• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN EVALUASI DAN INFERENSI PADA MATA PELAJARAN IPA DI SD TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN EVALUASI DAN INFERENSI PADA MATA PELAJARAN IPA DI SD TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA SKRIPSI"

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND MAP

TERHADAP KEMAMPUAN EVALUASI DAN INFERENSI

PADA MATA PELAJARAN IPA

DI SD TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Laila Rizki Madhania NIM: 101134237

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND MAP

TERHADAP KEMAMPUAN EVALUASI DAN INFERENSI

PADA MATA PELAJARAN IPA

DI SD TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Laila Rizki Madhania NIM: 101134237

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada:

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya.

2. Orangtuaku yang selalu mendoakan dan mendukungku.

3. Kakak-kakakku yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

4. Almamaterku Universitas Sanata Dharma.

(6)

v

MOTTO

“Ada dua buah nikmat yang kebanyakan orang terperdaya karenanya; yaitu

kesehatan dan waktu luang.”

(HR. Bukhari dari Ibnu Abbas Ra)

“Barang siapa yang keluar rumah untuk belajar satu bab dari ilmu pengetahuan, maka ia telah berjalan fisabilillah sampai ia kembali ke rumahnya.”

(HR. Tirmidzi dari Anas Ra)

“Anak muda tidak takut menyongsong masa depan. Kelak ia akan pulang, menjawab doa ibunya, menjawab doa ayahnya dengan membawa ilmu, membawa

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

Madhania, Laila Rizki. (2014). Pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada mata pelajaran IPA di SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Latar belakang penelitian ini adalah untuk mengujicobakan metode

mind map terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode mind map pada mata pelajaran IPA terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi siswa kelas IV SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experimental design tipe non-equivalent control group design. Populasi diambil dari siswa kelas IV berjumlah 149 siswa. Sebanyak 28 siswa (kelas IVA3) sebagai sampel kelompok eksperimen dan 30 siswa (kelas IVA1) sebagai sampel kelompok kontrol. Variabel independennya adalah metode mind map dan variabel dependennya adalah kemampuan evaluasi

dan inferensi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah test. Analisis statistik dengan program IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hasilnya sebagai berikut: pertama, penggunaan metode mind map

berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi. Berdasarkan uji selisih skor pretest

dan posttest I terhadap kemampuan evaluasi diperoleh sig. (2-tailed) sebesar 0,027 (atau p < 0,05) dengan nilai M = 1,0179, SD = 0,73, SE = 0,14, dan t(56) = -2,27. Besar pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan

evaluasi menunjukkan efek besar dengan harga r = 0,81 atau 67%. Kedua, penggunaan metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan inferensi. Berdasarkan uji selisih skor pretest dan posttest I terhadap kemampuan inferensi

diperoleh sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (atau p < 0,05) dengan nilai M = 1,000, SD

= 0,82, SE = 0,16, dan t(56) = -4,941. Besar pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan inferensi menunjukkan efek besar dengan harga r = 0,77 atau 60%.

(10)

ix

ABSTRACT

Madhania, Laila Rizki. (2014). The effect of the use of mind map method on evaluation and inference abilities in science subject at SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Elementary Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

The background of this research was to test the mind map method on the evaluation and inference abilities. This research was aimed to determine the effect of the use of mind map method in science subject on the evaluation and inference abilities of the fourth grade students at SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta in the second semester in the academic year of 2013/2014. The type of the research used was quasi-experimental design, with non-equivalent control group design type. The population was taken from the fourth grade students consisting of 149 students. As many as 28 students (class IVA3) were selected as the samples of the experimental group and 30 students (class IVA1) were selected as the samples of the control group. The independent variable was the mind map method and the dependent variables were evaluation and inference abilities. The data collection technique used was tests. The data analysis used parametric statistics tests by using IBM SPSS Statistics 22 for Windows computer program with 95% of confidence interval.

The result was as the following: first, the use of the mind map method affected the ability of the evaluation. Based on the difference in test scores of the pretest and posttest I on the evaluation ability, it was obtained that the price of sig. (2-tailed) is 0,027 (or p < 0,05), with M value = 1,0179, SD = 0,73, SE = 0,14, and t(56) = -2,27. The amount of the effect of the use of mind map method on the evaluation ability showed a large effect, with r price = 0,81 or by 67%. Second, the use of mind map method affected the inference ability. Based on the difference in the test scores of pretest and posttest I on the inference ability, it was obtained that the price of sig. (2-tailed) is 0,000 (or p < 0,05), with M value = 1,000, SD = 0,82, SE = 0,16, and t(56) = -4,941. The amount of the effect of the use of mind map method on the inference ability showed a large effect with r price = 0,77 or by 60%.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Penggunaan Metode Mind Map terhadap Kemampuan Evaluasi dan

Inferensi pada Mata Pelajaran IPA di SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta”. Skripsi

ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Penulis menyadari

bahwa penyusunan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dan

perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung

memberikan bantuan dan dukungan terselesainya skripsi ini:

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya.

2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan.

3. G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi S-1

sekaligus dosen pembimbing I yang senantiasa memberikan bimbingan dan

kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing II

yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Thomas Mardiono, S.Pd dan Floribertus Supriya, S.Pd selaku kepala sekolah

SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian dan

dukungan kepada penulis.

6. B. Sumardiman selaku guru mata pelajaran IPA di SD Tarakanita Bumijo

yang telah membantu dan memberikan waktu sebagai guru mitra penelitian

kolaboratif.

7. Siswa kelas IV SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta yang telah bekerjasama

sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

8. H. Joko Iswaji dan Hj. Titi Widiarti yang senantiasa memberikan doa,

dukungan baik secara moral maupun materiil, perhatian dan semangat kepada

(12)

xi 9. Aji Fajar Windrato dan Asih Budhiastuti serta Aira Sakina Dinada yang

senantiasa memberi dukungan dan motivasi kepada penulis selama

menyelesaikan skripsi.

10.Keluarga besar Sapri Supriyanto dan Nitidimedjo yang selalu memberikan

dukungan, perhatian, semangat, dan doa selama ini untuk penulis.

11.Luki dan Farida yang selalu bekerjasama membantu kelancaran selama

penelitian dan penyusunan skripsi.

12.Teman-teman satu kelompok payung IPA yang telah memberikan dukungan,

masukkan dan bertukar pengetahuan (Luki, Rida, Sinta, Mita, Yola, Tri,

Patris, Yuni, Anjar, Renny, Mita, Lia, Lusi, Priyanti, Bowo, Probo dan Dani).

13.Teman-teman PGSD USD Kelas D Angkatan 2010 yang selalu memberikan

motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih banyak

kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan semua pihak

memberikan kritik dan saran yang membangun. Semoga karya tulis ini

bermanfaat bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma khususnya dan bagi

semua pihak yang membutuhkan pada umumnya.

(13)

xii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

1.5 Definisi Operasional ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung... 8

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ... 8

2.1.1.2 Metode Pembelajaran ... 10

2.1.1.3 Metode Mind Map ... 11

2.1.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam ... 13

2.1.1.5 Materi IPA ... 14

2.1.1.6 Berpikir Kritis ... 15

2.1.1.7 Kemampuan Evaluasi dan Inferensi... 16

2.1.2 Penelitian-penelitian Terdahulu yang Relevan ... 17

(14)

xiii

2.1.2.2 Penelitian-penelitian tentang Berpikir Kritis ... 19

2.1.2.3 Literature Map ... 21

2.2 Kerangka Berpikir ... 22

2.3 Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Setting Penelitian ... 25

3.3 Populasi dan Sampel ... 27

3.4 Variabel Penelitian ... 28

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.6 Instrumen Penelitian ... 31

3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 34

3.7.1 Pengujian Validitas ... 34

3.7.2 Pengujian Reliabilitas ... 36

3.8 Teknik Analisis Data ... 37

3.8.1 Uji Normalitas ... 37

3.8.2 Uji Pengaruh Perlakuan ... 38

3.8.2.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 38

3.8.2.2 Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest ... 39

3.8.3 Analisis Lebih Lanjut ... 39

3.8.3.1 Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest ... 39

3.8.3.2 Uji Besar Pengaruh Perlakuan (Effect Size) ... 41

3.8.3.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 42

3.8.3.4 Dampak Perlakuan ... 43

3.8.3.5 Konsekuensi Lebih Lanjut ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Implementasi Pembelajaran ... 44

4.1.1 Kelompok Kontrol ... 45

4.1.2 Kelompok Eksperimen ... 46

4.2 Hasil Penelitian ... 47

4.2.1 Uji Pengaruh Penggunaan Metode Mind Map terhadap Kemampuan Evaluasi ... 48

4.2.1.1 Uji Normalitas terhadap Kemampuan Evaluasi ... 49

4.2.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Evaluasi ... 50

4.2.1.3 Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan Evaluasi ... 52

(15)

xiv 4.2.2 Pengaruh Penggunaan Metode Mind Map terhadap Kemampuan Inferensi .

... 60

4.2.2.1 Uji Normalitas terhadap Kemampuan Inferensi ... 60

4.2.2.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Inferensi ... 62

4.2.2.3 Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan Inferensi ... 64

4.2.2.4 Uji Analisis Lebih Lanjut terhadap Kemampuan Inferensi ... 66

4.3 Pembahasan ... 71

4.3.1 Pengaruh Penerapan Metode Mind Map terhadap Kemampuan Evaluasi 71 4.3.2 Pengaruh Penerapan Metode Mind Map terhadap Kemampuan Inferensi 73 4.3.3 Dampak Perlakuan terhadap Siswa ... 74

4.3.3.4 Konsekuensi Lebih Lanjut ... 77

BAB V KESIMPULAN... 79

5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 80

5.3 Saran ... 80

DAFTAR REFERENSI ... 81

LAMPIRAN ... 84

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data. ... 27

Tabel 3.2 Topik Wawancara terhadap Kelompok Eksperimen ... 30

Tabel 3.3 Topik Wawancara terhadap Guru Mitra ... 31

Tabel 3.4 Matriks Pengembangan Instrumen... 32

Tabel 3.5 Rubrik Penilaian. ... 32

Tabel 3.7 Perhitungan Validitas. ... 35

Tabel 3.8 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 36

Tabel 3.9 Perhitungan Reliabilitas ... 37

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas terhadap Kemampuan Evaluasi ... 49

Tabel 4.2 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Evaluasi ... 51

Tabel 4.3 Hasil Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan Evaluasi. ... 53

Tabel 4.4 Hasil Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I terhadap Kemampuan Evaluasi. ... 55

Tabel 4.5 Hasil Uji Besar Efek Perlakuan terhadap Kemampuan Evaluasi ... 57

Tabel 4.6 Hasil Uji Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Evaluasi ... 58

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas terhadap Kemampuan Inferensi. ... 61

Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Inferensi. ... 63

Tabel 4.9 Hasil Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan Inferensi... 65

Tabel 4.10 Hasil Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I terhadap Kemampuan Inferensi... 67

Tabel 4.11 Uji Besar Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Inferensi ... 69

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Mind Map Sistem Utama Tubuh ... 12

Gambar 2.2 Literature Map dari Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 21

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian ... 25

Gambar 3.2 Variabel Penelitian ... 29

Gambar 3.3 Rumus Persentase Peningkatan Pretest ke Posttest I ... 40

Gambar 3.4 Rumus Uji Paired Samples t-test ... 41

Gambar 3.5 Rumus Uji Wilcoxon Signed Ranks Test ... 41

Gambar 3.6 Rumus Persentase Peningkatan Posttest I ke Posttest II ... 43

Gambar 4.1 Diagram Batang Selisih Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan Evaluasi ... 54

Gambar 4.2 Diagram Grafik Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I terhadap Kemampuan Evaluasi ... 56

Gambar 4.3 Diagram Grafik Uji Retensi Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Evaluasi ... 59

Gambar 4.4 Diagram Batang Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan Inferensi ... 66

Gambar 4.5 Diagram Grafik Peningkatan Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan Inferensi ... 68

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 3.1 Instrumen Penelitian ... 85

Lampiran 3.2 Kunci Jawaban ... 88

Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian Instrumen Penelitian ... 90

Lampiran 3.4 Tabulasi Skor Pengujian Validitas ... 92

Lampiran 3.5 Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 94

Lampiran 3.6 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 95

Lampiran 3.7 Resume Expert Judgement ... 96

Lampiran 4.1 Silabus Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 98

Lampiran 4.2 Silabus Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 103

Lampiran 4.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 108

Lampiran 4.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol... 118

Lampiran 4.5 Lembar Kerja Siswa Kelompok Eksperimen ... 126

Lampiran 4.6 Lembar Kerja Siswa Kelompok Kontrol ... 134

Lampiran 4.7 Rekapitulasi Nilai Kemampuan Evaluasi Kelompok Eksperimen 143 Lampiran 4.8 Rekapitulasi Nilai Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol ... 144

Lampiran 4.9 Rekapitulasi Nilai Kemampuan Inferensi Kelompok Eksperimen145 Lampiran 4.10 Rekapitulasi Nilai Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol ... 146

Lampiran 4.11 Hasil Uji Normalitas terhadap Kemampuan Evaluasi ... 147

Lampiran 4.12 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Evaluasi ... 148

Lampiran 4.13 Hasil Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest I terhadap Kemampuan Evaluasi ... 149

Lampiran 4.14 Hasil Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I terhadap Kemampuan Evaluasi ... 150

Lampiran 4.15 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Evaluasi ... 151

Lampiran 4.16 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Evaluasi .... ... 152

Lampiran 4.17 Uji Normalitas terhadap Kemampuan Inferensi ... 153

Lampiran 4.18 Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Inferensi . ... 154

(19)

xviii Lampiran 4.20 Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I terhadap Kemampuan

Inferensi... 156

Lampiran 4.21 Uji Besar Efek Perlakuan terhadap Kemampuan Inferensi ... 157

Lampiran 4.22 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Inferensi.... ... 158

Lampiran 4.23 Transkrip Wawancara Guru... 159

Lampiran 4.24 Transkrip Wawancara Siswa ... 161

Lampiran 4.25 Foto Kelas Kontrol ... 167

Lampiran 4.26 Foto Kelas Eksperimen ... 168

Lampiran 4.27 Surat Ijin Penelitian ... 169

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan pondasi untuk membangun bangsa yang lebih

maju. Pendidikan adalah proses terlatih dan terencana dalam mengembangkan

potensi diri individu untuk mewujudkan tujuan nasional Indonesia (Sanjaya, 2006:

2). Proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah.

Pembelajaran memiliki peranan yang penting dalam menyongsong masa depan

yang lebih baik. Pembelajaran dapat membuat orang yang tidak tahu menjadi

tahu. Artinya, seseorang memperoleh suatu pengetahuan harus melalui

serangkaian proses pembelajaran. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan

tergantung bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Guru

sebagai pengajar merupakan fasilitator dan motivator bagi siswa, sedangkan siswa

sebagai subjek pembelajaran yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan oleh

guru. Proses pembelajaran yang ideal yaitu di mana strategi belajar yang

diciptakan oleh guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa

secara menyeluruh. Penerapan strategi yang tepat dalam proses pembelajaran akan

berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran dan mutu pendidikan di

Indonesia. Adanya peningkatan mutu pendidikan Indonesia, maka akan tercipta

sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tinggi sehingga mampu

menghadapi perkembangan dunia global dan bersaing dengan negara lain.

Pada kenyataannya, kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal

dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Indonesia menduduki peringkat

bawah yaitu peringkat 57 dari 65 negara partisipan dengan skor pada kemampuan

bidang sains 383. Peringkat tersebut dikemukakan oleh PISA (Programme for

International Student Assesment) pada tahun 2009. Hasil evaluasi internasional

selanjutnya yang dilakukan oleh PISA pada tahun 2012 menunjukkan bahwa

kualitas pendidikan di Indonesia semakin menurun. Indonesia menduduki

peringkat 64 dari 65 negara partisipan dengan skor pada kemampuan bidang sains

(21)

2

proses pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan kinerja guru yang kurang

maksimal dalam melayani siswa. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas

hanya difokuskan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi yang

ditransfer oleh guru melalui metode konvensional atau metode ceramah sehingga

kurang memahami informasi yang diterimanya dan mengkaitkan pada kehidupan

sehari-hari (Trianto, 2009: 6).

Berdasarkan hasil observasi di sekolah pada tanggal 16 Januari 2014,

selama proses pembelajaran berlangsung guru tidak mengkombinasikan

penerapan metode inovatif dalam proses pembelajaran. Guru hanya menerapkan

metode ceramah untuk menjelaskan materi pelajaran. Pemilihan metode ceramah

dalam proses pembelajaran di kelas cenderung membosankan dan monoton,

sehingga mengakibatkan kurangnya motivasi siswa untuk belajar. Selain itu,

proses pembelajaran juga berpusat pada guru, sedangkan siswa hanya mencatat

hal-hal yang dianggap penting. Pembelajaran yang diterima oleh anak hanya

berupa hafalan materi pelajaran. Tentu permasalahan tersebut akan mempengaruhi

hasil belajar siswa.

Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran. Misalnya pada mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) seharusnya menekankan pada pemberian

pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa. Siswa

dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar dengan kemampuan berpikir kritis

dan sistematis sehingga memberikan pengalaman langsung bagi siswa untuk

memperoleh pemahaman yang lebih bermakna. Namun berdasarkan hasil

wawancara pada tanggal 16 Januari 2014, siswa mengatakan bahwa “Saat belajar

IPA jarang sekali melakukan praktikum, kayaknya baru sekali atau dua kali

saja”. Dalam wawancara pada hari yang sama, siswa yang lain juga mengatakan,

Biasanya kalau belajar IPA kegiatannya mendengarkan materi, terus siswa mencatat yang penting-penting”. Berdasarkan observasi dan wawancara tersebut

dapat diketahui bahwa dalam proses pembelajaran IPA, siswa tidak dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sistematis, karena metode

pembelajaran yang melibatkan kemampuan berpikir kritis tidak diterapkan secara

maksimal dalam proses pembelajaran di kelas sehingga mempengaruhi hasil

(22)

3

Berpikir kritis adalah penilaian yang terarah dan terukur yang

menghasilkan interpretasi, analisis evaluasi, kesimpulan, dan juga penjelasan

terhadap pertimbangan-pertimbangan faktual, konseptual, metodologis,

kriterilogis, atau kontekstual yang menjadi dasar penilaian tersebut (Facione,

1990). Dalam hal ini hanya akan difokuskan pada kemampuan evaluasi dan

inferensi saja karena kedua kemampuan tersebut termasuk ke dalam beberapa

bagian penting dalam kemampuan berpikir kritis. Kemampuan evaluasi

merupakan kecakapan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau ungkapan lain

yang mencerminkan persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, kepercayaan, atau

opini seseorang untuk menimbang bobot dari suatu penalaran yang berkaitan

dengan pernyataan, deskripsi, pertanyaan, atau ungkapan lainnya (Facione, 1990:

8). Sub kecakapan dalam kemampuan evaluasi yaitu menilai klaim dan menilai

argumen. Kemampuan inferensi merupakan kecakapan mengidentifikasi dan

memastikan elemen-elemen yang diperlukan untuk menarik alasan yang masuk

akal, merumuskan dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan informasi-informasi

yang relevan, dan menarik konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari

data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian, kepercayaan, opini, konsep, gambaran,

pertanyaan, atau bentuk ungkapan lainnya (Facione, 1990: 9). Sub kecakapan

dalam kemampuan inferensi yaitu menguji bukti-bukti, menerka alternatif, dan

menarik kesimpulan.

Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas

pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya tersebut terwujud melalui program

sertifikasi guru. Namun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), program sertifikasi guru bertujuan untuk

meningkatkan kinerja guru supaya menjadi guru yang semakin profesional dan

memfasilitasi siswa dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

siswa (Chang, dkk, 2014: 98). Pemerintah memberikan apresiasi yang lebih

kepada guru melalui pemberian tunjangan untuk memotivasi guru dalam

meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan

bahwa kualitas proses sertifikasi secara keseluruhan tidak sebaik tujuan yang

(23)

4

bersertifikat dan guru yang tidak bersertifikat atau dampaknya terhadap hasil

belajar siswa (Chang, dkk, 2014: 184).

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kebijakan politik pemerintah

Indonesia terkait program sertifikasi guru yang bertujuan untuk meningkatkan

mutu pendidikan Indonesia ternyata tidak efektif digunakan sebagai solusi inti

permasalahan pendidikan di Indonesia. Program sertifikasi tersebut tidak tepat

sasaran atau tujuan utamanya karena tidak secara langsung mempengaruhi metode

pembelajaran yang diciptakan oleh guru, namun hanya sebagai aksesoris semata.

Hasil belajar siswa tetap rendah meski pemerintah sudah mengeluarkan dana yang

banyak untuk upaya melakukan reformasi pendidikan di Indonesia. Fakta

berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa untuk memperbaiki kualitas

pendidikan di Indonesia, program yang diberikan harus secara langsung tertuju

pada sasaran utama yang menjadi permasalahan pendidikan selama ini, yakni

pembaharuan metode pembelajaran di dalam kelas.

Upaya untuk memperbarui metode pembelajaran tersebut, perlu dirancang

metode yang dapat melibatkan kemampuan berpikir dan pengembangan potensi

diri siswa melalui aktivitas pembelajaran yang melibatkan siswa. Salah satu

metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran dan diduga efektif mampu

mempengaruhi ketrampilan berpikir siswa yakni dengan menggunakan metode

mind map. Metode mind map memungkinkan kita untuk menyusun fakta dan

pengetahuan sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal

melalui pemetaan yang hebat dalam kegiatan berpikir manusia (Buzan, 2008: 5).

Metode mind map memberikan pandangan yang menyeluruh terhadap pokok

permasalahan dan mendorong pemecahan masalah melalui terobosan kreatif baru.

Penelitian eksperimen ini merupakan salah satu upaya untuk melakukan

perbaikan kualitas pendidikan Indonesia, khususnya pada mata pelajaran IPA.

Penelitian ini akan mengujicobakan secara sistematis dan metodis untuk

mengetahui pengaruh penggunaan metode mind map terhadap keterampilan

berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar. Dengan adanya

penelitian ini maka diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia

pendidikan untuk mengetahui pengaruh salah satu metode pembelajaran yang

(24)

5

Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penggunaan metode mind map

terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada mata pelajaran IPA siswa kelas

IV di SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran

2013/2014. Materi pembelajaran yang digunakan hanya dibatasi pada materi yang

terdapat pada Standar Kompetensi 7. Memahami gaya dapat mengubah gerak

dan/atau bentuk suatu benda, sedangkan Kompetensi Dasar yang digunakan 7.1

Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat

mengubah gerak suatu benda.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penggunaan metode mind map pada mata pelajaran IPA

berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi siswa kelas IV SD Tarakanita

Bumijo Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014?

1.2.2 Apakah penggunaan metode mind map pada mata pelajaran IPA

berpengaruh terhadap kemampuan inferensi siswa kelas IV SD Tarakanita

Bumijo Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penggunaan metode mind map pada mata pelajaran

IPA terhadap kemampuan evaluasi siswa kelas IV SD Tarakanita Bumijo

Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.

1.3.2 Mengetahui pengaruh penggunaan metode mind map pada mata pelajaran

IPA terhadap kemampuan inferensi siswa kelas IV SD Tarakanita Bumijo

Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Guru

Guru mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas dalam

menerapkan metode mind map pada mata pelajaran IPA sehingga

(25)

6

1.4.1 Siswa

Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermanfaat untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan metode

mind map dalam mata pelajaran IPA.

1.4.2 Sekolah

Laporan penelitian ini dapat menambah referensi bacaan di perpustakaan

sekolah terkait tentang penelitian eksperimen mengenai pengaruh

penggunaan metode mind map terhadap kemampuan berpikir kritis pada

mata pelajaran IPA. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberikan

masukkan dan pertimbangan bagi sekolah sebagai bahan kajian dalam

usaha memperbaiki proses pembelajaran di kelas untuk meningkatkan

mutu pendidikan sekolah.

1.4.3 Peneliti

Peneliti mendapatkan pengetahuan dan pengalaman berharga dalam

menerapkan metode mind map terhadap kemampuan berpikir kritis pada

mata pelajaran IPA sehingga bermanfaat sebagai bekal bagi peneliti untuk

menerapkannya kelak setelah menjadi guru.

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun untu memfasilitasi

siswa dalam mengembangkan potensi agar tujuan belajar tercapai secara

optimal.

1.5.2 Mind map adalah metode pembelajaran dengan cara mencatat informasi

secara kreatif dengan menggunakan kombinasi warna, gambar, dan

cabang-cabang melengkung agar lebih mudah dalam mengingat informasi

tersebut.

1.5.3 Berpikir kritis adalah penalaran logis dalam menjelaskan tujuan,

memeriksa asumsi, nilai-nilai, pikiran, mengevaluasi bukti, menyelesaikan

tindakan, dan menilai kesimpulan dalam memecahkan suatu

(26)

7

1.5.4 Kemampuan evaluasi adalah kecakapan untuk menilai kredibilitas

pernyataan atau ungkapan lain yang mencerminkan persepsi, pengalaman,

situasi, penilaian, kepercayaan, atau opini seseorang untuk menimbang

bobot dari suatu penalaran yang berkaitan dengan pernyataan, deskripsi,

pertanyaan, atau ungkapan lainnya.

1.5.5 Kemampuan inferensi adalah kecakapan mengidentifikasi dan memastikan

elemen-elemen yang diperlukan untuk menarik alasan yang masuk akal,

merumuskan dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan

informasi-informasi yang relevan, dan menarik konsekuensi-konsekuensi yang

mungkin timbul dari data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian,

kepercayaan, opini, konsep, gambaran, pertanyaan, atau bentuk ungkapan

lainnya.

1.5.6 IPA adalah ilmu tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam di mana

pengetahuan tersebut didapatkan melalui serangkaian metode ilmiah yang

sistematis.

1.5.7 Gaya adalah tarikan atau dorongan yang dapat mengakibatkan

bergeraknya suatu benda.

1.5.8 Siswa SD adalah siswa kelas IV SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta pada

semester genap tahun ajaran 2013/2014 yang tergolong pada

(27)

8

Setiap anak perlu melakukan adaptasi untuk menunjukkan pola hubungan

individu dengan lingkungannya dalam proses perkembangan kognitif (Piaget

dalam Suyono dan Harianto, 2011: 86). Adanya dorongan untuk

mengorganisasikan pengalaman agar mendapatkan adaptasi yang optimal

(ekuilibrium) disebut ekuilibrasi (Hergenhahn dan Olson, 2008: 316). Agar terjadi

ekuilibrasi antara individu dengan lingkungan, maka peristiwa asimilasi dan

akomodasi harus terjadi secara terpadu (Schunk, 2012: 334). Asimilasi merupakan

proses penggabungan informasi baru yang ditemui dalam kehidupan nyata,

kemudian informasi tersebut dikelompokkan ke dalam istilah yang sebelumnya

telah dipahami anak. Sedangkan akomodasi merupakan mengubah struktur

kognitif yang sudah dimiliki sebelumnya untuk disesuaikan menghadapi

tantangan baru. Jadi setiap organisme yang melakukan adaptasi dengan

lingkungannya harus mencapai keseimbangan (ekuilibrium), antara aktivitas

individu terhadap lingkungan (asimilasi) dan aktivitas lingkungan terhadap

individu (akomodasi).

Menurut Piaget (dalam Suyono dan Harianto, 2011: 83) setiap anak

mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahapan perkembangan

kognitif yang teratur berupa aktivitas yang gradual dari konkret menuju abstrak.

Empat tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget (Hergenhahn dan Olson,

2008: 318): 1) tahap sensorimotor (sekitar 0-2 tahun), 2) tahap pra-operasional

(sekitar 2-7 tahun), 3) tahap operasional konkret (sekitar 7-11 tahun), dan 4) tahap

operasional formal (sekitar 11-15 tahun).

Dalam tahapan sensorimotor, ditandai dengan aktivitas anak dilakukan

secara spontan dan menunjukkan adanya usaha untuk memahami dunia (Schunk,

(28)

9

meraba, memegang, mengecap, mencium, mendengarkan dan menggerakkan

anggota tubuh. Dalam hal ini anak sangat mengandalkan kemampuan sensorik

dan motoriknya. Kemampuan kognitif yang muncul pada saat ini adalah anak

mulai memahami bahwa perilaku tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi

dirinya.

Dalam tahapan pra-operasional, perkembangan bahasa dan ingatan pada

tahap ini membuat anak mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya.

Anak mulai membentuk konsep sederhana seperti mengklasifikasikan

benda-benda berdasarkan kemiripannya, namun masih banyak melakukan kesalahan

dalam memahami konsep. Anak lebih menjadi tidak egosentris karena menyadari

bahwa orang lain dapat berpandangan berbeda terhadap suatu objek yang mereka

pikirkan (Schunk, 2012: 333).

Dalam tahapan operasional konkret, anak memperlihatkan pikiran yang

sudah lebih tidak egosentris dan bahasanya menjadi semakin bersifat sosial

(Schunk, 2012: 333). Anak mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan,

kemampuan mengklasifikasi secara memadai, melakukan pengurutan, dan

menangani konsep angka. Selama tahap ini proses pemikiran anak diarahkan pada

kejadian konkret yang diamati oleh anak.

Dalam tahapan operasional formal, proses berpikir anak semakin logis

(Hergenhahn, 2008: 320). Anak sudah mampu berpikir abstrak, yaitu berpikir

mengenai ide dan memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah sehingga

proses berpikirnya tidak lagi bergantung pada hal-hal yang langsung dan riil. Oleh

karena itu pada tahap ini anak sudah dapat bekerja secara efektif dan sistematis,

secara proporsional, serta menarik generalisasi secara mendasar.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa SD kelas

IV tergolong pada tahap operasional konkret. Di dalam tahap operasional konkret,

proses pembelajaran yang diberikan pada siswa hendaknya melibatkan

aktivitas-aktivitas yang konkret untuk menyelesaikan masalah yang kompleks selama

masalah tersebut merupakan objek yang tidak abstrak. Melalui aktivitas konkret

tersebut maka ada kesempatan untuk merangsang siswa mengembangkan pikiran

logisnya. Salah satu metode pembelajaran yang cocok untuk siswa dalam tahap

(29)

10

map melibatkan siswa dalam aktivitas konkret yakni melalui aktivitas

menggambar mind map pada kertas putih. Hal ini akan membuat siswa memiliki

pengalaman belajar yang lebih bermakna melalui aktivitas pembuatan mind map

dalam pembelajaran.

2.1.1.2 Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk

menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan bagi kelancaran

proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan (Sumantri

dan Permana, 2001: 114). Sedangkan menurut Sanjaya (2006: 147) metode

pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan

rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan dapat tercapai

secara optimal. Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli mengenai metode

pembelajaran, peneliti menyimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara

yang digunakan guru untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun

untu memfasilitasi siswa dalam mengembangkan potensi agar tujuan belajar

tercapai secara optimal.

Metode pembelajaran yang dipilih oleh guru hendaknya dapat

memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal.

Beberapa metode pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam proses belajar di

kelas antara lain (Sumantri dan Permana, 2001: 116): 1) metode ceramah,

penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan-penjelasan

secara lisan kepada peserta didik, 2) metode demonstrasi, penyajian pelajaran

dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses

atau situasi tertentu, baik sebenarnya atau hanya tiruan, dan 3) metode diskusi,

penyajian pelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan dengan

tujuan siswa mampu memecahkan masalah, menjawab pertanyaan, menambah

dan memahami siswa, serta membuat keputusan secara bersama-sama.

Beberapa ahli telah menjelaskan beberapa metode yang sering diterapkan

dalam proses pembelajaran di kelas. Peneliti memilih salah satu metode selain

metode di atas yang sesuai untuk siswa kelas IV dalam tahap operasional konkret.

(30)

11

menjelaskan bahwa salah satu metode yang efektif untuk mengembangkan

gagasan-gagasan melalui rangkaian peta-peta yakni dengan menggunakan mind

map. Oleh karena itu peneliti membahas metode mind map tidak pada sub-bab

metode pembelajaran namun pada sub-bab yang berbeda agar metode mind map

dapat dimengerti lebih jelas.

2.1.1.3 Metode Mind Map

Mind map (Buzan, 2008: 4-5) merupakan cara mencatat yang kreatif,

efektif, dan memetakan pikiran-pikiran kita serta menyusun fakta sedemikian rupa

sehingga cara kerja alami otak dilibatkan. Informasi-informasi yang diperoleh

disusun menjadi diagram warna-warni yang teratur dan penuh kreativitas sehingga

bentuknya menarik, mudah dipelajari, dan memusatkan perhatian siswa agar

mudah diingat. Michalko (dalam Buzan, 2008: 4) berpendapat bahwa mind map

adalah sebuah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linier.

Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan mind map akan membuat proses berpikir

menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut.

Peneliti menyimpulkan pengertian mind map adalah metode pembelajaran dengan

cara mencatat informasi secara kreatif dengan menggunakan kombinasi warna,

gambar, dan cabang-cabang melengkung agar lebih mudah dalam mengingat

informasi tersebut.

Menurut Michalko (dalam Buzan, 2008: 6) manfaat penggunaan mind map

dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) mengaktifkan seluruh otak, 2)

membereskan akal dari kekusutan mental, 3) memungkinkan kita berfokus pada

pokok bahasan, 4) membantu menunjukkan hubungan bagian-bagian informasi

yang saling terpisah, 5) memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan

perincian, 6) dapat mengelompokkan dan membandingkan konsep, dan 7)

memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan

informasi ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.

Menurut Buzan (2006: 15-16) terdapat tujuh langkah dalam membuat

(31)

12

1. Mulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan

mendatar, karena memulai dari tengah memberikan kebebasan kepada otak

untuk menyebarkan informasi ke segala arah.

2. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral, karena sebuah gambar membantu

mengembangkan imajinasi berpikir sehingga lebih menarik dan tetap fokus

dalam berkonsentrasi.

3. Gunakan warna agar mind map lebih hidup, menambah energi pada pemikiran

kreatif, dan menyenangkan.

4. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan pada

cabang tingkat dua dan tiga hal sekaligus, dengan begitu akan lebih mudah

mengerti dan mengingatnya. Setiap cabang pada sub pokok yang berbeda,

gunakanlah warna yang berbeda agar tidak membingungkan.

5. Buat garis hubung yang melengkung dan organis, seperti cabang pohon, bukan

garis lurus. Hal ini jauh lebih menarik bagi mata.

6. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis, karena dengan kata kunci tunggal

memberi banyak daya dan fleksibilitas.

7. Gunakan gambar, karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna

seribu kata.

(Sumber: Buzan, 2006: 136)

(32)

13

Perbedaan utama peta konsep dengan mind map yakni pada mind map ada

titik sentral yang diletakkan di tengah dan antar cabangnya tidak perlu

dihubungkan dengan cabang-cabang yang lain, sedangkan peta konsep tidak

terdapat titik sentral dan antar cabangnya dihubungkan satu sama lain untuk

memetakan suatu konsep. Peta konsep merupakan ilustrasi grafis konkret yang

menunjukkan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep

lain pada kategori yang sama (Martin dalam Trianto, 2009: 158). Dengan kata lain

dalam peta konsep lebih menekankan untuk menunjukkan keterkaitan atau

hubungan suatu konsep dengan konsep lainnya.

Penggunaan mind map pada pembelajaran untuk anak dalam tahap

perkembangan operasional konkret sesuai karena adanya keterkaitan antara mind

map dengan aktivitas konkret yang bisa dilakukan oleh anak. Melalui metode

mind map anak dapat mengembangkan kemampuannya untuk berpikir logis

melalui aktivitas konkret dalam pembuatan mind map. Aktivitas konkret tersebut

berupa proses menggambar mind map yang dilakukan oleh anak pada selembar

kertas putih. Proses pembuatan mind map akan merangsang perkembangan cara

berpikir anak dalam mengelompokkan, mengembangkan ide-ide, menguatkan

peta-peta pikiran dalam otak, dan menangani suatu konsep yang diarahkan pada

kejadian riil, sehingga siswa mampu memecahkan suatu permasalahan.

2.1.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai bentuk penyelidikan

yang terorganisir untuk mencari pola atau keteraturan dalam alam (Iskandar,

1996: 1). Definisi IPA menurut Webster (dalam Iskandar, 1996: 2) merupakan

pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya. Purnell (dalam Iskandar, 1996: 2)

berpendapat bahwa IPA adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan

melalui observasi dan eksperimen yang sistematis. Peneliti menyimpulkan bahwa

IPA adalah ilmu tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam di mana

pengetahuan tersebut didapatkan melalui serangkaian metode ilmiah yang

sistematis.

Menurut Iskandar (1996: 11) hakekat IPA meliputi pengetahuan tentang

(33)

14

pemilihan sikap ilmiah tertentu. Menurut Darmodjo dan Kaligis (1991: 5)

menguraikan tiga hakekat IPA sebagai berikut: 1) IPA sebagai suatu proses

merupakan upaya untuk memahami berbagai gejala alam melalui cara-cara

tertentu yang bersifat analitis, cermat, lengkap serta menghubungkan berbagai

gejala alam sehingga keseluruhannya membentuk suatu sudut pandang baru

tentang objek yang diamati. 2) IPA sebagai suatu produk merupakan upaya

manusia untuk memahami berbagai gejala alam sehingga dihasilkan

prinsip-prinsip, teori-teori, hukum-hukum, konsep-konsep maupun fakta-fakta yang

bertujuan untuk menjelaskan berbagai gejala alam. 3) IPA sebagai suatu faktor

yang dapat mengubah pandangan manusia terhadap alam semesta, dari sudut

pandang mitologis menjadi sudut pandang ilmiah.

2.1.1.5 Materi IPA

Penelitian ini berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran IPA yaitu :

7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda.

Kompetensi dasar yang akan diteliti yaitu : 7.1. Menyimpulkan hasil percobaan

bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda. Gaya

adalah tarikan atau dorongan yang dapat mengakibatkan bergeraknya suatu benda

(Halim, 2010: 39). Alat pengukur gaya disebut dinamometer atau neraca pegas.

Satuan pengukur gaya disebut Newton yang dilambangkan dengan huruf N.

Gaya yang bekerja pada suatu benda akan mempengaruhi benda tersebut.

Saat suatu benda dikenai gaya maka pengaruhnya antara lain (Haryanto, 2007:

136-141): 1) Mengubah arah benda, contohnya: mendorong gerobak, menarik

gerobak, parasut, kompas. 2) Mengubah kecepatan benda, contohnya:mendorong

gerobak, menarik gerobak, parasut, menendang bola, rem sepeda, berjalan kaki. 3)

Menyebabkan benda bergerak menjadi diam, terjadi jika dua benda yang bertemu

memiliki besar gaya yang sama, contohnya: rem sepeda yakni besarnya gaya

gesek kampas rem yang menjepit ban sama dengan gaya yang berputar pada ban

tersebut sehingga dapat menghentikan laju sepeda. 4) Mengubah bentuk benda,

contohnya: tanah liat yang dibuat kerajinan tangan, kertas yang diremas, karet

(34)

15

terputus, gelas yang utuh kemudian diberi gaya dorong yang menyebabkan gelas

jatuh dan pecah.

Jenis-jenis gaya ada berbagai macam. Gaya menurut asalnya digolongkan

menjadi 4 jenis (Halim, 2010: 40): 1) gaya otot merupakan gaya yang ditimbulkan

oleh manusia ataupun hewan yang dihasilkan oleh tenaga otot, contohnya: ketika

mendorong dan menarik gerobak, mengayuh sepeda, menarik tali sumur timba,

memikul ember, mengangkat tongkat, tarik tambang, dan menendang bola. 2)

Gaya gravitasi, merupakan gaya yang disebabkan oleh gravitasi bumi, contohnya:

buah kelapa yang jatuh ke tanah, parasut yang jatuh ke tanah, bola yang dilempar

ke atas kemudian kembali jatuh ke tanah. 3) Gaya magnet merupakan gaya yang

ditimbulkan karena adanya magnet, contohnya: penggunaan kompas dan paku

yang ditarik oleh magnet. 4) Gaya gesek merupakan gaya yang melawan gesekan

antara dua permukaan yang bersentuhan, contohnya pada parasut ada gaya gesek

parasut terhadap udara (semakin lebar parasut, semakin lama bertahan di udara).

2.1.1.6 Berpikir Kritis

Menurut Glaser (dalam Fisher, 2007: 3) berpikir kritis merupakan suatu

keterampilan memeriksa dan melakukan penalaran logis pada setiap keyakinan

dan pengetahuan asumtif mengenai hal-hal yang menjadi jangkauan pengalaman

seseorang berdasarkan bukti pendukung dan kesimpulan lanjutan yang

diakibatkannya. Sementara menurut Browne dan Keeley (2012: 2-3) istilah

berpikir kritis merujuk pada kemampuan melontarkan dan menjawab serangkaian

pertanyaan kritis yang saling terkait pada saat yang tepat serta menggunakannya

secara aktif. Berpikir kritis merupakan interpretasi dan evaluasi yang terampil dan

aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi (Fisher dan

Scriven dalam Fisher, 2007: 10-11). Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan penalaran logis dalam menjelaskan

tujuan, memeriksa asumsi, nilai-nilai, pikiran, mengevaluasi bukti, menyelesaikan

tindakan, dan menilai kesimpulan dalam memecahkan suatu permasalahan.

Facione (1990) menggunakan metode Delphi dalam 46 ahli dari berbagai

disiplin ilmu selama 2 tahun yang menghasilkan sebuah konsensus tentang

(35)

16

penilaian yang terarah dan terukur yang menghasilkan interpretasi, analisis

evaluasi, kesimpulan, dan juga penjelasan terhadap pertimbangan-pertimbangan

faktual, konseptual, metodologis, kriterilogis, atau kontekstual yang menjadi dasar

penilaian tersebut. Facione (1990) menyebutkan bahwa kecakapan berpikir kritis

memiliki dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi disposisi afektif. Pada

penelitian ini hanya difokuskan pada dimensi kognitif.

Dimensi kognitif dipandang sebagai pusat kecakapan mental yang paling

penting yang terdiri dari 6 kecakapan, yaitu interpretasi, analisis, evaluasi,

inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri. Berikut ini diuraikan enam kecakapan

berpikir kritis dimensi kognitif (Facione, 1990): 1) Interpretasi, merupakan

kecakapan untuk memahami dan mengekspresikan makna dari berbagai

pengalaman. 2) Analisis, merupakan kecakapan mengidentifikasi

hubungan-hubungan logis dari pernyataan, pertanyaan konsep, uraian, atau bentuk ungkapan

lain untuk mengemukakan kepercayaan, penilaian, pengalaman, penalaran,

informasi, atau opini. 3) Evaluasi, merupakan kecakapan untuk menilai

kredibilitas pernyataan atau opini seseorang untuk menimbang bobot dari suatu

penalaran yang berkaitan dengan pernyataan atau ungkapan lainnya. 4) Inferensi

merupakan kecakapan mengidentifikasi dan memastikan elemen-elemen yang

diperlukan untuk menarik alasan, merumuskan dugaan dan hipotesis,

mempertimbangkan informasi-informasi yang relevan, dan menarik

konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari prinsip, bukti, penilaian, kepercayaan, atau

bentuk ungkapan lainnya. 5) Eksplanasi merupakan kecakapan menjelaskan dan

memberikan alasan-alasan dari bukti, konsep, metode, kriteria, dan konteks yang

digunakan untuk menarik kesimpulan, dan untuk mengemukakan

argumen-argumen logis yang kuat. 6) Regulasi diri merupakan kecakapan memonitor

aktivitas kognitifnya sendiri secara sadar, dan kecakapan untuk memonitor

aktivitas mentalnya sendiri dalam menarik kesimpulan dengan menganalisis dan

mengevaluasi penilaiannya sendiri.

2.1.1.7 Kemampuan Evaluasi dan Inferensi

Fokus utama dalam penelitian ini adalah dimensi kognitif yang terdiri dari

(36)

17

untuk menilai kredibilitas pernyataan atau ungkapan lain yang mencerminkan

persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, kepercayaan, atau opini seseorang untuk

menimbang bobot dari suatu penalaran yang berkaitan dengan pernyataan,

deskripsi, pertanyaan, atau ungkapan lainnya (Facione, 1990: 8). Sub kecakapan

dalam kemampuan evaluasi yaitu menilai klaim dan menilai argumen. Beberapa

unsur yang terdapat dalam kemampuan evaluasi adalah sebagai berikut (Facione,

1990: 8): menilai benar tidaknya suatu argumen, menilai apakah argumen

didasarkan pada asumsi yang benar, menilai benar tidaknya alternatif-alternatif

pemecahan masalah, dan menilai apakah suatu prinsip dapat diterapkan untuk

situasi tertentu.

Kemampuan inferensi merupakan kecakapan mengidentifikasi dan

memastikan elemen-elemen yang diperlukan untuk menarik alasan yang masuk

akal, merumuskan dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan informasi-informasi

yang relevan, dan menarik konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari

data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian, kepercayaan, opini, konsep, gambaran,

pertanyaan, atau bentuk ungkapan lainnya (Facione, 1990: 9). Sub kecakapan

dalam kemampuan inferensi yaitu menguji bukti-bukti, menerka alternatif, dan

menarik kesimpulan. Beberapa unsur yang terdapat dalam kemampuan inferensi

adalah sebagai berikut (Facione, 1990: 9): mengemukakan alternatif-alternatif

untuk mengemukakan masalah, tepat menentukan pemecahan masalah mana yang

paling kuat untuk diterima dan mana yang lemah untuk ditolak, memperkirakan

konsekuensi-konsekuensi yang mungkin muncul dari suatu pilihan, dan

memperkirakan pro dan kontra dari suatu pilihan.

2.1.2 Penelitian-penelitian Terdahulu yang Relevan 2.1.2.1 Penelitian-penelitian tentang Mind Map

Penelitian yang dilakukan Septiani (2012) bertujuan untuk mengetahui

pengaruh penggunaan mind map terhadap kemampuan menganalisis dan

mengevaluasi pada mata pelajaran IPA materi proses pembentukan tanah akibat

pelapukan batuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012 di SD

Kanisius Sengkan yang beralamat di Jalan Kaliurang Km 7, Condongcatur,

(37)

18

Kanisius Sengkan. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas

VA yang berjumlah 24 orang sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VB

yang berjumlah 24 orang sebagai kelompok kontrol. Berdasarkan penelitian yang

telah dilakukan diperoleh hasil yaitu ada pengaruh signifikan pada penggunaan

mind map terhadap kemampuan menganalisis dengan Independent Samples t-test

diperoleh nilai sig. (2-tailed) adalah 0,000 dan kemampuan mengevaluasi

diperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,043.

Penelitian yang dilakukan Imadudin dan Utomo (2012) bertujuan untuk

mengetahui efektivitas metode mind mapping untuk meningkatkan prestasi belajar

fisika. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah

8 Yogyakarta. Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 34 siswa yang

berasal dari 17 siswa kelas VIII C dan 17 siswa kelas VIII D SMP

Muhammadiyah 8 Yogyakarta. Siswa kelas VIII C yang berjumlah 17 siswa

dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VIII D yang berjumlah

17 siswa dijadikan sebagai kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis uji-t

yaitu Paired Samples T-test pada kelompok eksperimen, diperoleh bahwa metode

mind mapping berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar fisika.

Sedangkan hasil analisis uji-t yaitu Independent Samples t-test pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol, diperoleh bahwa ada perbedaan rata-rata

(mean) hasil posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil

analisis uji-t diperoleh nilai t = 2,144 dengan p = 0,020 (p < 0,05), artinya

signifikan. Hasil nilai rata-rata (mean) posttest pada kelompok eksperimen

menunjukkan nilai M= 7,55 dan pada kelompok kontrol menunjukkan nilai M=

6,62.

Penelitian yang dilakukan Priantini, Atmadja, dan Marhaeni (2013)

bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode mind mapping terhadap

keterampilan berpikir kreatif dan prestasi belajar IPS. Jenis penelitian ini adalah

kuasi eksperimen dengan desain posttest only control group design. Populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seririt. Sampel

penelitian yang diambil adalah kelas VIII A sebagai kelas kontrol dan kelas VIII

E sebagai kelas eksperimen dengan jumlah keseluruhan siswa 64 orang.

(38)

19

keterampilan berpikir kreatif dan prestasi belajar IPS yang signifikan antara siswa

yang mengikuti pembelajaran menggunakan mind mapping dan siswa yang

mengikuti model pembelajaran konvensional. Berdasarkan data hasil penelitian

analisis multivariate dengan bantuan SPSS 17 for windows diperoleh nilai F =

5,865, df = 1, dan signifikansi = 0,018. Ini berarti nilai signifikansi lebih kecil dari

0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

prestasi belajar IPS antara siswa yang mengikuti metode mind mapping dengan

siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2.1.2.2 Penelitian-penelitian tentang Berpikir Kritis

Penelitian yang dilakukan Lestari (2011) bertujuan untuk mengetahui

pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar siswa dan

kemampuan berpikir kritis kategori kognitif pada mata pelajaran IPA materi

pembentukan tanah akibat pelapukan batuan. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Maret 2011 di SD Kanisius Ganjuran dengan alamat Jogodayoh,

Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini

adalah siswa kelas V SD Kanisius Ganjuran. Sampel yang diambil dalam

penelitian ini adalah siswa kelas VA yang terdiri atas 27 siswa sebagai kelompok

eksperimen dan kelas VB yang terdiri atas 27 siswa sebagai kelompok kontrol.

Dalam penelitian tersebut data yang digunakan adalah skor pretest dan posttest.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil yaitu ada pengaruh

signifikan terhadap prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori

kognitif dengan menerapkan metode inkuiri. Hal ini dapat dilihat dari analisis data

signifikansi penggunaan metode inkuiri dalam meningkatan prestasi belajar

ditunjukkan dengan harga sig. (2-tailed) < 0,05 atau 0,000 < 0,05. Untuk rata-rata

(mean) kenaikan skor yang terjadi di kelompok eksperimen lebih tinggi dari

rata-rata kenaikan skor di kelompok kontrol, yang ditunjukkan dengan harga sig.

(2-tailed) < 0,05 atau 0,032 < 0,05. Sedangkan untuk rata-rata kenaikan kemampuan

berpikir kritis kategori kognitif pada masing-masing unsurnya terdapat perbedaan

yang signifikan, ditunjukkan dengan harga sig. (2-tailed) < 0,000 atau 0,000 <

(39)

20

Penelitian yang dilakukan Sastrika, Sadia, dan Muderawan (2013)

bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis proyek

dengan model pembelajaran konvensional terhadap pemahaman konsep kimia dan

keterampilan berpikir kritis. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan

desain posttest only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah

siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Negara tahun pelajaran 2012/2013. Sampel

yang diambil dalam penelitian ini menggunakan 64 siswa sebagai kelompok kelas

eksperimen dan 65 siswa sebagai kelompok kelas kontrol. Kelompok kelas

eksperimen diberikan model pembelajaran berbasis proyek dan kelompok kelas

kontrol diberikan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan Test Between

Subjects Effects dapat diketahui nilai Fhitung = 20,714 sedangkan nilai Ftabel = 3,91.

Oleh karena, Fhitung > Ftabel (p < 0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Simpulan

yang dapat ditarik adalah terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis antara

kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran berbasis proyek dan

kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional.

Penelitian yang dilakukan Astika, Suma, dan Suastra (2013) bertujuan

untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dengan model

pembelajaran ekspositori terhadap sikap ilmiah dan keterampilan berpikir kritis.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan ditetapkan 7 kelas sebagai

populasi. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah sebanyak 245 siswa dengan

140 siswa dari 4 kelas sebagai sampel. Kelompok kelas eksperimen diberikan

model pembelajaran berbasis masalah dan kelompok kelas kontrol diberikan

model pembelajaran ekspositori. Berdasarkan hasil Test Between-Subjects Effects

diketahui keterampilan berpikir kritis nilai (Fhitung = 23,192; p < 0,05). Dengan

demikian H0 ditolak dan HA diterima. Simpulan yang dapat ditarik adalah

pembelajaran berbasis masalah mempengaruhi keterampilan berpikir kritis siswa

dalam pembelajaran.

Penelitian-penelitian tentang mind map dan berpikir kritis yang telah

diuraikan di atas belum ada yang membahas tentang pengaruh penggunaan mind

map terhadap kemampuan berpikir kritis. Untuk melengkapi penelitian-penelitian

sebelumnya, maka akan dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

(40)

21

Kemampuan berpikir kritis yang diteliti adalah kemampuan berpikir kritis yang

diungkapkan oleh Facione. Kemampuan berpikir kritis menurut Facione terdiri

dari kemampuan interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi

diri. Dalam skripsi ini tidak membahas enam kemampuan berpikir kritis Facione,

tetapi hanya difokuskan dalam dua kemampuan saja yaitu kemampuan evaluasi

dan inferensi.

2.1.2.3 Literature Map

Dari uraian penelitian-penelitian sebelumnya dapat dibuat literature map

sebagai berikut:

Gambar 2.2 Literature Map dari Penelitian Terdahulu yang Relevan.

Mind Map Berpikir Kritis

metode inkuiri – prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis

mind map– berpikir kritis pada kemampuan evaluasi dan

(41)

22 2.2 Kerangka Berpikir

Metode mind map merupakan cara mencatat informasi yang efektif dan

memetakan pikiran-pikiran sedemikian rupa sehingga melibatkan proses kognitif

anak. Proses pembuatan mind map sangat menarik dan menyenangkan bagi siswa.

Proses pembuatan mind map dengan kata kunci sederhana dan pemberian gambar

serta alur yang berwarna-warni bertujuan agar siswa mudah dalam mengingat dan

memahami materi pembelajaran. Selain itu penggunaan metode mind map

memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan proses berpikirnya

agar lebih kritis, analitis, dan kreatif.

Kemampuan berpikir kritis dimensi kognitif dipandang sebagai pusat

kecakapan mental yang paling penting. Dalam kemampuan berpikir kritis, siswa

diajak untuk membuat dugaan, mencari pembuktian, memberikan

alternatif-alternatif pemecahan masalah dan menarik kesimpulan. Kemampuan berpikir

kritis siswa akan mempengaruhi hasil belajarnya. Biasanya siswa yang mampu

untuk berpikir kritis akan memiliki prestasi yang lebih baik. Kemampuan berpikir

kritis sangat berkaitan dengan mata pelajaran IPA di mana siswa perlu terlibat

dalam proses berpikir untuk menemukan penyelesaian masalah yang terdapat di

alam sekitar. Pembelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran di SD yang

bahasan materinya cukup luas, banyak, dan berhubungan dengan aktivitas

sehari-hari dalam lingkungan sekitar. Materi-materi dalam pembelajaran IPA menuntut

siswa untuk lebih kritis dalam mengungkapkan gejala-gejala alam berkaitan

dengan materi. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang dapat

mempengaruhi perkembangan berpikir kritis dan melibatkan keseluruhan kerja

otak. Metode mind map dipilih sebagai salah satu metode pembelajaran yang

efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa. Jika metode

mind map digunakan pada mata pelajaran IPA untuk siswa kelas IV SD

Tarakanita Bumijo Yogyakarta, penggunaan metode mind map akan berpengaruh

(42)

23 2.3Hipotesis Penelitian

2.3.1 Penggunaan metode mind map pada mata pelajaran IPA berpengaruh

terhadap kemampuan evaluasi siswa kelas IV SD Tarakanita Bumijo

Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.

2.3.2 Penggunaan metode mind map pada mata pelajaran IPA berpengaruh

terhadap kemampuan inferensi siswa kelas IV SD Tarakanita Bumijo

(43)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

experimental design dengan tipe non-equivalent control group design. Cresswell

(2012: 242) menjelaskan dalam rancangan penelitian tersebut diseleksi tanpa

prosedur penempatan acak untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji dampak dari suatu perlakuan

(treatment). Oleh karena itu dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yaitu

kelompok eksperimen sebagai kelompok yang diberi treatment tertentu dan

kelompok kontrol sebagai kelompok yang tidak diberi treatment. Treatment yang

diberikan terhadap kelompok eksperimen berupa penggunaan mind map dalam

pembelajaran IPA di kelas. Selanjutnya pada kedua kelompok tersebut sama-sama

diberikan pretest dan posttest.

Hasil penelitian dengan menggunakan pretest dan posttest atau pengaruh

kausal dari intervensi dapat dihitung dalam tiga langkah yaitu (Campbell dan

Stanley dalam Cohen, 2007: 276): (1) mengurangkan skor rerata posttest dengan

pretest untuk menghasilkan selisih skor posttest-pretest pada kelompok

eksperimen, (2) mengurangkan skor rerata posttest dengan pretest untuk

menghasilkan selisih skor posttest-pretest pada kelompok kontrol, dan (3)

mengurangkan hasil selisih skor posttest-pretest pada kelompok eksperimen

dengan hasil selisih skor posttest-pretest pada kelompok kontrol. Pengaruh

perlakuan menurut desain ini dapat diketahui melalui rumus: (O2 – O1) – (O4 –

O3). Apabila hasilnya negatif maka efek kausal negatif atau tidak ada pengaruh,

sebaliknya bila hasilnya positif maka efek kausal positif atau ada pengaruh.

Rancangan penelitian dengan tipe non-equivalent control group design dapat

Gambar

Gambar 2.1 Contoh Mind Map Sistem Utama Tubuh.
Gambar 2.2 Literature Map dari Penelitian Terdahulu yang Relevan.
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian.
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pola pengelolaan hutan, lahan dan air dalam Pengelolaan DAS Terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c, harus dipenuhi untuk suatu kegiatan dan usaha

Pemeriksaan Kesehatan Bakal Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten bertujuan untuk memeriksa kesehatan secara jasmani dan rohani terhadap para bakal

Hasil rekapitulasi observasi kelas untuk kecakapan komunikasi lisan siswa diinterpretasikan untuk melihat persentase indikator yang dimunculkan pada masing-masing

Pada penelitian studi kasus tunggal, analisis dan penyimpulan dari hasil penelitian digunakan untuk mengecek kembali kepada konsep atau teori yang telah dibangun pada tahap

5.14.1 Pembelian setiap jenis item yang melibatkan jumlah perolehan melebihi RM500,000.00 dan hendaklah mempelawa sebut harga daripada sekurang-kurangnya lima pembekal

Sebaiknya dalam memilih sepeda motor yang baik perlu memperhatikan hal- hal seperti bobot motor yang ringan, kestabilan motor dalam kecepatan tinggi, teknologi fuel injection ,

Pada TWR, Traffic management akan lebih berguna untuk penataan traffic yang lebih rapi, terutama jika tidak terdapat DEL dan GND, maka akan dibutuhkan pemikiran dua kali lipat

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor