• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

G. Uji Validitas Kuesioner

Menurut Suparno (2010:67) validitas merupakan mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh mengukur apa yang diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan (valid untuk). Validitas menunjuk pada kesesuaian penuh arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulannya valid bila sesuai dengan tujuan penelitian.

Menurut Surapratama (2004:50) validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas sebuah tes selalu dibedakan menjadi dua macam yaitu validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis sama dengan analisis kualitatif terhadap sebuah soal, yaitu untuk menentukan berfunsi tidaknya suatu soal berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, yang dalam hal ini adalah kriteria materi, konstruksi dan bahasa.

Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah content validity

(validitas isi). Validitas isi yaitu isi dari instrumen yang akan digunakan sungguh mengukur isi dari domain yang mau diukur. Apakah item tes sungguh mempresentasikan isi yang mau dites (Suparno, 2010:68).

Pada penelitian ini, kuesioner tidak diujicobakan, namun telah dibuat kisi-kisi kuesioner, dikonsultasikan dan disetujui oleh dua orang ahli, yakni guru pembimbing dan dosen, serta kuesioner ini dikembangkan dari pertanyaan-pertanyaan wawancara pada artikel Attitudes towards Science Learning among 10th-Grade Students: A Qualitative look (Lena Raved dan Orit Ben Zvi Assaraf, 2011).

H. Metode Analisis Data Penelitian 1. Metode analisis kuantitatif

a. Analisis Hasil Kuesioner

Kuesioner pada penelitian ini dalam bentuk skala sikap model Likert yang bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran fisika. Dalam skala Likert, setiap item pernyataan pada kuesioner yang berjumlah 48 pernyataan, terdiri dari 35 pernyataan positif dan 13 pernyataan negatif, akan dinilai oleh siswa dengan cara memilih salah satu jawawan alternatif dari lima jawaban alternatif, yakni sangat setuju, setuju, netral (tidak mempunyai pendapat), tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Lima alternatif jawaban kuesioner dibuat skor. Skor untuk pernyataan positif, alternatif jawaban sangat setuju skornya 4 (empat), setuju skornya 3 (tiga), netral skornya 2 (dua), tidak setuju skornya 1 (satu), dan sangat tidak setuju skornya 0 (nol). Sedangkan pernyataan negatif, alternatif jawaban sangat setuju skornya 0 (nol), setuju skornya 1 (satu), netral skornya 2 (dua), tidak setuju skornya 3 (tiga), dan sangat tidak setuju skornya 4 (empat).

Seluruh skor yang ada pada setiap item pernyataan kuesioner dijumlahkan untuk mendapatkan skor total masing-masing siswa. Skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah 192 dan skor terendah adalah 0

(nol). Skor total kuesioner sikap siswa terhadap pembelajaran fisika akan dikorelasikan dengan skor hasil belajar fisika.

Dengan mengetahui skor tertinggi dan terendah kuesioner, kuesioner dianalisis menggunakan perhitungan menurut Likert (Seravina, 2014), yakni: =

Keterangan:

C = rentang skor sikap

A = skor tertinggi kuesioner sikap B = skor terendah kuesioner sikap

Setelah diperoleh rentang skor sikap, maka kriteria sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dapat dibuat dengan cara digolongkan menjadi 5 (lima), yakni:

Sangat Positif : + 4 ≤ < + 5

Positif : + 3 ≤ < + 4

Netral : + 2 ≤ < + 3

Negatif : + ≤ < + 2

Sangat Negatif : ≤ < +

b. Analisis Hasil Nilai Fisika

Nilai fisika siswa kelas X-A merupakan hasil belajar fisika siswa yang diperoleh selama mengikuti pelajaran fisika. Nilai fisika siswa diperoleh dari guru fisika kelas X-A berupa nilai ulangan harian (untuk

materi Bab I Besaran dan Satuan) dan nilai UTS semester ganjil, kemudian dirata-ratakan.

Dengan mengetahui skor tertinggi dan terendah nilai fisika, nilai fisika dianalisis menggunakan perhitungan menurut skala Likert (Seravina, 2014), yakni: =

Keterangan:

C = rentang skor nilai fisika A = skor tertinggi nilai fisika B = skor terendah nilai fisika

Setelah diperoleh rentang skor nilai fisika, maka kriteria hasil belajar fisika digolongkan menjadi 5 (lima), yakni:

Sangat Tinggi : + 4 ≤ < + 5

Tinggi : + 3 ≤ < + 4

Cukup : + 2 ≤ < + 3

Rendah : + ≤ < + 2

Sangat Rendah : ≤ < +

c. Analisis Korelasi antara Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika dengan Hasil Belajar Fisika

Untuk mendapatkan korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika siswa, dianalisis menggunakan statistik korelasi product momentPearson melalui program

SPSS 20.0, dengan memasukkan skor hasil analisis kuesioner sebagai variabel bebas (variabel X) serta skor hasil analisis nilai fisika sebagai variabel terikat (variabel Y).

Hasil analisis korelasi diperoleh nilai koefisien korelasi dan nilai probabilitas atau nilai signifikan korelasi, yakni:

1) Koefisien korelasi

Menurut Hasan (2004:43) koefisien korelasi adalah indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan, meliputi hubungan dan bentuk/arah hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai berada di antara -1 dan +1. Untuk bentuk arah/hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam positif (+) dan negative (-), atau (−1 ≤ ≤ +1).

a) Jika koefisien korelasi bernilai positif maka variabel-variabel berkorelasi positif, artinya jika variabel yang satu naik/turun maka variabel yang lainnya juga naik/turun. Semakin dekat dengan nilai koefisien korelasi ke +1, semakin kuat korelasi positifnya.

b) Jika koefisien korelasi bernilai negatif, maka variabel-variabel berkorelasi negatif, artinya jika variabel yang satu naik/turun maka variabel yang lainnya akan naik/turun. Semakin dekat nilai koefisien korelasi -1, semakin kuat korelasi negatifnya.

c) Jika koefisien korelasi bernilai 0 (nol), maka variabel tidak menunjukkan korelasi.

d) Jika koefisien korelasi bernilai +1 atau -1, maka variabel-variabel menunjukkan korelasi positif atau negatif sempurna.

Untuk menentukan keeratan hubungan/korelasi antarvariabel tersebut, berikut ini diberikan nilai dari KK sebagai patokan.

Tabel 3.3 Interval Skor Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan

Interval Nilai Kekuatan Hubungan

= 0,00 Tidak ada

0,00 ≤ ≤ 0,20 Sangat rendah

0,20 ≤ ≤ 0,40 Rendah

0,40 ≤ ≤ 0,70 Cukup atau sedang

0,70 ≤ ≤ 0,90 Tinggi

0,90 ≤ ≤ 1,00 Sangat tinggi

= 1,00 Sempurna 2) Probabilitas/signifikan korelasi

Untuk menguji signifikansi hasil korelasi dengan penyusunan hipotesis:

Ho: tidak ada korelasi antara variabel sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan variabel hasil belajar fisika

Hi: ada korelasi antara variabel sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika

Bila nilai probabilitas atau nilai signifikannya lebih kecil dari 0,05 (< 0,05), maka Ho ditolak dan Hi diterima berarti bahwa ada korelasi antara dua variabel (ada korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika). Sebaliknya, bila nilai probabilitas atau nilai signifikannya lebih besar dari 0,05 (> 0,05), maka Hi ditolak dan Ho diterima berarti bahwa tidak ada korelasi antara dua variabel (tidak ada korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika)

2. Metode Analisis Kualitatif Analisis Wawancara

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran fisika yang diperoleh dari hasil kuesioner dan hasil belajar fisika siswa yang diperoleh dari nilai fisika yang diberikan oleh guru fisika kelas X-A. hasil wawancara ditranskip dari rekaman kedalam bentuk tulisan. Analisis wawancara dengan cara sebagai berikut:

a. Data wawancara yang sudah ditranskip ke dalam bentuk tulisan berupa pertanyaan peneliti dan jawaban siswa akan dikategorikan menjadi beberapa kategori pernyataan.

b. Menganalisis isi atau kata-kata yang sering muncul dari jawaban-jawaban siswa berdasarkan setiap kategori.

BAB IV

HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait