• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika di kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika di kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta."

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Yasinta Monika Bhiju Dapa, 2014. Korelasi antara Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika dengan Hasil Belajar Fisika Di Kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran fisika, untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa, dan untuk mengetahui korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan penelitian deskriptif kualitatif. Instrumen penelitian terdiri dari tiga, yakni kuesioner, nilai fisika dan wawancara. Metode analisis penelitian terdiri dari dua,yakni metode analisis kuantitatif dan metode analisis kualitatif. Metode analisis kuantitatif untuk menganalisis hasil kuesioner sikap siswa terhadap pembelajaran fisika, nilai fisika, dan korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang dianalisis menggunakan statistik korelasiproduct momentPearson melalui penggunaan program SPSS 20.0. Metode analisis kualitatif unruk menganalisis hasil wawancara. Subyek penelitian adalah siswa kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta yang terdiri dari 32 siswa dengan 16 jumlah perempuan dan 16 jumlah laki-laki.

Hasil analisis korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang dianalisis menggunakan statistik korelasiproduct momentPearson melalui penggunaan program SPSS 20.0 diperoleh:

1. Deskripsi statistik nilai rata-rata dan standar deviasi menunjukkan bahwa variabel sikap siswa terhadap pembelajaran fisika berada pada kategori sikap netral dan variabel hasil belajar fisika berada pada kategori hasil belajar fisika tinggi.

2. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,0356* menunjukkan bahwa ada korelasi positif dan hubungan yang tinggi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika.

3. Nilai signifikansi sebesar 0,045. Jika dibandingkan dengan = 0,05, nilai signifikansi lebih kecil dari pada nilai ( . < ), yakni0,045 < 0,05. Artinya, ada korelasi yang signifikan antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika.

(2)

ABSTRACT

Yasinta Monika Bhiju Dapa. 2014. The correlation between students’ attitudes toward learning physics with the results of learning physics at class X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta. Thesis. Physical education, Department of education of mathematics and sciences, Faculty of teacher training and education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to know the students’ attitudes toward learning physics, the physics students learning outcomes, and the correlation between attitudes of students’ toward learning physics with the results of learning physics.

The types of this research are quantitative descriptive research and qualitative descriptive research. The research instrument consisted of three, that are the questionnaire, the physical value and the interview. The analysis method research consists of two methods which are quantitative analysis and qualitative analysis. Quantitative analysis method is used for analyzing the results of the questionnaire of students’ attitudes toward learning physics, the value of physics, and the correlation between students’ attitudes toward learning physics with the results of learning physics which analyzed using Pearson product moment statistics correlation trough the use of SPSS 20.0 program. Qualitative analysis method is used for analyzing the results of the interview. The subject of this research is the students of class X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta., consisting of 32students with 16 women and 16 men.

The results of analysis correlation between students’ attitudes toward learning physics with the results of learning physics which analyzed using Pearson product moment statistics correlation trough the use of program SPSS 20.0, retrieved:

1. The description of the average value and standard deviation indicate that the variable attitude of students toward learning physics is on a neutral stance category and the variable outcome studied physics is on high-yield category studied physics.

2. The value of the correlation coefficient 0,356* indicates that there is a positive correlation and a high relationship between students attitudes toward learning physics with the results of learning physics.

3. The value of significance is 0,045. When compared to the = 0,05, significance value is smaller than the value of the ( . < ), which is 0,045 < 0,05. It means that there is a significance correlation betweenstudents’ attitudes toward learning physics with the results of learning physics.

(3)

KORELASI ANTARA SIKAP SISWA TERHADAP

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN HASIL BELAJAR

FISIKA DI KELAS X-A SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Yasinta Monika Bhiju Dapa NIM: 091424036

PROGAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

vi

(9)

vii ABSTRAK

Yasinta Monika Bhiju Dapa, 2014. Korelasi antara Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika dengan Hasil Belajar Fisika Di Kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran fisika, untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa, dan untuk mengetahui korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan penelitian deskriptif kualitatif. Instrumen penelitian terdiri dari tiga, yakni kuesioner, nilai fisika dan wawancara. Metode analisis penelitian terdiri dari dua,yakni metode analisis kuantitatif dan metode analisis kualitatif. Metode analisis kuantitatif untuk menganalisis hasil kuesioner sikap siswa terhadap pembelajaran fisika, nilai fisika, dan korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang dianalisis menggunakan statistik korelasi product moment Pearson melalui penggunaan program SPSS 20.0. Metode analisis kualitatif unruk menganalisis hasil wawancara. Subyek penelitian adalah siswa kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta yang terdiri dari 32 siswa dengan 16 jumlah perempuan dan 16 jumlah laki-laki.

Hasil analisis korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang dianalisis menggunakan statistik korelasi product moment

Pearson melalui penggunaan program SPSS 20.0 diperoleh:

1. Deskripsi statistik nilai rata-rata dan standar deviasi menunjukkan bahwa variabel sikap siswa terhadap pembelajaran fisika berada pada kategori sikap netral dan variabel hasil belajar fisika berada pada kategori hasil belajar fisika tinggi.

2. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,0356* menunjukkan bahwa ada korelasi positif dan hubungan yang tinggi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika.

3. Nilai signifikansi sebesar 0,045. Jika dibandingkan dengan = 0,05, nilai signifikansi lebih kecil dari pada nilai ( . < ), yakni0,045 < 0,05. Artinya, ada korelasi yang signifikan antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika.

(10)

viii ABSTRACT

Yasinta Monika Bhiju Dapa. 2014. The correlation between students’ attitudes toward learning physics with the results of learning physics at class X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta. Thesis. Physical education, Department of education of mathematics and sciences, Faculty of teacher training and education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to know the students’ attitudes toward learning physics, the physics students learning outcomes, and the correlation between attitudes of students’ toward learning physics with the results of learning physics.

The types of this research are quantitative descriptive research and qualitative descriptive research. The research instrument consisted of three, that are the questionnaire, the physical value and the interview. The analysis method research consists of two methods which are quantitative analysis and qualitative analysis. Quantitative analysis method is used for analyzing the results of the questionnaire of students’ attitudes toward learning physics, the value of physics, and the correlation between students’ attitudes toward learning physics with the results of learning physics which analyzed using Pearson product moment statistics correlation trough the use of SPSS 20.0 program. Qualitative analysis method is used for analyzing the results of the interview. The subject of this research is the students of class X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta., consisting of 32students with 16 women and 16 men.

The results of analysis correlation between students’ attitudes toward learning physics with the results of learning physics which analyzed using Pearson product moment statistics correlation trough the use of program SPSS 20.0, retrieved:

1. The description of the average value and standard deviation indicate that the variable attitude of students toward learning physics is on a neutral stance category and the variable outcome studied physics is on high-yield category studied physics.

2. The value of the correlation coefficient 0,356* indicates that there is a positive correlation and a high relationship between students attitudes toward learning physics with the results of learning physics.

3. The value of significance is 0,045. When compared to the = 0,05, significance value is smaller than the value of the ( . < ), which is 0,045 < 0,05. It means that there is a significance correlation between students’ attitudes toward learning physics with the results of learning physics.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat dalam penyusunan skripsi yang berjudul Korelasi antara Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika dengan Hasil Belajar Fisika di kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:

1. Bapak Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Edi Santoso, M.S., selaku ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(12)

x

5. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si., selaku pembimbing yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.

6. Bapak dan ibu dosen Program Studi Pendidikan Fisika, karyawan sekretariat Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan staf perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Dr. Paulus Suparno, M.S,T.,SJ selaku dosen penguji validitas kuesioner sikap siswa dalam penelitian skripsi.

8. Dra. Hj. Bambang Rahmawati Ningsih selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Yogyakarta beserta guru-guru yang telah mengizinkan dan membantu penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian penulisan skripsi ini. 9. Drs. Sabdrun Subagya selaku guru fisika kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta

yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data demi kelancaran dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi ini.

10. Siswa-siswa kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta yang telah antusias dalam penelitian.

(13)

xi

12. Kakak dan adikku Dominikus Paskalis Dhosa Dapa, Filomena Theresia Nggowa Dapa, Maximilianus Rofinus Regho Dapa, Puspa Ayu Anggreani, Leontius Mahdan Goa Dapa, Alfonsius Olla, Chlaude La Dafranveria Jufon Olla, Walterius Djago Sanda, Seravina Maretina Fendo Wea Servin Ngao, Yohanes Lukas Kalu, Bernardino Philbert Awa, Kresensia Bhiju terima kasih atas dukungan yang telah diberikan selama ini.

13. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika dan teman-teman kos Rajawali Paingan yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis baik selama dalam mengikuti perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, Mei 2014

(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul……….. i

Halaman Persetujuan ………... ii

Halaman Pengesahan………. ii

Halaman Motto dan Persembahan………. iv

Pernyataan Keaslian Karya……… v

LembarPernyataan Persetujuan Publikasi untuk Kepentingan Akademis…… vi

Abstrak ……… vii

Abstract……….. viii

Kata Pengantar ……….. ix

Daftar Isi ……… xii

Daftar Tabel ………... xvi

Daftar Gambar ……… xviii

Daftar Lampiran ………. xix

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah ………... 4

(15)

xiii

D. Manfaat Penelitian ……….. . 5

BAB II LANDASAN TEORI ……… 6

A. Sikap ………. 6

1. Pengertian Sikap ……….... 6

2. Ciri-Ciri Sikap dan Terbentuknya Sikap………. 9

B. Pembelajaran Fisika ……….. 12

1. Tujuan Pembelajaran Fisika ………. 12

2. Fungsi Pembelajaran Fisika ………. 13

C. Hasil Belajar ……… 13

1. Pengertian Belajar ………. 13

2. Pengertian Hasil Belajar……… 14

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ………. 15

4. Hasil Belajar Fisika ……… 16

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Sains ……….. 17

1. Persepsi Guru Sains ……… 17

2. Hasil Belajar Sains ………. 18

3. Belajar Sains yang Menyenangkan ……… 19

4. Hasil Penelitian yang Relevan ……….…………. 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 21

E. Tempat dan Waktu Penelitian……… 24

(16)

xiv

H. Metode Analisis Data Penelitian………. 30

1. Metode Analisis Kuantitatif ……….. 30

a. Analisis Hasil Kuesioner ….……… 30

b. Analisis Hasil Nilai Fisika……… 31

c. Analisis Korelasi antara Sikap dengan Nilai Fisika…………. 32

2. Metode Analisis Kualitatif………. 35

Analisis Hasil Wawancara……….. 35

BAB IV HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ………… 36

A. Hasil Penelitian ……….. 36

1. Hasil Kuesioner………. 36

2. Hasil Nilai Fisika………. 37

3. Hasil Wawancara………. 38

B. Metode Analisis Hasil Penelitian……… 48

1. Metode Analisis Kuantitatif………... 48

a. Analisis Hasil Kuesioner…….……… 48

b. Analisis Hasil Nilai Fisika………. 53

c. Analisis Korelasi Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika dengan Hasil Belajar Fisika……… 55

2. Metode Analisis Kualitatif……… 58

Analisis Wawancara……….. 58

C. Pembahasan ………... 64

(17)

xv

2. Hasil BelajarFisika……….. 68

3. Korelasi Sikap Siswa dengan Hasil Belajar Fisika……….. 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 73

A. Kesimpulan ………. 73

B. Saran ……… 74

DAFTAR PUSTAKA……… 77

LAMPIRAN I ………. 79

LAMPIRAN II………. 82

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

No. Tabel Teks Halaman

3.1. Skoring Kuesioner……… ……... 26

3.2. Kisi-Kisi Kuesioner……….. 27

3.3. Interval Skor Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan……… 34

4.1. Hasil Kuesioner Sikap Siswa……… 36

4.2. Hasil Nilai Fisika………. 37

4.3. Skor Kuesioner dengan Kategori Sikap dan Skor Nilai Fisika dan Skor Nilai Fisika dengan Kategori Hasil Belajar Fisika untuk Masing-Masing Siswa Di Kelas X-A………... 39

4.4. Kategori Sikap terhadap Pembelajaran Fisika dengan Kategori Hasil Belajar Fisika Di Kelas X-A……….. 40

4.5. Kriteria Sikap………... 48

4.6. Kriteria Sikap………... 49

4.7. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika untuk Masing-Masing Siswa………...……… 49

4.8. Sikap Siswa Kelas X-A terhadap Pembelajaran Fisika……… 50

4.9. Kriteria Sikap………... 51

4.10. Kriteria Sikap………... 51

(19)

xvii

4.12. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika untuk Masing-Masing

Indikator Kuesioner……….. 52

4.13. Kriteria Hasil Belajar Fisika………. 53

4.14. Hasil Belajar Fisika untuk Masing-Masing Siswa………. 54

4.15. Hasil Belajar Fisika Kelas X-A……… 55

4.16. Deskripsi Statistik Sikap Siswa……….. 56

4.17. Deskripsi Statistik Hasil Belajar Fisika……….. 56

4.18. Korelasi Sikap Siswa dengan Hasil Belajar Fisika……… 56

4.19. Sikap Positif Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika dengan Hasil Belajar Fisika Tinggi Di Kelas X-A………. 61

4.20. Sikap Negatif Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Di Kelas X-A.. 62

(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Teks Halaman

2.1Bagan Terbentuknya Sikap……… 11

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Teks Halaman

LAMPIRAN I…..………... 79

A. Surat Ijin Penelitian Universitas ……… 80

B. Surat Keterangan Penelitian Sekolah ………. 81

LAMPIRAN II……… 82

A. Validitas Kuesioner ……… 83

B. Kisi-Kisi Kuesioner………. 97

C. Kuesioner ……… … 103

D. Hasil Pengisian Kuesioner………... 128

E. Skor Total Pengisian Kuesioner……….. 129

F. Hasil Analisis Skor Indikator Kisi-Kisi Kuesioner……….. 132

LAMPIRAN III……… 136

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam keberlangsungan hidup suatu bangsa dan negara. Pendidikan adalah suatu upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral serta keimanan dan ketakwaan manusia (Udin, 2009:6).

Menurut W.J.S. Poewardaminta, pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan (Tatang, 2012:13).

Pendidikan bertujuan menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.

(23)

pendidikan, yakni lembaga pendidikan formal dan lembaga pendidikan non-formal. Lembaga pendidikan formal adalah sekolah, sedangkan lembaga pendidikan non-formal adalah keluarga dan masyarakat.

Sekolah merupakan pusat pembelajaran. Dalam pembelajaran peran guru adalah membuat desain instruksional, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, bertindak mengajar atau membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar yang berupa dampak pengajaran. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Sedangkan peran siswa adalah bertindak belajar, yaitu mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar yang digolongkan sebagai dampak pengiring. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar (Damyati dan Mudjiono, 2010:5).

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Gagn, setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai (Damyati dan Mudjiono, 2010:7).

(24)

belajar. Sikap adalah kemampuan memberikan penilaian, penerimaan, tanggapan seseorang terhadap suatu obyek, situasi, konsep, orang lain maupun dirinya sendiri akibat hasil dari proses belajar maupun pengalaman di lapangan yang menyebabkan perasaan senang (positif/sangat positif) atau tidak senang (negatif/sangat negatif).

Misalnya sikap siswa terhadap pembelajaran fisika. Siswa yang memiliki sikap positif/sangat positif merasa senang, suka, rasa ingin tahu tinggi, serta tertarik dan berminat terhadap pembelajaran fisika. Sedangkan siswa yang memiliki sikap negatif/sangat negatif merasa bosan, jenuh, malas, selalu beranggapan fisika itu sulit atau pelajaran yang menakutkan, dan sebagainya terhadap pembelajaran fisika. Penilaian sikap dalam pembelajaran fisika yang merupakan bagian dari sains, penting dilaksanakan karena dalam pembelajaran fisika berkaitan dengan kemampuan, sehingga menjadi acuan siswa mampu atau tidak mampu pada pembelajaran fisika.

(25)

Berbicara mengenai sikap, sikap adalah salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar (Zainal, 2012:299). Dalam penelitian Yunita mengenai “HUBUNGAN ANTARA SIKAP ILMIAH SISWA DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA DI KELAS XI IPA MA NEGERI KAMPAR” memaparkan

bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah yang tinggi akan memiliki kelancaran dalam berpikir sehingga akan termotivasi selalu berprestasi dan memiliki komitmen yang kuat untuk mencapai keberhasilan, keunggulan. Siswa yang mempunyai kemampuan bernalar tinggi tidak akan mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran fisika, sebaliknya peserta didik yang kemampuan bernalarnya rendah mungkin akan mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran fisika. Semakin positif sikap ilmiah siswa, maka hasil belajar fisika siswa semakin tinggi. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif sikap ilmiah siswa, maka hasil belajar fisika akan semakin rendah.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “KORELASI ANTARA SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA DI KELAS X-A SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA”

B. Rumusan Masalah

(26)

3. Apakah ada korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran fisika

2. Mengetahui hasil belajar fisika siswa

3. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran fisika berkorelasi dengan hasil belajar fisika

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru dan calon guru

Meningkatkan kualitas mengajar dan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, menarik dan dihadapkan pada kehidupan nyata bagi siswa, agar siswa meningkatkan sikap positifnya terhadap pembelajaran fisika yang dapat berdampak pada hasil belajar yang tinggi.

2. Bagi penelitian selanjutnya

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan salah satu bagian yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Seseorang akan dinilai kepribadiannya oleh orang lain saat orang tersebut menunjukkan sikapnya terhadap suatu objek. Berbicara mengenai pengertian sikap seperti halnya dengan pengertian-pengertian lain, terdapat beberapa pendapat dari para ahli tentang apa yang dimaksud dengan sikap. Tetapi sikap yang dikemukakan para ahli memiliki batasan-batasannya sendiri.

Menurut Thurstone (Walgito, 1990:109) mengatakan bahwa “An

attitude as the degree of positive or negative affect associated with some

psychological object. By psychological object Thurstone means any symbol,

phrase, slogan, person, institution, ideal, or idea, toward which people can

(28)

yang tidak menyenangkan. Dengan demikian objek dapat menimbulkan berbagai-bagai macam sikap, dapat menimbulkan berbagai-bagai macam tingkatan afeksi pada seseorang. Thurstone hanya melihat sikap sebagai tingkatan afeksi saja, belum mengaitkan sikap dengan prilaku.

Menurut Newcomb (Walgito, 1990:110) memberikan sikap sebagai “From a cognitive point of view, then, an attitude represent an organization

of valenced cognitions. From a motivational point of view, an attitude

represents a state of readines for motive arousal”. Dari batasan tersebut Newcomb telah menghubungkan sikap dengan komponen kognitif dan komponen konatif, untuk komponen afektifnya tidak ada.

Sedangkan menurut Baron dan Byrne (Walgito, 1990:110) mengutip pendapat dari Eagly dan Himmelfarb, serta pendapat Rajecki yang menyatakan bahwa: “Specifically they define attitudes as relatively lasting

cluster of feelings, beliefs’, and behavior tendencies directed toward specific

persons, ideas, objects, or groups”. Myers berpendapat bahwa sikap itu merupakan “A presisposition towards some object; includes one’s beliefs,

(29)

Dari beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian sikap dengan batasan-batasannya, Walgito (1990:111) menyimpulkan pada umumnya sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:

a. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap. b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang

berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

c. Komponen konaktif (komponen perilaku atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Pada artikel Attitudes towards Science Learning among 10th-Grade

(30)

kepada kumpulan beberapa faktor dan argumen-argumen rasional bahwa kontribusi dari salah satu hubungan terhadap suatu objek yaitu, unsur-unsur sikap tersebut berdasarkan apa yang diketahui (Eagly dan Chaiken, 1998). Misalnya, sikap siswa yang positif cenderung ke arah pembelajaran sains karena mereka percaya ini akan memimpin mereka ke karir yang menguntungkan. Unsur afektif (affective), di sisi lain berhubungan tidak rasional tetapi untuk komponen emosional dari salah satu hubungan terhadap suatu objek. Reaksi yang disuarakan dalam hal daya tarik atau tolakan, cinta atau benci, kesenangan atau ketidak-senangan, misalnya, mengacu pada unsur afektif/emosional dari sikap. Ketiga, unsur perilaku (behavioral), sikap mengacu pada satu cara yang cenderung untuk benar-benar bersikap terhadap suatu objek. Unsur perilaku ini lebih pragmatis tidak selalu menghasilkan dari sikap kognitif atau sikap emosional, yang berarti bahwa ada perbedaan antara sikap seseorang tetap memungkinkan untuk prediksi perilaku seseorang.

2. Ciri-Ciri Sikap dan Terbentuknya Sikap

Walgito (1990:113-116) memaparkan ciri-ciri sikap dan terbentuknya sikap yakni:

a. Ciri-ciri Sikap

(31)

membedakan sikap dengan pendorong-pendorong lain yang ada dalam diri manusia, antara lain:

1) Sikap itu tidak dibawa sejak lahir

Ini berarti manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap tertentu terhadap sesuatu objek, melainkan sikap terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan.

2) Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap

Hubungan yang positif atau negatif antara individu dengan objek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu dari individu terhadap objek tersebut.

3) Sikap dapat tertuju pada suatu objek saja, tetapi juga dapat tertuju pada sekumpulan objek-objek.

Misalnya, seseorang mempunyai sikap yang negatif pada seseorang, orang tersebut akan mempunyai kecenderungan untuk menunjukkan sikap yang negatif pula pada kelompok di mana sesorang tersebut tergabung di dalamnya.

4) Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar

(32)

seseorang, maka sikap tersebut secara relatif tidak bertahan lama, dan sikap tersebut akan mudah berubah.

5) Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi

Ini berarti bahwa sikap terhadap suatu objek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan yang dapat bersifat positif (menyenangkan) terhadap objek tetapi juga dapat bersifat negatif (tidak menyenangkan) terhadap objek tersebut. Sikap juga mengandung motivasi, di mana sikap mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek yang dihadapinya.

b. Terbentuknya Sikap

Dari ciri-ciri sikap di atas dipaparkan sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dibentuk sepanjang perkembangan individu yang bersangkutan. Adapun bagan terbentuknya sikap yakni:

(33)

Dari bagan tersebut dapat dikemukan bahwa sikap yang ada pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berujud situasi yang dihadapi oleh individu, norma-norma yang ada dalam masyarakat, hambatan-hambatan atau pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat. Semuanya ini akan berpengaruh pada sikap yang pada diri seseorang. Reaksi yang dapat diberikan individu terhadap objek sikap dapat bersifat positif, tetapi juga dapat bersifat negatif.

B. Pembelajaran Fisika

Menurut Kartika (2001:46) memaparkan pembelajaran fisika yang menekankan pada kegiatan atau keaktifan siswa, bukan kegiatan guru. Ukuran dari kualitas pembelajaran tidak terletak pada baiknya guru menerangkan, tetapi pada kualitas dan kuantitas belajar siswa, dalam arti seberapa banyak dan seberapa sering siswa terlibat secara aktif. Peran guru yang pokok adalah menciptakan situasi, menyediakan kemudahan, merancang kegiatan dan membimbing siswa agar mereka terlibat dalam proses belajar secara berkesinambungan.

1. Tujuan Pembelajaran Fisika

(34)

menerapkannya untuk memecahkan masalah-masalah (soal-soal) yang berkaitan. Dalam tujuan tersebut ditekankan betapa pentingnya kemampuan siswa melakukan proses, baik sebagai hasil maupun sebagai langkah kerja yang harus dialami dalam proses pembelajaran.

2. Fungsi Pembelajaran Fisika

Pembelajaran fisika mempunyai dua fungsi. Kedua fungsi tersebut adalah (1) fungsi umum, yaitu fungsi yang berkaitan dengan berlangsungnya proses pembelajaran, dan (2) fungsi khusus, yaitu fungsi yang menunjang terjadinya proses belajar secara optimal. Dikutip dari Gal’perin memaparkan pembelajaran memiliki 4 fungsi khusus, yaitu (1) orientasi, (2) latihan, (3) umpan balik, dan (4) tindak lanjut; dan tiga fungsi umum, yaitu (1) membangkitkan motivasi, (2) mengetahui pengetahuan alam, dan (3) informasi tentang sasaran belajar, kriteria keberhasilan yang dituntut, dan contoh-contoh soal ujian.

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

(35)

menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan (Syaiful, 2010:10).

2. Pengertian hasil belajar

(36)

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik (Sudjana, 1989:22).

Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensitesis, dan kemampuan mengevaluasi. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah peserta didik menerima pengalaman belajar tertentu.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Zainal (2012:299) guru juga harus memahami beberapa faktor yang dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap hasil belajar, antara lain:

a. Faktor siswa yang meliputi kapasitas dasar, bakat khusus, motivasi, minat, kematangan, dan kesiapan, sikap dan kebiasaan, dan lain-lain.

(37)

c. Faktor lingkungan, baik fisik, sosial maupun kultur, di mana kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Kultur masyarakat setempat, hubungan antara siswa dengan keluarga merupakan kondisi lingkungan yang akan mempengaruhi proses dan hasil belajar untuk pencapaian tujuan pembelajaran.

d. Faktor hasil belajar yang merujuk pada rumusan normatif harus menjadi milik siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran. Hasil belajar ini perlu dijabarkan dalam rumusan yang lebih operasional, baik yang menggambarkan aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik sehingga mudah untuk melakukan evaluasinya.

4. Hasil Belajar Fisika

Hasil belajar sama artinya dengan nilai yang dicapai siswa selama mengikuti proses pembelajaran di kelas. Menurut Winkel yang dikutip dari penelitian Yuniari (2012), taraf prestasi belajar yang telah dicapai oleh murid dinyatakan oleh dengan nilai. Nilai bukanlah score. Nilai bersifat kualitatif yaitu menyatakan sesuatu tentang baik atau buruknya prestasi murid. Dalam memberikan nilai terdapat skala penilaian dan nilai tidak selalu nampak dalam lambang kuantitatif.

(38)

ulangan harian, nilai akhir semester atau nilai yang tertulis pada rapor siswa dan nilai lainnya.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Sains

ArtikelAttitudes towards Science Learning among 10th-Grade Students: A

Qualitative look (Lena Raved dan Orit Ben Zvi Assaraf, 2011) yang ditulis oleh George (2000); Tuan, Chin dan Shich (2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap sains antara lain:

1. Persepsi guru sains

Dari penelitian-penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang dikutip pada artikel ini persepsi guru menyatakan bahwa:

a. Guru dan perilakunya di kelas sangat penting dalam mengembangkan sikap siswa terhadap pembelajaran sains, dan mempengaruhi perilaku siswa terhadap pembelajaran sains. Di mana guru dapat mempengaruhi sikap siswa untuk lebih baik atau buruk, tergantung pada interaksi antara siswa dan guru.

b. Siswa mengetahui guru yang baik ketika guru memiliki hubungan pribadi yang baik terhadap anak didiknya, mendengarkan, memahami, mendorong dan mendukung siswa.

(39)

minat dan pemahaman pembelajaran sains mereka. Dengan hal menyenangkan dan menghibur, para siswa dapat mengerti dengan penggunaan berbagai metode untuk mengkomunikasikan materi dan pelajaran interaktif.

d. Ketertarikan siswa pada kelas sains tumbuh berkat guru-guru yang mengajar menyenangkan dan menghibur.

e. Guru menyederhanakan subjek dan berbicara dalam bahasa yang jelas kepada siswa.

f. Kualitas pengajaran dari guru sains sekolah tidak hanya mempengaruhi kepuasan siswa dengan guru, tetapi juga merupakan faktor penting dalam keputusan untuk melanjutkan pembelajaran sains. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jika perilaku guru menjawab kebutuhan para siswa, hal itu akan menghasilkan sikap yang lebih positif terhadap pembelajaran sains.

2. Hasil Belajar Sains

(40)

menurun saat ini. Sedangkan Osborne dan Collins (2001) menunjukkan penelitian mereka bahwa siswa setuju dengan pentingnya pembelajaran sains karena menentukan karir mereka.

3. Belajar Sains yang Menyenangkan

Berdasarkan penelitian-penelitan yang dilakukan menunjukkan bahwa karakter guru, suasana kelas dan keterkaitan materi dengan kehidupan sehari-hari mempengaruhi minat, ketertarikan serta kesenangan siswa terhadap pembelajaran sains. Adanya kesenangan, ketertarikan dan minat siswa maka terciptalah sikap positif siswa terhadap pembelajaran sains.

E. Hasil Penelitian yang Relevan

(41)

ilmiah positif dalam belajar khususnya belajar fisika akan belajar lebih aktif dan dapat memperoleh hasil belajar yang baik.

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Suparno (2010:3) penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan penjelasan atau uraian akan suatu hal. Penelitian ini menggunakan dua macam metode penelitian, yakni penelitian kuantitatif dan deskriptif kualitatif.

Penelitian kuantitatif adalah desain riset yang menggunakan data berupa skor atau angka yang kemudian akan dianalisis dengan statistik (Suparno, 2010: 7). Pengumpulan data pada penelitian ini melalui penyebaran kuesioner dan dokumentasi nilai fisika siswa berupa nilai ulangan harian (untuk materi Bab I Besaran dan Satuan) dan nilai UTS semester ganjil di kelas X-A.

(43)

B. Prosedur Penelitian

Menurut Hasan (2004:16) prosedur penelitian adalah langkah-langkah atau urutan-urutan yang harus dilalui atau dikerjakan dalam suatu penelitian. Prosedur penelitian digambarkan dalam bagan di bawah ini:

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Kuesioner Sikap + Dokumentasi nilai fisika

Wawancara Analisis Hasil Kuesioner

Sikap

Analisis Hasil Nilai Fisika

Analisis Korelasi Sikap dengan Hasil Belajar Fisika Transkip Data Wawancara

(44)

Prosedur penelitian yang dilakukan adalah: a. Kuesioner

Peneliti melakukan penyebaran kuesioner kepada semua siswa yang betujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran fisika di kelas X-A. b. Dokumentsi nilai fisika

Peneliti mendokumentasi nilai fisika siswa kelas X-A berupa nilai ulangan harian (untuk materi Bab I Besaran dan Satuan) dan nilai UTS semester ganjil yang diperoleh dari guru fisika kelas X-A.

c. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa siswa kelas X-A mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran fisika yang diperoleh dari hasil atkuesioner dan hasil belajar fisika siswa kelas X-A yang diperoleh melalui dokumentasi nilai fisika.

d. Analisis Data

(45)

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta. Siswa sebanyak 32 siswa dengan 16 jumlah perempuan dan 16 jumlah laki-laki.

D. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian antara lain: 1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap siswa kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap pembelajaran fisika.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar fisika siswa kelas X-A SMX-A Negeri 4 Yogyakarta.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian: SMA Negeri 4 Yogyakarta.

(46)

F. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga instrumen penelitian, yakni kuesioner, nilai fisika dan wawancara.

1. Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden yang ingin diketahui (Suparno, 2010:61). Kuesioner pada penelitian ini mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran fisika. Di mana kuesionernya bersifat tertutup, di mana responden tinggal memilih, sudah ada jawabannya, dalam bentukcheck list.

(47)

Tabel 3.1 Skor Pernyataan Kuesioner

Alternatif Jawaban Skor Pernyataan Positif

Skor Pernyataan Negatif

Sangat Setuju 4 0

Setuju 3 1

Netral 2 2

Tidak Setuju 1 3

Sangat Tidak Setuju 0 4

Pernyataan-pernyataan kuesioner terdiri dari 48 pernyataan dengan 35 pernyataan positif yang terdapat pada nomor 1, 2, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 25, 29, 30, 31, 32, 34, 36, 37, 38, 39, 40, 42, 43, 44, 45, 46, 47,48 dan 13 pernyataan negatif yang terdapat pada nomor 3, 4, 5, 9, 16, 19, 24, 26, 27, 28, 33, 35 dan 41.

(48)

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Kuesioner

menerapkan materi pelajaran fisika 1, 8, 16, 27, 32, 37, 44

Sikap terhadap cara mempelajari pelajaran fisika

Keseriusan dalam mempelajari fisika 6, 7, 24, 35, 40, 41, 46 Kesenangan untuk mendiskusikan

bahan/topik fisika 18, 26, 29, 39 Kesenangan untuk memecahkan

permasalahan fisika

20, 28, 30, 31, 33, 34, 38

Keinginan mendapatkan prestasi

yang baik dalam pelajaran fisika 19, 21, 22, 23, 36 Sikap terhadap

guru fisika

Cara mengajar guru fisika. 9, 12, 14, 42, 45, 48 Interaksi guru dengan siswa 10, 11, 13

2. Nilai Fisika

Nilai fisika siswa kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta merupakan hasil belajar fisika yang telah diperoleh siswa tersebut dalam mempelajari pelajaran fisika. Nilai fisika siswa kelas X-A berupa nilai rata-rata dari nilai ulangan harian (untuk materi Bab I Besaran dan Satuan) dengan nilai UTS semester ganjil yang diperoleh dari guru fisika.

3. Wawancara

(49)

yang telah ditentukan oleh peneliti berdasarkan hasil pengisian kuesioner dengan hasil belajar fisika yang diperoleh. Peneliti mengelompokkan siswa menjadi dua kategori yang terdiri dari dua kelompok, yakni:

(1) Kategori 1: Sikap siswa terhadap pembelajaran fisika berkorelasi dengan hasil belajar fisika

(a) Kelompok siswa yang memiliki sikap positif terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang tinggi (Kelompok A).

(b) Kelompok siswa yang memiliki sikap negatif terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang rendah (Kelompok B).

(2) Kategori 1: Sikap siswa terhadap pembelajaran fisika tidak berkorelasi dengan hasil belajar fisika

(a) Kelompok siswa yang memiliki sikap positif terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang rendah (Kelompok C).

(b) Kelompok siswa yang memiliki sikap negatif terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang tinggi (Kelompok D).

G. Uji Validitas Kuesioner

(50)

Menurut Surapratama (2004:50) validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas sebuah tes selalu dibedakan menjadi dua macam yaitu validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis sama dengan analisis kualitatif terhadap sebuah soal, yaitu untuk menentukan berfunsi tidaknya suatu soal berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, yang dalam hal ini adalah kriteria materi, konstruksi dan bahasa.

Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah content validity

(validitas isi). Validitas isi yaitu isi dari instrumen yang akan digunakan sungguh mengukur isi dari domain yang mau diukur. Apakah item tes sungguh mempresentasikan isi yang mau dites (Suparno, 2010:68).

(51)

H. Metode Analisis Data Penelitian

1. Metode analisis kuantitatif

a. Analisis Hasil Kuesioner

Kuesioner pada penelitian ini dalam bentuk skala sikap model Likert yang bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran fisika. Dalam skala Likert, setiap item pernyataan pada kuesioner yang berjumlah 48 pernyataan, terdiri dari 35 pernyataan positif dan 13 pernyataan negatif, akan dinilai oleh siswa dengan cara memilih salah satu jawawan alternatif dari lima jawaban alternatif, yakni sangat setuju, setuju, netral (tidak mempunyai pendapat), tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Lima alternatif jawaban kuesioner dibuat skor. Skor untuk pernyataan positif, alternatif jawaban sangat setuju skornya 4 (empat), setuju skornya 3 (tiga), netral skornya 2 (dua), tidak setuju skornya 1 (satu), dan sangat tidak setuju skornya 0 (nol). Sedangkan pernyataan negatif, alternatif jawaban sangat setuju skornya 0 (nol), setuju skornya 1 (satu), netral skornya 2 (dua), tidak setuju skornya 3 (tiga), dan sangat tidak setuju skornya 4 (empat).

(52)

(nol). Skor total kuesioner sikap siswa terhadap pembelajaran fisika akan dikorelasikan dengan skor hasil belajar fisika.

Dengan mengetahui skor tertinggi dan terendah kuesioner, kuesioner dianalisis menggunakan perhitungan menurut Likert (Seravina, 2014), yakni: =

Keterangan:

C = rentang skor sikap

A = skor tertinggi kuesioner sikap B = skor terendah kuesioner sikap

Setelah diperoleh rentang skor sikap, maka kriteria sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dapat dibuat dengan cara digolongkan menjadi 5 (lima), yakni:

Sangat Positif : + 4 ≤ < + 5

Positif : + 3 ≤ < + 4

Netral : + 2 ≤ < + 3

Negatif : + ≤ < + 2

Sangat Negatif : ≤ < +

b. Analisis Hasil Nilai Fisika

(53)

materi Bab I Besaran dan Satuan) dan nilai UTS semester ganjil, kemudian dirata-ratakan.

Dengan mengetahui skor tertinggi dan terendah nilai fisika, nilai fisika dianalisis menggunakan perhitungan menurut skala Likert (Seravina, 2014), yakni: =

Keterangan:

C = rentang skor nilai fisika A = skor tertinggi nilai fisika B = skor terendah nilai fisika

Setelah diperoleh rentang skor nilai fisika, maka kriteria hasil belajar fisika digolongkan menjadi 5 (lima), yakni:

Sangat Tinggi : + 4 ≤ < + 5

Tinggi : + 3 ≤ < + 4

Cukup : + 2 ≤ < + 3

Rendah : + ≤ < + 2

Sangat Rendah : ≤ < +

c. Analisis Korelasi antara Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika dengan Hasil Belajar Fisika

(54)

SPSS 20.0, dengan memasukkan skor hasil analisis kuesioner sebagai variabel bebas (variabel X) serta skor hasil analisis nilai fisika sebagai variabel terikat (variabel Y).

Hasil analisis korelasi diperoleh nilai koefisien korelasi dan nilai probabilitas atau nilai signifikan korelasi, yakni:

1) Koefisien korelasi

Menurut Hasan (2004:43) koefisien korelasi adalah indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan, meliputi hubungan dan bentuk/arah hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai berada di antara -1 dan +1. Untuk bentuk arah/hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam positif (+) dan negative (-), atau (−1 ≤ ≤ +1).

a) Jika koefisien korelasi bernilai positif maka variabel-variabel berkorelasi positif, artinya jika variabel yang satu naik/turun maka variabel yang lainnya juga naik/turun. Semakin dekat dengan nilai koefisien korelasi ke +1, semakin kuat korelasi positifnya.

(55)

c) Jika koefisien korelasi bernilai 0 (nol), maka variabel tidak menunjukkan korelasi.

d) Jika koefisien korelasi bernilai +1 atau -1, maka variabel-variabel menunjukkan korelasi positif atau negatif sempurna.

Untuk menentukan keeratan hubungan/korelasi antarvariabel tersebut, berikut ini diberikan nilai dari KK sebagai patokan.

Tabel 3.3 Interval Skor Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan

Interval Nilai Kekuatan Hubungan

= 0,00 Tidak ada

0,00 ≤ ≤ 0,20 Sangat rendah

0,20 ≤ ≤ 0,40 Rendah

0,40 ≤ ≤ 0,70 Cukup atau sedang

0,70 ≤ ≤ 0,90 Tinggi

0,90 ≤ ≤ 1,00 Sangat tinggi

= 1,00 Sempurna

2) Probabilitas/signifikan korelasi

Untuk menguji signifikansi hasil korelasi dengan penyusunan hipotesis:

Ho: tidak ada korelasi antara variabel sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan variabel hasil belajar fisika

(56)

Bila nilai probabilitas atau nilai signifikannya lebih kecil dari 0,05 (< 0,05), maka Ho ditolak dan Hi diterima berarti bahwa ada korelasi antara dua variabel (ada korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika). Sebaliknya, bila nilai probabilitas atau nilai signifikannya lebih besar dari 0,05 (> 0,05), maka Hi ditolak dan Ho diterima berarti bahwa tidak ada korelasi antara dua variabel (tidak ada korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika)

2. Metode Analisis Kualitatif Analisis Wawancara

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran fisika yang diperoleh dari hasil kuesioner dan hasil belajar fisika siswa yang diperoleh dari nilai fisika yang diberikan oleh guru fisika kelas X-A. hasil wawancara ditranskip dari rekaman kedalam bentuk tulisan. Analisis wawancara dengan cara sebagai berikut:

a. Data wawancara yang sudah ditranskip ke dalam bentuk tulisan berupa pertanyaan peneliti dan jawaban siswa akan dikategorikan menjadi beberapa kategori pernyataan.

(57)

BAB IV

HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian atau data penelitian yang diperoleh menggunakan instrumen penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran fisika, hasil belajar fisika siswa, dan adanya korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika. Hasil penelitian ini menggunakan tiga instrumen penelitian, yakni kuesioner, nilai fisika dan wawancara.

1. Hasil Kuesioner Sikap

Hasil pengisian kuesioner mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran fisika di kelas X-A dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Kuesioner Sikap Siswa Siswa Ke- Skor Sikap Kriteria Sikap

(58)

14 105 Negatif

Hasil nilai fisika siswa kelas X-A merupakan hasil belajar fisika yang diperoleh siswa, berupa nilai rata-rata dari nilai ulangan harian (untuk materi Bab I Besaran dan Satuan) dengan nilai UTS semester ganjil yang diberikan oleh guru pembimbing fisika, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Hasil Nilai Fisika

Siswa Ke- Nilai Fisika Nilai Fisika Rata-Rata

Kriteria Hasil Belajar Fisika Ulangan UTS

1 92 53 72 Sangat Tinggi

2 84 46 65 Tinggi

3 88 70 79 Sangat Tinggi

4 80 56 68 Tinggi

5 88 57 72 Sangat Tinggi

(59)

7 80 50 65 Tinggi

8 80 53 67 Tinggi

9 52 52 52 Sedang

10 84 52 68 Tinggi

11 86 60 73 Sangat Tinggi

12 - 54 27 Sangat Rendah

13 76 50 60 Tinggi

14 80 66 73 Sangat Tinggi

15 80 56 68 Tinggi

16 88 44 66 Tinggi

17 92 72 82 Sangat Tinggi

18 88 66 73 Sangat Tinggi

19 88 60 74 Sangat Tinggi

20 84 44 64 Tinggi

21 76 20 48 Rendah

22 84 40 62 Tinggi

23 88 76 82 Sangat Tinggi

24 84 67 76 Sangat Tinggi

25 81 70 76 Sangat Tinggi

26 68 52 60 Tinggi

27 80 54 67 Tinggi

28 80 34 57 Sedang

29 76 68 72 Sangat Tinggi

30 84 38 61 Tinggi

31 72 38 55 Sedang

32 80 46 63 Tinggi

3. Hasil Wawancara Sikap

(60)

Tabel 4.3 Skor Kuesioner dengan Kategori Sikap dan Skor Nilai Fisika dengan Kategori Hasil Belajar Fisika untuk Masing-Masing Siswa Di Kelas X-A

Siswa Ke- Skor Sikap Kriteria

1 131 Netral 72 Sangat Tinggi

2 104 Netral 65 Tinggi

3 123 Netral 79 Sangat Tinggi

4 120 Netral 68 Tinggi

5 102 Sangat Negatif 72 Sangat Tinggi

6 120 Netral 58 Sedang

7 127 Netral 65 Tinggi

8 125 Netral 67 Tinggi

9 114 Negatif 52 Sedang

10 154 Sangat Positif 68 Tinggi

11 129 Netral 73 Sangat Tinggi

12 97 Sangat Negatif 27 Sangat Rendah

13 129 Netral 60 Tinggi

14 105 Negatif 73 Sangat Tinggi

15 111 Negatif 68 Tinggi

16 162 Sangat Positif 66 Tinggi

17 98 Sangat Negatif 82 Sangat Tinggi

18 131 Netral 73 Sangat Tinggi

19 127 Netral 74 Sangat Tinggi

20 88 Sangat Negatif 64 Tinggi

21 101 Sangat Negatif 48 Rendah

22 105 Negatif 62 Tinggi

23 122 Netral 82 Sangat Tinggi

24 126 Netral 76 Sangat Tinggi

25 131 Netral 76 Sangat Tinggi

26 122 Netral 60 Tinggi

27 130 Netral 67 Tinggi

28 102 Sangat Negatif 57 Sedang

29 132 Positif 72 Sangat Tinggi

30 101 Sangat Negatif 61 Tinggi

31 95 Sangat Negatif 55 Sedang

(61)

Skor total dari hasil pengumpulan data kuesioner dan nilai fisika untuk masing-masing siswa, dibuat 5 (lima) kategori sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan kategori hasil belajar fisika siswa di kelas X-A, seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4 Kategori Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika dengan Kategori Hasil Belajar Fisika Siswa di Kelas X-A

No Kategori

1 Sangat Positif Sangat Tinggi -

-Tinggi 2 6,25%

Sedang -

-Rendah -

-Sangat Rendah -

-2 Positif Sangat Tinggi 1 3,125%

Tinggi -

-Sedang -

-Rendah -

-Sangat Rendah -

-3 Netral Sangat Tinggi 8 25%

Tinggi 7 21,875%

Sedang 1 3,`125%

Rendah -

-Sangat Rendah -

-4 Negatif Sangat Tinggi 1 3,125%

Tinggi 3 9,375%

Sedang 1 3,125%

Rendah -

-Sangat Rendah -

-5 Sangat Negatif Sangat Tinggi 2 6,25%

(62)

Berdasarkan hasil kuesioner sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil nilai fisika yang diperoleh siswa di kelas X-A yang diwawancarai berjumlah 4 (empat) siswa dari 32 siswa. Keempat siswa ini sudah dikategorikan ke dalam dua kategori yang terdiri dari dua kelompok, yakni:

a. Kategori 1: Sikap siswa terhadap pembelajaran fisika berkorelasi dengan hasil belajar fisika

1) Kelompok siswa yang memiliki sikap positif terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang tinggi (Kelompok A adalahsiswa ke-10).

Hasil wawancara kelompok A untuksiswa ke-10: Peneliti: Apakah anda suka belajar fisika?

Siswa ke-10:Tentu, tertarik sekali Peneliti: Alasannya?

Siswa ke-10: Karena fisika itu bermain tentang angka, angka itu berarti ilmu pasti, karena saya suka ilmu yang pasti

Peneliti: Apakah ada kendala saat belajar fisika?

Siswa ke-10: Ya ada, tetapi kendalanya berupa pemahaman ketika guru mengajar, ketika kita bertanya, guru itu suka bingung sendiri untuk menjelaskan kepada siswanya, mungkin sebenarnya gurunya tahu tapi bingung untuk menjelaskan bagaimana, kalau dari saya sendiri lebih suka belajar dengan santai, seriusn dan tidak serius monoton. Peneliti: Selain belajar di sekolah dan belajar di rumah, mungkin kamu

(63)

Siswa ke-10: Untuk mensiasati itu, saya beli buku sendiri tetapi saya belum mengikuti bimbingan belajar (privat), karena saya berusaha semaksimal mungkin sampai saya bisa, kalau saya merasa tidak bisa baru saya ambil tindakan untuk bimbingan belajar

Peneliti: Apakah ada keinginan untuk memperoleh nilai fisika yang tinggi?

Siswa ke-10: Tentu semua orang mau dan saya pun juga mau saya selalu berusaha untuk memperoleh nilai fisika yang tinggi.

Peneliti: Aktif dalam mengikuti pelajaran, seperti bertanya?

Siswa ke-10: Ya relatif, Insya Allah juga aktif.

Hasil wawancara kelompok A untuksiswa ke-16adalah: Peneliti: Apakah anda tertarik belajar fisika?

Siswa ke-16: Ya lumayan.

Peneliti: Lumayannya seperti apa?

Siswa ke-16: Ada yang nyaman ada yang tidak Peneliti: Nyamannya seperti apa?

Siswa ke-16: Mudah dihitung, bisa dilogika, itu aja ketemu. Ada rumus yang sangat panjang, jika salah ditengah harus balik lagi dari awal Peneliti: Selain dengan rumus, mungkin ada kendala lain, seperti gurunya

atau bagaimana saat pelajaran?

Siswa ke-16: Tidak, gurunya berbahagia, baik

Peneliti: Selain baik, bagaimana cara mengajarnya?

(64)

Peneliti: Bagaimana dengan penjelasan materinya?

Siswa ke-16: Kadang gurunya keasyikan sendiri, bikin soal dikerjakan sendiri, sehingga saya merasa kadang-kadang tidak paham

Peneliti: Saat kamu tidak memahami materi, apakah kamu bertanya?

Siswa ke-16: Ya bertanya kepada teman-teman dan saya bisa paham

Peneliti: Apakah ada keinginan untuk memperoleh nilai fisika yang tinggi?

Siswa ke-16: Selalu, selalu berusaha untuk memperoleh nilai fisika yang tinggi Peneliti: Saat pelajaran apakah kamu aktif bertanya ke guru atau ke

teman-teman?

Siswa ke-16: Bertanya saat saya benar-benar merasa tidak mengerti tapi kalau merasa sedikit tidak mengerti saya bertanya kepada teman di samping saya.

2) Kelompok siswa yang memiliki sikap negatif terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang rendah (Kelompok B adalah siswa ke-12 dan siswa ke 21).

Siswa ke-12 dan siswa ke-21 ketika peneliti ingin mewawancarai, kedua siswa ini langsung pergi begitu saja sebelum diwawancarai, karena mereka tidak ingin diwawancarai. Jadi peneliti mewawancarai kepada beberapa siswa lainnya (sebut saja siswa G) mengenaisiswa ke-12:

Hasil wawancara kelompok D adalah:

(65)

Siswa G: Yang saya tahu tentangsiswa ke-12adalah siswanya cuek, sering bolos dan sering tidak hadir saat pelajaran fisika, tetapi saat siswa ke-12hadir pelajaran fisika. Sedangkansiswa ke-21juga demikian, tetapi saatsiswa ke-21 hadir pelajaran fisika, aktif baik bertanya maupun mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan guru fisika.

b. Kategori 1: Sikap siswa terhadap pembelajaran fisika tidak berkorelasi dengan hasil belajar fisika

1) Kelompok siswa yang memiliki sikap positif terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang rendah (Kelompok C).

Pada tabel 4.4, tidak ada siswa di kelas X-A yang berada pada kelompok ini, karena sebagian besar siswa memiliki kategori hasil belajar fisika sangat tinggi dan tinggi, sedangkan sisanya siswa memiliki kategori hasil belajar fisika sedang. Untuk kategori hasil belajar fisika rendah dan sangat rendah tidak diperoleh siswa di kelas X-A.

2) Kelompok siswa yang memiliki sikap negatif terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang tinggi (Kelompok D adalah siswa ke-17 dan siswa ke-5).

Hasil wawancara kelompok D untuksiswa ke-5adalah: Peneliti: Apakah anda suka belajar fisika?

Siswa ke-5: Tentu Peneliti: Alasannya?

Siswa ke-5: Seru aja, menantang, tapi susah

(66)

Siswa ke-5: Aslinya gampang (materinya gampang), Cuma gak dong (tidak mengerti) kalau diterangi gak sejelas-jelasnya

Peneliti: Yang membuat tidak jelas diterangi itu oleh siapa?

Siswa ke-5: Gurunya. Tapi ada faktor lain, biasanya aku belajar sambil nulis, tapi saat nulis ketika dijelaskan tetap saja tidak mengerti

Peneliti: Ketika kamu merasa tidak mengerti, apakah kamu bertanya kepada guru?

Siswa ke-5: Ia bertanya, tetapi saat bertanya guru tidak mengerti dengan apa yang ditanyakan saya.

Peneliti: Jadi kendala yang kamu hadapi adalah kamu tidak mengerti dengan penjelasan materi oleh guru?

Siswa ke-5: Ya betul, yang pertama itu saat menjelaskan materi, guru menjelaskan berhadapan dengan papan tulis tanpa melihat ke siswa Peneliti: Selain belajar fisika di sekolah, apakah kamu belajar fisika di

rumah?

Siswa ke-5: Ya, tetapi tidak tiap hari belajarnya, biasanya hari ini nanti dilanjut beberapa hari lagi.

Peneliti: Bagaimana jika kamu belajar sendiri di rumah?

Siswa ke-5: Kalau belajar sendiri sudah dicoba, tetapi saat ulangan tidak ingat/lupa rumus yang akan diaplikasi ke dalam soal ulangan Peneliti: Selain belajar dari buku pelajaran, belajar dari internet juga?

(67)

Peneliti: Apakah ada keinginan untuk memperoleh nilai fisika yang tinggi?

Siswa ke-5: Pasti ada, tapi nilai yang saya peroleh begitu-begitu saja.

Peneliti: Mendengar dari cerita teman-teman kamu, setelah lulus SMA kamu ingin kuliah kedokteran?

Siswa ke-5: Amin

Peneliti: Berarti, nilai mata pelajaran IPA (matematika, biologi, fisika, kimia) harus di atas standar ya?

Siswa ke-5: Ya.

Peneliti: Bagaiman pendapat kamu tentang guru fisika?

Siswa ke-5: Gurunya ganteng, keren tapi mengajarnya gak dong (tidak mengerti)

Peneliti: Materi yang diberikan secara rinci?

Siswa ke-5: Ya benar, tetapi saat menerangkan gurunya hanya membaca sehingga membuat saya tidak mengerti walaupun sudah saya tulis.

Hasil wawancara kelompok D untuksiswa ke-17adalah: Peneliti: Apakah anda tertarik belajar fisika?

Siswa ke-17:Ya tertarik Peneliti: Alasannya?

Siswa ke-17:Karena itu pelajaran wajib yang harus dipelajari Peneliti: Apakah ada kendala saat belajar fisika?

Siswa ke-17:Bingung, tidak mengerti

(68)

Siswa ke-17: Saat guru mengajar. Ketika saya mengerti saya memperhatikan penjelasan guru tetapi saat tidak mengerti saya tidak memperhatikan.

Peneliti: Penjelasan guru mudah dipahami?

Siswa ke-17: Ada yang mudah, ada yang tidak, semuanya tergantung materi yang diberikan

Peneliti: Guru sering menjelaskan berbagai pertanyaan dari siswa, apakah kamu mudah memahami?

Siswa ke-17:Sulit.

Peneliti: Apakah ada keinginan utuk memperoleh nilai fisika yang tinggi?

Siswa ke-17: Pasti ada, saya berusaha belajar. Tetapi nilai yang saya peroleh jelek. Saya sering lupa menggunakan rumus fisika yang mana dalam penyelesaian soal-soal fisika sehingga nilai yang saya peroleh begitu-begitu saja. Saya beli buku, saya sering meluangkan waktu buat belajar fisika, apalagi tentang vektor, belajarnya berkali-kali, mencari tentang cosinus, sinus, tangent di internet ada yang seperti jari tangan. Tetapi nilai yang saya peroleh jelek. Peneliti: Selain belajar sendiri, apakah kamu mengikuti bimbingan belajar?

Siswa ke-17:Tidak

Peneliti: Saat kamu tidak memahami materi, kenapa kamu tidak langsung bertanya kepada guru?

(69)

B. Metode Analisis Hasil Penelitian

1. Metode analisis kuantitatif

a. Analisis Hasil Kuesioner Sikap

1) Hasil analisis kuesioner sikap siswa terhadap pembelajaran fisika untuk masing-masing siswa

Skor tertinggi hasil kuesioner sikap siswa terhadap pembelajaran fisika adalah 162 dan skor terendah adalah 88. Perhitungan dengan menggunakan skala Likert untuk memperoleh kriteria sikap siswa terhadap pembelajaran fisika adalah sebagai berikut:

Sehingga didapat 5 (lima) kriteria sikap siswa terhadap pembelajaran fisika yaitu: Tabel 4.5 Kriteria Sikap

Interval Skor Sikap Kriteria Sikap

147,2 ≤ ≤ 162 Sangat Positif

132,4 ≤ < 147,2 Positif

117,6 ≤ < 132,4 Netral

102,8 ≤ < 117,6 Negatif

(70)

Karena interval skor sikap merupakan bilangan desimal, maka bilangan desimal dibulatkan menjadi bilangan bulat, yakni:

Tabel 4.6 Kriteria Sikap Interval Skor Sikap Kriteria Sikap

147 ≤ ≤ 162 Sangat Positif

132 ≤ < 147 Positif

118 ≤ < 132 Netral

103 ≤ < 118 Negatif

88 ≤ < 103 Sangat Negatif

Sikap siswa terhadap pembelajaran fisika untuk masing-masing siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.7 Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika untuk Masing-Masing Siswa

Siswa Ke- Skor Sikap Kriteria Sikap

(71)

19 127 Netral

Setelah sikap masing-masing siswa terhadap pembelajaran fisika ditentukan, dilanjutkan dengan menjabarkan sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dalam satu kelas, yakni:

Tabel 4.8 Sikap Siswa Kelas X-A terhadap Pembelajaran Fisika

Interval Skor Sikap Kriteria Sikap Jumlah Siswa

Presentase Sikap

147 ≤ ≤ 162 Sangat positif 2 6,25%

132 ≤ < 147 Positif 1 3,125%

118 ≤ < 132 Netral 15 46,875%

103 ≤ < 118 Negatif 6 18,75%

88 ≤ < 103 Sangat negatif 8 25%

Total subyek penelitian 32 Siswa

(72)

2) Hasil analisis indikator kisi-kisi kuesioner

Skor tertinggi indikator kisi-kisi kuesioner sikap siswa terhadap pembelajaran fisika adalah 80 % dan skor terendah adalah 51 %. Perhitungan dengan menggunakan skala Likert untuk memperoleh kriteria sikap siswa terhadap pembelajaran fisika adalah sebagai berikut:

= −

Sehingga didapat 5 (lima) kriteria sikap siswa terhadap pembelajaran fisika yaitu: Tabel 4.9 Kriteria Sikap

Karena interval skor sikap merupakan bilangan desimal, maka bilangan desimal dibulatkan menjadi bilangan bulat, yakni:

Tabel 4.10 Kriteria Sikap Interval Skor Sikap Kriteria Sikap

74 % ≤ ≤ 80 % Sangat Positif

(73)

63 % ≤ < 68 % Netral

57 % ≤ < 63 % Negatif

51 % ≤ < 57 % Sangat Negatif

Sikap siswa terhadap pembelajaran fisika untuk masing-masing indikator kisi-kisi kuesioner dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.11 Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika untuk Masing-Masing Sub Indikator Kisi-Kisi Kuesioner

Indikator

Kuesioner Sub Indikator Kuesioner Presentase Kriteria Sikap Sikap terhadap

pelajaran fisika

Paham dan yakin akan pentingnya mempelajari tujuan dan isi pembelajaran fisika.

59 % Negatif

Kemauan untuk mempelajari dan menerapkan materi pembelajaran yang baik dalam pembelajaran fisika

80 % Sangat Positif Sikap terhadap

guru fisika

Cara mengajar guru fisika 56 % Negatif Interaksi guru dengan siswa 51 % Sangat Negatif

Tabel 4.12 Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika untuk Masing-Masing Indikator Kisi-Kisi Kuesioner

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Terbentuk Sikap
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
Tabel 3.1 Skor Pernyataan Kuesioner
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Kuesioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan jawaban siswa pada soal nomor 7, 8, dan 9, sebanyak 53% siswa sudah memahami jika gaya yang diberikan pada benda tidak menyebabkan perpindahan maka

Mahasiswa dapat memahami, menjelaskan dan memberikan contoh aplikasi Hukum Newton dalam bidang teknik.. Mahasiswa mampu menjelaskan H.Newton tentang Kelembaman, gaya

Peritel toko ini harus dapat memberikan kualitasan produk yang tinggi, penataan produk yang rapi, pelayanan yang baik dan ramah, kenyamanan, display informatif, kesadaran

Pada penulisan ini dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah mengenai penjualan alat musik pada PD.âBeton Musikindoâ dalam mempermudah mencari data barang dan harganya

Sehubungan dengan Evaluasi Penawaran, Kami Panitia Pelelangan mengundang Saudara untuk dapat menghadiri Ferifikasi dan Klarifikasi terhadap Perusahaan pada

A. Pada tingkat SMP, peserta didik sudah memasuki tahap perkembangan intelektual operasi formal. Hal ini menurut teori belajar .... Teori belajar bermakna, Ausuble C. Di dalam

Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu dengan ditemukannya data baru dan atau data yang semula belum

Adat kebudayaan batak toba sangat baik untuk dilakukan apalagi upacara saur matua , sebab dalam pelaksanaan upacara saur matua gereja ikut berperan memulai dan menutup