• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Prasyarat Analisis (Uji Normalitas dan Uji Homogenitas) a.Uji Normalitas

METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu

Tebel 3.4. Skala Instrumen Non-Tes Pernyataan

A. Hasil Penelitian

5. Uji Prasyarat Analisis (Uji Normalitas dan Uji Homogenitas) a.Uji Normalitas

1). Uji Normalitas Hasil Pre-Test Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pengujian normalitas dilakukan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan kelompok gaya belajar pada pre-test dan post-test. Teknik yang digunakan adalah Teknik Uji Kolmogorov-Smirnov yang

4

dihitung secara manual oleh peneliti. Adapun hasil uji normalitas pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.5. sebagai berikut:

Tabel 4.5. Hasil Normalitas Pre- Test Pada Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol5

Kelas Gaya

Belajar N ɑ amax Dtabel Keterangan

Eksperimen Visual 9 0,05 0,1415 0,432 Normal Auditori 12 0,1145 0,375 Normal Kinestetik 9 0,1315 0,432 Normal Kontrol Visual 10 0,05 0,1614 0,410 Normal Auditori 10 0,0859 0,410 Normal Kinestetik 10 0,1814 0,410 Normal

Berdasarkan Tabel 4.5. secara keseluruhan pada masing-masing kelompok uji normalitas diperoleh data amax < Dtabel, data tersebut menunjukkan bahwa hasil uji normalitas pre-test baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol pada masing-masing gaya belajar terdistribusi normal.

2). Uji Normalitas Hasil Post-Test Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pengujian normalitas hasil post-test sama dengan uji normalitas pada pre-test yaitu sama-sama menggunakan Teknik Uji Kolmogorov-Smirnov yang dihitung secara manual oleh peneliti.. Adapun hasil uji normalitas post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.6. sebagai berikut:

5

Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Post-Test Pada Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol6

Kelas Gaya

Belajar N ɑ amax Dtabel Keterangan

Eksperimen Visual 9 0,05 0,1194 0,432 Normal Auditori 12 0,0917 0,375 Normal Kinestetik 9 0,1657 0,432 Normal Kontrol Visual 10 0,05 0,077 0,410 Normal Auditori 10 0,1159 0,410 Normal Kinestetik 10 0,188 0,410 Normal

Berdasarkan Tabel 4.6. secara keseluruhan pada masing-masing kelompok uji normalitas diperoleh data amax < Dtabel, data tersebut menunjukkan bahwa hasil uji normalitas post-test baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol pada masing-masing gaya belajar terdistribusi normal.

Pengujian normalitas secara keseluruhan menunjukkan bahwa data di atas berdasarkan kelompok gaya belajar baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol terdistribusi normal pada saat pre-test maupun post-test. Sehingga hasil pengujian ini dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu uji homogenitas.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan pengujian kedua sebagai uji prasyarat untuk melakukan uji hipotesis setelah uji normalitas memiliki data yang berdistribusi normal. Pengujian homogenitas ini dilakukan untuk melihat kesamaan varians pada setiap kelompok data. Adapun, teknik yang digunakan adalah Teknik Uji Levene (Levent’s Test) yang setara dengan Uji Barlett yaitu teknik pengujian yang dilakukan terhadap tiga varians atau lebih.

6

Pengujian homogenitas ini dilakukan terhadap kelas eksprimen dan kelas kontrol dengan melihat hasil pre-test dan post-test. Adapun hasil uji homogenitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.7. sebagai berikut:

Tabel 4.7. Uji Homogenitas Hasil Pre-Test dan Post-Test Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol7

No Hasil Data Varians

(S2) X 2

hit. X2tab. Ket.

1 Pre-Test Kelas Eksperimen V 52,38 4,39 11,070 Homogen A 139,61 K 202,88 Kelas Kontrol V 99,38 A 164,01 K 252,49 2 Post-Test Kelas Eksperimen V 90,25 0,25 Homogen A 97,47 K 89,52 Kelas Kontrol V 57,73 A 73,34 K 92,46

Berdasarkan Tabel 4.7. data dapat dikatakan berasal dari populasi yang homogen atau tidak jika data tersebut memiliki nilai Fhitung < Ftabel. Sebaliknya, jika Fhitung > Ftabel maka data tidak berasal dari populasi yang homogen. Namun, tabel di atas telah menunjukkan bahwa hasil uji homogenitas pada tabel tersebut memiliki nilai Fhitung < Ftabel. Sehingga hasil data uji homogenitas pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang homogen.

c. Uji Hipotesis (Anova Two Ways)

Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis data yaitu uji normalitas dan uji homogenitas yang menyatakan bahwa seluruh kelompok data terdistribusi normal dan memiliki varians atau populasi yang homogen, maka analisis data dapat dilanjukan ke tahap akhir yaitu uji hipotesis.

7

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan Uji Anova (Analysis of Varians) atau jika diartikan dalam Bahasa Indonesia menjadi Anava (Analisis Varian). Uji Anava yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Anava Dua Jalur (Anova Two Ways). Adapun hasil uji anava pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.8. sebagai berikut:

Tabel 4.8. Hasil Uji Anava Pre-Test dan Post-Test Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol8

No Sumber Varian Fhitung Ftabel

ɑ (0,05) Keterangan

1 Pre-Test

Ak (Antar Kolom) 0,39 3,15 Tidak berbeda Ab (Antar Baris) 0,01 4,00 Tidak berbeda I (Interaksi) 1,2 3,15 Tidak berbeda 2 Post-Test

Ak (Antar Kolom) 0,765 3,15 Tidak berbeda Ab (Antar Baris) 7,57 4,00 Berbeda

I (Interaksi) 1,85 3,15 Tidak berbeda Berdasarkan Tabel 4.8. terdapat tiga sumber varians pada masing-masing tes, ketiga sumber varian di atas merupakan sumber data yang menunjukkan hasil uji hipotesis dalam penelitian ini. Adapun hipotesis tersebut di antaranya:

1. Sumber Varian Antar Kolom (Ak).

Sumber varian Antar Kolom (Ak) merupakan sumber data yang mewakili hipotesis pertama, yaitu:

H0 = Tidak terdapat pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem ekskresi

H1 = Terdapat pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem ekskresi

Berdasarkan tabel tersebut hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai Fh < Ft. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian tidak berbeda. Sehingga, H0 baik pada pre-test maupun post-test diterima. Artinya, tidak ada pengaruh gaya belajar terhadap

8

hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem ekskresi baik pada pre-test maupun post-pre-test.

2. Sumber Varian Antar Baris (Ab)

Sumber varian Antar Baris (Ab) merupakan sumber data yang mewakili hipotesis kedua, yaitu:

H0 = Tidak terdapat pengaruh hypermedia terhadap hasil belajar biologi pada konsep sistem eksresi

H1 = Terdapat pengaruh hypermedia terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem ekskresi

Berdasarkan tabel tersebut hasil uji hipotesis pada pre-test dan post-test memiliki perbedaan. Uji hipotesis pada pre-test menunjukkan bahwa nilai Fh < Ft. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis kedua pada pre-test dalam penelitian ini tidak berbeda. Sehingga, H0 pada pre-test diterima. Artinya, tidak ada pengaruh hypermedia (media pembelajaran) terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem ekskresi. Sedangkan hasil uji hipotesis pada post-test menunjukkan bahwa nilai Fh > Ft. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis kedua pada post-test dalam penelitian ini berbeda. Sehingga, H0 pada post-test ditolak. Artinya, ada pengaruh hypermedia terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem ekskresi.

3. Sumber Varian Interaksi (I)

Interaksi (I) merupakan sumber data yang mewakili hipotesis ketiga, yaitu:

H0 = Tidak terdapat pengaruh interaksi hypermedia dan gaya belajar terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem eksresi

H1 = Terdapat pengaruh interaksi hypermedia dan gaya belajar terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem ekskresi

Berdasarkan tabel tersebut hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai Fh < Ft. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis ketiga dalam

penelitian tidak berbeda. Sehingga, H0 baik pada pre-test maupun post-test diterima. Artinya, tidak ada pengaruh interaksi hypermedia (media pembelajaran) dan gaya belajar terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem ekskresi baik pada pre-test maupun post-test.

B. Pembahasan

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kuasi eksperimen yang didesain menggunakan Nonequivalen Control Group Design, yaitu sebuah penelitian dimana sampel pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak ditentutkan secara random, melainkan ditentukan berdasarkan faktor tertentu. Faktor penentu yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya belajar siswa pada masing-masing kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Gaya belajar yang dijadikan penentuan sampel oleh peneliti diperoleh dari kuesioner yang disebarkan pada seluruh siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 8 Tangerang Selatan dan diperoleh data secara keseluruhan yaitu, 39 siswa dengan gaya belajar visual, 32 siswa dengan gaya belajar auditori, 26 siswa dengan gaya belajar kinestetik dan ada 4 siswa dengan kecenderungan 2 gaya belajar. Penyebaran gaya belajar tersebut terlihat cukup baik pada kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 oleh karena itu peneliti memutuskan untuk menjadikan keduanya sebagai sampel. Selain gaya belajar peneliti juga melihat kemampuan awal yang dimiliki pada keduanya relatif sama atau sejajar. Sebagaimana hasil pre-test yang telah membuktikan memiliki nilai rata-rata sebesar 45,14 pada kelas eksperimen dan 45,3 pada kelas kontrol.

Berdasarkan hasil penelitian, setelah semua data diperoleh dan diolah melalui berbagai teknik pengujian baik pengujian prasyarat, analisis data, maupun uji hipotesis menunjukkan bahwa data hasil uji prasyarat terdistribusi normal dan berasal dari varian yang homogen, kemudian

pengujian hipotesis yang dilakukan menggunakan teknik Anava Two Ways menghasilkan tiga pernyataan sebagai berikut:

1. Tidak terdapat pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem ekskresi.

2. Terdapat pengaruh hypermedia terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem ekskresi.

3. Tidak terdapat interaksi antara hypermedia dan gaya belajar terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem ekskresi

Gaya belajar atau tipe belajar memang sudah terbukti penting diketahui guru. Karena dalam menerima, menyerap, dan menanggapi informasi baru, pada dasarnya setiap siswa memiliki caranya sendiri. Beberapa siswa terlihat cenderung memanfaatkan penglihatan (visual), beberapa siswa lain cenderung dengan hanya mendengarkan (auditori), dan ada pula yang cenderung banyak bergerak aktif (kinestetik) untuk mendapatkan semua materi atau informasi baru yang ingin mereka dapatkan. Walaupun ketiganya ada pada diri setiap individu, namun penelitian-penelitian sebelumnya membuktikan bahwa setiap orang umumnya hanya memiliki satu indera dominan yang paling disukai dalam menerima dan memproses informasi, selain itu kecenderungan tersebut membuktikan memberikan efek yang siginifikan dalam belajar terhadap prestasi dan kompertensi mereka.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Laxton dan Murel yang menyatakan bahwa gaya belajar bisa menjadi element yang sangat penting dalam meningkatkan kurikulum dan proses belajar mengajar di sekolah.9 Pernyataan tersebut memberikan penguatan pada pernyataan sebelumnya, karena pada dasarnya peningkatan kurikulum dan proses belajar mengajar yang kondusif pasti akan mendukung dan memberikan dampak positif terhadap hasil belajar dan kompetensi dalam belajar yang harus dicapai oleh

9

Godwin A. Iketde and Uduak Bassey Edet, Influnce of Lerning Style and Teaching Strategies On Student’s Achievement In Biology, Voice of Research (2013), Vol. 1 (4), No. 2277-7733, p. 5. (http://www.voiceofresearch.org/doc/.../mar-2013_2.pdf) diakses pada 10/01/2014 pukul 13:32

setiap siswa, akan tetapi penelitian ini belum berhasil membuktikan adanya pengaruh yang siginifikan dar gaya belajar terhadap hasil belajar biologi siswa. Tidak terdapatnya pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar dalam penelitian ini kemungkinan terjadi karena banyaknya faktor lain yang mempengaruhi proses pembelajaran. Satu faktor yang sangat mempengaruhi proses pembelajaran dalam penelitian ini adalah konsentrasi masing-masing siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Konsentrasi dalam proses pembelajaran sangat diperlukan dalam pengaktifan ketiga modalitas gaya belajar yang meliputi gaya belajar visual, gaya belajar auditori, dan gaya belajar kinestetik. Dengan kata lain, jika konsentrasi siswa saat proses belajar belangsung penuh, maka ketiga modalitas gaya belajar tersebut akan aktif dengan baik sehingga gaya belajar masing-masing siswa akan terakomodasi dengan baik dan proses penerimaan, penyerapan, serta pertransferan informasi baru akan berjalan dengan lancar.10

Selain faktor konsentrasi, Rita Dunn seorang pelopor di bidang gaya belajar menyebutkan beberapa variabel yang mempengaruhi cara belajar diantaranya faktor fisik, emosional, sosiologi, dan lingkungan.11 Faktor fisik dan emosional merupakan dua faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik. Pada peserta didik yang memiliki gaya belajar visual, mata merupakan organ utama yang dimanfaatkannya untuk bisa melihat, menyerap, dan memproses informasi, namun apabila mata tersebut memiliki kelemahan atau penyakit yang dapat menghambat proses pembelajaran maka hal tersebut akan berdampak atau mempengaruhi hasil pembelajaran. Selain faktor dari indera mata, pencahayaan pada saat belajar pun bisa mempengaruhinya, karena tidak semua siswa dapat belajar dengan baik dalam cahaya yang remang atau redup. Begitu pun faktor emosional dalam

10

Rofa Nurochma, Maridi, dan Joko Ariyanto, Perbedaan Hasil Belajar Dengan Penerapan Strategi Pembelajaran Guided Inquiry dan Demonstrasi Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten Tahun Ajaran 2011/2012, Jurnal Pendidikan Biologi, (Surakarta:Program Pendidikan Biologi, P. MIPA FKIP UNS, 2012), hal. 10.

(https://eprints.uns.ac.id/14402/1/1437-3191-1-SM.pdf) diakses pada 23/09/2015 pukul 10:42 11

Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 2013), hal. 110.

diri siswa, faktor emosional ini berhubungan dengan kondisi psikologis dan lingkungan yag ada di sekitarnya. Ketika psikologis siswa tersebut baik, dan lingkungan di sekitarnya mendukung maka secara lahiriah energi yang terlahir atau muncul dari dalam diri siswa adalah energi yang positif, dalam hal belajar contohnya; tumbuhnya rasa ingin tahu, semakin meningkatnya motivasi dalam diri untuk terus belajar dan mengkaji materi pembelajaran.

Faktor emosional dan faktor sosiologi ini juga saling terkait satu sama lain. Karena lahirnya rasa ingin tahu dan motivasi dalam diri merupakan sesuatu yang lahir dari adanya interaksi yang terbangun antar siswa, sebagaimana hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari makhluk lainnya. Hal ini pun berlaku dalam proses belajar, dimana tidak setiap individu mampu belajar tanpa adanya interaksi dengan teman atau guru yang bersangkutan. Oleh karena itu lingkugan pun menjadi faktor yang dapat mempengaruhi cara belajar siswa, karena lingkungan yang baik akan memberikan dampak yang baik bagi siswa tersebut dan begitu pun sebaliknya. Jadi dapat disimpulkan, bahwa tidak berpengaruhnya gaya belajar terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem ekskresi ini bukanlah semata-mata karena masing-masing siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran, melainkan karena adanya faktor dari dalam dan luar yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti sehingga menghambat dan mempengaruhi hasil pembelajaran.

Hypermedia sebagai alat atau media yang menyajikan berbagai bentuk informasi bagi siswa, mulai dari media berbentuk audio yang disajikan melalui vidoe bernarasi, bentuk visual yang disajikan dengan gambar maupun teks serta interaksi yang terdapat di dalam hypermedia yang memberikan kebebasan pengoperasian kepada siswa selama proses belajar berlangsung. Sebagai alat bantu pembelajaran sudah sepatutnya Ia memberikan dampak yang positif terhadap hasil belajar. Hal tersebut dibuktikan oleh hasil analisis data yang menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat pengaruh hypermedia terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem ekskresi. Selain hasil analisis data dari

hasil uji hipotesis, hal ini juga dibuktikan oleh beberapa data penunjang lainnya seperti data hasil pre-test dan post-test biologi siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, nilai hasil Normalized gain (N-gain) dari kelas eksperimen dan kelas kontrol, nilai rata-rata hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol serta data hasil uji prasyarat analisis statistik (uji normalitas dan homogenitas).

Berdasarkan hasil pre-test pada Tabel 4.2. diperoleh nilai rata-rata untuk kelas eksperimen 45,14, sedangkan pada kelas kontrol 45,3. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum diberi perlakuan nilai rata-rata dari keduanya berada dalam satu tingkatan yang sama atau dapat dikatakan sejajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terkait pengetahuan awal siswa baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Setelah diberikan perlakuan, dimana hasil post-test menjadi acuan untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses belajar. Tabel. 4.3. hasil post-test menunjukkan nilai rata-rata pada kelas eksperimen 79,77 dan kelas kontrol 73,27. Hasil pengolahan data tersebut membuktikan bahwa kelas yang belajar menggunakan hypermedia yaitu kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata yang lebih unggul dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas yang belajar menggunkan power-point yaitu kelas kontrol. perbedaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan perlakuan pada masing-masing kelas. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan hypermedia memiliki dampak yang positif terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem ekskresi. Walau demikian, nilai rata-rata pada kelas kontrol mampu mencapai nilai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu 73.

Kemudian pada nilai rata-rata N-gain yang mengukur peningkatan masing-masing individu, dimana keduanya berada dalam kategori yang sedang, namun jika kita melihat Tabel. 4.4. nilai rata-rata N-gain pada kelas eksperimen memiliki nilai yang lebih unggul dibandingkan dengan nilai rata-rata N-gain pada kelas kontrol. Nilai N-gain pada kelas eksperimen hampir mendekati kategori tinggi. Hal ini terbukti dimana siswa yang

berada pada kategori tinggi di kelas eksperimen 12 orang, sedangkan pada kelas kontrol hanya 3 orang. Kategori sedang 16 orang pada kelas eksperimen dan 23 orang pada kelas kontrol. Kategori rendah 2 orang pada kelas eksperimen dan 4 orang pada kelas kontrol. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan hypermedia pada kelas eksperimen mampu memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem ekskresi.

Untuk megetahui pengaruh yang signifikan dari hypermedia terhadap hasil belajar, maka hasil uji hipotesis yang dilakukan menggunakan teknik Anova Two Ways dapat menjadi bukti yang lebih akurat, dimana hasil uji Anova Two Ways pada post-test menunjukkan nilai Fhitung > Ftabel pada taraf signifikansi ɑ = 0,05 yaitu 7,57 > 4,00, berbeda dengan hasil uji anova pada pre-test yang menunjukkan Fhitung < Ftabel pada taraf signifikansi ɑ = 0,05 yaitu 0,01 > 4,00. Hal ini membuktikan bahwa pada taraf signifikan ɑ = 0,05, hasil belajar pada kelas ekperimen berbeda nyata dengan hasil belajar pada kelas kontrol.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya antusias tinggi dari siswa dalam proses belajar dengan menggunakan hypermedia pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan power point sebagai media pembelajaran yang digunakan saat proses belajar berlangsung. Oleh karena itu penggunaan hypermedia dalam proses belajar dapat dan layak menjadi bahan pertimbangan guru untuk digunakan. Karena hypermedia mampu menyampaikan materi menjadi lebih menarik, efisien, dan kondusif. Menyajikan materi tidak hanya melalui teks, melainkan dilengkapi dengan gambar, video animasi dan hyperteks yang disajikan dengan beragai warna sehingga tampilan hypermedia menjadi lebih menarik. Selain itu, dengan menggunakan hypermedia masing-masing siswa memiliki kebebasan untuk mencari, menelaah, dan mentransformasi informasi baru sesuai dengan apa yang diinginkannya dan dapat dengan senang hati mengoperasikan hypermedia secara berulang-ulang sesuai dengan kemampuannya dalam mempelajari dan memahami materi ajar yang

ada di dalam hypermedia. Namun semua itu tetap berada dibawah pengontrolan guru di dalam kelas.

Berbeda dengan kelas kontrol yang menggunakan power point sebagai media pembelajaran, dimana siswa tidak memiliki kebebasan sendiri untuk mencari, menelaah dan mengkaji materi berulang-ulang, karena pada kelas kontrol media pembelajaran ada dibawah kendali guru atas dasar kesepakatan bersama antar siswa di dalam kelas. Hal ini juga sejalan dengan beberapa alasan mengapa hypermedia layak digunakan dalam proses belajar mengajar yang sudah dipaparkan pada penelitian relevan sebelumnya.

Hypermedia dengan gaya belajar siswa tidak memiliki interaksi terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem ekskresi. Hal ini dikarenakan gaya belajar dan media pembelajaran memberikan pengaruh masing-masing yang berbeda terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem eksresi. Hypermedia dan power point sebagai media pembelajaran ini merupakan suatu alat yang digunakan untuk memberikan pembelajaran yang efisein, kondusif, dan optimal bagi guru juga siswa dalam menyampaikan, menerima, menyerap, serta memproses informasi secara efektif dengan cara yang tepat. Sedangkan gaya belajar adalah faktor internal dari dalam diri peserta didik yang kerap kali mudah dipengaruhi oleh faktor-faktor lain disekitarnya yang sulit dikontrol dan dikendalikan oleh peneliti.

Selain faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar, faktor lain pun bisa mempengaruhi proses belajar, misalnya; faktor pendekatan belajar. Faktor pendekatan belajar ini merupakan jenis upaya belajar siswa meliputi strategi dan metode yang digunakan guru dan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran, atau dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan guru dan siswa dalam menunjang keefektifan dan keefisienan proses pembelajaran materi tertentu.

75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini, pengaruh hypermedia terhadap hasil belajar biologi dengan gaya belajar yang berbeda dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh hypermedia yang signifikan terhadap hasil belajar biologi siswa dengan gaya belajar berbeda. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis pada post-test yang menunjukkan bahwa nilai Fhitung < Ftabel pada taraf signifikansi ɑ = 0,05 yaitu 1,85 < 3,15. Namun demikian hasil uji varian antar baris (Ab) menunjukkan bahwa secara umum hypermedia berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang diajukan sebagai perbaikan untuk penelitian di masa yang akan datang adalah:

1. Gaya belajar siswa satu faktor penting yang harus diperhatikan, namun faktor yang mempengaruhi gaya belajar harus diperhatikan juga. Karena gaya belajar akan tereksplor dengan baik jika lingkungan disekitarnya mendukung.

2. Penggunaan hypermedia terbukti memberikan dampak positif, namun

Dokumen terkait