Data rata-rata bobot udema kaki mencit pada kelompok perlakuan dengan sari buah belimbing beserta kelompok kontrol negatif dan kontrol positif dapat dilihat pada tabel XIII.

Tabel XIII.Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat karagenin pada kelompok kontrol dan perlakuan sari buah belimbing

Kelompok Uji Jumlah subjek uji

Rata-rata bobot udema dalam miligram (X ± SE) Karagenin 25 mg/kgBB 5 152,26 ± 3,34 Aquades 0,5 ml/20 gBB 5 147,82 ± 3,53 Diklofenak 4,48 mg/kgBB 5 62,62 ± 1,96 SBB dosis 8,33 ml/kgBB 5 140,36 ± 0,98 SBB dosis 16,67 ml/kgBB 5 146,88 ± 3,36 SBB dosis 33,33 ml/kgBB 5 73,80 ± 1,25 Keterangan :

SBB = Sari buah belimbing X =Mean(Rata-rata) SE =Standard Error (SD/n)

Gambar 13.Diagram batang rata-rata bobot udema kaki mencit kelompok kontrol dan perlakuan sari buah belimbing

Keterangan :

SBB = Sari buah belimbing

Berdasarkan hasil analisis di atas, diketahui bahwa pada kelompok kontrol karagenin 1% menghasilkan rata-rata bobot udema yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya, yakni sebesar 152,26 mg. Demikian juga dengan kelompok kontrol aquades yang menghasilkan rata-rata bobot udema yang hampir sama dengan karagenin 1% yaitu sebesar 147,82 mg. Aquades juga memberikan bobot udema yang besar karena sebagai kelompok kontrol negatif, hanya diberi perlakuan aquades dan karagenin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

karagenin 1% serta kontrol negatif aquades tidak memiliki daya anti-inflamasi. Pada perlakuan pemberian larutan diklofenak 4,48 mg/kgBB menunjukkan bahwa larutan diklofenak memiliki daya anti-inflamasi. Hal ini ditunjukkan dengan kecilnya nilai rata-rata bobot udema sebesar 62,62 mg dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dan karagenin 1%, sehingga dapat disimpulkan bahwa diklofenak benar-benar memiliki daya anti-inflamasi. Data persen penghambatan terhadap inflamasi dapat dilihat pada tabel XIV.

Tabel XIV.Rata-rata persen daya anti-inflamasi pada kelompok kontrol dan perlakuan sari buah belimbing

Kelompok uji Jumlah subjek uji % Daya anti-inflamasi (X ± SE) Karagenin 25 mg/kgBB 5 0,00 ± 2,19 Aquades 0,5 ml/20 g BB 5 2,88 ± 2,32 Diklofenak 4,48 mg/kgBB 5 58,86 ± 1,28 SBB dosis 8,33 ml/kgBB 5 7,78 ± 1,44 SBB dosis 16,67 ml/kgBB 5 3,50 ± 2,20 SBB dosis 33,33 ml/kgBB 5 51,51 ± 0,82 Keterangan :

Gambar 14.Diagram batang persen daya anti-inflamasi kelompok kontrol dan perlakuan sari buah belimbing

Keterangan :

SBB = Sari buah belimbing

Dari tabel XIV dapat dilihat bahwa persen daya anti-inflamasi antara kontrol aquades dengan kontrol diklofenak berbeda jauh, masing-masing sebesar 2,88% dan 58,86%. Hal ini menunjukkan bahwa aquades tidak memiliki kemampuan menurunkan inflamasi sedangkan diklofenak memiliki kemampuan menurunkan inflamasi yang cukup besar. Hal tersebut disebabkan karena diklofenak merupakan AINS dengan mekanisme utama menghambat kerja enzim siklooksigenase sehingga asam arakhidonat tidak dapat diubah menjadi prostaglandin.

Persen daya anti-inflamasi, yaitu kelompok kontrol positif diklofenak mempunyai nilai persen daya anti-inflamasi paling besar, yakni sebesar 58,86%, kemudian diikuti dengan kelompok perlakuan sari buah dosis 33,33 ml/kgBB sebesar 51,51%. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok perlakuan sari buah belimbing dosis 33,33 ml/kgBB memiliki persen daya anti-inflamasi yang besarnya mendekati kontrol positif diklofenak. Sehingga dapat dikatakan kelompok perlakuan sari buah belimbing dosis 33,33 ml/kgBB memiliki daya anti-inflamasi. Pada kelompok dosis 16,67 ml/kgBB dan 8,33 ml/kgBB masing-masing sebesar 3,50% dan 7,78%. Persen daya inflamasi kedua dosis tersebut jauh di bawah nilai persen daya anti-inflamasi kontrol diklofenak. Artinya pada kelompok dosis 16,67 ml/kgBB dan 8,33 ml/kgBB tidak memiliki daya anti-inflamasi. Selanjutnya dilakukan analisis variansi satu arah dengan taraf kepercayaan 95% untuk melihat ada tidaknya perbedaan diantara kelompok perlakuan.

Dari hasil analisis variansi satu arah diketahui nilai probabilitasnya 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada tiap kelompok perlakuan. Kemudian dilakukan uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan antar kelompok bermakna atau tidak bermakna. Hasil uji Scheffe dapat dilihat di tabel XV.

Tabel. XVUji Scheffe persen daya anti-inflamasi pada kelompok kontrol dan perlakuan sari buah belimbing

Kelompok uji

Karagenin Aquades Diklofenak SBB 8,33 SBB 16,67 SBB 33,33 Karagenin - tb b b b b Aquades tb - b b b b Diklofenak b b - b b tb SBB 8,33 tb tb b - tb b SBB 16,67 tb tb b tb - b SBB 33,33 b b tb b b -Keterangan :

SBB = Sari buah belimbing (ml/kgBB) b = Berbeda bermakna (p≤0,05) tb = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sari buah belimbing dosis 33,33 ml/kgBB berbeda tidak bermakna dengan kontrol positif diklofenak 4,48 mg/kgBB. Sehingga dapat dikatakan dosis 33,33 ml/kgBB memiliki daya anti-inflamasi yang setara dengan kontrol positif diklofenak 4,48 mg/kgBB. Sedangkan pada dosis 8,33 ml/kgBB dan 16,67 ml/kg berbeda tidak bermakna dengan kontrol negatif aquades serta berbeda bermakna dengan kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa pada dosis 8,33 ml/kgBB dan 16,67 ml/kgBB tidak memiliki efek anti-inflamasi dan daya anti-inflamasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari ketiga peringkat dosis yaitu 8,33 ml/kgBB; 16,67 ml/kgBB; dan 33,33 ml/kgBB, yang memiliki daya anti-inflamasi adalah peringkat dosis ketiga yaitu 33,33 ml/kgBB.

Untuk melihat potensi daya anti-inflamasi sari buah belimbing, maka data persen daya inflamasi tersebut kemudian dibandingkan dengan persen daya anti-inflamasi diklofenak sebagai kontrol positif. Sehingga dapat diketahui seberapa besar

potensi sari buah belimbing terhadap obat anti-inflamasi seperti diklofenak. Rata-rata persen (%) potensi relatif kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel XVI.

Tabel XVI.Rata-rata persen daya anti-inflamasi dan potensi relatif kelompok perlakuan dibandingkan dengan diklofenak.

Kelompok Uji % daya anti-inflamasi % potensi relatif Karagenin 25 mg/kgBB 0,00 0,00 Aquades 0,5 ml/20 gBB 2,88 4,89 Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB 58,86 100,00 SBB dosis 8,33 ml/kgBB 7,78 13,22 SBB dosis 16,67 ml/kgBB 3,50 5,95 SBB dosis 33,33 ml/kgBB 51,51 87,51 Keterangan :

SBB = Sari buah belimbing

Dari tabel XVI, dapat diketahui bahwa potensi sari buah belimbing sebagai anti-inflamasi yang paling mendekati potensi diklofenak sebagai obat anti-inflamasi adalah kelompok perlakuan sari buah belimbing dosis 33,33 ml/kgBB, yaitu sebesar 87,51%. Sedangkan pada dua dosis lainnya yaitu dosis 8,33 ml/kgBB dan 16,67 ml/kgBB dikatakan tidak memiliki potensi anti-inflamasi karena nilainya sangat jauh dibanding dengan potensi diklofenak.

Inflamasi dan trauma memacu metabolisme prostaglandin dan leukotrien dari asam arakhidonat yang diperantarai enzim siklooksigenase dan lipoksigenase menghasilkan H2O2 dan ∙OH (Hamilton dkk, 1997 cit Wijiyo, 2001). Selama berlangsung radang, manakala sel fagosit teraktifkan maka akan melepaskan oksigen aktif (O2.-; H2O2; ∙OH) dan asam hipoklorit (HOCl) (Wijoyo, 2001). Radikal reaktif

ini dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan secara langsung melelui degradasi oksidatif dari komponen sel (Conner dan Grisham, 1996).

Dilaporkan bahwa secara umum senyawa turunan flavonoid mampu memberikan efek antioksidan antara lain karena adanya gugus fenolik dalam struktur molekulnya. Ketika flavonoid katekin bereaksi dengan radikal bebas maka terbentuk radikal baru yang distabilisasi oleh efek resonansi inti aromatik, dengan demikian reaksi berantai akan terputus.

Berdasarkan keterangan di atas maka dapat dibuat kemungkinan mekanisme reaksi penangkapan radikal bebas oleh flavonoid katekin. Kemungkinan mekanisme penangkapan radikal bebas oleh katekin dapat dilihat pada gambar 16.

Gambar 15.Kemungkinan mekanisme reaksi penangkapan radikal bebas oleh suatu flavonoid katekin.

Selain katekin, vitamin C yang terkandung di dalam buah belimbing juga dapat berperan sebagai antioksidan. Namun vitamin C merupakan senyawa yang larut dalam air dan tidak larut dalam lemak (hidrofil), sehingga vitamin C akan sulit menembus membran lipid untuk menstabilkan radikal bebas yang tempat aksinya dibagian lipofil dari membran sel. Disamping itu vitamin C yang terkandung di dalam 100 gram belimbing hanya 16,9 mg maka vitamin C yang terdapat dalam sari buah belimbing belum cukup berfungsi sebagai anti-inflamasi (Mahattanawee dkk, 2006).

O O OH OH OH OH H OH O OH OH OH O OH O OH O OH OH OH O OH OH OH O OH H2O

Dokumen terkait