• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

6. Uji Ketuntasan Hasil Belajar

Untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi volum benda putar maka diuji ketuntasan hasil belajar dengan Standar yang telah ditentukan sebesar 65.

130

Hipotesis

Ho : μ < 65 ( Belum mencapai ketuntasan belajar ) Ha : μ ≥ 65 ( Telah mencapai ketuntasan belajar )

Dasar pengambilan keputusan, dengan perhitungan SPSS pada tabel One Sample Test kolom nilai Signifikasi < 0,05, maka Ho ditolak dan menerima Ha. Berdasarkan nilai Hasil belajar dihitung dengan SPSS 11 diperoleh data Output sebagai berikut.

One-Sample Test 2,079 39 ,044 5,0850 ,1380 10,0320 Hasil belajar (Postes) XII IA t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference Lower Upper 95% Confidence Interval of the

Difference Test Value = 65

Berdasarkan tabel One Sample test kolom signifikansi diperoleh nilai sig = 0,044 < 0,05 maka Ho ditolak berarti ketuntasan belajar 65 sudah tercapai.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengembangan Model Pembelajaran Volum Benda putar dengan

Strategi Konstruktivisme Student Active Learning

Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan model pembelajaran matematika volum benda putar berbasis teknologi dengan strategi konstruktivisme student active learning

pembelajaran KSAL mengacu pada model pengembangan dari Plomp (1977), yang terdiri lima tahap yaitu tahap investigasi awal, tahap perancangan, tahap realisasi, dan tahap pengujian, evaluasi dan revisi serta tahap implementasi. Pada tahap investigasi awal dilakukan studi literatur tentang teori yang berkaitan dengan model pembelajaran KSAL yang meliputi teori pembelajaran, teori konstruktivisme, prinsip pembelajaran siswa aktif, dan teori pengembangan model pembelajaran. Dengan mengkaji teori tersebut akan mendapat landasan teori yang kuat dalam merancang model pembelajaran. Tahap kedua merancang model pembelajaran KSAL. Pada tahap perancangan ini peneliti mengacu pada Joyce and Weil (dalam Winataputra, 2005) yang menyatakan bahwa setiap model memiliki unsur-unsur: sintakmatik, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung dan dampak instruksional dan pengiring. Sintakmatik merupakan tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran, tahap ini tercermin pada RPP, memuat strategi KSAL yang merupakan modifikasi model TTW dan model CLD yang terdiri dari bridge, grouping, think, talk, write, reflektion dan evaluasi. Model KSAL berorientasi kepada kepentingan siswa, dengan penekanan keaktifan siswa dan menempatkan guru sebagai fasilator. Penerapan konsep dasar konstruktivisme scaffolding pada pembelajaran volum benda putar yaitu memberi bantuan yang berangsur- angsur berkuarang kepada siswa yang mengalami kesulitan, akan menumbuhkan kepercayaan siswa meningkat dan penerapan kansep dasar konstruktivisme yang lain yaitu kooperatif membantu siswa berinteraksi

132

dengan teman dalam menyelesaikan masalah. Model pembelajaran KSAL menggunakan sarana pendukung perangkat keras berupa komputer dan perangkat lunak berupa CD interaktif volum benda putar, oleh karena itu pembelajaran KSAL diadakan di laboratorium komputer. Dampak instruksional yang didapat pada pembelajaran ini sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat merumuskan volum benda putar yang dibatasi oleh satu kurva atau dua kurva yang diputar mengelilingi garis tertentu. Dan dampak pengiring siswa dapat menggambar volum benda putar serta memperoleh dampak pengiring lain berupa keaktifan siswa, dan kemandirian siswa serta berfikir kritis serta motivasi siswa dalam memahami konsep volum benda putar. Tahap ketiga merealisasikan rancangan model pembelajaran yang dibuat. Tahap ke empat adalah tahap pengujian evaluasi dan revisi. Hasil realisasi model pembelajaran KSAL dievaluasi dengan divalidasi oleh validator, hasil validasi digunakan untuk merevisi penyempurnaan model pembelajaran KSAL. Rata-rata hasil validasi sebesar 94%, ini menunjukkan kategori model pembelajaran KSAL sangat baik dengan beberapa masukan. Langkah berikutnya adalah pengujian model pembelajaran KSAL berupa ujicoba kesituasi nyata, kepada siswa dengan guru sebagai pengamat. Ujicoba dilaksanakan pada kelas XII IA-2 dengan jumlah peserta 34 siswa dan 2 guru. Setelah uji coba siswa dan guru memberi respon tangapan hasil pembelajaran dengan mengisi angket. Hasil respon siswa menunjukkan bahwa 94% siswa menyatakan senang dengan model KSAL, 76% menyatakan model KSAL

merupakan model pembelajaran baru, 97% menyatakan model KSAL membantu siswa memahami konsep materi volum benda putar. Sedang persentase respon guru terhadap model KSAL 92,8% hal ini menunjukkan bahwa kategori model pembelajaran baik. Berdasarkan data validasi dan respon guru dan siswa disimpulkan bahwa model pembelajaran matematika volum benda putar berbasis teknologi dengan strategi konstruktivisme student active learning berbantuan CD interaktif adalah valid dan efektif. Setelah validasi, uji coba dan revisi maka langkah berikutnya adalah tahap implementasi yaitu menerapkan model pembelajaran KSAL ke kelas Eksperimen yaitu kelas XII IA-1.

2. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Pengembangan model pembelajaran matematika volum benda putar berbasis teknologi, teknologi yang dimaksud adalah teknologi pembelajaran, teknologi pembelajaran merupakan usaha sistematik dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar dan mengajar, sehingga pengembangan model pembelajaran melingkupi pengembangan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), Lembar Tugas Siswa (LTS), dan media pembelajaran berupa CD interaktif. Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu pada model pengembangan dari Plomp (1977), yang tahapnya sama dengan pengembangan model pembelajaran yaitu terdiri dari lima tahap yaitu tahap investigasi awal, tahap perancangan, tahap reliasi, dan tahap

134

pengujian, evaluasi dan revisi serta tahap implementasi. Tahap investigasi dalam pengembangan perangkat pembelajaran adalah studi literatur yang berkaitan dengan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dirancang meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), lembar tugas siswa (LTS) dan media pembelajaran dengan materi volum benda putar. Tahap berikutnya adalah tahap realisasi yaitu merealisasikan hasil rancangan yaitu menyusun RPP, LKS, LTS dan CD media pembelajaran. Setelah terealisasi perangkat pembelajaran tahap berikutnya adalah memvalidasi perangkat pembelajaran yang sudah terbentuk. Hasil validasi dan saran digunakan untuk merevisi, sehingga dihasilkan perangkat pembelajaran yang valid dan efektif. Berdasarkan Tabel 11, Lampiran 50. tentang hasil validasi RPP volum benda putar yang dibatasi satu kurva, diperoleh rata-rata penilaian dari validator adalah 97% . Hal ini menunjukkan bahwa RPP volum benda putar yang dibatasi satu kurva dikategorikan sangat baik maka RPP dapat digunakan sebagai perangkat pembelajaran. Untuk RPP volum benda putar dibatasi dua kurva, hasil validasi dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12 rata-rata penilaian adalah 98%. Hal ini menunjukkan bahwa RPP volum benda putar yang dibatasi dua kurva dikategorikan sangat baik dan dapat digunakan sebagai perangkat pembelajaran. Selanjutnya memvalidasi LKS. Berdasarkan Tabel 13 dan Tabel 14, hasil validasi diperoleh rata-rata hasil penilaian LKS volum benda putar yang dibatsi satu kurva sebesar 95%. Sedang rata-rata hasil penilaian LKS volum benda putar yang

dibatasi dua kurva sebesar 94%. Hal ini menunjukkan bahwa LKS volum benda putar yang dibatasi satu kurva maupun volum benda putar yang dibatasi dua kurva dikategorikan sangat baik dan LKS dapat digunakan sebagai perangkat pembelajaran. Untuk validasi LTS volum benda putar yang dibatasi satu kurva dapat dilihat pada Tabel 15 Lampiran 54 dan untuk LTS volum benda putar yang dibatasi dua kurva dapat dilihat pada Tabel 16. Berdasarkan Tabel 15 diperoleh rata-rata penilaian sebesar 90%. Hal ini menunjukkan bahwa LTS volum benda putar dibatasi satu kurva dikategorikan baik. LTS dibatasi dua kurva diperoleh rata-rata penilaian 93%. Hal ini menunjukkan bahwa LTS dibatasi dua kurva dikategorikan sangat baik dan dapat digunakan sebagai perangkat pembelajaran. Setelah perangkat divalidasi langkah berikutnya adalah diujicobakans. Uji coba perangkat pelaksanaannya bersamaan dengan uji coba model pembelajaran. Hasil respon siswa terhadap LKS dan LTS pada proses pembelajaran, terinci sebagai berikut: 97% siswa menyatakan senang menggunakan LKS, 79% menyatakan model LKS baru, dan 91% menyatakan LKS dapat membantu dalam pemahaman konsep. Melihat data tersebut maka LKS dapat dikategori baik dan digunakan sebagai perangkat pembelajaran. Sedang respon siswa terhadap LTS terinci sebagai berikut, 85% menyatakan senang, 82% menyatakan LTS baru dan prosentase siswa yang menyatakan bahwa LTS membantu dalam proses belajar sebesar 91%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa LTS dikategori baik dan dapat digunakan sebagai perangkat pembelajaran

136

volum benda putar. Hasil respon siswa secara detail dapat dilihat pada Lampiran 59 Tabel 19. Pengembangan perangkat pembelajaran yang lain adalah pengembangan alat pengukur keberhasilan berupa tes. Tes yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa kuis dan tes akhir yang terletak di CD interaktif, kuis berupa pilihan ganda dengan siswa mengklik satu pilihan jawaban yang benar dan komputer akan merespon jawaban tersebut dengan memberi animasi bola masuk dikeranjang jika benar dan bola tidak masuk keranjang jika jawaban salah. Tes akhir berupa tes pilihan ganda dan siswa harus menjawab semua soal yang tersedia. Setelah siswa menjawab semua pertanyaan maka komputer akan memberi skor penilaian apakah siswa tersebut sudah tuntas mempelajari volum benda putar atau tidak dengan ketuntasan dalam tes akhir adalah 65%. Dengan mengetahui skor tersebut diharapkan siswa dapat mempelajari ulang volum benda putar tersebut apabila tidak mencapai ketuntasan. Tes pemahaman konsep adalah tes yang diberikan secara langsung oleh guru pada akhir pelajaran volum benda putar.

3. Pengembangan Media Pembelajaran Volum Benda Putar

Berbeda dengan pengembangan model pembelajaran, pengembangan media pembelajaran volum benda putar berbasis teknologi dengan strategi konstruktivisme menggunakan model pengembangan yang dikemukakan oleh Triagarajan, Sammuel dan Sammel (Abba,2000:28- 29) yang dikenal dengan sebutan four-D model (model 4-D) yang terdiri atas empat tahap, yaitu define (pendefinisian/penetapan), design

(perancangan), develop (pengembangan) dan disseminate (penyebaran). Tahap penetapan terdiri dari: menganalisis kebutuhan, merumusan tujuan instruksional, pemilihan topik, pembuatan peta materi, dan mengembangkan alat pengukur keberhasilan. Pada tahap awal ini menganalisa kebutuhan perlu dilakukan karena untuk mengetahui materi mana yang belum dikuasai siswa. Dengan adanya media pembelajaran yang berupa CD interaktif yang memuat materi sesuai kebutuhan siswa akan membantu siswa dalam memahami suatu konsep. Analisis kebutuhan dapat melalui siswa atau guru. Tahap berikutnya mendesain atau merancang CD interaktif yang didalamnya berisikan materi volum benda putar, lembar kerja siswa yang berupa penanaman konsep volum benda putar yang disusun secara konstruktivisme dimana siswa harus mengisi sesuai perintah hingga siswa menemukan rumus volum benda putar. Lembar tugas siswa juga terletak di CD interaktif yang berupa soal yang harus dikerjakan secara bertahap dimana setiap jawaban akan ditunjukkan benar/salah. Selain itu CD interaktif berisi kuis dan tes akhir, berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban. Kuis dan tes akhir diharapkan dapat berfungsi untuk mengetahui apakah siswa sudah memahami konsep volum benda putar. Tahap selanjutnya pengembangan media yaitu merealisasi yang sudah dirancang yaitu volum benda putar yang dibatasi satu kurva dan volum benda putar yang dibatasi dua kurva. Pembuatan CD interaktif menggunakan program macromedia flash mx. CD interaktif yang sudah jadi divalidasi oleh orang yang ahli dibidang

138

media dan dibidang materi. Saran dari validator digunakan sebagai penyempurnaan CD interaktif. Validasi media menilai unsur grafis, animasi, pemrograman, dan suara. Sedang validasi materi menilai tentang kedalaman, kuis, tes akhir dan tingkat kesulitan. Hasil validasi rata-rata validator untuk unsur grafis 92,2, unsur animasi 84, pemrograman 95,7, unsur suara 88,8 dan unsur materi sebesar 90,7, sehingga rata-rata nilai validator untuk semua unsur adalah 91,5. Hal ini menunjukkan CD interaktif dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran volum benda putar dengan beberapa revisi. Lebih detail hasil validasi CD dapat dilihat pada Lampiran 56.

4. Keaktifan Siswa berpengaruh terhadap Hasil Belajar.

Pengamatan keaktifan siswa selama pembelajaran dengan model KSAL dilakukan oleh dua pengamat. Untuk memudahkan pengamatan maka siswa diberi kartu bernomor dan tempat duduknya disesuaikan nomor urut. Banyaknya siswa yang diamati sebesar 40 orang Banyaknya pengamat keaktifan siswa ada 2 orang guru, pengamat 1 mengamati siswa nomor 1 sampai dengan 20 sedang pengamat II mengamati keaktifan siswa nomor 21 sampai dengan 40. Berdasarkan pengamatan diperoleh rata-rata aktivitas siswa sebesar 68%, dengan rincian sebagai berikut; aktifitas tugas dan reaksi tugas sebesar 73%, partisipasi mengawali pembelajaran 63%, partisipasi dalam proses belajar 67% dan partisipasi menutup jalannya pembelajaran sebesar 78%. Aktivitas rata-rata siswa 68% ini disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran matematika berbasis teknologi

dengan strategi konstruktivisme student active learning berbantuan CD interaktif yang merupakan model pembelajaran yang baru bagi siswa, dengan penekanan pada kepentingan siswa dan pusat pembelajaran terletak pada siswa, hal ini memberi kesempatan kepada siswa mengembangkan dan menggali pengetahuannya untuk menemukan konsep volum benda putar. Penerapan scaffolding dari guru membantu siswa meningkatkan kemandirian dalam menemukan konsep. Dengan strategi konstruktivisme student active learning dibantu dengan CD yang dikemas secara interaktif baik dalam mengerjakan LKS maupun LTS mengakibatkan peningkatan aktivitas siswa. Dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam pembelajaran berdampak positif pada peningkatan ketuntasan hasil belajar, hal ini dibuktikan dari tabel korelasi antara keaktifan siswa dengan hasil belajar sebesar 84,8% dengan taraf signifikan 2,589E-12a. Hal ini menunjukkan keaktifan siswa mempunyai hubungan yang kuat dengan hasil belajar. Dari hubungan yang kuat menunjukkan keaktifan berpengaruh positif terhadap hasil belajar, hal ini dapat dilihat dari tabel model Summary kolom R Square diperoleh nilai R2 = 0,719 = 71,9. Hal ini menunjukkan keaktifan siswa berpengaruh terhadap hasil belajar sebesar 71,9% sedang sisanya 28,1% dipengaruhi oleh faktor lain. Lebih lengkap data pengamatan aktifitas siswa dapat dilihat pada Lampiran 73. Untuk mengetahui kelinieran persamaan regresi keaktifan dlihat pada tabel analisis varian, nilai signifikansi 5,2E-12a < 0,05. Hal ini berarti bahwa persamaan adalah linear. Berdasarkan tabel coefficients

140

diperoleh nilai constant = a = -16,972 dan keaktifan siswa = b = 1,146. Jadi persamaan regresi adalah Ŷ = --16,972 + 1,146 X.

5. Ketrampilan Proses Siswa berpengaruh terhadap Hasil Belajar

Pelaksanaan pengamatan ketrampilan proses siswa dalam pembelajar pada kelas eksperimen dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran volum benda putar. Pengamat I mengamati ketrampilan proses siswa dengan nomor 1 sampai dengan 20 dan pengamat II, mengamati ketrampilan proses siswa dengan nomor 21 sampai dengan 40. Berdasarkan pengamatan diperoleh rata-rata 69% dengan rincian sebagai berikut. Ketrampilan melaksanaakan tugas dan reaksi tugas sebesar 64%, Partisipasi dalam proses pembelajaran sebesar 68% dan 85% pada pelaksanaan menutup pelajaran. Rata-rata ketrampilan 69% ini menunjukkan penjelasan awal guru tentang langkah-langkah pembelajaran dan penjelasan pengunaan CD interaktif dapat dimengerti siswa. Pelaksanaan pembelajaran volum benda putar di laboratorium komputer memungkinkan siswa terampil menjalankan perangkat lunak berupa CD interaktif volum benda putar. Hubungan ketrampilan proses mempunyai hubungan yang kuat terhadap hasil belajar ini dapat dilihat pada Tabel korelasi antara ketrampilan proses siswa dengan hasil belajar sebesar 71,4% dengan taraf signifikan 2,3E-07a. Hubungan yang kuat keaktifan dan ketrampilan proses secara bersama-sama terhadap hasil belajar juga ditunjukkan tabel Summary. Berdasarkan Tabel Summary kolom R square

proses berpengaruh posif terhadap hasil belajar sebesar 74,6% .sedang 25,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Untuk uji kelinearan dapat dilihat pada Tabel coefficients. Berdasarkan Tabel coefficients diperoleh nilai constant = a = -16,729 dan keaktifan siswa = b = 1,279.

Jadi persamaan regresi adalah Ŷ = -16,729 + 1,279 X. Berdasarkan hasil uji regresi, tabel analisis varian nilai signifikansi 2,3E-07a < 0,05. Hal ini berarti bahwa persamaan adalah linear.

6. Uji Perbedaan

Analisis data hasil belajar kelas eksperimen (XII IA-1) dan kelas kontrol (XII IA-3) dilihat pada Tabel Independent Sample Test diperoleh harga Fhitung = 0,814 dengan signifikansi 0,370. Dengan demikian

probabilitas 0,370 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki varians yang sama. Oleh karena kedua varians sama maka dilihat pada tabel t-test equality of means pada Equal assumed varians diperoleh nilai sig.(2-tailled) = 0,004 < 0,05, ini menunjukkan kedua kelas terdapat perbedaan rata-rata setelah pembelajaran materi volum benda putar. Untuk mengetahui lebih detail dikelompok mana terdapat perbedaan rata-rata, peneliti membandingkan rata-rata hasil belajar dari kedua kelas berdasarkan kelompok atas, menengah, dan bawah. Hasil perbandingkan antara kelompok atas kelas eksperimen dan kelompok atas kelas kontrol pada tabel independent Samples test diperoleh sig = 0,644 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki varians yang sama. Oleh karena memiliki varians yang sama maka dilihat pada Equal varians

142

assumed diperoleh nilai sig (2-tailed) = 0,037 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelompok atas memiliki perbedaan rata-rata yang signifikan.. Membandingkan kelompok menengah kelas eksperimen dan kelompok menengah kelas kontrol. Pada Tabel independent Samples test diperoleh sig = 0,043 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki varians yang berebeda. Oleh karena memiliki varians yang berbeda maka

dilihat pada Equal varians not assumed diperoleh nilai sig (2-tailed) = 0,019 < 0,05. Hal ini menunjukkan kelompok menengah pada kedua kelas

memiliki perbedaan rata-rata yang signifikan. Membandingkan kelompok bawah kelas eksperimen dan kelompok bawah kelas kontrol. Pada tabel

independent Samples test diperoleh sig = 0,087 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki varians yang sama. Oleh karena memiliki varians yang sama maka dilihat pada Equal varians assumed diperoleh nilai sig (2-tailed) = 0,081 > 0,05. Hal ini menunjukkan kelompok bawah pada kedua kelas tidak memiliki perbedaan rata-rata yang signifikan. Jadi kedua kelas dikatakan memiliki rata-rata nilai yang sama. Kejadian ini disebabkan pada kelompok bawah keterbatasan kemampuan siswa mengkonstruksi pengetahuan awal serta siswa belum dapat memaksimalkan sarana dan prasarana dalam membantu memahami dan mendalami materi, sehingga siswa kurang termotivasi dalam memecahkan masalah, akibatnya penanaman konsep materi volum benda putar belum tercapai secara maksimal. Kejadian ini terjadi karena dalam pembagian kelompok belajar peneliti tidak membuat merata artinya

dalam satu kelompok tidak terdiri dari kelompok atas, menengah dan bawah. Demikian juga dalam pelaksanaan diskusi, peran guru kurang maksimal dalam memantau keterlibatan kelompok dalam membahas permasalahan. Pelaksanaan diskusi tanpa presentasi kelompok, memungkinkan siswa yang mempunyai daya abstraksi rendah sulit menyerap atau memahami konsep volum benda putar. Hali ini yang menyebabkan bahwa pada kelompok bawah baik kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Data uji perbedaan antar kelompok selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 85 – 88. Selanjutnya untuk mengetahui bahwa model pembelajaran matematika KSAL pada materi volum benda lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional, maka diuji dengan uji t satu fihak. Dari data Lampiran 89A diperolehMx =70,09, My =60,55,

x2 =9331,63

y2 =7691,76 n1 = 40, n2 = 42, nilai t hitung = 2,957. Sedang dengan derajat kebebasan

dk = 80 dan taraf signifikan 5% diperoleh ttabel = 1,66. Dengan demikian

t hitung = 2,957 > ttabel= 1,66. Hal ini menunjukkan bahwa rataan hasil

belajar kelas eksperimen lebih baik dari pada rataan hasil belajar kelas kontrol. Data lengkap dapat dilihat pada Lampiran 89.

7. Model pembelajaran konstruktivisme student active learning

meningkatkan Hasil Belajar

Berdasarkan Lampiran 90 disimpulkan bahwa siswa telah mencapai ketuntasan belajar 65, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menguasai materi volum benda putar 65% sesuai dengan satandar ketuntasan yang telah ditentukan oleh peneliti. Ketuntasan hasil belajar

144

disebabkan oleh pembelajaran dengan konstruktivisme yang dikemas dalam lembar kerja siswa memungkinkan siswa secara mandiri menemukan rumus volum benda putar dan apabila siswa kesulitan, maka guru dapat menerapkan konsep dasar konstruktivisme oleh vigotsky yaitu

scaffolding memberi bantuan yang berangsur-angsur berkurang, sehingga hambatan siswa dalam mempelajari volum benda putar dapat teratasi. Pemberian latihan bentuk soal yang dikemas dalam lembar tugas siswa dengan cara mengisi jawaban tahap demi tahap, meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar, serta dengan memberi respon jawaban, akan memberi arahan dan kemantapan siswa dalam menghitung volum benda putar, hal ini sesuai dengan pendapat Ahmadi dan Supriyono (2004:213) ada lima prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar siswa aktif yakni stimulus belajar, perhatian dan motivasi, respon yang dipelajari, penguatan dan umpan balik serta pemakaian dan pemindahan. Dengan demikian penguasan siswa terhadap materi volum benda putar akan tercapai. Pemberian latihan soal dalam bentuk permainan akan meningkatkan motivasi siswa, sehingga mendorong siswa untuk mempelajari dan menguasai materi. Pemberian tes akhir yang ada pada CD interaktif akan memudahkan siswa mengetahui kemampuan yang dimilikinya dalam menguasai materi volum benda putar. Apabila siswa mengetahui bahwa dirinya belum berhasil, maka siswa dapat mengulang mempelajari materi tersebut secara mandiri, sehingga akan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat dan memperdalam penguasaan

materi. Hal ini sesuai dengan pendapat Lambas dkk.(2004:17) yang mengatakan bahwa untuk meningkatkan retensi siswa dapat dilakukan dengan memberi latihan dan mengulang secara periodik dan sitematis. Dengan demikian model pembelajaran matematika volum benda putar berbasis teknologi dengan strategi konstruktivisme student active learning

146

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

1. Pengembangan Model Pembelajaran

a. Model pembelajaran matematika volum benda putar berbasis teknologi dengan strategi konstruktivisme student active learning, memiliki unsur- unsur sintakmatik yang tercermin dalam RPP memuat strategi KSAL yang merupakan modifikasi model TTW dan model CLD, yaitu bridge, grouping, think, talk, write, reflection, and evaluation.

b. Model KSAL berorientasi kepada siswa dengan penekanan pada keaktifan siswa dan menempatkan guru sebagai fasilisator. Penerapan scaffolding

yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut berangsur- angsur hingga siswa dapat memecahkan masalah dengan mandiri,

Dokumen terkait