PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND MAP
TERHADAP KEMAMPUAN EVALUASI DAN INFERENSI
PADA MATA PELAJARAN IPA
DI SD TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Laila Rizki Madhania NIM: 101134237
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND MAP
TERHADAP KEMAMPUAN EVALUASI DAN INFERENSI
PADA MATA PELAJARAN IPA
DI SD TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Laila Rizki Madhania NIM: 101134237
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan kepada:
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya.
2. Orangtuaku yang selalu mendoakan dan mendukungku.
3. Kakak-kakakku yang selalu memberikan semangat dan dukungan.
4. Almamaterku Universitas Sanata Dharma.
v
MOTTO
“Ada dua buah nikmat yang kebanyakan orang terperdaya karenanya; yaitu
kesehatan dan waktu luang.”
(HR. Bukhari dari Ibnu Abbas Ra)
“Barang siapa yang keluar rumah untuk belajar satu bab dari ilmu pengetahuan, maka ia telah berjalan fisabilillah sampai ia kembali ke rumahnya.”
(HR. Tirmidzi dari Anas Ra)
“Anak muda tidak takut menyongsong masa depan. Kelak ia akan pulang, menjawab doa ibunya, menjawab doa ayahnya dengan membawa ilmu, membawa
viii
ABSTRAK
Madhania, Laila Rizki. (2014). Pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada mata pelajaran IPA di SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
Latar belakang penelitian ini adalah untuk mengujicobakan metode
mind map terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode mind map pada mata pelajaran IPA terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi siswa kelas IV SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experimental design tipe non-equivalent control group design. Populasi diambil dari siswa kelas IV berjumlah 149 siswa. Sebanyak 28 siswa (kelas IVA3) sebagai sampel kelompok eksperimen dan 30 siswa (kelas IVA1) sebagai sampel kelompok kontrol. Variabel independennya adalah metode mind map dan variabel dependennya adalah kemampuan evaluasi
dan inferensi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah test. Analisis statistik dengan program IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasilnya sebagai berikut: pertama, penggunaan metode mind map
berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi. Berdasarkan uji selisih skor pretest
dan posttest I terhadap kemampuan evaluasi diperoleh sig. (2-tailed) sebesar 0,027 (atau p < 0,05) dengan nilai M = 1,0179, SD = 0,73, SE = 0,14, dan t(56) = -2,27. Besar pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan
evaluasi menunjukkan efek besar dengan harga r = 0,81 atau 67%. Kedua, penggunaan metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan inferensi. Berdasarkan uji selisih skor pretest dan posttest I terhadap kemampuan inferensi
diperoleh sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (atau p < 0,05) dengan nilai M = 1,000, SD
= 0,82, SE = 0,16, dan t(56) = -4,941. Besar pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan inferensi menunjukkan efek besar dengan harga r = 0,77 atau 60%.
ix
ABSTRACT
Madhania, Laila Rizki. (2014). The effect of the use of mind map method on evaluation and inference abilities in science subject at SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Elementary Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.
The background of this research was to test the mind map method on the evaluation and inference abilities. This research was aimed to determine the effect of the use of mind map method in science subject on the evaluation and inference abilities of the fourth grade students at SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta in the second semester in the academic year of 2013/2014. The type of the research used was quasi-experimental design, with non-equivalent control group design type. The population was taken from the fourth grade students consisting of 149 students. As many as 28 students (class IVA3) were selected as the samples of the experimental group and 30 students (class IVA1) were selected as the samples of the control group. The independent variable was the mind map method and the dependent variables were evaluation and inference abilities. The data collection technique used was tests. The data analysis used parametric statistics tests by using IBM SPSS Statistics 22 for Windows computer program with 95% of confidence interval.
The result was as the following: first, the use of the mind map method affected the ability of the evaluation. Based on the difference in test scores of the pretest and posttest I on the evaluation ability, it was obtained that the price of sig. (2-tailed) is 0,027 (or p < 0,05), with M value = 1,0179, SD = 0,73, SE = 0,14, and t(56) = -2,27. The amount of the effect of the use of mind map method on the evaluation ability showed a large effect, with r price = 0,81 or by 67%. Second, the use of mind map method affected the inference ability. Based on the difference in the test scores of pretest and posttest I on the inference ability, it was obtained that the price of sig. (2-tailed) is 0,000 (or p < 0,05), with M value = 1,000, SD = 0,82, SE = 0,16, and t(56) = -4,941. The amount of the effect of the use of mind map method on the inference ability showed a large effect with r price = 0,77 or by 60%.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Metode Mind Map terhadap Kemampuan Evaluasi dan
Inferensi pada Mata Pelajaran IPA di SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta”. Skripsi
ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Penulis menyadari
bahwa penyusunan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dan
perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung
memberikan bantuan dan dukungan terselesainya skripsi ini:
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya.
2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan.
3. G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi S-1
sekaligus dosen pembimbing I yang senantiasa memberikan bimbingan dan
kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing II
yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Thomas Mardiono, S.Pd dan Floribertus Supriya, S.Pd selaku kepala sekolah
SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian dan
dukungan kepada penulis.
6. B. Sumardiman selaku guru mata pelajaran IPA di SD Tarakanita Bumijo
yang telah membantu dan memberikan waktu sebagai guru mitra penelitian
kolaboratif.
7. Siswa kelas IV SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta yang telah bekerjasama
sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.
8. H. Joko Iswaji dan Hj. Titi Widiarti yang senantiasa memberikan doa,
dukungan baik secara moral maupun materiil, perhatian dan semangat kepada
xi 9. Aji Fajar Windrato dan Asih Budhiastuti serta Aira Sakina Dinada yang
senantiasa memberi dukungan dan motivasi kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi.
10.Keluarga besar Sapri Supriyanto dan Nitidimedjo yang selalu memberikan
dukungan, perhatian, semangat, dan doa selama ini untuk penulis.
11.Luki dan Farida yang selalu bekerjasama membantu kelancaran selama
penelitian dan penyusunan skripsi.
12.Teman-teman satu kelompok payung IPA yang telah memberikan dukungan,
masukkan dan bertukar pengetahuan (Luki, Rida, Sinta, Mita, Yola, Tri,
Patris, Yuni, Anjar, Renny, Mita, Lia, Lusi, Priyanti, Bowo, Probo dan Dani).
13.Teman-teman PGSD USD Kelas D Angkatan 2010 yang selalu memberikan
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan semua pihak
memberikan kritik dan saran yang membangun. Semoga karya tulis ini
bermanfaat bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma khususnya dan bagi
semua pihak yang membutuhkan pada umumnya.
xii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii
ABSTRAK ... viii
1.5 Definisi Operasional ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
2.1 Kajian Pustaka ... 8
2.1.1 Teori-teori yang Mendukung... 8
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ... 8
2.1.1.2 Metode Pembelajaran ... 10
2.1.1.3 Metode Mind Map ... 11
2.1.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam ... 13
2.1.1.5 Materi IPA ... 14
2.1.1.6 Berpikir Kritis ... 15
2.1.1.7 Kemampuan Evaluasi dan Inferensi... 16
2.1.2 Penelitian-penelitian Terdahulu yang Relevan ... 17
xiii
2.1.2.2 Penelitian-penelitian tentang Berpikir Kritis ... 19
2.1.2.3 Literature Map ... 21
2.2 Kerangka Berpikir ... 22
2.3 Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
3.1 Jenis Penelitian ... 24
3.2 Setting Penelitian ... 25
3.3 Populasi dan Sampel ... 27
3.4 Variabel Penelitian ... 28
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 29
3.6 Instrumen Penelitian ... 31
3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 34
3.7.1 Pengujian Validitas ... 34
3.7.2 Pengujian Reliabilitas ... 36
3.8 Teknik Analisis Data ... 37
3.8.1 Uji Normalitas ... 37
3.8.2 Uji Pengaruh Perlakuan ... 38
3.8.2.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 38
3.8.2.2 Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest ... 39
3.8.3 Analisis Lebih Lanjut ... 39
3.8.3.1 Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest ... 39
3.8.3.2 Uji Besar Pengaruh Perlakuan (Effect Size) ... 41
3.8.3.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 42
3.8.3.4 Dampak Perlakuan ... 43
3.8.3.5 Konsekuensi Lebih Lanjut ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
4.1 Implementasi Pembelajaran ... 44
4.1.1 Kelompok Kontrol ... 45
4.1.2 Kelompok Eksperimen ... 46
4.2 Hasil Penelitian ... 47
4.2.1 Uji Pengaruh Penggunaan Metode Mind Map terhadap Kemampuan Evaluasi ... 48
4.2.1.1 Uji Normalitas terhadap Kemampuan Evaluasi ... 49
4.2.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Evaluasi ... 50
4.2.1.3 Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan Evaluasi ... 52
xiv 4.2.2 Pengaruh Penggunaan Metode Mind Map terhadap Kemampuan Inferensi .
... 60
4.2.2.1 Uji Normalitas terhadap Kemampuan Inferensi ... 60
4.2.2.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Inferensi ... 62
4.2.2.3 Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan Inferensi ... 64
4.2.2.4 Uji Analisis Lebih Lanjut terhadap Kemampuan Inferensi ... 66
4.3 Pembahasan ... 71
4.3.1 Pengaruh Penerapan Metode Mind Map terhadap Kemampuan Evaluasi 71 4.3.2 Pengaruh Penerapan Metode Mind Map terhadap Kemampuan Inferensi 73 4.3.3 Dampak Perlakuan terhadap Siswa ... 74
4.3.3.4 Konsekuensi Lebih Lanjut ... 77
BAB V KESIMPULAN... 79
5.1 Kesimpulan ... 79
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 80
5.3 Saran ... 80
DAFTAR REFERENSI ... 81
LAMPIRAN ... 84
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data. ... 27
Tabel 3.2 Topik Wawancara terhadap Kelompok Eksperimen ... 30
Tabel 3.3 Topik Wawancara terhadap Guru Mitra ... 31
Tabel 3.4 Matriks Pengembangan Instrumen... 32
Tabel 3.5 Rubrik Penilaian. ... 32
Tabel 3.7 Perhitungan Validitas. ... 35
Tabel 3.8 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 36
Tabel 3.9 Perhitungan Reliabilitas ... 37
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas terhadap Kemampuan Evaluasi ... 49
Tabel 4.2 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Evaluasi ... 51
Tabel 4.3 Hasil Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan Evaluasi. ... 53
Tabel 4.4 Hasil Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I terhadap Kemampuan Evaluasi. ... 55
Tabel 4.5 Hasil Uji Besar Efek Perlakuan terhadap Kemampuan Evaluasi ... 57
Tabel 4.6 Hasil Uji Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Evaluasi ... 58
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas terhadap Kemampuan Inferensi. ... 61
Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Inferensi. ... 63
Tabel 4.9 Hasil Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan Inferensi... 65
Tabel 4.10 Hasil Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I terhadap Kemampuan Inferensi... 67
Tabel 4.11 Uji Besar Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Inferensi ... 69
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh Mind Map Sistem Utama Tubuh ... 12
Gambar 2.2 Literature Map dari Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 21
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian ... 25
Gambar 3.2 Variabel Penelitian ... 29
Gambar 3.3 Rumus Persentase Peningkatan Pretest ke Posttest I ... 40
Gambar 3.4 Rumus Uji Paired Samples t-test ... 41
Gambar 3.5 Rumus Uji Wilcoxon Signed Ranks Test ... 41
Gambar 3.6 Rumus Persentase Peningkatan Posttest I ke Posttest II ... 43
Gambar 4.1 Diagram Batang Selisih Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan Evaluasi ... 54
Gambar 4.2 Diagram Grafik Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I terhadap Kemampuan Evaluasi ... 56
Gambar 4.3 Diagram Grafik Uji Retensi Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Evaluasi ... 59
Gambar 4.4 Diagram Batang Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan Inferensi ... 66
Gambar 4.5 Diagram Grafik Peningkatan Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan Inferensi ... 68
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3.1 Instrumen Penelitian ... 85
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban ... 88
Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian Instrumen Penelitian ... 90
Lampiran 3.4 Tabulasi Skor Pengujian Validitas ... 92
Lampiran 3.5 Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 94
Lampiran 3.6 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 95
Lampiran 3.7 Resume Expert Judgement ... 96
Lampiran 4.1 Silabus Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 98
Lampiran 4.2 Silabus Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 103
Lampiran 4.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 108
Lampiran 4.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol... 118
Lampiran 4.5 Lembar Kerja Siswa Kelompok Eksperimen ... 126
Lampiran 4.6 Lembar Kerja Siswa Kelompok Kontrol ... 134
Lampiran 4.7 Rekapitulasi Nilai Kemampuan Evaluasi Kelompok Eksperimen 143 Lampiran 4.8 Rekapitulasi Nilai Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol ... 144
Lampiran 4.9 Rekapitulasi Nilai Kemampuan Inferensi Kelompok Eksperimen145 Lampiran 4.10 Rekapitulasi Nilai Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol ... 146
Lampiran 4.11 Hasil Uji Normalitas terhadap Kemampuan Evaluasi ... 147
Lampiran 4.12 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Evaluasi ... 148
Lampiran 4.13 Hasil Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan Evaluasi ... 149
Lampiran 4.14 Hasil Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I terhadap Kemampuan Evaluasi ... 150
Lampiran 4.15 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Evaluasi ... 151
Lampiran 4.16 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Evaluasi .... ... 152
Lampiran 4.17 Uji Normalitas terhadap Kemampuan Inferensi ... 153
Lampiran 4.18 Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Inferensi . ... 154
xviii Lampiran 4.20 Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I terhadap Kemampuan
Inferensi... 156
Lampiran 4.21 Uji Besar Efek Perlakuan terhadap Kemampuan Inferensi ... 157
Lampiran 4.22 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Inferensi.... ... 158
Lampiran 4.23 Transkrip Wawancara Guru... 159
Lampiran 4.24 Transkrip Wawancara Siswa ... 161
Lampiran 4.25 Foto Kelas Kontrol ... 167
Lampiran 4.26 Foto Kelas Eksperimen ... 168
Lampiran 4.27 Surat Ijin Penelitian ... 169
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan pondasi untuk membangun bangsa yang lebih
maju. Pendidikan adalah proses terlatih dan terencana dalam mengembangkan
potensi diri individu untuk mewujudkan tujuan nasional Indonesia (Sanjaya, 2006:
2). Proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Pembelajaran memiliki peranan yang penting dalam menyongsong masa depan
yang lebih baik. Pembelajaran dapat membuat orang yang tidak tahu menjadi
tahu. Artinya, seseorang memperoleh suatu pengetahuan harus melalui
serangkaian proses pembelajaran. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan
tergantung bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Guru
sebagai pengajar merupakan fasilitator dan motivator bagi siswa, sedangkan siswa
sebagai subjek pembelajaran yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan oleh
guru. Proses pembelajaran yang ideal yaitu di mana strategi belajar yang
diciptakan oleh guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
secara menyeluruh. Penerapan strategi yang tepat dalam proses pembelajaran akan
berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran dan mutu pendidikan di
Indonesia. Adanya peningkatan mutu pendidikan Indonesia, maka akan tercipta
sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tinggi sehingga mampu
menghadapi perkembangan dunia global dan bersaing dengan negara lain.
Pada kenyataannya, kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal
dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Indonesia menduduki peringkat
bawah yaitu peringkat 57 dari 65 negara partisipan dengan skor pada kemampuan
bidang sains 383. Peringkat tersebut dikemukakan oleh PISA (Programme for
International Student Assesment) pada tahun 2009. Hasil evaluasi internasional
selanjutnya yang dilakukan oleh PISA pada tahun 2012 menunjukkan bahwa
kualitas pendidikan di Indonesia semakin menurun. Indonesia menduduki
peringkat 64 dari 65 negara partisipan dengan skor pada kemampuan bidang sains
2
proses pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan kinerja guru yang kurang
maksimal dalam melayani siswa. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas
hanya difokuskan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi yang
ditransfer oleh guru melalui metode konvensional atau metode ceramah sehingga
kurang memahami informasi yang diterimanya dan mengkaitkan pada kehidupan
sehari-hari (Trianto, 2009: 6).
Berdasarkan hasil observasi di sekolah pada tanggal 16 Januari 2014,
selama proses pembelajaran berlangsung guru tidak mengkombinasikan
penerapan metode inovatif dalam proses pembelajaran. Guru hanya menerapkan
metode ceramah untuk menjelaskan materi pelajaran. Pemilihan metode ceramah
dalam proses pembelajaran di kelas cenderung membosankan dan monoton,
sehingga mengakibatkan kurangnya motivasi siswa untuk belajar. Selain itu,
proses pembelajaran juga berpusat pada guru, sedangkan siswa hanya mencatat
hal-hal yang dianggap penting. Pembelajaran yang diterima oleh anak hanya
berupa hafalan materi pelajaran. Tentu permasalahan tersebut akan mempengaruhi
hasil belajar siswa.
Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran. Misalnya pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) seharusnya menekankan pada pemberian
pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa. Siswa
dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar dengan kemampuan berpikir kritis
dan sistematis sehingga memberikan pengalaman langsung bagi siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih bermakna. Namun berdasarkan hasil
wawancara pada tanggal 16 Januari 2014, siswa mengatakan bahwa “Saat belajar
IPA jarang sekali melakukan praktikum, kayaknya baru sekali atau dua kali
saja”. Dalam wawancara pada hari yang sama, siswa yang lain juga mengatakan,
“Biasanya kalau belajar IPA kegiatannya mendengarkan materi, terus siswa mencatat yang penting-penting”. Berdasarkan observasi dan wawancara tersebut
dapat diketahui bahwa dalam proses pembelajaran IPA, siswa tidak dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sistematis, karena metode
pembelajaran yang melibatkan kemampuan berpikir kritis tidak diterapkan secara
maksimal dalam proses pembelajaran di kelas sehingga mempengaruhi hasil
3
Berpikir kritis adalah penilaian yang terarah dan terukur yang
menghasilkan interpretasi, analisis evaluasi, kesimpulan, dan juga penjelasan
terhadap pertimbangan-pertimbangan faktual, konseptual, metodologis,
kriterilogis, atau kontekstual yang menjadi dasar penilaian tersebut (Facione,
1990). Dalam hal ini hanya akan difokuskan pada kemampuan evaluasi dan
inferensi saja karena kedua kemampuan tersebut termasuk ke dalam beberapa
bagian penting dalam kemampuan berpikir kritis. Kemampuan evaluasi
merupakan kecakapan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau ungkapan lain
yang mencerminkan persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, kepercayaan, atau
opini seseorang untuk menimbang bobot dari suatu penalaran yang berkaitan
dengan pernyataan, deskripsi, pertanyaan, atau ungkapan lainnya (Facione, 1990:
8). Sub kecakapan dalam kemampuan evaluasi yaitu menilai klaim dan menilai
argumen. Kemampuan inferensi merupakan kecakapan mengidentifikasi dan
memastikan elemen-elemen yang diperlukan untuk menarik alasan yang masuk
akal, merumuskan dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan informasi-informasi
yang relevan, dan menarik konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari
data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian, kepercayaan, opini, konsep, gambaran,
pertanyaan, atau bentuk ungkapan lainnya (Facione, 1990: 9). Sub kecakapan
dalam kemampuan inferensi yaitu menguji bukti-bukti, menerka alternatif, dan
menarik kesimpulan.
Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya tersebut terwujud melalui program
sertifikasi guru. Namun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), program sertifikasi guru bertujuan untuk
meningkatkan kinerja guru supaya menjadi guru yang semakin profesional dan
memfasilitasi siswa dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa (Chang, dkk, 2014: 98). Pemerintah memberikan apresiasi yang lebih
kepada guru melalui pemberian tunjangan untuk memotivasi guru dalam
meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa kualitas proses sertifikasi secara keseluruhan tidak sebaik tujuan yang
4
bersertifikat dan guru yang tidak bersertifikat atau dampaknya terhadap hasil
belajar siswa (Chang, dkk, 2014: 184).
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kebijakan politik pemerintah
Indonesia terkait program sertifikasi guru yang bertujuan untuk meningkatkan
mutu pendidikan Indonesia ternyata tidak efektif digunakan sebagai solusi inti
permasalahan pendidikan di Indonesia. Program sertifikasi tersebut tidak tepat
sasaran atau tujuan utamanya karena tidak secara langsung mempengaruhi metode
pembelajaran yang diciptakan oleh guru, namun hanya sebagai aksesoris semata.
Hasil belajar siswa tetap rendah meski pemerintah sudah mengeluarkan dana yang
banyak untuk upaya melakukan reformasi pendidikan di Indonesia. Fakta
berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa untuk memperbaiki kualitas
pendidikan di Indonesia, program yang diberikan harus secara langsung tertuju
pada sasaran utama yang menjadi permasalahan pendidikan selama ini, yakni
pembaharuan metode pembelajaran di dalam kelas.
Upaya untuk memperbarui metode pembelajaran tersebut, perlu dirancang
metode yang dapat melibatkan kemampuan berpikir dan pengembangan potensi
diri siswa melalui aktivitas pembelajaran yang melibatkan siswa. Salah satu
metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran dan diduga efektif mampu
mempengaruhi ketrampilan berpikir siswa yakni dengan menggunakan metode
mind map. Metode mind map memungkinkan kita untuk menyusun fakta dan
pengetahuan sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal
melalui pemetaan yang hebat dalam kegiatan berpikir manusia (Buzan, 2008: 5).
Metode mind map memberikan pandangan yang menyeluruh terhadap pokok
permasalahan dan mendorong pemecahan masalah melalui terobosan kreatif baru.
Penelitian eksperimen ini merupakan salah satu upaya untuk melakukan
perbaikan kualitas pendidikan Indonesia, khususnya pada mata pelajaran IPA.
Penelitian ini akan mengujicobakan secara sistematis dan metodis untuk
mengetahui pengaruh penggunaan metode mind map terhadap keterampilan
berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar. Dengan adanya
penelitian ini maka diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia
pendidikan untuk mengetahui pengaruh salah satu metode pembelajaran yang
5
Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penggunaan metode mind map
terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada mata pelajaran IPA siswa kelas
IV di SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran
2013/2014. Materi pembelajaran yang digunakan hanya dibatasi pada materi yang
terdapat pada Standar Kompetensi 7. Memahami gaya dapat mengubah gerak
dan/atau bentuk suatu benda, sedangkan Kompetensi Dasar yang digunakan 7.1
Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat
mengubah gerak suatu benda.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah penggunaan metode mind map pada mata pelajaran IPA
berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi siswa kelas IV SD Tarakanita
Bumijo Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014?
1.2.2 Apakah penggunaan metode mind map pada mata pelajaran IPA
berpengaruh terhadap kemampuan inferensi siswa kelas IV SD Tarakanita
Bumijo Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui pengaruh penggunaan metode mind map pada mata pelajaran
IPA terhadap kemampuan evaluasi siswa kelas IV SD Tarakanita Bumijo
Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.
1.3.2 Mengetahui pengaruh penggunaan metode mind map pada mata pelajaran
IPA terhadap kemampuan inferensi siswa kelas IV SD Tarakanita Bumijo
Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Guru
Guru mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas dalam
menerapkan metode mind map pada mata pelajaran IPA sehingga
6
1.4.1 Siswa
Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermanfaat untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan metode
mind map dalam mata pelajaran IPA.
1.4.2 Sekolah
Laporan penelitian ini dapat menambah referensi bacaan di perpustakaan
sekolah terkait tentang penelitian eksperimen mengenai pengaruh
penggunaan metode mind map terhadap kemampuan berpikir kritis pada
mata pelajaran IPA. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberikan
masukkan dan pertimbangan bagi sekolah sebagai bahan kajian dalam
usaha memperbaiki proses pembelajaran di kelas untuk meningkatkan
mutu pendidikan sekolah.
1.4.3 Peneliti
Peneliti mendapatkan pengetahuan dan pengalaman berharga dalam
menerapkan metode mind map terhadap kemampuan berpikir kritis pada
mata pelajaran IPA sehingga bermanfaat sebagai bekal bagi peneliti untuk
menerapkannya kelak setelah menjadi guru.
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun untu memfasilitasi
siswa dalam mengembangkan potensi agar tujuan belajar tercapai secara
optimal.
1.5.2 Mind map adalah metode pembelajaran dengan cara mencatat informasi
secara kreatif dengan menggunakan kombinasi warna, gambar, dan
cabang-cabang melengkung agar lebih mudah dalam mengingat informasi
tersebut.
1.5.3 Berpikir kritis adalah penalaran logis dalam menjelaskan tujuan,
memeriksa asumsi, nilai-nilai, pikiran, mengevaluasi bukti, menyelesaikan
tindakan, dan menilai kesimpulan dalam memecahkan suatu
7
1.5.4 Kemampuan evaluasi adalah kecakapan untuk menilai kredibilitas
pernyataan atau ungkapan lain yang mencerminkan persepsi, pengalaman,
situasi, penilaian, kepercayaan, atau opini seseorang untuk menimbang
bobot dari suatu penalaran yang berkaitan dengan pernyataan, deskripsi,
pertanyaan, atau ungkapan lainnya.
1.5.5 Kemampuan inferensi adalah kecakapan mengidentifikasi dan memastikan
elemen-elemen yang diperlukan untuk menarik alasan yang masuk akal,
merumuskan dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan
informasi-informasi yang relevan, dan menarik konsekuensi-konsekuensi yang
mungkin timbul dari data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian,
kepercayaan, opini, konsep, gambaran, pertanyaan, atau bentuk ungkapan
lainnya.
1.5.6 IPA adalah ilmu tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam di mana
pengetahuan tersebut didapatkan melalui serangkaian metode ilmiah yang
sistematis.
1.5.7 Gaya adalah tarikan atau dorongan yang dapat mengakibatkan
bergeraknya suatu benda.
1.5.8 Siswa SD adalah siswa kelas IV SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta pada
semester genap tahun ajaran 2013/2014 yang tergolong pada
8
Setiap anak perlu melakukan adaptasi untuk menunjukkan pola hubungan
individu dengan lingkungannya dalam proses perkembangan kognitif (Piaget
dalam Suyono dan Harianto, 2011: 86). Adanya dorongan untuk
mengorganisasikan pengalaman agar mendapatkan adaptasi yang optimal
(ekuilibrium) disebut ekuilibrasi (Hergenhahn dan Olson, 2008: 316). Agar terjadi
ekuilibrasi antara individu dengan lingkungan, maka peristiwa asimilasi dan
akomodasi harus terjadi secara terpadu (Schunk, 2012: 334). Asimilasi merupakan
proses penggabungan informasi baru yang ditemui dalam kehidupan nyata,
kemudian informasi tersebut dikelompokkan ke dalam istilah yang sebelumnya
telah dipahami anak. Sedangkan akomodasi merupakan mengubah struktur
kognitif yang sudah dimiliki sebelumnya untuk disesuaikan menghadapi
tantangan baru. Jadi setiap organisme yang melakukan adaptasi dengan
lingkungannya harus mencapai keseimbangan (ekuilibrium), antara aktivitas
individu terhadap lingkungan (asimilasi) dan aktivitas lingkungan terhadap
individu (akomodasi).
Menurut Piaget (dalam Suyono dan Harianto, 2011: 83) setiap anak
mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahapan perkembangan
kognitif yang teratur berupa aktivitas yang gradual dari konkret menuju abstrak.
Empat tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget (Hergenhahn dan Olson,
2008: 318): 1) tahap sensorimotor (sekitar 0-2 tahun), 2) tahap pra-operasional
(sekitar 2-7 tahun), 3) tahap operasional konkret (sekitar 7-11 tahun), dan 4) tahap
operasional formal (sekitar 11-15 tahun).
Dalam tahapan sensorimotor, ditandai dengan aktivitas anak dilakukan
secara spontan dan menunjukkan adanya usaha untuk memahami dunia (Schunk,
9
meraba, memegang, mengecap, mencium, mendengarkan dan menggerakkan
anggota tubuh. Dalam hal ini anak sangat mengandalkan kemampuan sensorik
dan motoriknya. Kemampuan kognitif yang muncul pada saat ini adalah anak
mulai memahami bahwa perilaku tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi
dirinya.
Dalam tahapan pra-operasional, perkembangan bahasa dan ingatan pada
tahap ini membuat anak mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya.
Anak mulai membentuk konsep sederhana seperti mengklasifikasikan
benda-benda berdasarkan kemiripannya, namun masih banyak melakukan kesalahan
dalam memahami konsep. Anak lebih menjadi tidak egosentris karena menyadari
bahwa orang lain dapat berpandangan berbeda terhadap suatu objek yang mereka
pikirkan (Schunk, 2012: 333).
Dalam tahapan operasional konkret, anak memperlihatkan pikiran yang
sudah lebih tidak egosentris dan bahasanya menjadi semakin bersifat sosial
(Schunk, 2012: 333). Anak mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan,
kemampuan mengklasifikasi secara memadai, melakukan pengurutan, dan
menangani konsep angka. Selama tahap ini proses pemikiran anak diarahkan pada
kejadian konkret yang diamati oleh anak.
Dalam tahapan operasional formal, proses berpikir anak semakin logis
(Hergenhahn, 2008: 320). Anak sudah mampu berpikir abstrak, yaitu berpikir
mengenai ide dan memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah sehingga
proses berpikirnya tidak lagi bergantung pada hal-hal yang langsung dan riil. Oleh
karena itu pada tahap ini anak sudah dapat bekerja secara efektif dan sistematis,
secara proporsional, serta menarik generalisasi secara mendasar.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa SD kelas
IV tergolong pada tahap operasional konkret. Di dalam tahap operasional konkret,
proses pembelajaran yang diberikan pada siswa hendaknya melibatkan
aktivitas-aktivitas yang konkret untuk menyelesaikan masalah yang kompleks selama
masalah tersebut merupakan objek yang tidak abstrak. Melalui aktivitas konkret
tersebut maka ada kesempatan untuk merangsang siswa mengembangkan pikiran
logisnya. Salah satu metode pembelajaran yang cocok untuk siswa dalam tahap
10
map melibatkan siswa dalam aktivitas konkret yakni melalui aktivitas
menggambar mind map pada kertas putih. Hal ini akan membuat siswa memiliki
pengalaman belajar yang lebih bermakna melalui aktivitas pembuatan mind map
dalam pembelajaran.
2.1.1.2 Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk
menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan bagi kelancaran
proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan (Sumantri
dan Permana, 2001: 114). Sedangkan menurut Sanjaya (2006: 147) metode
pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan dapat tercapai
secara optimal. Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli mengenai metode
pembelajaran, peneliti menyimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara
yang digunakan guru untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
untu memfasilitasi siswa dalam mengembangkan potensi agar tujuan belajar
tercapai secara optimal.
Metode pembelajaran yang dipilih oleh guru hendaknya dapat
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal.
Beberapa metode pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam proses belajar di
kelas antara lain (Sumantri dan Permana, 2001: 116): 1) metode ceramah,
penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan-penjelasan
secara lisan kepada peserta didik, 2) metode demonstrasi, penyajian pelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses
atau situasi tertentu, baik sebenarnya atau hanya tiruan, dan 3) metode diskusi,
penyajian pelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan dengan
tujuan siswa mampu memecahkan masalah, menjawab pertanyaan, menambah
dan memahami siswa, serta membuat keputusan secara bersama-sama.
Beberapa ahli telah menjelaskan beberapa metode yang sering diterapkan
dalam proses pembelajaran di kelas. Peneliti memilih salah satu metode selain
metode di atas yang sesuai untuk siswa kelas IV dalam tahap operasional konkret.
11
menjelaskan bahwa salah satu metode yang efektif untuk mengembangkan
gagasan-gagasan melalui rangkaian peta-peta yakni dengan menggunakan mind
map. Oleh karena itu peneliti membahas metode mind map tidak pada sub-bab
metode pembelajaran namun pada sub-bab yang berbeda agar metode mind map
dapat dimengerti lebih jelas.
2.1.1.3 Metode Mind Map
Mind map (Buzan, 2008: 4-5) merupakan cara mencatat yang kreatif,
efektif, dan memetakan pikiran-pikiran kita serta menyusun fakta sedemikian rupa
sehingga cara kerja alami otak dilibatkan. Informasi-informasi yang diperoleh
disusun menjadi diagram warna-warni yang teratur dan penuh kreativitas sehingga
bentuknya menarik, mudah dipelajari, dan memusatkan perhatian siswa agar
mudah diingat. Michalko (dalam Buzan, 2008: 4) berpendapat bahwa mind map
adalah sebuah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linier.
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan mind map akan membuat proses berpikir
menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut.
Peneliti menyimpulkan pengertian mind map adalah metode pembelajaran dengan
cara mencatat informasi secara kreatif dengan menggunakan kombinasi warna,
gambar, dan cabang-cabang melengkung agar lebih mudah dalam mengingat
informasi tersebut.
Menurut Michalko (dalam Buzan, 2008: 6) manfaat penggunaan mind map
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) mengaktifkan seluruh otak, 2)
membereskan akal dari kekusutan mental, 3) memungkinkan kita berfokus pada
pokok bahasan, 4) membantu menunjukkan hubungan bagian-bagian informasi
yang saling terpisah, 5) memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan
perincian, 6) dapat mengelompokkan dan membandingkan konsep, dan 7)
memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan
informasi ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.
Menurut Buzan (2006: 15-16) terdapat tujuh langkah dalam membuat
12
1. Mulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan
mendatar, karena memulai dari tengah memberikan kebebasan kepada otak
untuk menyebarkan informasi ke segala arah.
2. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral, karena sebuah gambar membantu
mengembangkan imajinasi berpikir sehingga lebih menarik dan tetap fokus
dalam berkonsentrasi.
3. Gunakan warna agar mind map lebih hidup, menambah energi pada pemikiran
kreatif, dan menyenangkan.
4. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan pada
cabang tingkat dua dan tiga hal sekaligus, dengan begitu akan lebih mudah
mengerti dan mengingatnya. Setiap cabang pada sub pokok yang berbeda,
gunakanlah warna yang berbeda agar tidak membingungkan.
5. Buat garis hubung yang melengkung dan organis, seperti cabang pohon, bukan
garis lurus. Hal ini jauh lebih menarik bagi mata.
6. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis, karena dengan kata kunci tunggal
memberi banyak daya dan fleksibilitas.
7. Gunakan gambar, karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna
seribu kata.
(Sumber: Buzan, 2006: 136)
13
Perbedaan utama peta konsep dengan mind map yakni pada mind map ada
titik sentral yang diletakkan di tengah dan antar cabangnya tidak perlu
dihubungkan dengan cabang-cabang yang lain, sedangkan peta konsep tidak
terdapat titik sentral dan antar cabangnya dihubungkan satu sama lain untuk
memetakan suatu konsep. Peta konsep merupakan ilustrasi grafis konkret yang
menunjukkan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep
lain pada kategori yang sama (Martin dalam Trianto, 2009: 158). Dengan kata lain
dalam peta konsep lebih menekankan untuk menunjukkan keterkaitan atau
hubungan suatu konsep dengan konsep lainnya.
Penggunaan mind map pada pembelajaran untuk anak dalam tahap
perkembangan operasional konkret sesuai karena adanya keterkaitan antara mind
map dengan aktivitas konkret yang bisa dilakukan oleh anak. Melalui metode
mind map anak dapat mengembangkan kemampuannya untuk berpikir logis
melalui aktivitas konkret dalam pembuatan mind map. Aktivitas konkret tersebut
berupa proses menggambar mind map yang dilakukan oleh anak pada selembar
kertas putih. Proses pembuatan mind map akan merangsang perkembangan cara
berpikir anak dalam mengelompokkan, mengembangkan ide-ide, menguatkan
peta-peta pikiran dalam otak, dan menangani suatu konsep yang diarahkan pada
kejadian riil, sehingga siswa mampu memecahkan suatu permasalahan.
2.1.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai bentuk penyelidikan
yang terorganisir untuk mencari pola atau keteraturan dalam alam (Iskandar,
1996: 1). Definisi IPA menurut Webster (dalam Iskandar, 1996: 2) merupakan
pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya. Purnell (dalam Iskandar, 1996: 2)
berpendapat bahwa IPA adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan
melalui observasi dan eksperimen yang sistematis. Peneliti menyimpulkan bahwa
IPA adalah ilmu tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam di mana
pengetahuan tersebut didapatkan melalui serangkaian metode ilmiah yang
sistematis.
Menurut Iskandar (1996: 11) hakekat IPA meliputi pengetahuan tentang
14
pemilihan sikap ilmiah tertentu. Menurut Darmodjo dan Kaligis (1991: 5)
menguraikan tiga hakekat IPA sebagai berikut: 1) IPA sebagai suatu proses
merupakan upaya untuk memahami berbagai gejala alam melalui cara-cara
tertentu yang bersifat analitis, cermat, lengkap serta menghubungkan berbagai
gejala alam sehingga keseluruhannya membentuk suatu sudut pandang baru
tentang objek yang diamati. 2) IPA sebagai suatu produk merupakan upaya
manusia untuk memahami berbagai gejala alam sehingga dihasilkan
prinsip-prinsip, teori-teori, hukum-hukum, konsep-konsep maupun fakta-fakta yang
bertujuan untuk menjelaskan berbagai gejala alam. 3) IPA sebagai suatu faktor
yang dapat mengubah pandangan manusia terhadap alam semesta, dari sudut
pandang mitologis menjadi sudut pandang ilmiah.
2.1.1.5 Materi IPA
Penelitian ini berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran IPA yaitu :
7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda.
Kompetensi dasar yang akan diteliti yaitu : 7.1. Menyimpulkan hasil percobaan
bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda. Gaya
adalah tarikan atau dorongan yang dapat mengakibatkan bergeraknya suatu benda
(Halim, 2010: 39). Alat pengukur gaya disebut dinamometer atau neraca pegas.
Satuan pengukur gaya disebut Newton yang dilambangkan dengan huruf N.
Gaya yang bekerja pada suatu benda akan mempengaruhi benda tersebut.
Saat suatu benda dikenai gaya maka pengaruhnya antara lain (Haryanto, 2007:
136-141): 1) Mengubah arah benda, contohnya: mendorong gerobak, menarik
gerobak, parasut, kompas. 2) Mengubah kecepatan benda, contohnya:mendorong
gerobak, menarik gerobak, parasut, menendang bola, rem sepeda, berjalan kaki. 3)
Menyebabkan benda bergerak menjadi diam, terjadi jika dua benda yang bertemu
memiliki besar gaya yang sama, contohnya: rem sepeda yakni besarnya gaya
gesek kampas rem yang menjepit ban sama dengan gaya yang berputar pada ban
tersebut sehingga dapat menghentikan laju sepeda. 4) Mengubah bentuk benda,
contohnya: tanah liat yang dibuat kerajinan tangan, kertas yang diremas, karet
15
terputus, gelas yang utuh kemudian diberi gaya dorong yang menyebabkan gelas
jatuh dan pecah.
Jenis-jenis gaya ada berbagai macam. Gaya menurut asalnya digolongkan
menjadi 4 jenis (Halim, 2010: 40): 1) gaya otot merupakan gaya yang ditimbulkan
oleh manusia ataupun hewan yang dihasilkan oleh tenaga otot, contohnya: ketika
mendorong dan menarik gerobak, mengayuh sepeda, menarik tali sumur timba,
memikul ember, mengangkat tongkat, tarik tambang, dan menendang bola. 2)
Gaya gravitasi, merupakan gaya yang disebabkan oleh gravitasi bumi, contohnya:
buah kelapa yang jatuh ke tanah, parasut yang jatuh ke tanah, bola yang dilempar
ke atas kemudian kembali jatuh ke tanah. 3) Gaya magnet merupakan gaya yang
ditimbulkan karena adanya magnet, contohnya: penggunaan kompas dan paku
yang ditarik oleh magnet. 4) Gaya gesek merupakan gaya yang melawan gesekan
antara dua permukaan yang bersentuhan, contohnya pada parasut ada gaya gesek
parasut terhadap udara (semakin lebar parasut, semakin lama bertahan di udara).
2.1.1.6 Berpikir Kritis
Menurut Glaser (dalam Fisher, 2007: 3) berpikir kritis merupakan suatu
keterampilan memeriksa dan melakukan penalaran logis pada setiap keyakinan
dan pengetahuan asumtif mengenai hal-hal yang menjadi jangkauan pengalaman
seseorang berdasarkan bukti pendukung dan kesimpulan lanjutan yang
diakibatkannya. Sementara menurut Browne dan Keeley (2012: 2-3) istilah
berpikir kritis merujuk pada kemampuan melontarkan dan menjawab serangkaian
pertanyaan kritis yang saling terkait pada saat yang tepat serta menggunakannya
secara aktif. Berpikir kritis merupakan interpretasi dan evaluasi yang terampil dan
aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi (Fisher dan
Scriven dalam Fisher, 2007: 10-11). Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan penalaran logis dalam menjelaskan
tujuan, memeriksa asumsi, nilai-nilai, pikiran, mengevaluasi bukti, menyelesaikan
tindakan, dan menilai kesimpulan dalam memecahkan suatu permasalahan.
Facione (1990) menggunakan metode Delphi dalam 46 ahli dari berbagai
disiplin ilmu selama 2 tahun yang menghasilkan sebuah konsensus tentang
16
penilaian yang terarah dan terukur yang menghasilkan interpretasi, analisis
evaluasi, kesimpulan, dan juga penjelasan terhadap pertimbangan-pertimbangan
faktual, konseptual, metodologis, kriterilogis, atau kontekstual yang menjadi dasar
penilaian tersebut. Facione (1990) menyebutkan bahwa kecakapan berpikir kritis
memiliki dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi disposisi afektif. Pada
penelitian ini hanya difokuskan pada dimensi kognitif.
Dimensi kognitif dipandang sebagai pusat kecakapan mental yang paling
penting yang terdiri dari 6 kecakapan, yaitu interpretasi, analisis, evaluasi,
inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri. Berikut ini diuraikan enam kecakapan
berpikir kritis dimensi kognitif (Facione, 1990): 1) Interpretasi, merupakan
kecakapan untuk memahami dan mengekspresikan makna dari berbagai
pengalaman. 2) Analisis, merupakan kecakapan mengidentifikasi
hubungan-hubungan logis dari pernyataan, pertanyaan konsep, uraian, atau bentuk ungkapan
lain untuk mengemukakan kepercayaan, penilaian, pengalaman, penalaran,
informasi, atau opini. 3) Evaluasi, merupakan kecakapan untuk menilai
kredibilitas pernyataan atau opini seseorang untuk menimbang bobot dari suatu
penalaran yang berkaitan dengan pernyataan atau ungkapan lainnya. 4) Inferensi
merupakan kecakapan mengidentifikasi dan memastikan elemen-elemen yang
diperlukan untuk menarik alasan, merumuskan dugaan dan hipotesis,
mempertimbangkan informasi-informasi yang relevan, dan menarik
konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari prinsip, bukti, penilaian, kepercayaan, atau
bentuk ungkapan lainnya. 5) Eksplanasi merupakan kecakapan menjelaskan dan
memberikan alasan-alasan dari bukti, konsep, metode, kriteria, dan konteks yang
digunakan untuk menarik kesimpulan, dan untuk mengemukakan
argumen-argumen logis yang kuat. 6) Regulasi diri merupakan kecakapan memonitor
aktivitas kognitifnya sendiri secara sadar, dan kecakapan untuk memonitor
aktivitas mentalnya sendiri dalam menarik kesimpulan dengan menganalisis dan
mengevaluasi penilaiannya sendiri.
2.1.1.7 Kemampuan Evaluasi dan Inferensi
Fokus utama dalam penelitian ini adalah dimensi kognitif yang terdiri dari
17
untuk menilai kredibilitas pernyataan atau ungkapan lain yang mencerminkan
persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, kepercayaan, atau opini seseorang untuk
menimbang bobot dari suatu penalaran yang berkaitan dengan pernyataan,
deskripsi, pertanyaan, atau ungkapan lainnya (Facione, 1990: 8). Sub kecakapan
dalam kemampuan evaluasi yaitu menilai klaim dan menilai argumen. Beberapa
unsur yang terdapat dalam kemampuan evaluasi adalah sebagai berikut (Facione,
1990: 8): menilai benar tidaknya suatu argumen, menilai apakah argumen
didasarkan pada asumsi yang benar, menilai benar tidaknya alternatif-alternatif
pemecahan masalah, dan menilai apakah suatu prinsip dapat diterapkan untuk
situasi tertentu.
Kemampuan inferensi merupakan kecakapan mengidentifikasi dan
memastikan elemen-elemen yang diperlukan untuk menarik alasan yang masuk
akal, merumuskan dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan informasi-informasi
yang relevan, dan menarik konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari
data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian, kepercayaan, opini, konsep, gambaran,
pertanyaan, atau bentuk ungkapan lainnya (Facione, 1990: 9). Sub kecakapan
dalam kemampuan inferensi yaitu menguji bukti-bukti, menerka alternatif, dan
menarik kesimpulan. Beberapa unsur yang terdapat dalam kemampuan inferensi
adalah sebagai berikut (Facione, 1990: 9): mengemukakan alternatif-alternatif
untuk mengemukakan masalah, tepat menentukan pemecahan masalah mana yang
paling kuat untuk diterima dan mana yang lemah untuk ditolak, memperkirakan
konsekuensi-konsekuensi yang mungkin muncul dari suatu pilihan, dan
memperkirakan pro dan kontra dari suatu pilihan.
2.1.2 Penelitian-penelitian Terdahulu yang Relevan 2.1.2.1 Penelitian-penelitian tentang Mind Map
Penelitian yang dilakukan Septiani (2012) bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penggunaan mind map terhadap kemampuan menganalisis dan
mengevaluasi pada mata pelajaran IPA materi proses pembentukan tanah akibat
pelapukan batuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012 di SD
Kanisius Sengkan yang beralamat di Jalan Kaliurang Km 7, Condongcatur,
18
Kanisius Sengkan. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas
VA yang berjumlah 24 orang sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VB
yang berjumlah 24 orang sebagai kelompok kontrol. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan diperoleh hasil yaitu ada pengaruh signifikan pada penggunaan
mind map terhadap kemampuan menganalisis dengan Independent Samples t-test
diperoleh nilai sig. (2-tailed) adalah 0,000 dan kemampuan mengevaluasi
diperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,043.
Penelitian yang dilakukan Imadudin dan Utomo (2012) bertujuan untuk
mengetahui efektivitas metode mind mapping untuk meningkatkan prestasi belajar
fisika. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah
8 Yogyakarta. Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 34 siswa yang
berasal dari 17 siswa kelas VIII C dan 17 siswa kelas VIII D SMP
Muhammadiyah 8 Yogyakarta. Siswa kelas VIII C yang berjumlah 17 siswa
dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VIII D yang berjumlah
17 siswa dijadikan sebagai kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis uji-t
yaitu Paired Samples T-test pada kelompok eksperimen, diperoleh bahwa metode
mind mapping berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar fisika.
Sedangkan hasil analisis uji-t yaitu Independent Samples t-test pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, diperoleh bahwa ada perbedaan rata-rata
(mean) hasil posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil
analisis uji-t diperoleh nilai t = 2,144 dengan p = 0,020 (p < 0,05), artinya
signifikan. Hasil nilai rata-rata (mean) posttest pada kelompok eksperimen
menunjukkan nilai M= 7,55 dan pada kelompok kontrol menunjukkan nilai M=
6,62.
Penelitian yang dilakukan Priantini, Atmadja, dan Marhaeni (2013)
bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode mind mapping terhadap
keterampilan berpikir kreatif dan prestasi belajar IPS. Jenis penelitian ini adalah
kuasi eksperimen dengan desain posttest only control group design. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seririt. Sampel
penelitian yang diambil adalah kelas VIII A sebagai kelas kontrol dan kelas VIII
E sebagai kelas eksperimen dengan jumlah keseluruhan siswa 64 orang.
19
keterampilan berpikir kreatif dan prestasi belajar IPS yang signifikan antara siswa
yang mengikuti pembelajaran menggunakan mind mapping dan siswa yang
mengikuti model pembelajaran konvensional. Berdasarkan data hasil penelitian
analisis multivariate dengan bantuan SPSS 17 for windows diperoleh nilai F =
5,865, df = 1, dan signifikansi = 0,018. Ini berarti nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
prestasi belajar IPS antara siswa yang mengikuti metode mind mapping dengan
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
2.1.2.2 Penelitian-penelitian tentang Berpikir Kritis
Penelitian yang dilakukan Lestari (2011) bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar siswa dan
kemampuan berpikir kritis kategori kognitif pada mata pelajaran IPA materi
pembentukan tanah akibat pelapukan batuan. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Maret 2011 di SD Kanisius Ganjuran dengan alamat Jogodayoh,
Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas V SD Kanisius Ganjuran. Sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VA yang terdiri atas 27 siswa sebagai kelompok
eksperimen dan kelas VB yang terdiri atas 27 siswa sebagai kelompok kontrol.
Dalam penelitian tersebut data yang digunakan adalah skor pretest dan posttest.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil yaitu ada pengaruh
signifikan terhadap prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori
kognitif dengan menerapkan metode inkuiri. Hal ini dapat dilihat dari analisis data
signifikansi penggunaan metode inkuiri dalam meningkatan prestasi belajar
ditunjukkan dengan harga sig. (2-tailed) < 0,05 atau 0,000 < 0,05. Untuk rata-rata
(mean) kenaikan skor yang terjadi di kelompok eksperimen lebih tinggi dari
rata-rata kenaikan skor di kelompok kontrol, yang ditunjukkan dengan harga sig.
(2-tailed) < 0,05 atau 0,032 < 0,05. Sedangkan untuk rata-rata kenaikan kemampuan
berpikir kritis kategori kognitif pada masing-masing unsurnya terdapat perbedaan
yang signifikan, ditunjukkan dengan harga sig. (2-tailed) < 0,000 atau 0,000 <
20
Penelitian yang dilakukan Sastrika, Sadia, dan Muderawan (2013)
bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis proyek
dengan model pembelajaran konvensional terhadap pemahaman konsep kimia dan
keterampilan berpikir kritis. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan
desain posttest only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Negara tahun pelajaran 2012/2013. Sampel
yang diambil dalam penelitian ini menggunakan 64 siswa sebagai kelompok kelas
eksperimen dan 65 siswa sebagai kelompok kelas kontrol. Kelompok kelas
eksperimen diberikan model pembelajaran berbasis proyek dan kelompok kelas
kontrol diberikan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan Test Between
Subjects Effects dapat diketahui nilai Fhitung = 20,714 sedangkan nilai Ftabel = 3,91.
Oleh karena, Fhitung > Ftabel (p < 0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Simpulan
yang dapat ditarik adalah terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis antara
kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran berbasis proyek dan
kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional.
Penelitian yang dilakukan Astika, Suma, dan Suastra (2013) bertujuan
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dengan model
pembelajaran ekspositori terhadap sikap ilmiah dan keterampilan berpikir kritis.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan ditetapkan 7 kelas sebagai
populasi. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah sebanyak 245 siswa dengan
140 siswa dari 4 kelas sebagai sampel. Kelompok kelas eksperimen diberikan
model pembelajaran berbasis masalah dan kelompok kelas kontrol diberikan
model pembelajaran ekspositori. Berdasarkan hasil Test Between-Subjects Effects
diketahui keterampilan berpikir kritis nilai (Fhitung = 23,192; p < 0,05). Dengan
demikian H0 ditolak dan HA diterima. Simpulan yang dapat ditarik adalah
pembelajaran berbasis masalah mempengaruhi keterampilan berpikir kritis siswa
dalam pembelajaran.
Penelitian-penelitian tentang mind map dan berpikir kritis yang telah
diuraikan di atas belum ada yang membahas tentang pengaruh penggunaan mind
map terhadap kemampuan berpikir kritis. Untuk melengkapi penelitian-penelitian
sebelumnya, maka akan dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
21
Kemampuan berpikir kritis yang diteliti adalah kemampuan berpikir kritis yang
diungkapkan oleh Facione. Kemampuan berpikir kritis menurut Facione terdiri
dari kemampuan interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi
diri. Dalam skripsi ini tidak membahas enam kemampuan berpikir kritis Facione,
tetapi hanya difokuskan dalam dua kemampuan saja yaitu kemampuan evaluasi
dan inferensi.
2.1.2.3 Literature Map
Dari uraian penelitian-penelitian sebelumnya dapat dibuat literature map
sebagai berikut:
Gambar 2.2 Literature Map dari Penelitian Terdahulu yang Relevan.
Mind Map Berpikir Kritis
metode inkuiri – prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis
mind map– berpikir kritis pada kemampuan evaluasi dan
22 2.2 Kerangka Berpikir
Metode mind map merupakan cara mencatat informasi yang efektif dan
memetakan pikiran-pikiran sedemikian rupa sehingga melibatkan proses kognitif
anak. Proses pembuatan mind map sangat menarik dan menyenangkan bagi siswa.
Proses pembuatan mind map dengan kata kunci sederhana dan pemberian gambar
serta alur yang berwarna-warni bertujuan agar siswa mudah dalam mengingat dan
memahami materi pembelajaran. Selain itu penggunaan metode mind map
memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan proses berpikirnya
agar lebih kritis, analitis, dan kreatif.
Kemampuan berpikir kritis dimensi kognitif dipandang sebagai pusat
kecakapan mental yang paling penting. Dalam kemampuan berpikir kritis, siswa
diajak untuk membuat dugaan, mencari pembuktian, memberikan
alternatif-alternatif pemecahan masalah dan menarik kesimpulan. Kemampuan berpikir
kritis siswa akan mempengaruhi hasil belajarnya. Biasanya siswa yang mampu
untuk berpikir kritis akan memiliki prestasi yang lebih baik. Kemampuan berpikir
kritis sangat berkaitan dengan mata pelajaran IPA di mana siswa perlu terlibat
dalam proses berpikir untuk menemukan penyelesaian masalah yang terdapat di
alam sekitar. Pembelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran di SD yang
bahasan materinya cukup luas, banyak, dan berhubungan dengan aktivitas
sehari-hari dalam lingkungan sekitar. Materi-materi dalam pembelajaran IPA menuntut
siswa untuk lebih kritis dalam mengungkapkan gejala-gejala alam berkaitan
dengan materi. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang dapat
mempengaruhi perkembangan berpikir kritis dan melibatkan keseluruhan kerja
otak. Metode mind map dipilih sebagai salah satu metode pembelajaran yang
efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa. Jika metode
mind map digunakan pada mata pelajaran IPA untuk siswa kelas IV SD
Tarakanita Bumijo Yogyakarta, penggunaan metode mind map akan berpengaruh
23 2.3Hipotesis Penelitian
2.3.1 Penggunaan metode mind map pada mata pelajaran IPA berpengaruh
terhadap kemampuan evaluasi siswa kelas IV SD Tarakanita Bumijo
Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.
2.3.2 Penggunaan metode mind map pada mata pelajaran IPA berpengaruh
terhadap kemampuan inferensi siswa kelas IV SD Tarakanita Bumijo
24 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi
experimental design dengan tipe non-equivalent control group design. Cresswell
(2012: 242) menjelaskan dalam rancangan penelitian tersebut diseleksi tanpa
prosedur penempatan acak untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji dampak dari suatu perlakuan
(treatment). Oleh karena itu dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yaitu
kelompok eksperimen sebagai kelompok yang diberi treatment tertentu dan
kelompok kontrol sebagai kelompok yang tidak diberi treatment. Treatment yang
diberikan terhadap kelompok eksperimen berupa penggunaan mind map dalam
pembelajaran IPA di kelas. Selanjutnya pada kedua kelompok tersebut sama-sama
diberikan pretest dan posttest.
Hasil penelitian dengan menggunakan pretest dan posttest atau pengaruh
kausal dari intervensi dapat dihitung dalam tiga langkah yaitu (Campbell dan
Stanley dalam Cohen, 2007: 276): (1) mengurangkan skor rerata posttest dengan
pretest untuk menghasilkan selisih skor posttest-pretest pada kelompok
eksperimen, (2) mengurangkan skor rerata posttest dengan pretest untuk
menghasilkan selisih skor posttest-pretest pada kelompok kontrol, dan (3)
mengurangkan hasil selisih skor posttest-pretest pada kelompok eksperimen
dengan hasil selisih skor posttest-pretest pada kelompok kontrol. Pengaruh
perlakuan menurut desain ini dapat diketahui melalui rumus: (O2 – O1) – (O4 –
O3). Apabila hasilnya negatif maka efek kausal negatif atau tidak ada pengaruh,
sebaliknya bila hasilnya positif maka efek kausal positif atau ada pengaruh.
Rancangan penelitian dengan tipe non-equivalent control group design dapat