• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Parsial (Uji t)

Dalam dokumen PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, (Halaman 74-0)

BAB III METODELOGI PENELITIAN

4. Komite Audit

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.4 Uji Hipotesis

3.8.4.3 Uji Parsial (Uji t)

Pada dasarnya, uji statistik t menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Kriteria penerimaan atau penolakan H0 yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

a) Apabila nilai thitung > nilai ttabel, maka H0 ditolak dan hipotesis alternatif yang menyatakan variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen diterima.

b) Apabila nilai thitung < nilai ttabel, maka H0 diterima dan hipotesis alternatif yang menyatakan variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen ditolak.

Selain itu, kriteria penerimaan atau penolakan H0 dapat juga dilihat dari nilai probabilitas sebagai berikut:

a) Apabila nilai probabilitas ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.

b) Apabila nilai probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Penelitian

Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dimana jumlah seluruh perusahaan manufaktur tersebut adalah 167 perusahaan. Setelah data terkumpul, seluruh perusahaan yang termasuk dalam populasi diseleksi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Dari penyeleksian tersebut diperoleh 54 perusahaan yang menjadi sampel atau 162 data observasi yang memenuhi kriteria. Setelah dilakukan uji normalitas dengan melakukan outlier data observasi berubah menjadi 105 data.

4.2. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilaimaksimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi dari variabel-variabel independen dan variabel-variabel dependen. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui tingkat Integritas Laporan Keuangan, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Komite Audit, Manajemen Laba, Independensi dan Ukuran KAP.

Tabel 4.1

Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif

Sumber : Data olahan SPSS, 2020

Dari tabel 4.1 dapat dijelaskan beberapa hal seperti yang dijelaskan di bawah ini :

a. Variabel komisaris independen, memiliki nilai minimum 0,1; nilai maksimum 0,47; rata-rata sebesar 0,2065; dan standar deviasi 0,07824 dengan jumlah observasi sebanyak 105.

b. Variabel kepemilikan manajemen , memiliki nilai minimum -0,33; nilai maksimum 0,89; rata-rata sebesar 0,0473; dan standar deviasi 0,18114 dengan jumlah observasi sebanyak 105.

c. Variabel kepemilikan institusional , memiliki nilai minimum -0,45; nilai maksimum 0,76; rata-rata sebesar 0,3456; dan standar deviasi 0,21290 dengan jumlah observasi sebanyak 105.

d. Variabel komite audit , memiliki nilai minimum 1,06; nilai maksimum

2,55; rata-rata sebesar 1,5597; dan standar deviasi 0,17496 dengan jumlah observasi sebanyak 105.

e. Variabel manajemen laba , memiliki nilai minimum -0,22; nilai maksimum 0,19; rata-rata sebesar -0,0147; dan standar deviasi 0,06816 dengan jumlah observasi sebanyak 105.

f. Variabel independensi , memiliki nilai minimum -0,49; nilai maksimum 1; rata-rata sebesar 0,2302; dan standar deviasi 0,39345 dengan jumlah observasi sebanyak 105.

g. Variabel ukuran KAP, memiliki nilai minimum -0,49; nilai maksimum 1;

rata-rata sebesar 0,1327; dan standar deviasi 0,33444 dengan jumlah observasi sebanyak 105.

h. Variabel integritas laporan keuangan , memiliki nilai minimum -0,41;

nilai maksimum 1,63; rata-rata sebesar 0,3435; dan standar deviasi 0,33481 dengan jumlah observasi sebanyak 105.

4.3. Pengujian Asumsi Klasik

Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi memerlukan pengujiam asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka dalam penelitian ini perlu dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu yang meliputi: uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi yang dilakukan sebagai berikut.

4.3.1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel residual berdistribusisecara normal atau tidak. Uji ststistik yang dapat

digunakan untuk 57menguji apakah residual berdistribusi normal adalah uji statistik non parametrik Kolmogrov-smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:

H0: data residual berdistribusi normal Ha: data residual tidak berdistribusi normal

Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha

diterima.

Tabel 4.2 Uji Hasil Normalitas

Sumber : data olahan SPSS, 2020

Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.2 diperoleh besarnya nilai Kolmogrov-smirnov adalah 0,006 dan signifikan pada 0,200. nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima yang berarti data residual berdistribusi normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

4.3.2. Uji Autokorelasi Data

Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mengetahui apakah model regresi terdeteksi ada atau tidaknyaautokorelasi maka salah satu caranya dengan melakukan uji Durbin-Witson (DW test).

Tabel 4.3

Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model R R

Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,387a ,150 ,088 ,31966 1,934

a. Predictors: (Constant), UKAP, KINST, KIND, KOMA, MNJLB, INDS, KMNJ b. Dependent Variable: ILK

Sumber : data olahan SPSS, 2020

Nilai DW akan dibandingkan dengan nilai tabel pada signifikansi 5%, jumlah sampel (N) 105 dan jumlah variabel independen 7 (K=7) = 1,8261. Tabel 4.4 menunjukkan uji autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW test) yaitu nilai DW sebesar 1,934 lebih besar dari pada batas atas (du) 1,8261 dan kurang dari 4 – 1,8261 = 2,1739 (4 – du), sehingga dapat disimpulkan nilai DW 1,8261 < 1,935 ≤ 2,1739 yang diperoleh dalam model regresi ini bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif.

4.3.3. Uji Multikolinearitas Data

variabel independen dalam model regresi. Jika pada model regresi terjadi multikolinearitas, maka koefisien regresi tidak dapat ditaksir dan nilai standard error menjadi tidak terhingga. Deteksi multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat yaitu jika nilai variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari

Sumber : data olahan SPSS, 2020

Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas antar variabel independen yang diindikasikan dari nilai tolerance setiap variabel independen lebih besar dari 0,1 yakni 0,885 (komisaris independen); 0,503 (kepemilikan manajemen); 0,472 (kepemilikan institusional);

0,944 (komite audit); 0,900 (manajemen laba); 0,841 (independensi); 0,825

(ukuran KAP) dan nilai VIF lebih kecil dari 10 yakni 1,130 (komisaris independen); 1,987 (kepemilikan manajemen); 2,117 (kepemilikan institusional);

1,060 (komite audit); 1,111 (manajemen laba); 1,189 (independensi); 1,212 (ukuran KAP).

4.3.4. Uji Heteroskedastisitas Data

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Nugroho (2005) cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika:

1. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0, 2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja,

3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali,

4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

Gambar 4.1

Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot) Sumber : data olahan SPSS, 2020

Pada gambar grafik Scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi integritas laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berdasarkan masukan variabel komisaris independen, kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, komite audit, independensi, dan ukuran KAP.

4.4. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen baik secara parsial (uji t) maupun secara bersama-sama (uji F). Persamaan regresi linier berganda digunakan untuk

merumuskan persamaan regresi dan untuk mengetahui nilai peningkatan atau penurunan variabel Y atas perubahan variabel X. Bentuk umum persamaan regresi linier berganda dengan delapan variabel independen yaitu sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e

Hasil yang diperoleh setelah data diolah dengan bantuan program SPSS disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.5

Hasil Uji Analisi Regresi Berganda Coefficientsa

Sumber : Data olahan SPSS, 2020 Persamaan regresinya sebagai berikut:

Y = 0,448 – 0,100X1+0,222X2+0,270X3–0,056X4+0,338X5–0,260X6–0,271X7

Keterangan :

Y : Integritas Laporan Keuangan

X1 : Komisaris Independen X2 : Kepemilikan Manajemen X3 : Kepemilikan Institusional X4 : Komite Audit

X5 : Manajemen Laba X6 : Independensi X7 : Ukuran KAP Dimana :

1. Konstanta sebesar 0,448; artinya jika X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 nilainya adalah 0, maka besarnya Y nilainya sebesar 0,448.

2. Koefisien regresi variabel X1 sebesar -0,100; artinya setiap peningkatan X1

sebesar 1 satuan, maka akan menurunkan Y sebesar 0,100 satuan, dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap.

3. Koefisien regresi variabel X2 sebesar 0,222; artinya setiap peningkatan X2

sebesar 1 satuan, maka akan meningkatkan Y sebesar 0,222 satuan, dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap.

4. Koefisien regresi variabel X3 sebesar 0,270; artinya setiap peningkatan X3

sebesar 1 satuan, maka akan meningkatkan Y sebesar 0,270 satuan, dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap.

5. Koefisien regresi variabel X4 sebesar -0,056; artinya setiap peningkatan X4

sebesar 1 satuan, maka akan menurunkan Y sebesar 0,056 satuan, dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap.

6. Koefisien regresi variabel X5 sebesar 0,338; artinya setiap peningkatan X5

sebesar 1 satuan, maka akan meningkatkan Y sebesar 0,338 satuan, dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap.

7. Koefisien regresi variabel X6 sebesar -0,260; artinya setiap peningkatan X6

sebesar 1 satuan, maka akan menurunkan Y sebesar 0,260 satuan, dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap.

8. Koefisien regresi variabel X7 sebesar -0,271; artinya setiap peningkatan X7

sebesar 1 satuan, maka akan menurunkan Y sebesar 0,271 satuan, dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap.

4.5. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda.

Data diolah dengan menggunakan program SPSS. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program ini, maka diperoleh hasil sebagai berikut.

4.5.1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel dependen. Range nilai antar 0-1, apabila nilai R2 kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas, dan sebaliknya apabila R2 besar berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen besar. Nilai R2 dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6

Hasil Uji Analisis Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R

Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,387a ,150 ,088 ,31966 1,934

a. Predictors: (Constant), UKAP, KINST, KIND, KOMA, MNJLB, INDS, KMNJ b. Dependent Variable: ILK

Nilai Adjusted R Square pada tabel di atas menunjukkan hubungan antara variabel komisaris independen, kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, komite audit , manajemen laba, independensi dan ukuran KAP terhadap integritas laporan keuangan adalah sebesar 0,088 atau (8,8%) yang artinya kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen terbatas. Dengan demikian variabel komisaris independen, kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, komite audit , manajemen laba, independensi dan ukuran KAP secara bersamaan kurang mampu memberikan penjelasan pada variabel integritas laporan keuangan.

4.5.2. Uji Simultan ( Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Hipotesis:

H0: Tidak adanya pengaruh X1, X2, X3,X4,X5,X6 dan X7 secara bersama-sama terhadap Y

Ha: Adanya pengaruh X1, X2, X3,X4,X5,X6 dan X7 secara bersama-sama terhadap Y Kriteria pengambilan keputusan:

Sumber : Data olahan SPSS, 2020

H0 diterima bila Fhitung ≤ Ftabel (tidak berpengaruh) H0 ditolak bila Fhitung > Ftabel (berpengaruh)

Uji F pada penelitian ini dapat dilihat melalui tabel berikut : Tabel 4.7

b. Predictors: (Constant), KOMA, KIND, KMNJ, MNJLB, INDS, UKAP, KINST Sumber : hasil olahan SPSS, 2020

Pada tabel di atas, dari uji ANOVA (Analysis Of Variance) variabel X1, X2, X3,X4,X5,X6 dan X7 secara bersama-sama tberpengaruh terhadap Y, hal ini karena nilai F hitung > Ftabel (2,442 > 2,03) atau signifikansi < 0,05 (0,025 < 0,05) sehingga Ha diterima dan H0 ditolak. Dengan demikian komisaris independen, kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, komite audit, manajemen laba, indepedensi dan ukuran KAP berpengaruh dan signifikan terhadap variabel intergritas laporan keuangan.

4.5.3. Uji Parsial (Uji t)

Uji-t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

Hipotesis:

H0 : Tidak ada pengaruh X1, X2, X3, X4, X5, X6 dan X7 secara parsial terhadap Y

Ha : Ada pengaruh X1, X2, X3, X4, X5, X6 dan X7secara parsial terhadap Y Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima bila -thitung ≥ -ttabel atau thitung ≤ ttabel (tidak berpengaruh) H0 ditolak bila -thitung < -ttabel atau thitung > ttabel (berpengaruh).

Uji-t pada penelitian ini dapat dilihat meluli tabel berikut : Tabel 4.8

Sumber : data olahan SPSS, 2020

Hasil pengujian statistik thitung pada tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel komisarin independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel integritas laporan keuangan, hal ini karena nilai -thitung >-ttabel (-0,236

> -1,98447) atau signifikansi > 0,05 (0,814 > 0,05) sehingga H0 diterima.

2. Variabel kepemilikan manajerial secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel integritas laporan keuangan, hal ini karena nilai thitung <ttabel

(0,911<1,98447) atau signifikansi > 0,05 (0,364 > 0,05) sehingga H0 diterima.

3. Variabel kepemilikan institusional secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel integritas laporan keuangan, hal ini karena nilai thitung < ttabel

(1,261<1,98447) atau signifikansi > 0,05 (0,210 > 0,05) sehingga H0 diterima.

4. Variabel komite audit secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel integritas laporan keuangan. Hal ini karena nilai -thitung >-ttabel ( 0,302 > -1,98447) atau signifikansi > 0,05 (0,763 > 0,05) sehingga H0 diterima.

5. Variabel manajemen laba secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel integritas laporan keuangan, hal ini karena nilai thitung < ttabel (0,69<1,98447) atau signifikansi > 0,05 (0,697 > 0,05) sehingga H0 diterima.

6. Variabel independensi secara parsial berpengaruh terhadap variabel integritas laporan keuangan, hal ini karena nilai -thitung <-ttabel (-2,991< -1,98447) atau signifikansi < 0,05 (0,004 < 0,05) sehingga H0 ditolak.

7. Variabel ukuran KAP secara parsial berpengaruh terhadap variabel integritas laporan keuangan, hal ini karena nilai -thitung < -ttabel (-2,624< -1,98447) atau signifikansi < 0,05 (0,010 < 0,05) sehingga H0 ditolak.

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian 4.6.1 Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan nilai probabilitas dari komisaris independen adalah (Sig.) 0,814, yakni lebih besar dari 0,05, serta nilai -thitung >-ttabel (0,236 > -1,98447) hal ini berarti komisaris independen secara parsial tidak memiliki

pengaruh terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan hasil tersebut maka H1 atau hipotesis yang menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan ditolak.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nurjannah (2014) yang menyatakan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap integritaslaporan keuangan. Tugas komisaris independen adalah melakukan pengawasan terhadap tata kelola perusahaan sehingga tidak berpengaruh langsung terhadap bagian-bagian dalam pengukuran integritas laporan keuangan.

Sedangkan, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Astria (2011) yang mengatakan bahwa komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

4.6.2 Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan nilai probabilitas dari kepemilikan manajerial adalah (Sig.) 0,364, yakni lebih besar dari 0,05, serta nilai thitung <ttabel (0,911<1,98447) yang berarti kepemilikan manajerial secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan hasil tersebut maka H2 atau hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan ditolak.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Putra (2012)

yang menyatakan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jansen dan Meckling, 1976 dalam Putra, 2012). Sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik. Sedangkan, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kadek (2016) yang mengatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

4.6.3 Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan nilai probabilitas dari kepemilikan institusional adalah (Sig.) 0,210, yakni lebih besar dari 0,05, serta nilai thitung < ttabel (1,261<1,98447) yang berarti kepemilikan institusional secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan hasil tersebut maka H3 atau hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan ditolak. Kehadiran investor institusional dinilai kurang optimal dalam melaksanakan fungsi monitoring pada perusahaan terhadap manajemen dalam melaporkan tindakan-tindakan dan kinerja manajemen (Jansen dan Meckling, 1976 dalam Astria,2011).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Siahaan (2017) yang menyatakan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Sedangkan, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Pratama (2015) yang mengatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

4.6.4 Hipotesis Keempat

Hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah Kkomite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan nilai probabilitas dari komite audit adalah (Sig.) 0,763, yakni lebih besar dari 0,05, serta nilai -thitung >-ttabel ( -0,302 > -1,98447) yang berarti komite audit secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan hasil tersebut maka H4 atau hipotesis yang menyatakan bahwa komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan ditolak.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mudasetia (2017) yang menyatakan komite audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Sedangkan, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yuliana (2017) yang mengatakan bahwa komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

4.6.5 Hipotesis Kelima

Hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah manajemen laba berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan nilai probabilitas dari manajemen laba adalah (Sig.) 0,697, yakni

lebih besar dari 0,05, serta nilai thitung < ttabel (0,69<1,98447) yang berarti manajemen laba secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan hasil tersebut maka H5 atau hipotesis yang menyatakan bahwa manajemen laba berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan ditolak.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yuliana (2017) yang menyatakan manajemen laba tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Sedangkan, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Fujianti (2017) yang mengatakan bahwa manajemen laba berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

4.6.6 Hipotesis Keenam

Hipotesis keenam dalam penelitian ini adalah independensi berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan nilai probabilitas dari manajemen laba adalah (Sig.) 0,004, yakni lebih kecil dari 0,05, serta nilai -thitung <-ttabel (-2,991< -1,98447) yang berarti independensi secara parsial memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dengan hasil tersebut maka H6 atau hipotesis yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan diterima.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Putra (2012) yang menyatakan independensi berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

Sedangkan, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mudasetia (2017) yang mengatakan bahwa independensi tidak berpengaruh

terhadap integritas laporan keuangan.

4.6.7 Hipotesis Ketujuh

Hipotesis ketujuh dalam penelitian ini adalah ukuran KAP berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan nilai probabilitas dari ukuran KAP adalah (Sig.) 0,010, yakni lebih kecil dari 0,05, serta nilai nilai -thitung < -ttabel (-2,624< -1,98447) yang berarti ukuran KAP secara parsial memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dengan hasil tersebut maka H7 atau hipotesis yang menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan diterima.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kartika (2018) yang menyatakan ukuran KAP berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Sedangkan, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Amrulloh (2016) yang mengatakan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Komisaris independen tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sehingga H1 ditolak.

2. Kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sehingga H2 ditolak.

3. Kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sehingga H3 ditolak.

4. Komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga H4 ditolak.

5. Manajemen laba tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sehingga H5 ditolak.

6. Independensi memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga H6

diterima.

7. Ukuran KAP memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga H7

diterima.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi dan ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. Untuk itu, diharapkan kepada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk selalu memerhatikan jangka waktu wajar dalam menggunakan jasa audit yakni menggunakan jasa auditor dan kantor akuntan publik yang sama dalam kurun waktu yang semestinya. Selain itu, diharapkan perusahaan melakukan pertimbangan yang cukup dalam menentukan kantor akuntan publik yang akan digunakan untuk melakukan jasa audit.

2. Dalam variabel mekanisme coporate governance peneliti hanya meneliti komisaris independen, kepemilikan institusional,kepemilikan manajerial dan komite audit. Untuk itu, kepada penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel dalam mekanisme corporate governance yang lain diantaranya yaitu, komposisi dewan direksi, auditor internal dan kepemilikan terkonsentrasi.

3. Penelitian ini hanya dilakukan berdasarkan pada indikator yang peneliti ketahui semata, sehingga hasil penelitian ini kemungkinan tidak sama jika diaplikasikan menggunakan indikator yang lain. Pada peneliti selanjutnya, disarankan untuk menggunakan indikator yang lain agar dapat memberikan alternatif serta perbandingan untuk meningkatkan kualitas penelitian-penelitian selanjutnya.

4. Pada penelitian ini kemampuan variabel independen yakni komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, manajemen laba, independensi dan ukuran KAP dalam menjelaskan variabel dependen atau integritas laporan keuangan hanya sebesar 8,8% yang artinya

4. Pada penelitian ini kemampuan variabel independen yakni komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, manajemen laba, independensi dan ukuran KAP dalam menjelaskan variabel dependen atau integritas laporan keuangan hanya sebesar 8,8% yang artinya

Dalam dokumen PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, (Halaman 74-0)

Dokumen terkait