• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Uji Pengaruh Penggunaan Metode Mind Map terhadap Kemampuan

4.2.2.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Inferensi

Langkah pertama yang dilakukan setelah mengetahui normalitas data

pretest dan posttest dari masing-masing kelompok yaitu melakukan analisis perbedaan kemampuan awal dengan menggunakan skor pretest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui apakah pretest dari kelompok eksperimen dan pretest dari kelompok kontrol memiliki titik pijak yang sama sehingga dimungkinkan untuk melakukan pembandingan. Jika memiliki titik pijak yang sama dapat dilakukan pembandingan antara skor kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain uji perbedaan kemampuan awal dengan menggunakan skor pretest ini dilakukan untuk memastikan bahwa kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang setara.

Analisis statistik yang digunakan dalam uji perbedaan kemampuan awal pada kemampuan inferensi adalah statistik parametrik, dalam hal ini Independent Samples T-test. Sebelum melakukan uji Independent Samples t-test, dilakukan uji

Levene’s Test terlebih dahulu untuk mengetahui homogenitas varians data. Suatu data dikatakan memiliki homogenitas varians apabila harga signifikansi pada

Levene’s Test > 0,05 (atau p > 0,05) (Priyatno, 2012:49). Berdasarkan uji

63

(atau p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki homogenitas varians data.

Setelah diketahui data memiliki varian yang homogen, langkah selanjutnya adalah melakukan uji statistik parametrik Independent Samples t-test. Analisis statistik menggunakan program IBM SPSS Statistics 22 for Windows

dengan tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut: ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Hi) dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Hnull). Untuk itu kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut: jika harga sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima Hi ditolak, sedangkan jika harga sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak Hi diterima. Berdasarkan uji analisis perbedaan kemampuan awal dengan menggunakan uji statistik parametrik, dalam hal ini Independent Samples t-test diperoleh hasil sebagai berikut ini (lihat Lampiran 4.18, halaman 154).

Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Inferensi.

Hasil Uji Skor Pretest Sig. (2-tailed) Keterangan

Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol 0,889 Tidak ada perbedaan

Berdasarkan uji perbedaan kemampuan awal pada kemampuan inferensi

menunjukkan tidak ada perbedaan skor rerata pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen diperoleh hasil M = 2,08, SD = 0,78, SE = 0,14, sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh hasil M = 2,10, SD = 0,72, SE = 0,13. Hasil uji Independent Samples t-test menunjukkan t(56) = 0,141 dan harga sig. (2-tailed) sebesar 0,889 (atau p > 0,05), sehingga Hnull diterima Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest

pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki level kemampuan awal yang sama pada kemampuan inferensi sehingga dapat dibuat perbandingan untuk selanjutnya.

64 4.2.2.3 Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan Inferensi

Uji perbedaan selisih skor pretest dan posttest I dilakukan untuk mengetahui apakah penggunaan metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan inferensi. Penghitungan dilakukan dengan cara mengurangkan selisih skor posttest I-pretest pada kelompok kontrol dengan selisih skor posttest I-pretest

pada kelompok eksperimen. Hasil analisis uji selisih skor pretest dan posttest I

antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang dilakukan digunakan sebagai dasar dalam menarik kesimpulan yang berkaitan dengan hipotesis penelitian. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan hasil penelitian menerima atau menolak hipotesis penelitian.

Berdasarkan uji normalitas selisih skor pretest dan posttest I dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Test, pada kelompok eksperimen memiliki nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,078 (atau p > 0,05) dan kelompok kontrol memiliki nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,057 (atau p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa selisih skor pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki distribusi data yang normal sehingga untuk uji selisih skor pretest dan posttest I dilakukan dengan uji statistik parametrik, dalam hal ini

Independent Samples t-test.

Sebelum melakukan uji Independent Samples t-test, dilakukan uji Levene’s Test terlebih dahulu untuk mengetahui homogenitas varians data. Suatu data dikatakan memiliki homogenitas varians apabila harga signifikansi pada Levene’s Test > 0,05 (atau p > 0,05) (Priyatno, 2012:49). Dari hasil uji selisih skor pretest

dan posttest I antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa terdapat homogenitas varians data karena harga Levene’s Test pada data tersebut memiliki harga signifikansi sebesar 0,102 (atau p > 0,05) dengan F = 2,765.

Setelah diketahui data memiliki varians yang sama, langkah selanjutnya adalah melakukan uji statistik parametrik, dalam hal ini Independent Samples t-test. Analisis statistik menggunakan program IBM SPSS Statistics 22 for Windows

dengan tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut: ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest-posttest I pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Hi) dan tidak ada perbedaan

65

yang signifikan antara selisih skor pretest-posttest I pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Hnull). Untuk itu kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut: jika harga sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull

diterima Hi ditolak, sedangkan jika harga sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak Hi diterima. Berdasarkan uji selisih skor pretest dan posttest I dengan menggunakan uji statistik parametrik, dalam hal ini Independent Samples t-test

diperoleh hasil sebagai berikut ini (lihat Lampiran 4.19, halaman 155).

Tabel 4.9 Hasil Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan Inferensi. Selisih Skor Pretest dan Posttest I Sig. (2-tailed) Keterangan Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol 0,000 Ada perbedaan

Berdasarkan uji selisih skor pretest dan posttest I pada kemampuan

inferensi diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen memperoleh skor yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen diperoleh hasil M = 1,000, SD = 0,82, SE = 0,16, sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh hasil M = 0,0167, SD = 0,68, SE = 0,12. Hasil uji Independent Samples t-test menunjukkan t(56) = -4,941 dan harga

sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (atau p < 0,05), sehingga Hnull ditolak Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest-posttest I pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain penggunaan metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan inferensi.

Berikut ini merupakan grafik selisih skor pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Grafik menunjukkan bahwa kelompok eksperimen memiliki hasil rerata selisih skor pretest dan posttest I lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol menunjukkan rerata selisih skor sebesar 0,0167, sedangkan pada kelompok eksperimen menunjukkan rerata selisih skor sebesar 1,000.

66 Gambar 4.4 Diagram Batang Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan

Inferensi.

4.2.2.4 Uji Analisis Lebih Lanjut terhadap Kemampuan Inferensi

1. Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I terhadap Kemampuan Inferensi

Uji peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Dari uji peningkatan skor

pretest ke posttest I akan terlihat persentase kenaikan masing-masing kelompok. Uji perbandingan ini berkaitan dengan uji normalitas. Pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol harga sig. (2-tailed) untuk pretest dan posttest I lebih besar dari 0,05 (atau p < 0,05) sehingga data tersebut dikatakan normal, maka analisis statistik yang digunakan untuk data normal adalah uji statistik parametrik, dalam hal ini Paired Samplest-test.

Analisis statistik menggunakan program IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut: ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan

67

posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Hi) dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Hnull). Untuk itu kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut: jika harga sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima Hi ditolak, sedangkan jika harga sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull

ditolak Hi diterima. Berdasarkan uji analisis peningkatan skor pretest ke posttest I

dengan menggunakan uji statistik parametrik, dalam hal ini Paired Samples t-test

diperoleh hasil sebagai berikut ini (lihat Lampiran 4.20, halaman 156).

Tabel 4.10 Hasil Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I terhadap Kemampuan Inferensi.

No Kelompok Test Peningkatan

(%)

Sig.

(2-tailed) Keputusan

Pretest Posttest II

1 Eksperimen 2,08 3,08 48,08 0,000 Ada perbedaan 2 Kontrol 2,10 2,12 0,95 0,895 Tidak ada perbedaan

Berdasarkan hasil uji peningkatan skor pretest ke posttest I pada kemampuan inferensi tersebut, peningkatan skor pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Perolehan hasil analisis peningkatan skor pada kelompok eksperimen M = 1,00, SE = 0,16, SD = 0,82, dan t(27) = 6,414 dengan harga sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (atau p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan

posttest I pada kelompok eksperimen. Dengan kata lain terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan inferensi. Sedangkan perolehan hasil analisis pada kelompok kontrol

M = 0,0167, SE = 0,13, dan SD = 0,68, dan t(29) = 0,133 dengan harga sig. (2-tailed) sebesar 0,895 (atau p > 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol. Dengan kata lain tidak terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan inferensi.

Menurut Campbell dan Stanley (dalam Cohen, 2007: 276) untuk melihat ada tidaknya perlakuan dan seberapa besar peningkatannya dapat dihitung dengan menggunakan rumus: (O2 – O1) – (O4 – O3). Jika hasilnya negatif maka efek kausal negatif atau tidak ada pengaruh dan sebaliknya jika hasilnya positif maka

68

kausalnya positif atau ada pengaruh. Secara umum hasil uji kenaikan skor pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis di atas, pada kelompok eksperimen menunjukkan hasil kausal positif dengan persentase sebesar 48,08% yang berarti metode penggunaan mind map

berpengaruh terhadap kemampuan inferensi. Sedangkan pada kelompok kontrol menunjukkan hasil kausal positif dengan persentase kecil yakni 0,95% yang berarti penggunaan metode ceramah tidak berpengaruh terhadap kemampuan

inferensi. Dengan kata lain penggunaan metode mind map terhadap kemampuan

inferensi pada kelompok eksperimen memiliki peningkatan skor yang lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol. Berikut adalah gambar diagram grafik yang menunjukkan peningkatan skor pretest ke posttest I baik di kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

Gambar 4.5 Diagram Grafik Peningkatan Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan

Inferensi.

2. Uji Besar Pengaruh Perlakuanterhadap Kemampuan Inferensi

Uji besar pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan mind map terhadap kemampuan inferensi. Pentingnya suatu pengaruh ini disebut effect size. Koefisien korelasi r dipilih karena koefisien korelasi ini cukup mudah digunakan untuk mengetahui besarnya efek yang terentang antara harga 0 (tidak ada efek) dan 1 (efek sempurna). Cara yang

2,08 3,08 2,10 2,12 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Pretest Posttest I Eksperimen Kontrol

69

digunakan untuk mengetahui koefisien korelasi adalah sebagai berikut. Jika distribusi normal, harga t diubah menjadi harga r. Dari hasil uji besar pengaruh perlakuan menggunakan rumus uji Paired Samples t-test maka besar effect size

yang diperoleh adalah sebagai berikut ini (lihat Lampiran 4.21, halaman 157).

Tabel 4.11 Uji Besar Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Inferensi.

No Kelompok t t2 df r R2 % Efek

1 Eksperimen 6,414 41,1394 27 0,77 0,6 60 % Besar 2 Kontrol 0,133 0,017689 29 0,24 0,06 6 % Kecil

Berdasarkan uji besar pengaruh perlakuan, pada kelompok eksperimen dapat diketahui besar harga r = 0,77, t = 6,414, R2 = 0,6 dengan persentase efek sebesar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan mind map

terhadap kemampuan inferensi pada kelompok eksperimen termasuk dalam kriteria efek besar. Pada kelompok kontrol dapat diketahui besar harga r = 0,24, t

= 0,133, R2 = 0,06 dengan persentase efek sebesar 6%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan metode ceramah terhadap kemampuan inferensi

pada kelompok kontrol termasuk dalam kriteria efek kecil. Dengan kata lain pengaruh penggunaan metode mind map menunjukkan efek yang lebih besar terhadap kemampuan inferensi.

3. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Inferensi

Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk lebih mengetahui sensitivitas perbedaan perlakuan dari penelitian eksperimental maka dianjurkan untuk melakukan posttest II sesudah posttest I. Pengujian ini dilakukan 1 bulan setelah pemberian treatment. Sebelum melakukan uji retensi, dilakukan uji normalitas terlebih dahulu pada skor posttest I dan posttest II terhadap kemampuan inferensi. Pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol harga

sig.(2-tailed) untuk posttest I dan posttest II lebih besar dari 0,05 (atau p > 0,05) sehingga data tersebut dikatakan normal, maka digunakan statistik parametrik dalam hal ini Paired Samplest-test.

Analisis statistik menggunakan program IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut: ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan

70

posttest II pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Hi) dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Hnull). Untuk itu kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut: jika harga sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima Hi ditolak, sedangkan jika harga sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull

ditolak Hi diterima. Hasil analisis data perbandingan posttest I ke posttest II

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut ini (lihat Lampiran 4.22, halaman 158).

Tabel 4.12 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Inferensi.

No Kelompok Rerata Peningkatan

(%) Sig. (2-tailed) Keputusan

Posttest I Posttest II

1 Eksperimen 3,08 2,28 -25,78 0,000 Ada perbedaan 2 Kontrol 2,12 2,11 -0,8 0,904 Tidak ada

perbedaan

Berdasarkan hasil uji retensi pengaruh perlakuan, skor posttest I ke

posttest II pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Perolehan hasil uji retensi pada kelompok eksperimen M = 0,79, SE = 0,19, SD = 0,99, dan t(27) = 4,214 dengan harga sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (atau p < 0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain terdapat penurunan skor yang signifikan dari skor posttest I ke

posttest II pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan inferensi. Sedangkan pada kelompok kontrol M = 0,0167, SE = 0,14, dan SD = 0,75, dan t(29) = 0,29 dengan harga sig. (2-tailed) sebesar 0,904 (atau p > 0,05). maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan

posttest II pada kelompok kontrol. Dengan kata lain tidak terdapat penurunan skor yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan inferensi.

Secara umum hasil uji retensi pengaruh perlakuan pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis di atas, pada kelompok eksperimen menunjukkan hasil kausal negatif dengan persentase sebesar -25,78%. Artinya pengaruh penggunaan mind map terhadap

71

kemampuan inferensi terjadi penurunan sebesar 25,78%. Sedangkan pada kelompok kontrol juga menunjukkan hasil kausal negatif dengan persentase sebesar -0,8%. Artinya pengaruh penggunaan metode ceramah terhadap kemampuan inferensi terjadi penurunan sebesar 0,8%. Berikut adalah diagram grafik yang akan menunjukkan penurunan skor posttest I ke posttest II, baik di kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol terhadap kemampuan inferensi.

Gambar 4.6 Diagram Grafik Uji Retensi Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Inferensi.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengaruh Penerapan Metode Mind Map terhadap Kemampuan

Evaluasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode mind map pada mata pelajaran IPA berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi siswa kelas IV di SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil uji selisih skor pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji selisih skor pretest dan

posttest I pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan harga

sig. (2-tailed) sebesar 0,027 (atau p < 0,05). Artinya ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest dengan posttestI pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain penggunaan metode mind map

berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

2,08 3,08 2,28 2,10 2,12 2,11 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

Pretest Posttest I Posttest II

Eksperimen

72

pembelajaran menggunakan metode mind map dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada aspek evaluasi dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah. Dalam grafik peningkatan skor pretest ke posttest I juga menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sama-sama mengalami peningkatan, akan tetapi peningkatan pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan metode

mind map. Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukkan bahwa penggunaan metode mind map dalam pembelajaran IPA membuat siswa pada kelompok eksperimen memiliki kemampuan evaluasi yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Melalui metode mind map, siswa memetakan sendiri pengetahuannya dengan menggunakan gambar, warna, dan imajinasi sehingga siswa lebih mudah dalam menilai benar tidaknya suatu argumen dan menilai apakah argumen tersebut didasarkan pada asumsi yang benar. Mind map juga membantu siswa memberikan pandangan menyeluruh terhadap pokok permasalahan yang sedang dihadapi (Buzan, 2008: 5). Dengan adanya pandangan yang lebih menyeluruh terhadap suatu permasalahan, siswa mampu menilai penerapan suatu prinsip untuk memecahkan suatu masalah tersebut dan menilai benar tidaknya alternatif-alternatif pemecahan masalah yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa mind map dapat meningkatkan aspek-aspek kemampuan

evaluasi yang telah dipaparkan oleh Facione (1990).

Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol tidak menggunakan

treatment apapun. Guru hanya menggunakan metode ceramah selama proses pembelajaran berlansung. Siswa mendengarkan penjelasan materi yang diberikan oleh guru dan mencatat hal-hal yang penting. Pengetahuan yang diterima disimpan dalam bentuk hafalan materi. Peneliti melihat bahwa pada kelas kontrol proses pembelajarannya kurang kondusif. Siswa mudah merasa bosan dan jenuh sehingga mengalihkan perhatiannya pada hal-hal lain seperti berbicara dengan teman sebangkunya, melamun, atau bahkan sibuk dengan suatu barang. Proses pembelajaran pada kelompok kontrol berpusat pada guru, namun beberapa siswa cenderung mengabaikan penjelasan yang diberikan oleh guru. Hal ini membuat penggunaan metode ceramah tidak memberikan pengaruh yang sama besarnya

73

terhadap kemampuan evaluasi bila dibandingkan dengan penggunaan metode

mind map.

4.3.2 Pengaruh Penerapan Metode Mind Map terhadap Kemampuan

Inferensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode mind map pada mata pelajaran IPA berpengaruh terhadap kemampuan inferensi siswa kelas IV di SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil uji selisih skor pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji selisih skor pretest dan

posttest I pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan harga

sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (atau p < 0,05). Artinya ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest dengan posttest I pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain penggunaan metode mind map

berpengaruh kemampuan inferensi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan metode mind map dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada aspek inferensi dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah. Dalam grafik peningkatan skor pretest ke posttest I menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan, akan tetapi pada kelompok kontrol tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan metode

mind map. Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukkan bahwa penggunaan metode mind map dalam pembelajaran IPA membuat siswa pada kelompok eksperimen memiliki kemampuan inferensi yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Mind map mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan siswa mencari alternatif pemecahan masalah melalui proses berpikir kreatif (Buzan, 2008: 5). Melalui mind map siswa mampu mengemukakan alternatif-alternatif pemecahan masalah dan memilih mana yang paling kuat untuk diterima dan lemah untuk ditolak. Mind map memungkinkan siswa untuk mengelompokkan konsep dan membantu siswa untuk membandingkannya dengan konsep lain serta memperkirakan konsekuensi-konsekuensi dari pengambilan suatu keputusan. Pemikiran yang dibentuk melalui mind map menggapi ke segala

74

arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut (Buzan, 2008: 2). Hal ini tentu memudahkan siswa dalam menarik kesimpulan pada suatu materi yang telah ia pelajari. Hal ini menunjukkan bahwa metode mind map dapat meningkatkan aspek-aspek kemampuan inferensi sesuai yang telah dipaparkan oleh Facione (1990).

Hal ini berbeda pada proses pembelajaran di kelompok kontrol. Pembelajaran di kelompok kontrol dilakukan dengan menggunakan metode ceramah. Para siswa cenderung pasif mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang sekiranya penting. Bahkan ada beberapa siswa yang duduk di belakang mengabaikan apa yang dikatakan guru dan lebih memilih untuk bercakap-cakap dengan teman sebangku. Siswa cenderung mudah bosan dan lelah sehingga konsentrasinya mudah hilang. Setelah selesai diberi materi pelajaran, siswa diminta untuk mengerjakan soal dan mencocokkannya bersama-sama. Pengetahuan yang diterima disimpan dalam bentuk hafalan materi. Ketika siswa dihadapkan pada suatu permasalahan, maka siswa kesulitan memberikan alternatif pemecahan masalahan. Hal ini dikarenakan pembelajaran pada kelas kontrol berpusat pada guru sehingga siswa kurang terlibat dalam penyelesaian masalah secara langsung. Siswa juga kurang mampu untuk memperkirakan pro dan kontra dari suatu pilihan, hal ini dikarenakan siswa hanya menghafal apa yang diberikan oleh guru. Siswa tidak bisa mengembangkan pemikirannya pada hal-hal yang lebih luas diluar materi yang diajarkan oleh guru. Hal ini membuat penggunaan metode ceramah tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap kemampuan

evaluasi.

4.3.3 Dampak Perlakuan terhadap Siswa

Dalam penelitian ini, selain menggunakan teknik pengumpulan data berupa test, peneliti juga menggunakan teknik triangulasi untuk memperkuat data yang telah diperoleh. Pengumpulan data dengan teknik triangulasi dilakukan dengan cara observasi, wawancara terhadap guru mitra, dan wawancara terhadap siswa. Wawancara terhadap guru dilakukan untuk mengetahui dampak pengajaran dengan menggunakan metode mind map, sedangkan wawancara terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui respon siswa selama belajar dengan menggunakan

75

metode mind map, dan observasi oleh peneliti dilakukan untuk mengetahui cara guru mengajar, respon siswa dan kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung.

Dari hasil pengujian data diketahui bahwa penggunaan metode mind map

berpengaruh secara terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi. Berdasarkan

Dokumen terkait