• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Hypermedia Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Dengan Gaya Belajar Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Hypermedia Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Dengan Gaya Belajar Berbeda"

Copied!
271
0
0

Teks penuh

(1)

GAYA BELAJAR BERBEDA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh

Syarifah Aeni

NIM 109016100062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Biologi Siswa Dengan Gaya Belajar Berbeda (Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 8 Tangerang Selatan). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hypermedia terhadap hasil belajar biologi siswa dengan gaya belajar berbeda pada konsep sistem ekskresi, dilaksanakan di SMA Negeri 8 Tangerang Selatan tahun pelajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi experiment dengan desain Nonequivalen Control Group Design. Pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive sampling yang ditentukan oleh gaya belajar. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA II sebanyak 30 orang sebagai kelas eksperimen yang menggunakan hypermedia dan siswa kelas XI IPA III sebanyak 30 orang sebagai kelas kontrol yang menggunakan power point. Instrumen yang digunakan adalah tes objektif pilihan ganda yang berjumlah 30 soal untuk mengukur hasil belajar siswa dan kuesioner gaya belajar. Teknik analisis data menggunakan Analisis Varians (Anova Two Ways). Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai Fhitung < Ftabel pada taraf signifikansi ɑ = 0,05 yaitu 1,85 < 3,15, yang artinya tidak

ada pengaruh hypermedia terhadap hasil belajar biologi siswa dengan gaya belajar berbeda pada konsep sistem ekskresi. Namun demikian, hasil uji varian antar baris (Ab) menunjukkan bahwa secara umum hypermedia berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa.

(6)

ii

Syarifah Aeni, 109016100062. The Influence of Hypermedia on Biology Learning Results of Students With Different Learning Styles (Quasi Experiment at SMA Negeri 8 Tangerang Selatan). Undergraduate Thesis, Biology Education Program, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences. State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

The aim of this research is to know the influence of hypermedia on biology learning results of students with different learning styles on excretory system. This research was conducted at SMA Negeri 8 Tangerang Selatan in 2014-2015 school year. The method used was quasi experiment with Nonequivalen Control Group Design. Sampling was taken with Purposive sampling techniques. The samples in this research were 30 students of class XI IPA II for experiment class using hypermedia and 30 students of class XI IPA III for control class using power point. The instrument that used in this research were a multiple choice objective test with 30 questions to measure learning results and learning styles questionnaire. Based on data analysis by Anova Two Ways, obtained tarithmetic 1,85 and ttable on a significant at the 5 % level is 3,15. Therefore tarithmetic < ttable, it shows that there is no influence of hypermedia on biology learning results of students with different learning styles on excretory system. However, the variance between rows of test results generally shows that there is an influence of hypermedia on students biology learning results.

(7)

iii

karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai teladan terbaik bagi umat manusia.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini disusun berkat bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd. selaku Ketua Program Studi pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd. dan Ibu Eny Rosyidatun, S.Si, MA. selaku pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan, motivasi, dan bimbingan kepada peneliti dengan penuh kesabaran sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Adb. Rahman Shaleh, M.Si. dan Bpk. Bambang Sujati, MM. yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan serta memvalidasi instrumen dan media yang dibutuhkan oleh peneliti. 6. Bapak Imam Supingi, S.Pd. MM dan Ibu Neni Handayani, S.Pd selaku

Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Tangerang Selatan dan guru Biologi kelas XI, beserta dewan guru dan staf yang telah bersedia bekerja sama dan memberi kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian ini.

(8)

iv

8. Kakak-kakak dan adik-adik tercinta serta seluruh keluarga besar H. M. Noch (alm) yang selalu memberikan motivasi serta dorongan agar skripsi ini cepat terselesaikan.

9. Teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2009 terima kasih atas kerja sama dan dukungannya. Semoga Allah SWT senantiasa mengiringi langkah kami untuk menjadi insan yang bermanfaat.

10.Sahabat setia Genggeus dan patner IT yang senantiasa memberikan waktu luang, dorongan dan semangat serta do’a untuk penyelesaian skripsi ini. 11.Semua pihak yang telah membantu yang tak bisa penulis sebutkan satu

persatu, dari lubuk hati yang paling dalam saya ucapkan terimakasih atas dukungan dan doanya. Semoga Allah membalas semua kebaikan mereka dengan balasan yang lebih baik.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membagun sangat diharapkan. Harapan peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa Program Studi pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 Juni 2016

(9)

v

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Deskripsi Teoretis ... 9

1. Media Pembelajaran ... 9

a. Definisi Media Pembelajaran ... 9

b. Karakteristik Media Pembelajaran ... 11

c. Klasifikasi dan Jenis Media Pembelajaran ... 13

d. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajran ... 16

e. Prinsip Dasar Pertimbangan dan pemilihan Media Pembelajaran ... 17

(10)

vi

3. Hasil Belajar ... 22

a. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar ... 22

b. Faktor-faktor yang Mempenagruhi Hasil Belajar ... 27

4. Gaya Belajar ... 29

a. Pengertian Gaya Belajar ... 29

b. Teori-teori Gaya Belajar ... 31

c. Indikator Gaya Belajar ... 34

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 36

C. Kerangka Berpikir ... 39

D. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A. Waktu dan Tempat ... 42

B. Metode dan Desain ... 42

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 44

D. Variabel Penelitian ... 45

E. Teknik Pengumpulan Data ... 46

F. Prosedur Penelitian... 46

G. Instrumen Penelitian ... 48

H. Kalibrasi Instrumen ... 51

1. Uji Validitas ... 51

2. Uji Reliabilitas ... 53

3. Daya Beda ... 53

4. Tingkat Kesukaran ... 53

I. Teknik Analisis Data ... 54

1. Uji Normalitas ... 54

2. Uji Homogenitas ... 54

(11)

vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Hasil Penelitian ... 58

1. Hasil Kuesioner Gaya Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 58

2. Hasil Pre-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 59

3. Hasil Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 60

4. Deskripsi Nilai Normalized Gain (N- Gain) ... 61

5. Hasil Uji Pra Syarat Analisis Data ... 62

a. Uji Normalitas ... 62

1) Hasil Uji Normalitas Pre-Test Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 62

2) Hasil Uji Normalitas Post-Test Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63

b. Uji Homogenitas ... 64

c. Uji Hipotesis (Anova Two Ways) ... 65

B. Pembahasan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(12)

viii

Tabel 2.1. Klasifikasi Media Berdasarkan Bentuk Fisiknya ... 14

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 42

Tabel 3.2. Desain Faktorial Penelitian 2 X 3 ... 44

Tabel 3.3. Kisi-kisi Insrumen Tes ... 48

Tabel 3.4. Skala Instrumen Non-Test ... 50

Tabel 3.5. Kisi-kisi kuesioner Gaya Belajar ... 50

Tabel 4.1. Hasil Kuesioner Gaya Belajar ... 58

Tabel 4.2. Hasil Pre-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 59

Tabel 4.3. Hasil Post-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 60

Tabel 4.4. Kategori Nilai N-gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .. 62

Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas Pre-Test Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 63

Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Post-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 64

Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Pre-Test dan Post-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 65

(13)

ix

Gambar 2.1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale ... 13

Gambar 2.2. Tujuan Aspek Kognitif ... 25

Gambar 2.3. Tujuan Aspek Afektif ... 26

Gambar 2.4. Tujuan Aspek Psikomotorik ... 26

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 80

Lampiran 2 Uji Validitas Instrumen Tes ... 105

Lampiran 3 Uji Reliabilitas Instrumen Tes ... 108

Lampiran 4 Daya Beda Instrumen Tes ... 110

Lampiran 5 Tingkat Kesukaran Instrumen Tes ... 113

Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Instrumen Tes ... 116

Lampiran 7 Instrumen Tes ... 119

Lampiran 8 Kuesioner Gaya Belajar ... 124

Lampiran 9 Rekapitulasi Hasil Instrumen Non-Tes ... 127

Lampiran 10 RPP Kelas Eksperimen ... 132

Lampiran 11 RPP Kelas Kontrol ... 151

Lampiran 12 LKS Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 171

Lampiran 13 Rubrik Penilaian LKS ... 178

Lampiran 14 Data Nilai Pre-Test, Post Tes-tes, dan N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 184

Lampiran 15 Hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 186

(15)

xi

Lampiran 17 Uji Normalitas Post-Test Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ... 204

Lampiran 18 Uji Homogenitas Pre-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 220

Lampiran 19 Uji Homogenitas Post-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 221

Lampiran 20 Uji Anova Two Ways Pre-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 222

Lampiran 21 Uji Anova Two Ways Post-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 226

Lampiran 22 Hypermedia Pada Konsep Sistem Ekskresi ... 230

Lampiran 23 Dokumentasi Proses Pembelajaran ... 235

Lampiran 24 Lembar Pengesahan Uji Referensi ... 236

(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Mengingat sumber daya manusia sebagai aset utama bagi kemajuan bangsa dan negara, dimana partisipasi masyarakat dalam memajukan pendidikan di Indonesia sudah tampak jelas sejak Indonesia belum merdeka. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan tahap investasi awal dimana setiap manusia berkesempatan untuk belajar dan berusaha mewujudkan kepribadian yang cerdas dan berintelektual, terutama para peserta didik yang dituntut untuk menjadi atau mengalami sebuah perubahan tingkah laku. Sebagaimana yang tertera dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”1

Untuk mewujudkan sebuah perubahan tersebut, tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, tutor atau sebutan lainnya yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan ini bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan dari sistem pendidikan nasional tersebut.

Tujuan dari sistem pendidikan nasional merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang guru. Karena, guru sebagai agen pembelajaran (Learning Agent) yang berperan sebagai fasilitator, motivator, pemacu belajar, perekayasa pembelajaran dan pemberi inspirasi. Dalam hal ini rekayasa pembelajaran merupakan satu tanggung jawab seorang guru sebagai pendidik yang harus selalu diperhatikan dan dikembangkan. Semua ini demi

1

(17)

tercapainya tujuan dari pembelajaran yang sesuai dengan SK dan KD yang telah ditentukan dalam KTSP atau KI dan KD dalam Kurikulum 13.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.2 KTSP memiliki standar nasional pendidikan yang terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Pada prinsipnya KTSP dikembangkan berdasarkan potensi, perkembangan, kebutuhan, kepentingan peserta didik dan lingkungannya serta berprinsip relevan, menyeluruh dan berkesinambungan. Dimana peserta didik diarahkan pada proses belajar yang berlangsung sepanjang hayat.3 Karena belajar merupakan proses yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan menetap yang disebabkan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajarnya.4 Dimana lingkungan belajar kerap kali menjadi faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pembelajaran. Sebagaimana pemaparan seorang guru bidang studi biologi mengakatakan bahwa: “selama ini proses pembelajaran biologi yang Saya lakukan masih melalui contekstual learning dan student center, proses pembelajaran tersebut memang menunjukkan hasil belajar yang wajar sesuai dengan tingkat kecerdasan siswa yang berbeda-beda, karena dalam satu kelas ada siswa berkategori tinggi (pintar/cepat menyerap materi) dan ada siswa berkategori rendah (bodoh/lamban menyerap materi). Tingkatan kecerdasan yang berbeda-beda tersebut kerap kali menjadi penghambat pembelajaran dan hasil belajar belum merata / seimbang. Hal tersebut juga tidak jarang membuat guru mengulang-ngulang materi pembelajaran, terutama dalam pembelajaran biologi, karena biologi adalah satu bidang studi yang banyak memiliki sifat

2

BSNP, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: BSNP, 2006), hal. 3.

3

BSNP, Ibid., hal. 5. 4

(18)

abstrak, mempelajari keanekaragaman makhluk hidup mulai dari mikroorganisme hingga makroorganisme, juga mempelajari unit-unit fungsional terkecil dalam tubuh hingga organ dan sistem-sistem organ, dimana dalam pembelajarannya harus bisa disampaikan dengan jelas dan detail.”

Berdasarkan pemaparan di atas, perlu kita ketahui bahwa biologi adalah ilmu tentang kehidupan, istilah biologi diambil dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu. Sebagai ilmu, biologi memiliki objek kajian, metode dan bersifat sistematis, universal, objektif, analitik dan verifikatif, selain itu untuk mempelajarainya dibutuhkan proses dan sikap ilmiah agar dapat menghasilkan sebuah produk ilmiah. Proses ilmiah menuntut siswa untuk mampu mengobservasi, mengidentifikasi, merumuskan, membuat hipotesis, bereksperimen, menganalisis data dan menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang mereka temukan baik dalam proses belajar maupun dalam lingkungan hidup sekitar mereka. Secara logika, semakin banyak mereka mendapatkan informasi baru melalui proses belajar, semakin banyak pula pengetahuan mereka terhadap situasi dan kondisi diri dan lingkungan di sekitar mereka. Karena ilmu biologi merupakan salah satu ilmu yang terus berkembang dengan banyaknya penemuan-penemuan baru yang ditemukan oleh para ahli biologi melalui sebuah riset maupun eksperimen, oleh karena itu dalam pembelajarannya membutuhkan konsnetrasi yang tinggi. Karena pada hakikatnya proses belejar memang sebuah proses yang memerlukan konsentrasi tinggi untuk dapat memahami konsep yang dipelajari. 5

Ada banyak faktor yang kerap kali menjadi sebuah permasalahan dalam belajar selain tingkat kecerdasan seperti yang sudah dipaparkan oleh guru tersebut, anatara lain: minimnya motivasi siswa untuk membaca, menelaah dan mengkaji teori yang akan dipelajarinya, kurangnya pemahaman siswa

5

Tanta, Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Biologi Umum Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Cendrawasih, Jurnal Kependidikan Dasar, Vol. 1, No. 1, September 2010, hal. 7

(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreatif/article/download/1666/1873) diakses pada

(19)

terhadap konsep yang disampaikan oleh guru yang kerap kali mempengaruhi hasil belajar siswa, serta kondisi kelas yang terlalu padat, sarana prasarana yang tidak memadai, metode maupun media pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi pembelajaran atau karena faktor intrinsik siswa/i itu sendiri, seperti gaya belajar.

Gaya belajar mengacu pada cara belajar yang lebih disukai pembelajar. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal. Tipe belajar atau gaya belajar siswa berdasarkan sejumlah penelitian terbukti penting untuk diketahui guru. Woolever dan Scoot, Dunn, Beaudry dan Klavas menemukan dalam hasil penelitiannya betapa pentingnya bagi guru untuk memadukan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswa. Setiap siswa memiliki gaya belajarnya sendiri, diumpamakan seperti tanda tangan yang khas bagi dirinya sendiri.6

Menurut Philibin cara belajar peserta didik yang beraneka ragam tersebut disebut sebagai gaya belajar (Learning Style) yang dipengaruhi oleh pengalaman, jenis kelamin, etnis dan secara khusus melekat pada setiap individu.7 Gaya belajar seseorang yang banyak dikenal selama ini di antaranya; Gaya belajar visual, Gaya belajar auditori, dan Gaya belajar kinestetik (V-A-K).

Orang-orang visual, cenderung membaca makalah dan memperhatikan ilustrasi yang ditempelkan pembicara di papan tulis, selain itu mereka juga membuat catatan-catatan yang sangat baik. Orang-orang auditorial cenderung mendengarkan materinya dan kadang-kadang kehilangan urutannya jika mereka mencoba mencatat materinya selama presentasi berlangsung. Orang-orang kinstetik cenderung melakukan banyak aktivitas, bergerak, dan brinteraksi dalam kelompok. Gaya belajar ini dikemukakan oleh Bobbi DePotter dalam bukunya Quantum Learning. Oleh karena itu, para pendidik atau guru dituntut untuk memiliki inovasi dan kreatifitas dalam

6

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet.1, hal. 147.

7

(20)

menyampaikan pembelajaran, dalam hal ini salah satunya yaitu dalam penggunaan media pada saat proses pembelajaran berlangsung. Karena media merupakan satu komponen komunikasi dalam pembelajaran.8

Media berbasis teknologi sudah tidak asing di dunia pendidikan, karena memiliki dampak besar dalam kehidupan global. Pemanfaatan teknologi terus menjadi fokus kepentingan dalam berbagai bidang penelitian termasuk bidang pendidikan, ilmu komputer, ilmu kognitif dan kecerdasan buatan.9 Dalam bidang pendidikan, teknologi cukup memberikan dampak positif, teknologi sebagai alat terbaik yang dapat melayani dan meningkatkan integrasi dalam belajar dan mengajar, contohnya multimedia. Multimedia merupakan salah satu media yang dibuat dengan berbantukan alat-alat teknologi. Salah satu bentuk multimedia ini adalah hypermedia yang dikemas dalam bentuk multimedia interaktif.

Hypermedia sebagai kumpulan media berbasis komputer dan sistem komunikasi yang memiliki peran untuk membangun, menyimpan, menghantarkan, dan menerima informasi dalam bentuk teks, grafik, audio, video, dan sebagainya.10 Hypermedia sebagai satu bentuk multimedia interaktif yang sudah banyak digunakan dalam proses pembelajaran. Karena media ini memiliki beberapa keistimewan yang mampu memberikan kemudahan dan waktu yang singkat bagi guru dan siswa untuk dapat memahami pembelajaran dengan baik dan jelas serta memberikan pembelajaran yang tidak monoton seperti buku teks maupun power point yang dibuat secara sederhana oleh guru bidang studi. Hypermedia mampu menjadikan materi-materi yang bersifat abstrak dengan memanipulasikannya atau menggambarkannya dengan kejadian-kejadian atau gambaran-gambaran yang bisa membantu siswa untuk lebih mudah memahami pembelajaran

8

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta: Gaung Persada, 2008), Cet. 1, hal. 5.

9

A. Trikic, Evolving Open Learning Environments Using Hypermedia Technology. Journal of Computer Assisted Learning. (2001), 17, 186-199 . p.186.

(http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1047/j...x/pdf) diakses pada 10/01/2014 pukul 11:27

10

(21)

tersebut. Oleh karena itu dalam pembelajaran biologi hypermedia dihadirkan sebagai inovasi dari multimedia interaktif untuk digunakan, dan atas dasar itu pula penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan dampak positif pada hasil belajar siswa tanpa harus memakan waktu yang lama untuk memberikan penjelasan yang berulang-ulang pada siswa khususnya siswa yang ada pada kategori rendah. Selain itu pula karena bidang studi biologi yang harus dijelaskan secara konkrit, diharapkan dengan hypermedia yang memiliki keistimewaan yaitu, mampu menyediakan media pembelajaran secara visual, audio dan kinestetik yang sejalan dengan gaya belajar siswa yang berbeda-beda. Maka dari itu peneliti bermaksud meneliti pengaruh hypermedia terhadap hasil belajar biologi siswa dengan gaya belajar berbeda. Adapun gaya belajar yang digunakan disini adalah gaya belajar yang sudah dikemukakan oleh Bobbi DePotter yang meliputi gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik.11

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar biologi yang masih rendah

2. Media pembelajaran yang belum mencapai kesesuaian dengan gaya belajar siswa .

3. Gaya Belajar siswa bersifat konsisten12, memiliki kaitan erat dalam proses belajar siswa dan salah satu faktor intern dalam setiap individu masih kurang diperhatikan oleh guru bidang studi.

11

Bobbi DePorter & Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa Learning, 2013), hal. 109-119

12

F. Danardana Murwani, Pengembangan Instrumen Pengukuran Gaya Belajar Konsumen, Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 7, No. 1, Februari 2009, hal. 1.

(22)

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, sesuai dengan permasalahan yang sudah teridentifikasi dibatasi hanya pada lingkup:

1. Hasil belajar yang difokuskan pada ranah kognitif (C1-C6 ) pada

konsep sistem eksresi

2. Penggunaan hypermedia sebagai media pembelajaran biologi pada konsep sistem eksresi yang dikembangkan oleh peneiliti dan divaildasi oleh ahli

3. Gaya Belajar siswa (Visual, Auditori, dan Kinestetik).

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh hypermedia terhadap hasil belajar biologi siswa dengan gaya belajar berbeda (Visual, Auditori dan Kinestetik) pada konsep sistem ekskresi?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hypermedia terhadap hasil belajar biologi siswa dengan gaya belajar siswa yang berbeda (Visual, Auditori dan Kinestetik) pada konsep sistem eksresi.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu :

a. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan guru bidang studi untuk dapat mengembangkan teknologi dan memperbaiki media dalam proses belajar khususnya dalam bidang studi biologi.

(23)

c. Bagi peneliti, dapat mengenal peranan teknologi yang sebenarnya dalam dunia pendidikan serta dapat memahami karakteristik setiap siswa yang akan diajarnya.

(24)

9

KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A.Deskripsi Teoritis

1. Media Pembelajaran

a. Definisi Media Pembelajaran

Media Pembelajaran terdiri dari dua kata yaitu kata media dan pembelajaran, keduanya memiliki perbedaan arti. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah memiliki arti perantara atau pengantar yaitu perantara antara sumber pesan dengan penerima pesan.1 Sedangkan AECT (Association of Education and Communication Tecnology) mengemukakan bahwa media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi.2 Selain kedua definisi tersebut, ada beberapa pendapat lain yang dikutip oleh Sutirman:3

1) Suranto mendefinisikan bahwa media adalah suatu sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari seorang komunikator kepada komunikan.

2) Trini Prastati memberi makna media sebagai apa saja yang menyalurkan informasi dari sumber informasi ke penerima informasi. 3) Heinich dan kawan-kawannya mengartikan media sebagai perantara

yang mengantar informasi dari sumber ke penerima.

4) Wang Qiyun dan Cheung Wing Sum menyatakan bahwa dalam konteks pendidikan media biasa disebut sebagai fasilitas pembelajaran yang membawa pesan kepada pembelajar.

1

Dina Indriana, Ragam Alat Bantu Media Pengajaran, (Jogjakarta: Diva Press 2011), Cet. I, hal. 13.

2

Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara 2010), Cet. I, hal. 121.

3

(25)

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media pada dasarnya merupakan sebuah perantara, penghubung atau jembatan yang memberikan jalan singkat bagi para pengantar dan penerima pesan. media ini bisa diibaratkan sebagai sebuah wadah yang menampung sebuah partikel-partikel, materi, maupun informasi, dalam hal ini salah satunya adalah media yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Adapun media yang digunakan dalam proses belajar mengajar itu sendiri dikenal sebagai media pembelajaran.

Sedangkan pembelajaran itu sendiri merupakan sebuah istilah yang berasal dari satu suku kata yaitu belajar. Belajar, berarti sebuah usaha memperoleh kepandaian atau ilmu, sedangkan istilah pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan yang menekankan pada pelaksanaan, pengorganisasian hingga menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Selain itu istilah pembelajaran juga digunakan untuk menunjukkan usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta yang pelaksanaannya terkendali.4 Untuk mewujudkan sebuah proses pembelajaran yang terkendali dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan maka lahirlah media pembelajaran yang menjadi salah satu faktor eksternal dalam proses pembelajaran. Berikut beberapa definisi yang menjelaskan media pembelajaran, di antaranya:

1) Rusman menyatakan bahwa pada hakikatnya media pembelajaran merupakan sebuah wahana untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber pesan yang diteruskan pada penerima pesan. adapun pesan yang disampaikan merupakan bahan ajar yang meliputi materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran atau sejumlah kompetensi yang telah dirumuskan, sehingga dalam prosesnya memerlukan media sebagai sub sistem pembelajaran.5

4

Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta; Kencana, 2009), Cet. 4, hal. 457

5

(26)

2) Asosiasi Pendidikan Nasional di Amerika (National Education Association/NEA) seperti yang dikutip oleh AECT mendefinisikan media dalam lingkup pendidikan sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut.

3) Commission on Intructional Technology mengartikan media pembelajaran sebagai media yang terlahir akibat revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk tujuan pembelajaran di samping guru, buku, teks, dan papan tulis.

4) Briggs menyatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana untuk memberikan rangsangan pada pembelajar agar proses belajar terjadi.6

Beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan sebuah perantara atau jembatan yang dapat digunakan siswa/i dalam mencari, memproses dan menyusun sebuah informasi pembelajaran baik informasi dalam bentuk visual maupun verbal yang mencakup semua tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah ditentuntukan dalam proses pembelajaran serta mampu merangsang pikiran, perasaan, dan motivasi pembelajar sehingga terjadinya sebuah proses belajar yang kondusif dan terkendali.

b. Karakteristik Media Pembelajaran

Merujuk pada definisi media pembelajaran yang telah disimpulkan pada sub bab sebelumnya, bahwa media pembelajaran merupakan sebuah perantara atau jembatan yang dapat digunakan oleh siswa/i dalam mencari, memproses, dan menyusun sebuah informasi pembelajaran baik informasi dalam bentuk visual, maupun verbal yang mencakup semua tujuan pembelajaran yang mampu merangsang pikiran, perasaan, dan motivasi pembelajar sehingga terjadinya sebuah proses belajar yang kondusif dan terkendali.

6

(27)

Media pembelajaran pada awalnya memang hanyalah alat bantu visual yang tidak bernyawa dan bersifat netral yang digunakan oleh guru untuk menjelaskan atau menerangkan bahan ajar kepada siswa/inya. Karena, alat bantu ini merupakan sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa, serta dapat memberikan dorongan motivasi belajar, meperjelas dan mempermudah konsep-konsep abstrak dan mempertinggi daya serap atau daya ingat siswa dalam belajar.

Media dalam pembelajaran berkembang dari waktu ke waktu. Banyak bentuk atau jenis media dalam pembelajaran dan pada setiap bentuk atau jenis tersebut memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Oleh karena itu peran guru sebagai informan atau pemberi informasi sangat penting, dimana guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar serta keterampilan dalam memilih media pembelajaran. Adapun kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru dalam hal ini yaitu mengenal dan memahami karakteristik yang baik terkait media pembelajaran.

Gerlach dan Ely dalam buku Azhar Arsyad mengemukakan ada tiga ciri-ciri atau karakteristik media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, di antaranya:7

1) Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini mengambarkan kemampuan media untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek, dengan harapan media tersebut memungkinkan untuk digunakan pada suatu waktu tertentu tanpa mengenal waktu. Contohnya: Rekaman prosedur pembelajaran dalam laboratorium.

2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Ciri ini mengambarkan kemampuan media untuk memanipulasi dan menyajikan sebuah peristiwa secara lebih singkat atau lebih lambat. Contohnya: Proses perkembangan larva menjadi kepompong yang memakan waktu berhari-hari melalui media proses tersebut dipercepat menjadi dua atau tiga menit, atau contoh lainnya seperti jalannya impuls

7

(28)

pada saraf yang dapat diperlambat dan proses pembentukan urine pada manusia yang dapat dipercepat.

3) Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri ini merupakan ciri dimana suatu media memungkinkan untuk digunakan, disajikan dan dipelajari secara bersamaan oleh sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama walaupun tempat dan waktu berbeda. Contohnya: rekaman video dan audio.

c. Klasifikasi dan Jenis Media Pembelajaran

Seiring dengan perkembangan zaman, media pembelajaran pun semakin berkembang. Pada pertengahan abad ke-20, alat bantu dalam bentuk audiovisual lahir, alat bantu ini menggunakan pengalaman konkret untuk menghindari penggunaan media verbal.8 Oleh karena itu, untuk memanfaatkan media sebagai alat bantu Edgar Dale mengajukan klasifikasi media dari tingkat yang paling konkret hingga paling abstrak yang dikenal dengan Kerucut Pengalaman Edgar Dale.

Gambar. 2.1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale

8

(29)

Dasar pengembangan kerucut Edgar Dale dibuat bukan berdasarkan tingkat kesulitan. Pengerucutan tersebut dibuat berdasarkan tingkat keabstrakan yang menyesuaikan dengan jumlah jenis indera yang terlibat dalam proses penerimaan informasi atau pesan. Tingkat keabstrakan pesan akan semakin tinggi ketika pesan itu dituangkan ke dalam lambang-lambang seperti bagan, grafik, atau kata. Pada saat seperti itu indera yang dilibatkan semakin terbatas, misalnya hanya pada indera penglihatan atau indera pendengaran saja. Walau demikian, keterlibatan imajinatif semakin bertambah dan berkembang. Karena sesungguhnya pengalaman konkret dan pengalaman abstrak dialami silih berganti, dimana hasil belajar dari pengalaman langsung mengubah dan memperluas jangkauan abstraksi seseorang dan begitupun sebaliknya.

Dan ada pula salah satu bentuk klasifikasi yang mudah dipelajari, klasifikasi ini disusun oleh Heinich dan kawan-kawan yang dikutip oleh Hamzah B. Uno. Heinich mengklasifikasikan media ini berdasarkan bentuk fisiknya, adapun kalsifikasi yang dibuat oleh Heinich dapat dilihat pada Tabel.2.1. dibawah ini.9

Tabel 2.1. Klasifikasi Media Berdasarkan Bentuk Fisiknya

Kalsifikasi Jenis Media

Media yang tidak diproyeksikan Realita, model, bahan grafis Media yang diproyeksikan OHT, Slide, Opaque

Media video Audio Kaset, Audio Vission, Aktive Audio Vission

Media video Video

Media berbasis komputer Computer Assisted Intruction (CAI), Computer Managed Intruction (CMI) Multimedia kit Perangkat praktikum

9

(30)

Selain itu juga Rudy Bretz pakar multimedia asal Amerika dalam buku Niken Ariani, menggolongkan media berdasarkan tiga unsur pokok yaitu, suara, visual dan gerak.10

Seels & Glasgow dalam buku Sutirman, membagi media berdasarkan perkembangan teknologi, yaitu media dengan teknologi tradisional dan media dengan teknologi mutakhir. Media dengan teknologi tradisional meliputi:11

1) Visual diam yang diproyeksikan berupa proyeksi opaque (tidak tembus pandang), proyeksi overhead, slides dan film strips.

2) Visual yang tidak diproyeksikan berupa gambar, poter, foto, charts, grafik, diagram, pameran, papan info.

3) Audio terdiri dari rekaman piringan dan pita kaset.

4) Penyajian multimedia dibedakan dari menjadi slide plus suara dan multi image.

5) Visual dinamis yang diproyeksikan berupa film, televisi, video.

6) Media cetak seperti buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah, berkala dan hand out.

7) Permainan, diantaranya; teka-teki, simulasi, permainan papan.

8) Realita dapat berupa model, specimen. Contoh: manipulatif (peta, miniatur, boneka)

Sedangkan media dengan teknologi mutakhir dibedakan menjadi:

1) Media berbasis telekomunikasi, di antaranya: teleconference dan distance learning.

2) Media berbasis microprosesor terdiri dari; CAI (Computer Assisted Instruction), Game, Hypermedia, CD (Compact Disc) dan pembelajaran berbasis Web (Web Based Learning).

Berdasarkan macam-macam media tersebut, menunjukkan bahwa media dalam pembelajaran senantiasa mengalami perkembangan seiring dengan

10

Niken Ariani dan Dany Haryanto, Pembelajaran Multimedia Di Sekolah, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), hal. 89.

11

(31)

kemajuan ilmu dan teknologi. Media dalam pembelajaran pun mengalami tuntunan untuk senantiasa mampu memenuhi kebutuhan pembelajaran.

d. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar ini memang sudah tidak dapat dipungkuri keberadaanya, karena guru pun sadar bahwa tanpa bantuan media maka materi pelajaran akan sukar dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks. Secara umum kehadiran media dalam proses belajar mengajar memiliki arti yang cukup penting, selain memberi kemudahan pada siswa untuk mencerna dan memahami materi pembelajaran yang rumit dan kompleks media juga mampu meminimalisir rasa bosan dan lelah siswa yang disebabkan oleh penjelasan guru yang sukar dicerna dan dipahami.

Berdasarkan pemaparan pada sub bab sebelumnya, dimana media mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, maka dapat disebutkan dua fungsi atau peran pokok media pembelajaran, di antaranya:12

1) Fungsi AVA (Audiovisual Aids atau Teaching Aids)

Fungsi AVA memberikan pengalaman yang konkret kepada siswa. 2) Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi ini merujuk pada asal kata media, yaitu medium yang berarti di tengah; di antara; perantara yang menjadi penghubung antara pemberi dan penerima pesan.

Yusufhadi Miarso memaparkan beberapa kegunaan media dalam pembelajaran berdasarkan kajian teoritik maupun empirik yang dilakukannya, di antaranya:13

1) Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak, sehingga otak dapat berfungsi secara optimal.

12

Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008) , Cet. 3, hal. 6

13

(32)

2) Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa dan mampu melampaui batas ruang.

3) Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya.

4) Media membangkitkan keinginan, minat, motivasi siswa, dan mampu memberikan rangsangan untuk belajar.

5) Media memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh dari suatu yang konkret maupun abstrak dan mampu memberikan keseragaman hasil dalam penelitian.

6) Media memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, pada tempat dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri.

7) Media mampu meningkatkan efek sosialisasi dan ekspresi diri siswa maupun guru.

Berdasarkan fungsi dan manfaat media pembelajaran yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dan manfaat media dalam proses pembelajaran tidak lain merupakan sebuah perantara yang dapat menghubungkan guru dengan siswa dalam menyampaikan pesan pembelajaran dengan cepat, dan mudah, serta memberikan kekuatan-kekuatan yang positif dan sinergi yang mampu memberikan perubahan pada sikap, tingkah laku, serta motivasi belajar siswa menuju perubahan yang kreatif, mandiri, dan dinamis.

e. Prinsip Dasar Pertimbangan dan Pemilihan Media Pembelajaran

(33)

agar menggunakan media yang memiliki kesesuaian dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran.14

Adapun beberapa faktor yang sangat menentukan tepat atau tidaknya sesuatu dijadikan media pengajaran dan pembelajaran antara lain:15

1) Tujuan pembelajaran 2) Karakteristik siswa

3) Modalitas belajar siswa (auditif, visual, dan kinestetik) 4) Lingkungan

5) Ketersediaan fasilitas pendukung.

Dari faktor-faktor tersebut, maka tingkat kesesuaian dalam pemilihan media pun dikelompokkan berdasarkan faktor yang mendasarinya, di antaranya:16

1) Kesesuaian dengan tujuan pengajaran

Kesesuaian dengan tujuan pengajaran adalah menyesuaikan media pengajaran dengan tujuan instruksional umum atau khusus yang ada dalam setiap mata pelajaran.

2) Kesesuaian dengan materi yang diajarkan (Instructional Content) Penyesuaian ini didasarkan pada bahan ajar yang akan disampaikan dalam proses pemebalajaran dengan tetap memperhatikan dan menyesuaikan tingkat kedalaman yang akan dicapai dalam proses pembelajaran.

3) Kesesuaian dengan fasilitas pendukung, kondisi lingkungan, dan waktu.

Kesesuaian pada poin ini merupakan faktor yang sangat penting dalam efektivitas dan efisiensi penggunaan media pembelajaran. Karena betapa pun bagusnya media yang digunakan, jika fasilitas, lingkungan, dan waktu tidak mendukung, maka tujuan pembelajaran menggunakan media tersebut tidak akan tercapai dengan baik.

14

Dina Indriana, op. cit., hal. 27 15

Dina Indriana, Ibid., hal. 28 16

(34)

4) Kesesuaian dengan karakteristik siswa

Media bisa sesuai dan cocok dengan siswa tertentu, tapi adakalanya tidak cocok dengan siswa lain. Karena itu karakteristik siswa dalam hal ini perlu diperhatikan, agar media yang digunakan sesuai.

5) Kesesuaian dengan gaya belajar siswa

Gaya belajar siswa pada poin ini juga sangat mempengaruhi efektivitas penggunaan media pembelajaran. Ada tiga gaya belajar yang dikemukakan oleh Bobby DePotter, yakni gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.

6) Kesesuaian dengan teori yang digunakan

Pada poin ini, teori sangat menentukan dalam pemilihan media, karena teori menjadi faktor penting digunakannya sebuah media. Pengguanaan media tidak boleh dilakukan dengan hanya merujuk pada pilihan dari seorang guru, sehingga mengabaikan teori yang memang sudah tepat digunakan dalam prose pembelajaran.

Berdasarkan faktor-faktor dan kesesuaian yang harus diperhatikan dalam penggunaan dan pemilihan media pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwasanya media yang baik, yang mampu memenuhi tujuan pembelajaran, dan mampu membantu tercapainya pembelajaran yang kondusif, efisien, dan dinamis adalah media yang memenuhi semua tingkat kesesuaian tersebut. Dalam arti lain, semakin sesuai media tersebut semakin baik hasil pembelajaran yang akan dicapai.

2. Hypermedia

a. Definisi Hypermedia

(35)

menjadi dua, yaitu media berbasis telekomunikasi dan media berbasis microprosessor. Hypermedia adalah salah satu bentuk media yang tergolong dalam media teknologi mutakhir dan berbasis microprosessor, yaitu sebuah prosessor atau perangkat kecil yang berisikan semua kemampuan yang diperlukan untuk memproses berbagai perintah yang sebelumnya harus dilakukan oleh peralatan yang memenuhi ruangan besar.17

Hackbarth dalam buku Winarno, dkk. menyatakan bahwa Hypermedia merupakan salah satu bentuk multimedia, yaitu multimedia interaktif yang berbasis komputer, dimana siswa harus berperan aktif dalam setiap kegiatan selama pelajaran dengan bantuan komputer. Selain hypermedia, ada juga hypertext yang tergolong multimedia interaktif. 18

Hypertext menurut Alessi dan Stanley adalah teks dengan link, atau pointer yang menampilkan hubungan antara bagian informasi, dan Hypermedia adalah perluasan dari hypertext yang menambahkan teks, audio, video, foto, atau pun kombinasi multisensory. 19

Munir mengemukakan Hypermedia sebagai suatu penggunaan format presentasi multimedia yang meliputi teks, grafis diam atau animasi, bentuk video, video dan audio. Dimana penggunanya diberikan suatu kemampuan untuk mengontrol elemen-elemen yang ada dan menyediakan struktur dari elemen-eleman yang terhubung dengan dokumen atau link yang dapat dikendalikan oleh pengguna.20 Hal ini serupa dengan pernyataan Pritchard, bahwa Hypermedia merupakan media yang berisi teks, gambar, suara dan video, dimana masing-masing element tersebut dihubungkan dengan hyperlinks yang menghubungkan halaman satu dengan halaman lainnya.21

17

Azhar Arsyad, op. cit., hal. 157 18

Winarno, dkk. Teknik Evaluasi Multimedia Pembelajaran. (s.I.: Genius Prima Media, 2009), Cet. 1, hal. 6.

19

Stephen M. Alessi dan Stanley R. Trollip, Multimedia for Learning: Methods and Development, (Boston: Allyn &Bacon, 2001), p. 138.

20

Munir, Multimedia: Konsep dan Aplikasi Dalam Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet. 1, hal. 19.

21

(36)

Hypermedia tidak akan bisa digunakan tanpa adanya hyperteks. Karena hypermedia dan hyperteks adalah dua model proses belajar yang sama-sama berbantukan komputer, hanya bedanya dalam hyperteks tidak terdapat nodes. Nodes dalam hypermedia tidak akan berarti jika tidak ada peranan hyperteks sebagai link. Oleh karena itulah mengapa hypermedia hanya dapat digunakan jika berkaitan dengan hyperteks.22 Hal ini juga serupa dengan pernyataan Niken Ariani dan Dany Haryanto, dimana Hypermedia merupakan gabungan antara multimedia dan hypertext yang bersifat nonlinear.23

Nodes dan link merupakan dua konsep dasar yang menjadi ciri khusus dalam hypermedia. Nodes adalah bagian-bagian dari sumber informasi yang terdapat dalam hypermedia yang meliputi basis data; video, suara, musik, teks, animasi, film, grafik, gambar, dan data lainnya. Sedangkan link adalah penghubung atau yang membuat hubungan antara nodes dengan pengguna.24

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Hypermedia adalah seperangkat model multimedia interaktif yang menyajikan informasi baik dalam bentuk teks, gambar, video, grafik, suara, musik, dan data lainnya yang memiliki nodes dan link.

b. Keistimewaan Hypermedia

Hypermedia sebagai salah satu bentuk kemajuan dalam media pembelajaran yang berbasis teknologi. Menyajikan berbagai bentuk media dalam sebuah microprosessor. Beberapa keistimewaan dari hypermedia secara umum memiliki kesamaan dengan media teknologi lainnya, namun dua hal yang membedakan hypermedia dengan media teknologi lain yaitu, hypermedia memiliki Nodes dan Link. Nodes adalah bagian-bagian dari sumber informasi yang terdapat dalam hypermedia yang meliputi basis data; video, suara, musik, teks, animasi, film, grafik, gambar, dan data lainnya.

22

Munir, op. cit., hal. 183 23

Niken Ariani dan Dany Haryanto, op. cit., h. 152. 24

(37)

Sedangkan link adalah penghubung atau yang membuat hubungan antara nodes dengan pengguna.25

Berikut ini beberapa alasan penggunaan hypermedia sebagai media pembelajaran:26

1) Hypermedia memungkinkan mengakses ke sejumlah besar informasi secara non linear.

2) Pengguna dapat mencari informasi secara lebih mendalam sesuai dengan keinginan.

3) Interaksi dengan materi pelajaran dapat diulang-ulang. 4) Hypermedia menarik untuk digunakan

5) Hypermedia mempresentasikan cara kerja pikiran manusia.

Beberapa alasan penggunaan hypermedia tersebut serupa dengan fungsi multimedia dalam pembelajaran secara umum. Berikut adalah keistimewaan dari multimedia:27

1) Multimedia menyediakan proses interaktif dan memberikan kemudahan umpan balik.

2) Multimedia memberikan kebebasan kepada pelajar dalam menentukan topik proses pembelajaran.

3) Multimedia memberikan kemudahan kontrol yang sistematis dalam proses pembelajaran

3. Hasil Belajar

a. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar

Muhibbin Syah mengemukakan definisi belajar sebagai suatu proses atau tahapan perubahan tingkah laku individu yang menetap sebagai hasil

25

Munir, loc. cit., hal. 183. 26

Mujibul Hasan Siddiqui, Encyclopedia of Educational Technology, (New Delhi: S. B. Nangia APH Publishing Corporation, 2004), p. 147.

27

(38)

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.28

Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani juga menjelaskan bahwa belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan disebabkan adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya.29

Winkel yang dikutip oleh Purwanto, belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.30

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa definisi belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu pembelajar. Namun menurut Sugihartono, tidak semua aktivitas atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri individu (siswa) dapat dikategorikan sebagai hasil dari proses belajar. Ciri-ciri perilaku hasil belajar yang dilakukan oleh siswa meliputi hal-hal berikut.31

1) Perubahan perilaku terjadi secara sadar dan disadari. 2) Perubahan perilaku bersifat kontinu dan fungsional. 3) Perubahan perilaku bersifat posistif dan aktif.

4) Perubahan perilaku bersifat permanen atau relatif menetap. 5) Perubahan perilaku dalam belajar bertujuan dan terarah.

6) Perubahan perilaku mencakup seluruh aspek tingkah laku individu yang bersangkutan.

28

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. 11, hal. 68

29

Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 116

30

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet. 3, hal. 38. 31

(39)

Ciri-ciri di atas dapat digunakan untuk mengidentifikasi, melihat dan menilai atau mengevaluasi ada atau tidaknya perubahan perilaku seseorang melalui proses belajar. Merujuk kembali pada definisi belajar sebelumnya, bahwa belajar adalah sebuah proses. Proses berarti memiliki tahapan, tahapan untuk mencapai suatu perubahan.

Jerome S. Bruner mengemukakan tiga tahapan yang ditempuh siswa dalam proses belajar, di antaranya:32

1) Tahap informasi (tahap penerimaan materi);

2) Tahap transformasi (tahap pengubahan materi); dan 3) Tahap evaluasi (tahap penilaian materi).

Tahap informasi merupakan tahap pertama dimana siswa sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan dari mengenai materi yang sedang dipelajari. Sedangkan tahap transformasi adalah tahapan siswa menganalisis, mengubah dan mentransformasikan materi atau informasi yang didapatnya agar kelak dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Dan tahap evaluasi sebagai tahap akhir dari proses belajar adalah tahap dimana siswa atau pembelajar menilai dan mengetahui pencapaian dirinya dalam memanfaatkan informasi yang telah ditransformasikannya untuk pemecahan masalah yang dihadapinya.

Evaluasi sebagai tahap akhir dalam belajar ini merupakan tahap pengambilan keputusan atau pemeriksaan ketercapaian yang mengacu pada proses untuk membuat penilaian (judgment) dan mengambil keputusan tentang hasil belajar siswa.33

Winkel mendefinisikan hasil belajar sebagai sebuah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.34 Bentuk

32

Muhibbin Syah, op. cit., hal. 110 33

Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, op. cit., hal. 216 34

(40)

perilaku sebagai tujuan dari tahap akhir belajar ini dikelompokkan ke dalam tiga domain (bidang), yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.35

1) Domain Kognitif

Domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir, seperti mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Menurut Bloom, domain ini terdiri dari enam tingkatan, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi , analisis, sintesis, dan evaluasi. Semakin tinggi tingkat kognitif maka semakin kompleks, selain itu juga penguasaan suatu tingkat mempersyaratkan penguasaan tingkat sebelumnya.36

Gambar 2. 2. Tujuan Aspek Kognitif

2) Domain Afektif

Domain afektif adalah domain yang berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Domain ini merupakan kelanjutan dari domain kognitif. Krathwohl menyebutkan tingkatan domain afektif sebagai berikut; penerimaan, respons, dan menghargai.

35

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. 4, hal. 125-133.

36

Purwanto, op. cit., hal. 50

Evaluasi

Sintesis

Analisis

Penerapan

Pemahaman

(41)

Gambar 2. 3. Tujuan Aspek Afektif

3) Domain Psikomotorik

Domain psikomotorik meliputi semua tingkah laku yang menggunakan syaraf dan otot badan. Domain ini merupakan domain yang berhubungan dengan keterampilan atau skill seseorang. Ada lima tingkatan dalam domain ini, di antaranya: keterampilan meniru, menggunakan, ketepatan, merangkaikan, dan keterampilan naturalisasi.

Gambar 2. 4. Tujuan Aspek Psikomotorik

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah kegiatan manusia dalam memperoleh pengetahuan baru dengan adanya interaksi antara guru dengan pembelajar serta interaksi antara media yang menyajikan informasi baik informasi verbal maupun non-verbal dalam pembelajaran dan lingkungan belajar yang memberikan kontribusi untuk memudahkan para pembelajar dalam mencari, mengolah

Penerimaan

Merespon

Menghargai

Organisasi

Pola Hidup

Meniru

Menggunakan

Merangkaikan

Ketepatan

(42)

dan mengorganisir pengetahuan barunya untuk menwujudkan sebuah perubahan yang diukur dengan alat evaluasi yang dapat memberikan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan kriteria tertentu.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Tujuan pendidikan direncanakan untuk dapat dicapai dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan bersifat ideal, sedang hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya.37

Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara operasional dari kompetensi dasar. Ada tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar pencapaian kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap aspek kognitif, afektif dan psikomotor.38

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Oleh karena belajar melibatkan otak maka perubahan perilaku akibatnya juga terjadi dalam otak berupa kemampuan tertentu oleh otak untuk menyelesaikan masalah.39

Hasil belajar kognitif tidak merupakan kemampuan tunggal. Kemampuan yang menimbulkan perubahan perilaku dalam domain kognitif meliputi beberapa tingkat dan jenjang. Bloom membagi dan menyusun secara hirarkhis tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan

37

Purwanto, op.cit , h.46 38

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanuddin Milama,. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, ( Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006) Cet. 1, h. 13.

39

(43)

paling sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Hal ini sesuai dengan pembahasan pada sub bab sebelumnya.

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:40

1) Faktor Internal (faktor dari dalam siswa)

Faktor internal merupakan suatu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa/i. Aspek jasmani atau fisiologis adalah aspek yang melihat kondisi kesehatan organ-organ pada siswa khususnya pada organ indera pendengaran dan penglihatan. Sedangkan aspek psikologis adalah aspek yang dapat memepengaruhi kuantitas dan kualitas siswa dalam memperoleh hasil belajar. Misalnya dari sisi IQ, EQ, dan SQ siswa tersebut.

2) Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa)

Faktor eksternal merupakan kondisi lingkungan luar disekitar siswa. Kondisi lingkungan ini terdiri atas dua macam, yaitu: lingkungan sosial dan non-sosial. Lingkungan sosial adalah lingkungan belajar yang terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Sedangkan lingkungan nonsosial adalah lingkungan yang melihat pada kondisi sarana prasarana baik di lingkungan rumah maupun sekolah, cuaca, waktu dan lain-lain.

3) Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning)

Faktor pendekatan belajar merupakan jenis upaya belajar siswa meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran, atau dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan keefisienan proses pembelajaran materi tertentu.

40

(44)

4. Gaya Belajar

a. Pengertian Gaya Belajar

Lain ladang, lain ikannya, Lain orang, lain pula gaya belajarnya. Pepatah tersebut menjelaskan fenomena bahwa setiap insan yang diciptakan memiliki perbedaan.41 Perbedaan muncul karena banyaknya spesies dan interaksi yang terjadi di dalamnya serta asal usul atau induk yang berbeda, dari perbedaan induk itu lah menjadikan manusia beragam jenis dan tingkah lakunya. Masing-masing individu membawa sifat yang berbeda, perbedaan ini bisa dilihat dari fenotip dan genotipnya. Fenotip merupakan sifat keturunan yang bisa dilihat secara kasat mata, misalnya; warna kulit, bentuk hidung, rambut dan lain-lain, sedangkan genotip adalah sifat keturunan yang tidak dapat dilihat secara kasat mata dalam hal ini contohnya adalah golongan darah dan tingkat kecerdasan.

Kecerdasan manusia merupakan salah satu faktor keturunan yang bersifat genetik, itu lah mengapa pada akhirnya setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Istilah kecerdasan itu sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan individu dalam proses belajar, mencari, mengolah dan menyampaikan suatu informasi baru yang mereka dapatkan.42

Pada hakikatnya setiap manusia adalah pembelajar, namun dalam hal ini cara atau karakteristik manusia dalam proses belajar berbeda-beda sesuai dengan tingkat kecerdasan yang mereka miliki. Perbedaan cara atau karakteristik dalam belajar ini lah yang disebut atau dikenal dengan gaya belajar (Learning Style). Gaya belajar kerap kali menjadi pembahasan yang menarik dan selalu menjadi bahasan pokok dalam dunia pendidikan. Hasil riset menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan menggunakan gaya belajar mereka yang dominan, saat mengerjakan tes akan mencapai nilai yang

41

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 180

42

(45)

jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka.43

Gaya belajar merupakan sebuah kunci siswa/i dalam mengembangkan kinerja siswa baik dalam pekerjaan rumah, sekolah, maupun pekerjaan pribadi.44 Mengetahui beragam gaya belajar siswa dapat membantu guru maupun oranng tua untuk dapat mengenal dan membantu siswa dalam menemukan jati diri, bakat serta minatnya dalam mengembangkan pengetahuan dan kecerdasannya. Bagi guru khususnya, dapat menemukan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan gaya belajar siswa yang beragam tersebut.

Adi W. Gunawan menjelaskan bahwa ada tujuh pendekatan yang umum dikenal dengan kerangka referensi yang berbeda dalam mengenali dan mengkategorikan cara manusia belajar dan cara manusia memasukan, mengolah dan menyampaikan informasi ke dalalam otak.45 Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Paul Ginnis sejak tahun 1970-an, Ia telah menggolongkan berbagai perbedaan alami yang dapat terlihat secara kasat mata, tujuh pendekatan yang dipaparkanya antara lain adalah: 46

1) Pendekatan berdasarkan pemrosesan informasi – yang menjelaskan berbagai cara menerima dan memproses materi baru.

2) Pendekatan berdasarkan kepribadian – yang menjelaskan berbagai jenis karakter.

3) Pendekatan berdasarkan modalitas indera – yang menjelaskan berbagai tingkat ketergantungan atau indera khusus.

4) Pendekatan berdasarkan ingkungan – yang mendeskripsian beragai respon terhadap kondisi-kondisi fisik, psikologis, dan instruksional.

43

Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy: PetunjukPraktis Untuk Menerapkan Accelerated Learning, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012) Cet. 6, hal. 139.

44

Bobbi DePorter & Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa Learning, 2013), hal. 110

45

Adi W. Gunawan, loc. cit. hal 139 46

(46)

5) Pendekatan berdasarkan interaksi sosial – yang mendefinisikan berbagai jalan untuk menghubungkan dengan yang lainnya.

6) Pendekatan berdasarkan intelegensia – yang menjelaskan berbagai bakat yang secara sosial dikenal.

7) Pendekatan berdasarkan geografis serebral – yang mendeskripsikan dominasi relatif dari berbagai bagian dari otak, kedua hemisfer.

Rita dan Ken Dunn sebagai seorang pelopor gaya belajar dari St. John’s University, New York mendefinisikan Gaya belajar sebagai cara dimana siswa/i belajar berkonsentrasi terhadap proses, dan mempertahankan informasi. Rita Dunn telah menemukan beberapa variabel yang mempengaruhi cara belajar siswa/i diantaranya;47 faktor-faktor fisik, emosinal, sosiologis dan lingkungan.

b. Teori-teori Gaya Belajar

Gaya belajar sebagai satu topik penting yang kerap kali menjadi topik pembicaraan dalam dunia pendidikan. Pada teori sebelumnya telah dijelaskan bahwa gaya belajar selain menjadi salah satu faktor internal siswa dalam proses belajar juga faktor yang menjadikan guru mampu dalam memvariasikan cara pengajarannya, terutama jika kita melihat definisi dari gaya belajar itu sendiri yaitu sebuah karakter atau kebiasaan yang siswa/i senangi untuk mencari, mengolah dan menginformasikan ilmu yang mereka dapat bagi dirinya dan teman-temannya. Satu hal penting dari gaya belajar ini adalah bagaimana cara kita mengetahui gaya belajar siswa/i tersebut dan mampu mmbantu kita mengoptilmakan proses pembelajaran bagi siswa/i. Beberapa teori gaya belajar yang dipaparkan oleh para ahli, di antaranya:

1) Bobbi DePorter dan Hernacki

Bobbi DePorter dan Hernacki melihat gaya belajar siswa berdasarkan modalitas indra, gaya belajar yang diklasifikasikan olehnya ialah gaya belajar yang menggunakan preferensi sensori melalui penglihatan,

47

(47)

pendengaran dan sentuhan atau gerakan. Teori gaya belajar ini dikenal dengan gaya belajar Visual (V), Auditori (A) dan Kinestetik (K) atau disingkat dengan VAK. Namun dalam hal ini bukan berarti siswa yang memiliki gaya belajar visual tidak menggunakan pendengarannya dalam belajar, atau menggunakan gerakan tubuhnya. Gaya belajar seseorang visual, auditori atau kinestetik ini hanyalah gaya belajar yang melihat dominansi atau prefensi indra yang dominan digunakan siswa/i dalam mencari, mengolah dan menyapaikan informasi yang Ia miliki.

2) Model VARK Fleming

Fleming mendefinisikan gaya belajar sebagai karakteristik individu dengan cara-cara pengumpulan, pengorganisasian serta pemikiran tentang informasi yang lebih disukainya. Fleming mendefinisikan gaya belajar sebagai karakteristik individu dalam pengumpulan, pengorganisasian dan berpikir dalam mengolah suatu informasi dengan cara yang lebih disukainya.48

Fleming mendefinisikan VARK merupakan perluasan model sensorik dari model neuro-linguistik. VARK adalah singkatan dari Visual (V), Aural/Auditori (A), Read (R), Kinestetik (K).

3) Felder - Silverman

R.M Felder adalah seorang profesor teknik kimia, bersama temannya L.K Silverman mereka mendefinisikan gaya belajar sebagai suatu cara atau karakteristik dan preferensi individu dalam mengambil dan memproses atau mengolah informasi.49 Dalam teorinya Ia menjelaskan bahwa setiap individu memilki lima preferensi yang berlangsung secara terus menerus (continue). Lima preferensi tersebut ia klasifikasikan sebagai berikut: 1) Aktif –

48

Thomas F. Hawk and Amit J. Shah, “Using Learning Style Instruments to Enhance

Student Learning”, Decision Sciences Journal of Innovative Education, Vol. 5, No. 1, 2007, h. 9

(https://www.researchgate.net/publication/227495977_Using_Learning_Style_Instruments_to_En

hance_Student_Learning) diakses pada 24/01/2014 pukul 20:12

49

(48)

Reflectif, 2) Sensing – Intuitif, 3) Verbal - Visual, 4) Sequensial – Global, 5) Intuitif - Deduktif.

Dari ketiga teori gaya belajar diatas, masing-masing teori memiiki gaya belajar yang terdiri dari gaya belajar visual, auditori dan kinestetik. Masing-masing teori tersebut menyebutkan karakteristik dari ketiga gaya belajar yang mereka kelompokkan berdasarkan modalitas, sensoris maupun preferensi siswa dalam proses belajar. Adapun karakteristik yang dipaparkan dari ketiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik gaya belajar visual, auditori dan kinestetik sebagai berikut:

1) Gaya belajar visual

a) Belajar dengan mengoptimalkan indra penglihatan

b) Belajar dengan media yang berbentuk non-verbal (gambar, grafik, peta, dll)

c) Konsentrasi belajarnya lebih tinggi walau dalam kondisi ramai. d) Mampu belajar mandiri

2) Gaya belajar auditori

a) Belajar dengan mengoptimalkan indra pendengaran b) Belajar melalui media audio

c) Konsentrasi belajar mudah pecah pada kondisi ramai. d) Dominan belajar dengan berkelompok.

3) Gaya belajar kinestetik

Gambar

grafik, diagram, pameran, papan info.
Gambar 2. 2. Tujuan Aspek Kognitif
Gambar 2. 3. Tujuan Aspek Afektif
Gambar 2.5. Bagan Kerangka Pikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendaftaran dan pengambilan Dokumen Pengadaan dapat diwakilkan dengan membawa surat tugas dari direktur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang dan kartu pengenal.

Penggunaan material tersebut menyebabkan panas yang lebih tinggi dari material lainnya jika dibandingkan pada Kawasan dengan suhu permukaan yang rendah yaitu pada

Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja,

Berdasarkan tujuan penelitian ini adalah untuk memahami, mendeskripsikan dan menganalisis peran UNHCR dalam penerapan prinsip Non Refoulement terhadap kasus

Pengkatalogan jurnal adalah proses pembuatan katalog untuk semua judul jurnal yang dimiliki perpustakaan untuk digunakan sebagai alat telusur bagi

[r]

PENGUMPULAN DATA &amp; INFORMASI PENDUKUNG AKREDITASI.. SDN JATIBENING

*Dokumen terkendali jika disimpan di tempat penyimpanan dokumen yang ditentukan dan divalidasi oleh