• Tidak ada hasil yang ditemukan

UKURAN SAMPEL

Dalam dokumen Isi diluar tanggung jawab penerbit (Halaman 186-196)

TEKNIK SAMPLING

F. UKURAN SAMPEL

Mengenai penetapan besar kecilnya jumlah sampel, tidak di-temukan satu pedoman atau ketetapan yang mutlak dan baku. Ar-tinya berapa persen jumlah sampel yang harus diambil oleh seo-rang peneliti, tidak dapat dipastikan. Suatu permasalah yang pent-ing adalah kondisi homoginitas atau hetroginitas populasi. Jika kondisi populasi homogin, maka jumlah sampel hampir tidak ada permasalahan, akan tetapi manakala kondisinya hetrogin, maka dalam pengambilan sampel peneliti harus memperhatikan berba-gai kategori hetroginitas populasi dan besarnya populasi pada ma-sing mama-sing kategori tersebut (Margono, 1997:123).

Untuk menentukan ukuran minimal sampel suatu populasi, para ahli menentukan bermacam-macam cara, antara lain seperti dijelaskan berikut ini.

1. Pendapat Slovin. (dalam Sevilla, 1993:161; Umar, 1998:

108) 1 Ne2

n N

 

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen ke-longgaran ketidaktelitian karena keksalahan

pen-gambilan sampel populasi).

Misalkan dalam suatu penelitian populasinya berjumlah 9000, dan batas kesalahan yang diinginkan peneliti adalah 2%, maka berapa jumlah sampel yang mewakilinya? Berdasarkan perhitungan di bawah nanti ternyata jumlah sampelnya adalah 1957. Perhatikan perhitungan berikut.

1 Ne2

Ukuran sampel untuk batas-batas kesalahan yang ditetap-kan rumus di atas mempunyai asumsi bahwa populasi berdistri-busi normal. Untuk informasi lebih jauh, perhatikan tabel beri-kut.

Tabel 8.6

Proporsi Sampel (%) Dalam Sebuah Populasi

Populasi Batas-batas Kesalahan

9.000 * 1.957 989 584 383 99

10.000 5.000 2.000 1.000 588 385 99

50.000 8.333 2.381 1.087 617 387 100

Sumber Data: Hasil adaptasi dari Sevilla (1993:162)

Tanda (*) pada tabel di atas menunjukkan bahwa asumsi perki-raan normal adalah kecil dan dengan demikian rumus sampling tersebut di atas tidak dapat digunakan.

2. Pendapat Gay (dalam Sevilla, 1993:163; Umar, 1998:108) Gay menawarkan batas ukuran minimal sampel yang dapat diterima, berdasarkan metode penelitian atau rancangan peneli-tiannya.

a. Penelitian deskriptif: sampel minimal 10% populasi, namun untuk populasi yang sangat kecil diperlukan minimal 20%.

b. Penelitian korelasi: minimal 30 subyek.

c. Penelitian ex post facto atau penelitian kausal komparatif:

minimal 15 subyek per kelompok.

d. Penelitian eksperimen: minimal 15 subyek per kelompok.

3. Hadari Nawawi (1990:150)

Hadari Nawawi menawarkan rumus sebagai berikut.

2

n = Jumlah sampel minimum

 = Sama dengan atau lebih besar

p = Proporsi populasi persentase kelompok pertama q = Proporsi sisa di dalam populasi (1,00 – p)

z ½ = Derajat koefisien konfidensi pada 99% atau

95%.

b = Persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalam menentukan ukuran sampel.

Contoh. Jika diketahui jumlah populasi mahasiswa di sebu-ah Universitas berjumlsebu-ah 400.000 msebu-ahasiswa. Diantaranya ada yang bertempat tinggal di luar Asrama (di rumah sendiri atau kost dan kontrak) sebanyak 50.000 mahasiswa, sedangkan sisa-nya bertempat tinggal di Asrama Kampus. Berapa jumlah sampel yang harus dipilih dalam rangka menyelidiki ketidakaktifan atau keterlambatan mereka dalam mengikuti tatap muka perkulia-han?

Perhitungan:

p = x 100% = 12,5% atau p = 0,125 q = 1,00 – 0,125 = 0,875

z ½ = 1,96 (pada derajat konfidensi 95% atau 0,05). Ini diambil dari tabel distribusi normal.

b = 5% atau 0,05 (ditentukan sesuka hati, tidak harus sama dengan derajat konfidensi).

Hasil perhitungan tersebut dimasukkan ke dalam rumus se-bagai berikut.

n p q

n 0,125 x 0,875

n 168,05 dibulatkan menjadi 69 mahasiswa

Bila hasil akhir jumlah sampel (169 mahasiswa) ini dirasa masih kurang, maka peneliti dapat meningkatkan koefisien kon-fidensi, yaitu mengambil 99% yakni sebesar 2,58, dan

memper-000

kecil perkiraan persentase kemungkinan membuat kesalahanda-lam penarikan sampel, misalnya sebesar 2% atau b = 0,02. De-ngan demikian sampel minimal berubah menjadi sebagai beri-kut.

n 0,125 x 0,875

n 1.740,21 dibulatkan menjadi 1.740 mahasiswa.

Selanjutnya apabila proporsi di dalam populasi yang terse-dia tidak diketahui, maka variasi p dan q dapat diganti dengan harga maksimum, yakni (0,50 x 0,50 = 0,25). Dengan demikian jumlah sampel yang harus diselidiki adalah sebagai berikut.

n 0,25 x

n 384,16 dengan pengertian sekurang-kurangnya 385 ma-hasiswa.

Hasil akhir (385 mahasiswa) ini dapat diperbesar dengan meningkatkan koefisien konfidensi, yaitu mengambil 99% yakni sebesar 2,58, dan memperkecil perkiraan persentase kemungki-nan membuat kesalahan dalam penarikan sampel, misalnya se-besar 2% atau b = 0,02.

G. RANGKUMAN

Dalam pelaksanaan penelitian, kadangkala populasi sangat besar jumlahnya, sehingga penelitian lebih praktis dilakukan pada sampel yang representatif, sampel yang benar-benar dapat mewa-kili karakteristik populasi. Namun ada pula penelitian yang tidak dibenarkan menggunakan sampel, semisal survei, sensus; atau

pe-2

nelitian yang jumlah subyek tertelitinya relatif kecil, sehingga pe-nelitian yang digunakan adalah pepe-nelitian puplasi (population re-search).

Ide utama pengambilan sampel, adalah sebagai berikut.

1. Mencari informasi mengenai keseluruhan populasi.

2. Informasi tersebut diperoleh dari sebagian anggota populasi saja.

3. Informasi yang ditemukan diberlakukan kepada seluruh ang-gota populasi.

Berdasarkan ide tersebut, maka dalam pengambilan sampel diperlukan rancangan dan teknik yang dapat dipertanggungjawab-kan. Rancangan pengambilan sampel ini secara umum ada 2 (dua), yaitu rancangan sampel probabilitas atau probability sampling de-sign, dan rancangan sampel non-probabilitas atau nonprobability sampling design.

Rancangan sampel probabilitas. Dalam rancangan ini setiap unit populasi memiliki kesempatan (probabilita) yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Agar masing-masing anggota populasi mendapat peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel, maka dalam pengambilan sampel (sampling) digunakanlah teknik ran-dom atau acak (ranran-dom sampling). Teknik ranran-dom sampling ter-diri dari lima macam, yaitu (a) teknik random sistematis, (b) tek-nik random sederhana, (c) tektek-nik random atas dasar strata, (d) teknik random bertahap-tahap atas dasar strata, dan (e) teknik random atas dasar himpunan

Teknik random sistematis, yaitu upaya memilih sampel dari populasi dengan menggunakan sistem atau strategi yang ditentu-kan, diawali dengan menentukan jumlah sampel yang diinginditentu-kan, lalu memilih sampel pertama secara acak dan disusul dengan tipe urutan ke-5, ke-10 anggota populasi, atau kelipatan berapa saja yang ditentukan peneliti.

Teknik random sederhana. Di sini peneliti langsung memilih

secara acak (random) sampel yang diinginkan, hingga menda-patkan sampel sejumlah yang diinginkan. Terdapat dua cara mela-kukan pengacakan atau randomisasi, yaitu menggukan (1) cara undian dan (2) tabel bilangan random.

Teknik random atas dasar strata. Teknik ini terbagi dua, yaitu (1) teknik random atas dasar strata proporsional dan (2) teknik random atas dasar strata non-proporsional. Dalam teknik random atas dasar strata proporsional, populasi distratakan secara propor-tional (sebanding, seimbang), baru kemudian dilakukan pengam-bilan sampel secara acak dengan menggunakan cara undian atau tabel. Kebalikan teknik di atas adalah teknik random atas dasar strata non-proporsional. Dengan penggunaan teknik ini peneliti bebas menentukan jumlah sampel pada masing-masing strata de-ngan tanpa harus mempertimbangkan proporsi antara sampel dan jumlah populasi pada strata tertentu.

Teknik random bertahap-tahap atas dasar strata. Dalam tek-nik ini, populasi distratakan lebih dahulu berdasarkan ciri atau si-fatnya lalu dilakukan pemilihan sampel secara bertahap. Semen-tara itu pada teknik random atas dasar himpunan. terlebih dahulu populasi dibagi atas dasar himpunan-himpunan di mana populasi itu menyebar. Dalam hal ini yang dirandom adalah himpunannya, sehingga suatu himpunan yang terpilih sebagai sampel, maka se-cara otomatis seluruh anggota himpunan tersebut menjadi sampel penelitian. Dengan kata lain populasi dikelompokkan ke dalam be-berapa himpunan, lalu peneliti secara random memilih himpunan yang akan menjadi sampel penelitiannya.

Rancangan Sampel Non-Probabilitas. Rancangan sampel non-probabilitas disebut juga rancangan sampel non random. Teknik pengambilan sampel yang termasuk dalam rancangan ini adalah (1) teknik pengambilan sampel purposif, (2) teknik pengambilan sampel quota, dan (3) teknik pengambilan sampel aksidental.

Teknik purposive sampling. Dengan teknik ini, peneliti secara

sengaja menentukan personil yang dianggap tepat (representatif) menjadi sampel dengan tanpa melakukan random terlebih dahulu.

Pada teknik quota sampling, peneliti menentukan unit-unit popu-lasi (manakala popupopu-lasi terdiri dari beberapa unit) lalu kan jatah atau jumlah sampel masing-masing unit; atau menentu-kan jumlah sampel populasi; kemudian sampel itu ditentumenentu-kan de-ngan cara yang paling mungkin atau paling mudah dilakukan. Jadi di sini tidak setiap unit atau anggota populasi memperoleh kesem-patan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Sedangkan pada teknik accidental sampling, peneliti menentukan sampel dengan asal ambil atau asal pilih. Dasar pertimbangan penggunaannya hampir sama dengan purposive sampling atau quota sampling, hanya saja pada teknik accidental sampling ini karakteristik atau ciri dan sifat unit atau anggota populasi sama sekali tidak diper-timbangkan.

Ukuran sampel. Tidak ditemukan satu pedoman atau keteta-pan pun yang mutlak dan baku untuk menentukan jumlah sampel Artinya berapa persen jumlah sampel yang harus diambil oleh se-orang peneliti, tidak dapat dipastikan. Hal ini sangat tergantung pada homoginitas atau hetroginitas populasi. Jika kondisi populasi homogin, maka jumlah sampel hampir tidak ada permasalahan, akan tetapi manakala kondisinya hetrogin, maka dalam pengambi-lan sampel peneliti harus memperhatikan berbagai kategori hetro-ginitas populasi dan besarnya populasi pada masing masing kate-gori tersebut

Namun demikian, Gay (dalam Sevilla, 1993:163) dan Umar (1998: 108) bahwa batas ukuran minimal sampel yang dapat dite-rima, berdasarkan metode penelitian atau rancangan penelitian-nya adalah sebagai berikut

a. Penelitian deskriptif: sampel minimal 10% populasi, namun untuk populasi yang sangat kecil diperlukan minimal 20%.

b. Penelitian korelasi: minimal 30 subyek.

c. Penelitian ex post facto atau penelitian kausal komparatif: mi-nimal 15 subyek per kelompok.

d. Penelitian eksperimen: minimal 15 subyek per kelompok.

H. LATIHAN

1. Deskripsikan dasar pemikiran pengambilan sampel.

2. Deskripsikan pengertian rancangan sampel probabilitas.

3. Deskripsikan teknik-teknik sampel probabilitas.

4. Deskripsikan pengertian teknik random sistematis.

5. Deskripsikan pengertian teknik random sederhana.

6. Deskripsikan pengertian teknik random atas dasar strata.

7. Deskripsikan pengertian teknik random atas dasar strata proporsional.

8. Deskripsikan pengertian teknik random atas dasar strata non-proporsional.

9. Deskripsikan pengertian teknik random bertahap atas da-sar strata.

10.Deskripsikan pengertian teknik random atas dasar himpu-nan.

11.Deskripsikan pengertian rancangan sampel non-probabili-tas.

12.Deskripsikan teknik-teknik sampel non-probabilitas.

13.Deskripsikan pengertian teknik purposive sampling.

14.Deskripsikan pengertian teknik quota sampling.

15.Deskripsikan pengertian teknik accidental sampling.

16.Deskripsikan ukuran sampel penelitian.

BAB 10

Dalam dokumen Isi diluar tanggung jawab penerbit (Halaman 186-196)