SKRIPSI
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA, INDEPENDENSI DAN UKURAN KAP TERHADAP INTEGRITAS
LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2016-2018
OLEH
YULIA VERONIKA GINTING 160503073
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2020
Telah diuji pada
Tanggal 25 September 2020
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua Penguji : Dra. Mutia Ismail, MM, Ak
Penguji : Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si,Ak, Pembanding : Risanty, SE., M.si,Ak
ABSTRAK
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA, INDEPENDENSI DAN UKURAN KAP TERHADAP INTEGRITAS
LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2016-2018
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh mekanisme corporate governance (komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit), manajemen laba, independensi dan ukuran KAP terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016- 2018. Populasi penelitian ini sebanyak 167 perusahaan manufaktur. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Data penelitian diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit, laporan auditor independen serta laporan tahunan dari perusahaan sampel yang diunduh dari wesite BEI yaitu www.idx.co.id . Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dengan analisis regresi linear berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan secara parsial atau masing- masing independensi dan ukuran KAP berpengaruh negatif dan signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Namun komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit dan manajemen laba secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Namun secara simultan komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, manajemen laba, independensi, ukuran KAP berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan
Kata Kunci : Integritas Laporan Keuangan, Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, Indepndensi dan Ukuran KAP.
ABSTRACT
THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM, INCOME MANAGEMENT, INDEPENDENCE AND KAP SIZE ON THE INTEGRITY
OF FINANCIAL STATEMENTS IN MANUFACTURING COMPANIES REGISTERED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE YEAR 2016-2018
This study aims to examine the effect of corporate governance mechanisms (independent commissioners, managerial ownership, institutional ownership, audit committee), earnings management, independence and KAP size on the integrity of financial statements in manufacturing companies listed on the IDX in 2016-2018. The population of this research is 167 manufacturing companies. The sampling method used was purposive sampling. Research data were obtained from audited financial reports, independent auditors' reports as well as annual reports from sample companies downloaded from the IDX website, namely www.idx.co.id. The data analysis technique used is descriptive statistical analysis with multiple linear regression analysis. The results of this study indicate partially or individually, the independence and size of KAP have a negative and significant effect on the integrity of financial statements. However, independent commissioners, managerial ownership, institutional ownership, audit committee and earnings management partially have no and insignificant effect on the integrity of financial statements. However, simultaneously independent commissioners, managerial ownership, institutional ownership, audit committee, earnings management, independence, size of KAP have a significant effect on the integrity of financial statements.
Keywords : Financial Report Integrity, Corporate Governance Mechanism, Earnings Management, Independence and Size of KAP.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan atas berkat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ramli, S E,MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, CPA dan Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak selaku Ketua dan Sekretaris Departemen/
Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing saya yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak dan ibu Risanty, SE., M.si,Ak selaku Doses Penguji dan Dosen Pembanding saya yang telah memberikan saran, dan kritikan yang membangun dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.
5. Teristimewa untuk ayahanda dan ibunda tercinta serta adik tersayang Gracia Kristabella Ginting yang telah banyak memberikan dukungan, nasihat dan doa kepada saya.
6. Teman-teman saya Shannie, Della Vida, Yulia S, Shannya, Friska, Jessica, Febrina P, Ninke, Emia, Imelda, Nindy, Sawindri dan Elisabeth serta teman- teman Akuntansi Group B yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan kepada penulis dimulai dari awal pengerjaan hingga terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini dan juga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan ini.
Medan, 25 September 2020 Penulis,
Yulia Veronika Ginting NIM. 160503073
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah... 10
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 13
2.1.1 Teori Keagenan ... 13
2.1.2 Integritas Laporan Keuangan ... 15
2.1.3 Corporate Governance ... 17
2.1.4 Manajemen Laba ... 23
2.1.5 Independensi ... 24
2.1.6 Ukuran KAP ... 28
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 29
2.3 Kerangka Konseptual ... 34
2.4 Hipotesis ... 36
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 42
3.2 Tempat Penelitian ... 42
3.3 Defenisi Operasional ... 43
3.3.1 Variabel Dependen ... 43
3.3.2 Variabel Independen ... 44
3.3.2.1 Mekanisme Corporate Governance ... 44
1. Komisaris Independen ... 44
2. Kepemilikan Manajerial ... 45
3. Kepemilikan Institusional ... 45
4. Komite Audit ... 46
3.3.2.2 Manajemen Laba ... 47
3.3.2.3 Independensi ... 48
3.4 Skala Pengukuran Variabel ... 50
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 52
3.5.1 Populasi Penelitian ... 52
3.5.2 Sampel Penelitian ... 52
3.6 Jenis Data ... 53
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 54
3.8 Teknik Analisis Data ... 54
3.8.1 Analisis Statistik Deskirptif ... 54
3.8.2 Uji Asumsi Klasik ... 55
3.8.2.1 Uji Normalitas ... 55
3.8.2.2 Uji Autokorelasi ... 55
3.8.2.3 Uji Multikolinearitas ... 56
3.8.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 57
3.8.3 Regresi Linear Berganda ... 57
3.8.4 Uji Hipotesis ... 58
3.8.4.1 Uji Koefisien Determinasi (𝑹2) ... 58
3.8.4.2 Uji Simultan (Uji F) ... 59
3.8.4.3 Uji Parsial (Uji t) ... 59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 61
4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 61
4.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 63
4.3.1 Uji Normalitas Data ... 63
4.3.2 Uji Autokorelasi Data ... 65
4.3.3 Uji Multikolinearitas Data ... 65
4.3.4 Uji Heteroskedastisitas Data... 67
4.4 Analisis Regresi Berganda ... 70
4.5 Pengujian Hipotesis ... 71
4.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 71
4.5.2 Uji Simultan (Uji F) ... 72
4.5.3 Uji Parsial (Uji t) ... 73
4.6 Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 75
4.6.1 Hipotesis Pertama ... 75
4.6.2 Hipotesis Kedua ... 76
4.6.3 Hipotesis Ketiga ... 77
4.6.4 Hipotesis Keempat ... 78
4.6.5 Hipotesis Kelima ... 78
4.6.6 Hipotesis Keenam ... 79
4.6.7 Hipotesis Ketujuh ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 81
5.2 Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 84
LAMPIRAN ... 88
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Fenomena Integritas Laporan Keuangan ... 7
1.2 Reasearch Gap Integritas Laporan Keuangan ... 9
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28
3.1 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabrl Penelitian .... 45
3.2 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ... 47
4.1 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif ... 62
4.2 Hasil Uji Normalitas ... 64
4.3 Hasil Uji Autokorelasi ... 65
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 66
4.5 Hasil Uji Regresi Berganda ... 69
4.6 Hasil Analisis Koefisien Determinasi ... 72
4.7 Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 73
4.8 Hasil Uji Parsial (Uji- t) ... 74
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ... 36 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot) ... 68
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman 1. Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 88 2. Data Penelitian ... 93 3. Data SPSS ... 96
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan merupakan informasi yang dapat menampilkan kondisi dari suatu perusahaan yang disusun oleh manajemen sebagai pertanggungjawaban kepada pemilik atau pemegang saham atas kepercayaan yang diberikan perihal pengelolaan aset perusahaan. Berbagai informasi yang tersedia dalam laporan keuangan diperlukan para pengguna seperti investor, kreditur, karyawan, pemasok, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan keputusan yang memiliki konsekuensi ekonomi.
Oleh karena itu, informasi yang terdapat dalam laporan keuangan harus benar adanya. Integritas laporan keuangan merupakan penyajian laporan keuangan secara jujur dengan menggambarkan realitas ekonomi perusahaan sesungguhnya.
Mayangsari (2003) menyatakan integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan juga harus andal.
Informasi yang memiliki kualitas andal yaitu apabila tidak menyesatkan, tidak ada kesalahan material, dan dapat di andalkan pemakainya sebagai informasi yang jujur dan disajikan secara wajar tetapi pada saat ini banyak terjadi manipulasi data akuntansi lebih khususnya laporan keuangan. Skandal manipulsi melibatkan beberapa perusahaan besar yang dahulunya mempunyai kualitas audit yang tinggi di Amerika serika seperti Enron, Tyco, Global Crossing dan Worldcom. Dalam
Chief Executive Officer (CEO), komisaris, komite audit, internal auditor, dalam
melakukan kecurangan akuntansi. Adanya manipulasi laporan keuangan pada perusahaan- perusahaan besar menurunkan rasa percaya masyarakat terhadap integritas laporan keuangan.
Terbuktinya masalah manipulasi data akuntansi pada saat ini menimbulkan pertanyaan bagaimana sebenarnya mekanisme pengelolaan perusahaan atau yang dikenal dengan istilah corporate governance diterapkan. . Dalam hal ini corporate governance dapat didefinisikan sebagai susunan aturan yang menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya. Penerapan mekenasime corporat governance yang tidak baik dapat mengakibatkan perbedaan kepentingan antar pihak manajemen yang memungkinkan terjadinya manipulasi data laporan keuangan yang menyebabkan laporan keuangan menjadi tidak integritas.
Perusahaan yang berkualitas haruslah mampu menyediakan informasi yang relavan, handal, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan dalam setiap pengambilan keputusan ekonomi maupun strategis bagi para penggunanya baik internal maupun eksternal.Tujuan perusahaan sangat ditentukan oleh mekanisme corporate governance, dalam hal ini mekanisme corporate governance terbagi
atas komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komite audit.
Dalam kasus manipulasi data, bukan hanya pihak dalam perusahaan yang bertanggungjawab namun juga pihak eksternal seperti eksternal auditor
karena pada kenyataannya auditorlah yang akan memberikan opini mengenai kewajaran dari laporan keuangan. Ketika seorang auditor tidak independen makan opini atau pendapatnya terhadap laporan keuangan tidak dapat dipercaya. Posisi akuntan publik dianggap sebagai pihak independen yang memberikan opini kewajaran terhadap laporan keuangan serta profesi auditor yang merupakan profesi kepercayaan masyarakat sebagai pengguna laporan keuangan. Namun, semakin meningkat tuntutan hukum terhadap kantor akntan publik menimbulkan banyak pertanyaan tentang kualitas audit dari kantor akuntan publik.
Terdapat hubungan positif antara kualitas audit dan ukuran KAP berdasarkan dua hal, yang pertama adalah alasan reputasi dan yang kedua adalah alasan kekayaan (deep pocket) yang dimiliki oleh KAP besar. Selain itu karena KAP besar memiliki sumber daya atau kekayaan yang lebih besar daripada KAP kecil, maka mereka terancam oleh tuntutan hukum pihak ketiga yang lebih besar pula bila mereka tidak menghasilkan laporan audit yang tidak akurat (Lennox 1999 dalam Astria 2011). Berdasarkan alasan tersebut, KAP besar (big 4) lebih dipercaya oleh masyarakat atau pengguna laporan keuangan dalam pelaksanaan tugasnya.
Dalam melakukan proses audit atas laporan keuangan haruslah dilakukan oleh auditor yang kompeten dan independen. Hal itu dikarenakan, opini yang diberikan oleh auditor atas laporan keuangan dapat memengaruhi keputusan masyarakat dalam berinvestasi. Sehingga diharapkan dalam praktiknya tidak ada dijumpai keberpihakan seorang auditor yang dapat merugikan pengguna laporan keuangan. Independensi auditor merupakan sikap mental seorang auditor yang
independen dan tidak dikendalikan oleh pihak lain. Independensi auditor juga bisa berarti bahwa auditor tersebut tidak memiliki hubungan khusus dengan kliennya sehingga tidak terjadi kecurangan dalam pemeriksaan laporan keuangannya atau dengan kata lain independensi auditor merupakan sikap tidak memihak kepada kepentingan siapapun dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen. Cahyonowati (2014) menyatakan bahwa semakin lama auditor berada di dalam organisasi atau perusahaan maka dia akan menjadi bagaian dalam perusahaan tersebut. Hal ini bisa menyebabkan terancamnya sikap independensi seorang auditor dalam memberikan opini audit sehingga akan mempengaruhi 3 tingkat integritas dari laporan keuangan itu sendiri. Oleh karena itu, sangat perlu diperhatikan berapa lama rentan waktu suatu perusahaan menggunakan Kantor Akuntan Publik dan auditor yang sama.
Independensi seorang auditor juga dapat mendeteksi terjadinya manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. Auditor yang independen merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi terjadinya manajemen laba (Guna dan Herawati 2010). Sedangkan salah satu pemicu timbulnya manajemen laba adalah adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi dapat menjadi pemicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Manajemen laba merupakan tindakan yang dilakukan oleh manajemen untuk memengaruhi tingkat laba. Menurut (Hery 2015) Manajemen laba juga dapat dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan perataan laba. Pengakuan pendapatan dan beban secara hati-hati untuk meratakan jumlah laba yang dilaporkan dari suatu periode ke periode berikutnya dinamakan sebagai
perataan laba (income smoothing). Perataan laba ini sering dilakukan dengan tujuan agar menjadi lebih mudah dalam mendapatkan pinjaman kreditor dan menarik investor. Tindakan ini dapat menunjukkan bawa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen tidak integritas.
Skandal manipulsi melibatkan beberapa perusahaan besar yang dahulunya mempunyai kualitas audit yang tinggi di Amerika serika seperti Enron.
Praktik kecurangan yang dilakukan terjadi di Divisi Pelayanan Energi.
Manajemen perusahaan melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan dengan mencatat keuntungan perusahaan sebesar USD 600.000.000 pada saat perusahaan mengalami kerugian, hal tersebut dilakukan manajemen perusahaan sebagai strategi agar tidak kehilangan investor. Namun, strategi yang dilakukan ternyata salah dan menjadi bumerang tersendiri bagi perusahaan. Kasus ini juga diperparah dengan adanya praktik akuntansi yang meragukan dan tidak ada independensi audit yang dilakukan oleh KAP Arthur Andersen terhadap Enron. Otomatis hal ini menyebabkan KAP Arthur Anderson dikeluarkan dari Big Five. Pada akhirnya, baik KAP Arthur Anderson maupun Enron, keduanya sama-sama mengalami collapse (Tessa dan Harto, 2016).
Skandal manipulasi yang terjadi di indonesia, seperti PT Lippo.Tbk dan PT Kimia Farma.Tbk melibatkan pelaporan keuangan yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Gideon, 2005). Berdasarkan indikasi oleh Kementerian BUMN dan pemeriksaan Bapepam ditemukan adanya salah saji (overstatemet) dalam laporan keuangan yaitu pada laba bersih PT Kimia Farma Tbk (KF) untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001. Salah saji ini terjadi
dengan cara melebihsajikan penjualan dan persediaan pada tiga unit usaha, dan dilakukan dengan menggelembungkan harga persediaan yang telah diotorisasi oleh direktur produksi untuk menentukan nilai persediaan pada unit distribusi PT KF per 31 Desember 2001. Selain itu manajemen PT KF melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada dua unit usaha. Selain PT Lippo.Tbk dan PT Kimia Farma.Tbk, PT Waskita Karya juga melakukan salah saji terhadap laporan keuangan, dimana mereka melakukan overstatement atas niali aset pada laporan keuangan. Oleh akuntan publik, Heliantono, terungkap bahwa pada laporan keuangan tahun 2008 terdapat salah saji di tahun 2005 sebesar Rp 5 miliar, sedangkan aset pada tahun 2005 adalah Rp 1,6 triliun. Hal ini berarti nilai diduga overstated sebesar 0,3% dari nilai aset tersebut (Tuanakotta, 2013 dalam
Syahputra, 2019). Dalam laporan keuangan PT Waskita Karya juga tercatat bahwa perusahaan menghasilkan laba selama tahun 2004–2007, yaitu masing-masing bernilai Rp 52,68 miliar, Rp 50,28 miliar, Rp 54,85 miliar, dan Rp 34,1 miliar, tetapi nilai tersebut tidak terbukti kebenarannya. Kasus ini berakhir dengan pelaksanaan restrukturisasi atas PT Waskita Karya oleh PT Perusahaan Pengelola Aset. Selain itu, Kementerian Negara BUMN juga menonaktifkan dua direksi dan satu mantan direksi PT Waskita Karya, serta menindak tegas Kantor Akuntan Publik yang mengaudit perusahaan tersebut (Kusumawardani, 2012).
Selian itu, Toshiba juga melakukan manipulasi laporan keuangan dimana Toshiba menyajikan laporan keuangan dengan keuntungan dibesar-besarkan hingga US$ 1,2 miliar selama periode lima tahun. Dari hasil penyidikan hal tersebut terjadi karena manjemen perusahaan menetapkan target yang sulit
sehingga pemimpin divisi harus memanipulasi laporan keuangan dengan melebih- lebihkan laba. Kasus yang terjadi pada Toshiba menunjukkan bahwa adanya faktor tata kelola perusahaan atau corporate governance yang tidak terstruktur dan tidak melakukan tugas sesuai dengan ketentuan akuntansi yang berlaku.
Selain itu juga terdapat praktik manajemen laba dengan perilaku opportunistic demi keuntungan perusahaan, sehingga laporan keuangan tidak berintegritas.
Adapun rangkuman mengenai fenomena dari penelitian ini dapat dilihat melalui tabel di berikut ini :
Tabel 1.1
Fenomena Integritas Laporan Keuangan
NO Nama Perusahaan Tahun Fenomena
1. PT Kimia Farma Tbk 2001 Terjadi manipulasi laporan keuangan atas nilai pejualan dan persedian pada tiga unit perusahaan serta penggelembungan harga persediaan yang terlah diotorisasi oleh direktur produksi untuk menentukan nilai persediaan pada unti distribusi, yang mengakibatkan harga saham turun.
2. Enron Corp 2002 Memanipulasi laporan keuangan dengan mencatat laba perusahaan sebesar USD 600.000.000 pada saat perusahaan mengalami kerugian agar tidak kehilangan investor. Pada akhirnya, perusahaan dan KAP yang mengaudit mengalami collapse.
3. PT Waskita Karya 2008 Melakukan overstatement atas nilai aset dalam laporan keuangna sebesar 0,3% dari nilai aset sebesar Rp 1,6 triliun. Akibatnya, dilakukan restrukturisasi perusahaan oleh PT Perusahaan Pengelola Aset Kementrian Negara BUMN juga menonaktifkan dua direksi dan satu mantan direksi, serta menindaklanjuti KAP yang mengaudit perusahaan.
4 Toshiba Corporation 2015 Melakukan overstatement laba dalam kurun waktu lima tahun sebesar 151,8 miliar yen. Akibatnya, CEO perusahaan dan dua eksekutif senior lainnya mundur.
Berdasarkan variabel-variabel yang telah dipaparkan, terdapat research gap dari beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap integritas laporan keuangan. Research gap merupakan celah atau kesenjangan penelitian
Sumber : Olahan peneliti (2020)
berdasarkan temuan peneliti terdahulu. Pada variabel komisaris independen, hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurjannah (2014) menyatakan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan pada penelitian Tia Astria (2011) menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Pada variabel kepemilikan manajerial, hasil penelitian yang dilakukan Daniel Salfauz (2012) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan pada penelitian Kadek (2016) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
Pada variabel kepemilikan institusional, hasil penelitian yang dilakukan Pratama (2015) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan pada penelitian Siahaan (2017) menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Pada variabel komite audit, hasil penelitian yang dilakukan Mudasetia dan Nur (2017) menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan pada penelitian Neni, Endang dan Riana (2017) menyatakan bahwa komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
Pada variabel manajemen laba, hasil penelitian yang dilakukan Neni, Endang dan Riana (2017) menyatakan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan pada penelitian Lailah Fujiyanti (2017) menyatakan bahwa manajemen laba berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Pada variabel independensi, hasil penelitian yang dilakukan
Mudasetia dan Nur (2017) menyatakan bahwa independensi tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan pada penelitian Putra (2012) menyatakan bahwa independensi berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Pada variabel ukuran KAP, hasil penelitian yang dilakukan Amrulloh (2016) menyatakan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan pada penelitian Kartika (2018) menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Adapun rangkuman mengenai research gap dapat dilihat melalui tabel di bawah ini :
Tabel 1.2
Research Gap Integritas Laporan Keuangan Variabel
Dependen Variabel Indepeden Penelitian
sebelumnya Pengaruh
Integritas Laporan Keuangan
Komisaris Independen
Nurjannah (2014) Tidak Berpengaruh Astria (2011) Berpengaruh Kepemilikan
Manajerial
Putra (2012) Tidak Berpengaruh Kadek (2016) Berpengaruh Kepemilikan
Institusional
Siahaan (2017) Tidak Berpengaruh Pratama (2015) Berpengaruh Komite audit Mudasetia (2017) Tidak Berpengaruh
Yuliana (2017) Berpengaruh Manajemen Laba Yuliana (2017) Tidak Berpengaruh
Fujianti (2017) Berpengaruh Independensi Mudasetia (2017)) Tidak Berpengaruh
Putra (2012) Berpengaruh Ukuran KAP Amrulloh (2016) Tidak Berpengaruh
Kartika (2018) Berpengaruh
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka saya tertarik untuk melakukan penelitian tentang : Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, Independensi dan Ukuran KAP Terhadap Integritas
Sumber : Olahan peneliti (2020)
Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016- 2018
1.2. Rumusan Masalah
Dari judul di atas, penulis mengemukakan identifikasi masalah yaitu : 1. Apakah komsisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan?
2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?
3. Apakah kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?
4. Apakah komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?
5. Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan ? 6. Apakah independensi auditor berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan?
7. Apakah ukuran KAP berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?
8. Apakah mekanisme corporate governance, manajemen laba, independensi dan ukuran KAP berpengaruh secara simultan terhadap integritas laporan keuangan?
1.3. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan identifikasi masalah tersebut di atas, maka penelitian ini untuk mempelajari dan menilai pengaruh variabel independensi auditor, kepemilikan institusional dan ukuran kantor akuntan publik terhadap integeritas laporan keuangan. Adapun tujuan secara rinci dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah komsisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
2. Untuk mengetahui apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
3. Untuk mengetahui apakah kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
4. Untuk mengetahui apakah komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
5. Untuk mengetahui apakah manajemen laba berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
6. Untuk mengetahui apakah independensi auditor berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
7. Untuk mengetahui apakah ukuran KAP berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
8. Untuk mengetahui apakah mekanisme corporate governance, manajemen laba, independensi dan ukuran KAP berpengaruh secara simultan terhadap integritas laporan keuangan.
1.4. Manfaat Penelitian
Sejalan dengan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagi Penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis khususnya mengenai pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap integritas laporan
2. Bagi Peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi di dalam melakukan penelitian sejenis serta menambah pengetahuan dengan memberikan gambaran dan bukti empiris mengenai integritas laporan keuangan.
3. Bagi Investor, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam keputusan invetasi pada perusahaanperusahaan yang menerapkan corporate governance.
4. Bagi manajemen, diharapkan dengan adanya penelitian ini pihak manajemen mampu berkerja dengan maksimal dan berintegritas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Teori Keagenan (Agency Teory)
Teori keagenan menjelaskan tentang hubungan antara dua pihak yakni pemilik (principal) dan manajemen (agent). Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Astria (2011) menyatakan bahwa terdapat dua macam bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang saham (shareholders) dan antara manajer dan pemberi pinjaman (bondholders). Manajemen adalah agen yang ditunjuk oleh pemegang saham (principal) untuk diberi tugas dan wewenang mengelola perusahaan dan selanjutnya, principal mempunyai tanggungjawab untuk memberi imbalan kepada agen atas jasa yang terlah diberikannya. Adanya perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya konflik keagenan. Konflik keagenan yang timbul antara berbagai pihak yang memiliki kepentingan berbeda-beda dapat menyulitkan dan menghambat perusahaan di dalam mencapai kinerja yang positif untuk menghasilkan nilai bagi perusahaan itu sendiri dan juga bagi shareholders.
Eisenhardt (1989) dalam Astria (2011) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar
manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya. Sebagai seorang yang terjun langsung mengelola perusahaan, tentu manajer lebih mengetahui keadaan intern perusahaan dengan baik dibandingkan dengan pihak pemegang saham (principal).
Anthony dan Govindarajan (2005: 269) menyatakan teori agensi mengasumsikan setiap individu bertindak dengan mengutamakan kepentingannya masing-masing. Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi tersebut dapat menjadi pemicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Adanya asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat membuka peluang bagi manajer untuk melakukan tindakan earnings management dalam rangka mengelabuhi pemilik mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Dalam hal ini apabila manajer memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan pemilik saham, maka manajer akan cenderung melakukan kecurang dengan melakukan praktik manajemen laba untuk meningkatkan keuntungannya sendiri.
Munculnya masalah-masalah yang disebabkan oleh konflik kepentingan dan asimetri informasi menyebabkan perusahaan menanggung biaya keagenan (agency cost). Teori mengenai hubungan keagenan ini digunakan dalam rangka untuk lebih memahami corporate governance. Penerapan mekansisme corporate governance diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Penerapan corporate governance juga dapat memberikan
kepercayaan terhadap kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan pemilik (pemegang saham), sehingga dapat meminimalkan konflik kepentingan dan biaya keagenan (agency cost).
2.1.2. Integritas Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan memuat inforamsi yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan ekonomi oleh para pengguna laporan keuangan apabila informasi yang tercantum dalam laporan keuangan tersebut memenuhi karakteristik kualitatif informasi akuntansi. Laporan keuangan dikatakan berintegritas apabila laporan keuangan memenuhi kualitas reliability (Hardiningsih, 2010), sedangkan (PSAK ,2012) menjelaskan bahwa informasi memiliki kualitas reliability jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi akuntansi yang memiliki integritas yang tinggi dapat diandalkan karena merupakan suatu penyajian yang jujur sehingga memungkinkan pengguna informasi akuntansi bergantung pada informasi tersebut, sehingga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan untuk membantu membuat keputusan yang tepat.
Terkait dengan reliability, Mayangsari (2003) menyatakan bahwa laporan keuangan yang reliable atau berintegritas dapat dinilai dengan penggunaan prinsip konservatisme. Konservatisme merupakan salah satu prinsip yang
digunakan oleh akuntansi dalam menghadapi dua atau lebih alternatif dalam penyusunan laporan keuangan. Konsep konservatisme akuntansi dalam pelaporan keuangan bertujuan untuk mengakui, mengukur, dan melaporkan nilai aset dan pendapatan yang rendah, serta kewajiban dan beban yang tinggi (Jama’an, 2008).
Hal ini berarti bahwa konsep konservatisme berimplikasi terhadap prinsip akuntansi yang akan mengakui beban atau kerugian yang mungkin akan terjadi, namun tidak dengan segera mengakui pendapatan atau laba yang akan terjadi walaupun kemungkinannya besar.
Konservatisme merupakan prinsip penting dalam pelaporan keuangan yang dimaksudkan agar pengakuan dan pengukuran aktiva serta laba dilakukan dengan penuh kehati-hatian yang disebabkan oleh adanya ketidakpastian dalam aktivitas ekonomi dan bisnis (Widya, 2005). Ketidakpastian dan risiko tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi dan kenetralan bisa diperbaiki. Pelaporan yang didasari kehati-hatian akan memberi manfaat yang terbaik untuk semua pemakai laporan keuangan. Konservatisme indentik dengan laporan keuangan yang understate yang resikonya lebih kecil daripada laporan keuangan yang overstate. Manipulasi yang paling sering dilakukan adalah penyajian laba yang overstated, hal ini disebabkan karena laba dapat mencerminkan kinerja operasional perusahaan dan menjadi perhatian pengguna laporan keuangan dalam menilai perusahaan. Oleh karena itu, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah manipulasi laporan keuangan adalah dengan memilih prinsip akuntansi konservatif.
2.1.3. Corporate Governance
Corporate governance didefinisikan sebagai seperangkat peraturan yang
menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Pada prinsipnya tujuan corporate governance adalah menciptakan nilai bagi pihak yang berkepentingan.. Dalam penelitian ini, elemen-elemen yang terkandung dalam pengukuran mekanisme corporate governance adalah:
1. Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan 2. Persentase saham yang dimiliki oleh manajemen 3. Persentase saham yang dimiliki oleh institusi 4. Keberadaan komite audit dalam perusahaan Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan. Adanya komisaris independen dalam suatu perusahaan dapat menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. Komisaris independen dapat menjadi penengah apabila terjadi perselisihan diantara
manajer internal dan mengawasi kebijakan-kebijakan manajer sera memberikan nasihat kepada manajemen .Dapat disimpulkan keberadaan komisaris independen pada suatu perusahaan dapat mempengaruhi integritas suatu laporan keuangan yang dihasilkan oleh manajemen. Jika perusahaan memiliki komisaris independen maka laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen cenderung lebih berintegritas, karena didalam perusahaan terdapat badan yang mengawasi dan melindungi hak pihak-pihak diluar manajemen perusahaan.
Beberapa kriteria tentang komisaris independen adalah sebagai berikut:
a. Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham mayoritas atau pemegang saham pengendali (controlling shareholders) perusahaan tercatat yang bersangkutan,
b. Komisaris independen tidak memiliki hubungan dengan direktur dan/atau komisaris lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan,
c. Komisaris independen tidak memiliki kedudukan rangkap pada perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan, d. Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang-undangan
dibidang pasar modal,
e. Komisaris independen disusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham pengendali (bukan controlling shareholders) dalam Rapat Umum pemegang Saham (RUPS).
Jika perusahaan memiliki komisaris independen maka laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen cenderung lebih berintegritas, karena didalam
perusahaan terdapat badan yang mengawasi dan melindungi hak pihakpihak diluar manajemen perusahaan (Susiana dan Herawaty, 2007).
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan saham oleh perusahaan merupakan mekanisme yang dapat digunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai dengan kepentingan pemilik perusahaan. Persentase saham yang dimiliki oleh manajemen termasuk didalamnya persentase saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya.
Suatu ancaman bagi pemegang saham jika manajer bertindak untuk kepentingannya sendiri, bukan untuk kepentingan pemegang saham. Sedangkan pada kenyataannya, baik pemegang saham maupun manajer memiliki kepentingannya masing-masing. Hal inilah yang menjadi masalah dalam teori agensi yaitu konflik kepentingan. Masing-masing pihak memiliki risiko terkait dengan fungsinya. Manajer memiliki risiko untuk tidak ditunjuk lagi sebagai manajer jika gagal menjalankan fungsinya, sedangkan pemegangsaham memiliki risiko kehilangan modalnya jika salah memilih manajer. Kondisi ini merupakan konsekuensi adanya pemisahan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan.
Akan tetapi, kondisi tersebut akan berbeda apabila manajer juga merupakan pemegang saham perusahaan. Dalam perusahaan dengan kepemilikan manajerial, manajer yang sekaligus pemegang saham tentunya akan menyelaraskan kepentingannya dengan kepentingan pemegang saham. Dengan semakin besarnya kepemilikan manajer, maka manajer dapat lebih leluasa dalam
mengatur pemilihan metode akuntansi, serta kebijakan-kebijakan akuntansi penting terkait dengan masa depan perusahaan. Semakin baik kinerja perusahaan tersebut maka akan meningkatkan proporsi kepemilikan saham oleh manajemen. Semakin tinggi tingkat kepemilikan saham oleh manajemen akan memotivasi manajemen untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dapat memenuhi keinginan pemegang saham yang salah satunya adalah manajemen itu sendiri.
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun dan investment banking . Persentase saham institusi ini diperoleh dari penjumlahan atas persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan lain baik yang berada di dalam maupun di luar negeri serta saham pemerintah dalam maupun luar negeri. Keberadaan investor institusional dapat menunjukkan corporate governance yang kuat yang bisa digunakan untuk memonitor perusahaan pada
umumnya dan manajemen pada khususnya. Tindakan monitoring tersebut dapat menjamin kemakmuran untuk pemegang saham. Dengan adanya pengawasan intensif dari institusional sebagai pemegang saham, manajer akan lebih berhati- hati dalam mengambil keputusan sehingga dapat memberikan keyakinan bahwa manajemen akan bertindak dengan mengutamakan kepentingan pemegang saham termasuk dalam pelaporan keuangan.
Investor institusional adalah investor dengan kepemilikan saham yang besar sehingga mereka memiliki peluang, sumber daya, dan kemampuan untuk
mengawasi dan mempengaruhi manajemen. Mekanisme corporate governance melalui kepemilikan institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan meminimalkan perilaku oportunistik atau prilaku yang mengutamakan diri sendiri.
Tingkat pengawasan yang ketat dari institusi sebagai pemilik saham perusahaan mampu mengurangi insentif para manajer yang bertindak dengan mengutamakan kepentingan diri sendiri. Dalam kaitannya dengan fungsi pengawasan, investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk mengawasi tindakan manajemen lebih baik dibandingkan investor individual.
Selain itu, adanya monitoring yang efektif oleh pihak institusional juga dapat menyebabkan penggunaan utang menurun. Hal ini karena peranan utang sebagai salah satu alat monitoring sudah diambil alih oleh kepemilikan institusional.
Komite audit
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan direksi yang bertugas melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan keuangan dan audit ekstern. Komite audit berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian intern. Dalam pedoman pembentukan komite audit yang efektif dijelaskan bahwa komite audit yang dimiliki perusahaan paling sedikit beranggotakan tiga orang, yang diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan anggota lainnya merupakan orang
eksternal yang independen terhadap perusahaan serta menguasai dan memiliki latar belakang keuangan dan akuntansi.
Supriyono (dalam Susiana dan Herawati, 2007) menjelaskan tujuan pembentukan komite audit antara lain :
1. Memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum.
2. Memastikan bahwa internal kontrolnya memadai.
3. Menindaklanjuti terhadap dugaan adanya penyimpangan yang meterial di bidang keuangan dan implikasi hukumnya.
4. Merekomendasikan seleksi auditor eksternal.
Dalam hal pelaporan keuangan, peran dan tanggungjawab komite audit adalah memonitor dan mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan agar standar dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku terpenuhi, memeriksa ulang laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan standar dan kebijksanaan tersebut dan apakah sudah konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh anggota komite audit, serta menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor eksternal.
Pembentukan komite audit dan komisaris independen sudah diatur dalam regulasi-regulasi yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia dan Bapepam, antara lain sebagai berikut:
1. Keputusan Nomor Kep-315/BEJ/06/2000 perihal Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A yang antara lain mengatur tentang kewajiban mempunyai
Komisaris Independen, Komite Audit, memberikan peran aktif Sekretaris 24 Perusahaan di dalam memenuhi kewajiban keterbukaan informasi serta mewajibkan perusahaan tercatat untuk menyampaikan informasi yang material dan relevan.
2. Surat Edaran Ketua Bapepam-LK Nomor SE-03/PM/2000 tentang Komite Audit yang berisi himbauan perlunya komite Audit dimiliki oleh setiap Emiten
3. Surat Edaran Ketua bapepam-LK Nomor SE-07/PM/2004 yang dijelaskan dalam peraturan Nomor IX.I.5 tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite Audit. Dengan dibentuknya komite audit merupakan salah satu upaya auditor dalam mempertahankan independensinya. Sesuai dengan fungsi komite audit di atas, keberadaan komite audit dalam perusahaan dapat mempengaruhi kualitas dan integritas laporan keuangan yang dihasilkan.
2.1.4. Manajemen Laba
Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh manajemen untuk memengaruhi laba dari suatu perusahaan. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan dan menambah bias dalam laporan keuangan, serta dapat mengganggu para pemakai laporan keuangan dalam mempercayai angka-angka dalam laporan keuangan tersebut (Setiawaty dan Na’im 2000).
Beberapa faktor yang menjadi alasan manajemen melakukan manajemen
bonus jika kinerja perusahaan mencapai jumlah tertentu. Janji bonus inilah yang merupakan alasan bagi manajer untuk mengelola dan mengatur laba perusahaan pada tingkat tertentu sesuai dengan yang disyaratkan agar dapat menerima bonus.
Selain itu, manajemen laba disebabkan adanya regulasi dari pemerintah, misalnya regulasi dalam penetapan pajak. Besar kecilnya pajak tergantung pada besar kecilnya laba perusahaan.
Manajemen laba dapat terjadi karena dalam penyusunan laporan keuangan menggunakan basis akrual. Akuntansi berbasis akrual menggunakan prosedur akrual, deferral, pengalokasian yang bertujuan untuk menghubungkan pendapatan, biaya, keuntungan (gains), dan kerugian (losses) untuk menggambarkan kinerja perusahaan selama periode berjalan, meski kas belum diterima dan dikeluarkan (Sulistyanto, 2008). Dengan melukakan menajemen laba maka pelaporan laporan keuangan di oleh manajemen dianggap tidak integritas, karena dianggap disajikan untuk memenuhi kepentingan manajemen saja.
2.1.5. Independensi
Independensi auditor merupakan suatu standar auditing yang sangat penting karena mampu mempengaruhi integritas dari suatu laporan keuangan manajemen yang mana opini kewajarannya dibuat oleh seorang auditor.
Mulyadi (2011:26) menyatakan bahwa :
“Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.
Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya”.
Akuntan Publik dinyatakan tidak independen apabila selama periode audit dan selama periode penugasan profesionalnya, baik Akuntan, Kantor Akuntan Publik, maupun orang dalam Kantor Akuntan Publik :
1) Mempunyai kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung yang material pada klien.
2) Mempunyai hubungan pekerjaan dengan klien.
3) Mempunyai hubungan usaha secara langsung atau tidak langsung yang material dengan klien, atau dengan karyawan kunci yang bekerja pada klien, atau dengan pemegang saham utama klien.
4) Memberikan jasa-jasa non audit kepada klien.
5) Memberikan jasa atau produk kepada klien dengan dasar Fee Kontinjen atau komisi, atau menerima Fee Kontinjen atau komisi dari klien.
Aspek Independensi
Menurut (Taylor dalam Susiana dan Herawaty, 2007) ada dua aspek independensi, yaitu:
1. Independensi sikap mental (independence of mind/independence of mental attitude), independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran akuntan publik
untuk bertindak dan bersikap independen.
2. Independensi penampilan (image projected to the public/appearance of independence), independensi penampilan ditentukan oleh kesan masyarakat
terhadap independensi akuntan publik. Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap
independensi dan objektifitasnya. Meskipun auditor telah menjalankan auditnya dengan baik secara independen dan objektif, pendapat yang dinyatakan melalui laporan audit tidak akan dipercaya oleh pemakai jasa auditor independen bila ia tidak mampu mempertahankan independensi dalam penampilan.
Indikator Independensi Auditor
Pada penelitian Harjanto (2014:27) terdapat empat indikator independensi auditor, yaitu sebagai berikut :
1) Lama Hubungan Dengan Klien (Audit Tenure)
Di Indonesia, masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan klien sudah diatur dalam keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik. Keputusan menteri tersebut membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai 5 tahun. Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi.
2)
Tekanan dari KlienDalam menjalankan fungsinya auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajer mungkin ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil yakni tergambar melalui laba tinggi dengan maksud untuk menciptakan penghargaan. Agar tercapai tujuan tersebut tidak jarang manajemen perusahaan melakukan tekanan kepada auditor sehingga
laporan keuangan auditan yang dihasilkan tersebut sesuai dengan keinginan klien. Dalam situasi ini, auditor mengalami suatu dilema, dimana dilema yang dialami oleh auditor dikarenakan di satu sisi jika auditor mengikuti keinginan klien maka ia melanggar standar profesi, akan tetapi jika auditor tidak mengikuti klien maka klien dapat menghentikan penugasan atau mengganti KAP auditornya.
3)
Telaah dari Rekan Auditor (Peer Review)Peer review adalah review oleh akuntan publik, namun pada praktiknya di Indonesia peer review dilakukan oleh Departemen Keuangan yang memberikan izin prektek dan Badan Review Mutu dari profesi Institusi Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Tujuan dari peer review adalah untuk menentukan dan melaporkan apakah KAP yang direview itu telah mengembangkan kebijakan dan prodedur yang memadai bagi kelima unsur pengendalian mutu dan mengikuti kebijakan serta prosedur tersebut dalam praktek. Review diadakan setiap 3 tahun dan biasanya dilakukan oleh KAP yang dipilih oleh kantor yang direview.
4)
Jasa NonauditPemberian jasa selain audit dapat menjadi ancaman potensial bagi independensi auditor karena manajemen dapat meningkatkan tekanan pada auditor agar bersedia mengeluarkan laporan yang dikehendaki oleh manajemen yaitu wajar tanpa pengecualian. Pemberian jasa selain jasa audit bearti auditor telah terlibat dalam aktivitas manajemen klien. Jika pada saat dilakukan pengujian laporan keuangan ditemukan kesalahan yang terkait
dengan jasa yang diberikan auditor tersebut.
2.1.6. Ukuran KAP
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 2011, Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang ini. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan besar kecilnya KAP yang dibedakan menjadi dua 2 kelompok, yaitu KAP yang berafiliasi dengan Big 4 dan KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4.
Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) akan menunjukkan kemampuan auditor dalam bersikap independen dan melaksanakan proses audit secara profesional. Hal ini dikarenakan KAP besar (Big 4) kurang tergantung secara ekonomi terhadap klien dan juga cenderung tidak berkompromi atas kualitas audit, sehingga dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik daripada KAP kecil (non Big 4). Dengan adanya alasan-alasan tersebut maka KAP besar (big 4) lebih dipercaya oleh masyarakat atau pengguna laporan keuangan dalam pelaksanaan tugasnya. KAP 4 besar yang disebutkan adalah price water house (PWC), Deloitte Touche Tohmatsu, Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dan Ernst and Young (EY).
KAP Big Four tersebut memiliki afiliasi diberbagai Negara termasuk di Indonesia, berikut adalah KAP Big Four dan afiliasinya di Indonesia:
1. KAP Purwanto, Suherman & Surja ( Ernest & Young)
3. KAP Siddharta dan Widjaja (Klynveld Peat Main Goerdeler)
4. KAP Tanudiredja, Wibisana dan Rekan (PWC/ Price Waterhouse Coopers)
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa studi telah dilakukan oleh beberapa negara mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi integritas laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Astria (2011) mengamati adanya pengaruh yang signifikan antara ukuran KAP terhadap konservatisma akuntansi namun dengan arah negatif. Hal ini menjelaskan bahwa pada perusahaan yang menggunakan jasa KAP big four yang memiliki reputasi baik dan juga mampu melakukan audit secara lebih cepat dan cermat karena memiliki sumber daya manusia yang lebih baik justru memilih menyajikan laporan keuangan berintegritas rendah.
Putra (2012) meneliti mengenai integritas laporan keuangan dimana variabel manajemen laba ditambahkan kedalam variabel independen. Variabel ini ditambahkan karena dalam praktiknya manajemen laba mampu memengaruhi jumlah laba yang diperoleh perusahaan, sehingga pelaporan dalam laporan keuangan menjadi tidak berintegritas. Penelitian ini menemukan bahwa Independensi, Komite Audit, Kualitas Audit, dan Manajemen Laba memiliki pengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan.
Nurjannah (2014) meneliti mengenai integritas laporan keuangan dimana variabel independennya adalah komite audit, komisaris independen dan kualitas audit. Pada penelitian ini integritas laporan keuangan diukur dengan indeks
konservatisme. Penelitian ini menemukan bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, hal ini dikarenakan karena setiap kantor akuntan pasti menggunakan peraturan seperti SAK dalam melakukan auditnya untuk mengaudit bagian-baian yang ada dalam laporan keuangan sehingga kualitas audit berhubungan langsung dengan integritas laporan keuangan.
Kadek (2016) meneliti mengenai integritas laporan keuangan dimana variabel independenya adalah mekanisme corporate governance. Penelitian ini meneliti perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013 dan menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 72 amatan. Penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen dan komisaris independen berpengaruh positif pada integritas laporan keuangan.
Fujiyanti (2017) meneliti mengenai integritas laporan keuangan dengan variabel independen adalah ukuran KAP, manajemen laba dan ukuran perusahaan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 1 Januari 2012 samapi 31 Desember 2016. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sehingga ditetapkan jumlah pengamatan dalam penelitian ini adalah 65. Dilihat dari hasil penelitian, manajemen laba dan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan ukuran perusahan memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
Siahaan (2017) meneliti mengenai integritas laporan keuangan dengan variabel independen adalah good corporate governance dan kualitas audit. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan secara parsial atau masing-masing komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Namun kepemilikan institusional, kepemilikan manajaerial, komisaris independen, kualitas KAP, ukuran perusahaan secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Dalam penelitian ini terjadi hubungan yang rendah antara variabel independen dan variabel dependen.
Namun secara keseluruhan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas KAP, ukuran perusahan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Yuliana (2017) meneliti integritas laporan keuangan dengan variabel independen Komisaris Independen, Kepemilikan Manjerial, Kepemilikan Institusional, Komite Audit, Manajemen Laba. Pada penelitian ini komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini disebabkan komisaris independen merupakan komisaris yang berasal dari luar manajemen yang bertugas melakukan pengawasan terhadap proses akuntansi dalam meningkatkan keandalan suatu laporan keuangan. Namun, dalam penelitian ini menunjukkan nilai negatif maka ada kecenderungan keberadaan komisaris independen kurang efektif dalam melakukan pengawasan dalam tata kelola perusahaan, sehingga dapat menyebabkan berkurangnya integritas dalam laporan keuangan. Penelitian ini menemukan adanya pengaruh antara Komisaris Independen dan komite audit terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan manajemen laba tidak berpengaruh.
Mudasetia (2017) meneliti mengenai integritas laporan keuangan dengan variabel independen Mekanisme Corporate Governance, Independensi, Kualitas Audit. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 sampai 2015, dengan tujuan mengetahui trend perkembangan integritas laporan keuangan pada tahun terbaru. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan metode purposive sampling. Pada penelitian ini ditemukan bahwa Kualitas audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, komite audit dan independensi tidak berpengaruh.
Kartika (2018) meneliti mengenai determinasi integritas laporan keuangan.
Variabel independen pada penelitian ini adalah Corporate Governace, Pergantian Auditor, Spesialisasi Industri Auditor, Ukuran KAP. Hasil penelitian ini mangatakan bahwa terdapat pengaruh antar komite audit terhadap integritas laporan keuangan namun dengan arah koefisien negatif. Penelitian ini juga menemukan adanya pengaruh antara ukuran KAP terhadap integritas laoran keuangan dengan arah koefisien negatif. Pada penelitian ini, Kepemilikan Institusioal, Kepemilikan manajerial, Komite Audit, Komisaris Independen, Pergantian Auditor, Spesialisasi Industri Auditor, Ukuran KAP,Ukuran KAP berpengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan.
Berikut disajikan ringkasan penelitian terdahulu pada Tabel 2.1 :
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti
Variabel Hasil Penelitian
1. Astria (2011)
Variabel dependen:
Integritas Laporan Keuangan Variabel Independen: Audit Tenure, Struktur Corporate Governance (kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komite audit, komsisaris independen), Ukuran KAP
corporate governance (kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen) dan ukuran KAP berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Sementara, audit tenure tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
2. Putra(2012) Variabel Dependen : Integritas Laporan Keuangan.
Variabel Independen : Independensi, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Komite Audit, Kualitas Audit, dan Manajemen Laba
Independensi, Komite Audit, Kualitas Audit, dan Manajemen Laba memiliki pengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan. Sedangkan Komisaris Independen, Kepemiikan Manajerial dan kepemilikan Institusional tidak memiliki pengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan
3. Nurjannah (2014)
Variabel dependen : Integritas laporan keuangan diukur dengan indeks Konservatisme.
Variabel independen : Komite audit, komisaris independen, kualitas audit
Kualitas audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Sementara Komite audit, komisaris independen tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan
4. Kadek (2016)
Variabel Dependen : Integritas Laporan Keuangan Variabel Independen : Mekanisme Corporate Governance
Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Sedangkan, komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
5. Fujiyanti (2017)
Varibel Dependen : Integritas Laporan Keuangan Variabel Independen : Ukuran KAP, Manajemen Laba, Ukuran perusahaan
Terdapat pengaruh antara Ukuran KAP dan Manajemen Laba terhadap Integritas Laporan Keuangan sedangkan Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan. Sedangkan,
6. Siahaan (2017)
Varibel Dependen : Integritas Laporan
Variabel Independen :
Good Corporate
Governance, Kualitas KAP
Kepemilikan Institusioal, Kepemilikan manajerial, Komite Audit, Komisaris Independen, dan Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan. Kualitas KAP berpengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan.