• Tidak ada hasil yang ditemukan

NO UNIT KERJA PEGAWAI JUMLAH TOTAL AKUM (HARI) HUKUMAN DI SIPLIN

Dalam dokumen PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIO KULTURAL A (1) (Halaman 93-101)

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) ) ANALYSIS OF STATE CIVIL APPARATUS DISCIPLINE ENFORCEMENT

NO UNIT KERJA PEGAWAI JUMLAH TOTAL AKUM (HARI) HUKUMAN DI SIPLIN

1 2 4 5 5

1 Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi 0 0 -

2 Direktorat Penilaian Kerusakan 2 10 Ringan

3 Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Fisik 3 17 Ringan

4 Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Sosek 4 140 Ringan/Sedang/

Berat

JUMLAH 9 167

Sumber : Diolah dari data Biro Kepegawaian, BNPB, 2016 Dari data tersebut menunjukkan

bahwa penegakan disiplin kerja pegawai belum dilaksanakan secara konsisten dan seharusnya menjadi perhatian serius dari pimpinan organisasi bahwa sebagian besar

pegawai masih belum memiliki disiplin yang tinggi.

Secara empiris, penegakan disiplin kerja dalam rangka pelaksanaan pemberian tunjangan kinerja pegawai di Kedeputian

Analisis Penegakan Disiplin Aparatur Sipil Negara (Studi Kasus Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB))

(Trubus Rahardiansah)

Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB dapat dianalisis dengan penegakan disiplin preventif, korektif dan progresif, sebagaimana diuraikan sebagai berikut: 1. Disiplin Preventif

Disiplin preventif yaitu suatu upaya untuk menggerakkan pegawai untuk mengikuti dan mematuhi peraturan dan aturan kerja yang ditetapkan oleh organisasi. Dalam hal ini, disiplin preventif bertujuan untuk menggerakkan dan mengarahkan agar pegawai bekerja secara berdisiplin. Cara preventif dimaksudkan agar pegawai dapat memelihara disiplin dirinya ter- hadap peraturan-peraturan organisasi. Pada kenyataannya banyak peraturan organisasi yang harus ditaati apabila seseorang pegawai selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, berarti salah satu kedisiplinan yang tinggi tidak bisa dilihat hanya dari salah satu faktor saja. Kedisplinan dapat ditegakkan apabila sebagian dari peraturan-peraturan ditaati oleh sebagian besar pegawainya. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggungjawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong semangat kerja dan terwujudnya tujuan organisasi, pegawai dan masyarakat.

Penerapan disiplin preventif pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana antara lain melalui penerapan peraturan- peraturan yang berlaku di BNPB, pembinaan pegawai dan sosialisasi terhadap peraturan-peraturan. Sosialisasi kepada pegawai BNPB dimaksudkan untuk mendorong para pegawai untuk menaati pelaksanaan dan peraturan- peraturan kepegawaian dan organisasi, meningkatkan produktivitas kerja dan mendorong pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, menunjukkan bahwa penerapan disiplin di BNPB pada umumnya dan khususnya di Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi sudah berjalan dengan baik, hal ini terbukti dari adanya Peraturan

Kepala BNPB Nomor 18 Tahun 2014 tentang Hari dan Jam Kerja Pegawai Negeri Sipil di lingkungan BNPB, dimana setiap pegawai wajib datang dan meninggalkan tempat tugas tepat pada waktunya, serta memberitahukan apabila meninggalkan tugas dengan alasan yang bisa diterima, konsisten waktu kehadiran, konsisten terhadap ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas. Selain itu pegawai harus bekerja secara sungguh- sungguh sesuai dengan aturan jam kerja yang ditentukan, jangan sampai waktu kerja digunakan untuk melakukan pekerjaan lain yang tidak penting sehingga mengakibatkan pekerjaan me- numpuk dan tidak selesai tepat waktu. Pegawai juga harus mempunyai rasa tanggungjawab terhadap pekerjaannya, apabila semua pegawai mempunyai tanggungjawab terhadap pekerjaannya maka ia telah melakukan disiplin. Hal ini diperkuat dengan informan dari Sub Direktorat Inventarisasi Kerusakan, yang menegaskan bahwa secara umum disiplin pegawai, khususnya di Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi dilihat dari waktu sudah sesuai aturan, berdasarkan jam masuk dan jam pulang

melalui inger print. Sedangkan untuk

disiplin pegawai berdasarkan kinerja dilihat melalui Sasaran Kinerja Pegawai (SKP).

SKP adalah rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang pegawai negeri sipil, dimana sasaran kinerja pegawai memuat kegiatan tugas jabatan dan target yang harus dicapai dalam kurun waktu penilaian yang bersifat nyata dan dapat diukur. Pegawai wajib melaksanakan sasaran kerja yang telah ditetapkan berdasarkan standar yang telah disusun.

Selain itu berdasarkan hasil wawancara penulis kepada Kepala Biro Umum bahwa penerapan disiplin preventif pada

BNPB, dilakukan melalui inger print

atau pengentrian data kehadiran dan kepulangan pegawai melalui sidik jari.

pegawai diharapkan menaati peraturan jam kerja antara lain datang tepat waktu dan pulang tepat waktu, selain itu pegawai diharapkan mengoptimalkan waktu kerja pada saat jam kerja. Penempatan mesin

inger print diletakkan pada pintu masuk

dan disetiap lantai hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan disiplin kerja, etos kerja, budaya kerja dan kinerja pegawai serta dapat menyajikan data secara cepat, akurat dan akuntabel selain itu untuk memudahkan pegawai pada saat kedatangan dan agar tidak lupa untuk melakukan absensi.

Menurut Kepala Biro Umum, sosialisasi peraturan tentang Disiplin PNS dan Perka BNPB Nomor 18 Tahun 2014 sudah dilakukan kepada pegawai dan tenaga pendukung yang ada di BNPB. N a m u n d e m i k i a n , m a s i h b a n y a k pegawai negeri sipil yang mengaku tidak mengetahui, tidak mengerti dan belum memahami isi dari PP Disiplin PNS. Sedangkan sosialisasi peraturan hari dan jam kerja pegawai negeri sipil di lingkungan BNPB disosialisaskan pada saat pemberian tunjangan kinerja tahun 2014. Hal ini terkait dengan pemotongan tunjangan kinerja pegawai, apabila pegawai datang terlambat, pulang cepat atau tidak hadir tanpa keterangan. Dalam Perka BNPB Nomor 17 Tahun 2014 tentang tata cara pemberian tunjangan kinerja pegawai di lingkungan BNPB Pasal 8 disebutkan bahwa pembayaran dan pemotongan tunjangan kinerja dilakukan dengan memperhitungkan ketidakhadiran dan hukuman disiplin sesuai perturan perundang-undangan. Peran atasan langsung dalam penegakan disiplin juga sangat penting, hal ini disebutkan dalam PP Disiplin PNS bahwa salah satu pihak yang sangat berperan dalam penegakan disiplin PNS adalah atasan, terutama atasan langsung. Selain itu pengawasan pimpinan juga diperlukan sebagai pembinaan kepada pegawai antara lain melalui pertemuan- pertemuan rutin dengan pegawai pada pagi hari, mengontrol pegawai atas

pekerjaan atau tugas pegawai, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran disiplin.

Ini berarti bahwa penegakan disiplin PNS di BNPB, khususnya di Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi tergantung pada upaya pembinaan yang dilakukan oleh atasan PNS ter- sebut. Kondisi ini sesuai dengan amanat PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (PP SPIP). Pasal 4 PP SPIP menyebutkan bahwa pimpinan instansi pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan system pengendalian intern dalam lingkungan kerjanya, salah satu caranya adalah melalui penegakan integritas dan nilai etika.

Penegakan integritas dan nilai etika yang dimaksud adalah dengan menyusun dan menerapkan aturan perilaku, serta menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur atau pelanggaran terhadap aturan perilaku yang telah disusun sebelumnya. Dalam penegakan integritas dan nilai etika ini, atasan dituntut untuk memberikan keteladanan pelaksanaan aturan perilaku pada setiap tingkat pimpinan instansi pemerintah, dengan demikian bawahan mempunyai panutan dalam penegakan disiplin dan nilai etika ini.

Untuk itu pegawai BNPB perlu mem- peroleh pembinaan disiplin kerja yang terus menerus agar termotivasi tidak melakukan tindakan disiplin bukan karena adanya sanksi tetapi didorong oleh kedisiplinan yang timbul dari diri sendiri. Adapun tujuan pembinaan disiplin kerja pegawai BNPB, antara lain:

a. Agar pegawai menepati segala peraturan dan kebijakan yang ber- laku, baik tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah organisasi.

Analisis Penegakan Disiplin Aparatur Sipil Negara (Studi Kasus Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB))

(Trubus Rahardiansah)

b. Dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu m e m b e r i k a n p e l a y a n a n y a n g maksimal kepada pihak tertentu yang berkepentingan sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya.

c. Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana dengan sebaik- baiknya.

d. Dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

e. Pegawai mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Dengan adanya peraturan hari dan jam kerja pegawai, maka setiap pegawai BNPB wajib mencatat kedatangan dan kepulangan pegawai melalui finger print atau rekaman kedatangan dan kepulangan dengan menggunakan sidik jari. Selain itu agar tidak terjadi pelanggaran disiplin pegawai, Biro Kepegawaian juga membuat Surat Edaran tentang disiplin jam kerja yang dipasang di papan pengumuman yang terpasang di setiap lift.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa penerapan disiplin preventif dalam rangka penegakan disiplin kerja dalam rangka pelaksanaan pemberian tunjangan kinerja pegawai di lingkungan BNPB khususnya di Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi sudah berjalan dengan baik, khususnya kehadiran disiplin waktu kerja dan penggunaan jam kerja.

Adapun penegakan disiplin kerja yang sudah diterapkan oleh BNPB antara lain penggunaan seragam atau pakaian dinas harian setiap hari senin dan kamis,

penggunaan presensi melalui inger

print dan absensi secara manual untuk mengantisipasi adanya kerusakan pada

mesin presensi (inger print). Sedangkan

untuk sosialisasi tentang peraturan disiplin pegawai di BNPB dan khususnya di Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan

Rekosntruksi masih perlu dilakukan, hal ini disebabkan pegawai sudah mengetahui adanya peraturan tentang disiplin tetapi belum memahami peraturan tersebut khususnya sanksi apabila terjadi pelanggaran disiplin, selain itu perlu adanya pengawasan dari atasan langsung dan sanksi berupa teguran kepada pegawai yang melanggar disiplin.

2. Disiplin Korektif

Disiplin korektif yaitu suatu upaya penggerakan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkannya agar tetap mematuhi berbagai peraturan sesuai pedoman yang berlaku pada organisasi. Dalam disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin akan diberikan sanksi yang bertujuan agar pegawai tersebut dapat memperbaiki diri dan mematuhi peraturan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala bagian Kepegawaian, penerapan disiplin korektif pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana antara lain melalui peringatan, pemberian sanksi teguran lisan dan tertulis, sedangkan untuk sanksi beratnya berupa penurunan pangkat setingkat lebih rendah dan pembebasan jabatan. Pemberian sanksi ringan, sedang dan berat, selama ini lebih ke disiplin waktu. Adapun sanksi disiplin tersebut berupa pemotongan tunjangan kinerja sesuai ketentuan yang berlaku. Pemotongan tunjangan kinerja yang dimaksud diatur dalam Perka BNPB Nomor 17 Tahun 2014. Dalam Perka BNPB tersebut pemotongan tunjangan kinerja tidak hanya mengatur sebatas jam kerja saja, tetapi pemotongan juga berlaku bagi pegawai yang sedang menjalani cuti dan pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin.

Sebagai pembinaan dan pengawasan terhadap disiplin pegawai, Sekretaris Utama sebagai pejabat eselon I di BNPB menetapkan Kepala Biro Umum sebagai pejabat yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan sistem pengisian daftar hadir elektronik (fingerprint).

Pada periode Januari sd Maret 2016, Kepala Biro Umum telah membuat surat resmi kepada Eselon II di lingkungan BNPB berupa laporan keterlambatan pegawai di unit kerja Eselon II yang diakumulasikan selama 5 (lima) hari kerja. Hal ini dimaksudkan agar pejabat Eselon II sebagai atasan langsung dapat menegur pegawainya yang melakukan pelanggaran disiplin waktu kerja.

Pelaksanaan disiplin korektif pada Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi berupa peringatan ataupun teguran dari atasan langsung masih jarang dilakukan, seperti yang dikatakan oleh beberapa pegawai yang penulis wawancara, hal ini disebabkan karena ada rasa segan, kasihan dan sikap toleransi dari atasan langsung karena mengenal baik pegawainya. Dengan adanya ketidaktegasan atasan tersebut, maka hal ini merupakan salah satu faktor rendahnya tingkat disiplin pegawai. Untuk itu, setiap pimpinan seharusnya menjadi teladan bagi pegawainya terutama dalam ketegasan bertindak menghukum setiap pegawai yang me- lakukan pelanggaran disiplin sesuai dengan sanksi hukuman yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku, karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil dan konsekuen.

Dalam PP Disiplin PNS, pasal 21, disebutkan bahwa pejabat yang ber- wenang menghukum wajib menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dan apabila pejabat yang berwenang meng- hukum tidak menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin, maka pejabat ter- sebut dijatuhi hukuman disiplin oleh atasannya. Hukuman disiplin tersebut sama dengan jenis hukuman disiplin yang seharusnya dijatuhkan kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin. Berdasarkan hasil observasi dan wawan- cara, dapat diketahui bahwa penerapan

disiplin korektif yaitu peringatan melalui surat tertulis keterlambatan pegawai di Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi sudah dilakukan sesuai dengan amanat PP Displin PNS. Adapun penegakan disiplin kerja yang sudah diterapkan oleh BNPB antara lain pemotongan tunjangan kinerja bagi pegawai yang datang terlambat maupun yang pulang lebih awal.

3. Disiplin Progresif

Disiplin progresif merupakan pemberian hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengambil tindakan korektif sebelum hukuman-hukuman yang lebih serius. Pelaksanaan disiplin progresif ini akan memungkinkan manajemen untuk membantu pegawai memperbaiki kesalahan. Contoh dari disiplin progresif adalah teguran secara lisan oleh atasan, skorsing pekerjaan, diturunkan pangkat atau dipecat.

Pemberian sanksi kepada pegawai di Badan Nasional Penanggulangan Bencana selama ini masih mengacu pada PP Disiplin PNS. Pemberian sanksi diberikan oleh atasan yang berwenang langsung kepada bawahannya bila terdapat pegawai yang melakukan pelanggaran, maka akan diberikan hukuman sesuai peraturan yang berlaku. Pemberian sanksi diberikan bertahap mulai dari teguran lisan, teguran ter- tulis maupun hukuman berat berupa penundaan pemberian gaji, penundaan kenaikan pangkat dan pemberhentian. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa penegakan disiplin menjadi tanggung jawab pembinaan di unit kerja masing-masing, sedangkan dari Biro Umum, khususnya bagian Kepegawaian h a n y a m e m b e r i k a n l a p o r a n / d a t a pelanggaran disiplin, misalnya data keterlambatan pegawai berdasarkan rekap absensi, dan atasan langsung yang akan memberikan tindakan atas keterlambatan tersebut, tetapi saat ini tindakan tersebut belum berjalan dengan

Analisis Penegakan Disiplin Aparatur Sipil Negara (Studi Kasus Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB))

(Trubus Rahardiansah)

baik. Sejak diterbitkannya PP Disiplin PNS, pelaksanaan penerapan disiplin progresif berupa sanksi hukuman berat telah diberikan kepada tiga orang pegawai BNPB, dua orang diberhentikan dengan tidak dengan hormat dan satu orang diberhentikan tidak atas permintaan sendiri. Hal ini merupakan pembelajaran bagi pegawai yang lain agar tidak terjadi pelanggaran disiplin lagi.

Dalam penerapan disiplin progresif, atasan langsung memegang peran penting dalam mengawasi dan membina bawahannya serta bertindak tegas terhadap pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin, kemudian melapor- kannya kepada bagian kepegawaian untuk ditindaklanjuti pelanggaran pegawai tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Biro Umum bahwa bagian kepegawaian belum pernah menerima laporan dari atasan langsung apabila pegawai di unit kerjanya melakukan pelanggaran disiplin.

Selama ini pemberian sanksi atau hukuman hanya diberikan kepada pegawai yang melakukan pelanggaran yang berat, misalnya penyalahgunaan wewenang, tidak masuk kantor selama satu bulan atau dalam kurun waktu lama atau melakukan tindakan kriminal. Sedangkan untuk pelanggaran lainnya seperti terlambat masuk kantor, tidak masuk kantor, atau terlambat penyelesaian tugas hanya diberikan peringatan lisan. Pemberian sanksi/hukuman sangat besar pengaruhnya dalam penegakan disiplin, karena apabila pimpinan tidak berani memberikan sanksi/hukuman kepada stafnya, maka pelanggaran terhadap peraturan akan disalahgunakan. Di sisi lain, pelaksanaan PP Dispilin PNS belum sepenuhnya dilaksanakan mengingat sosialisasi belum berjalan maksimal melainkan hanya berupa arahan-arahan melalui rapat-rapat, apel pagi, dan sosialisasi melalui perwakilan unit kerja, sehingga masih banyak pegawai belum memahami pelaksanaan peraturan disiplin pegawai tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, dapat di- kemukakan bahwa penerapan disiplin progresif berupa pemberian sanksi bagi pegawai yang melanggar peraturan yang ditetapkan organisasi sudah dilakukan dalam rangka penegakan disiplin kerja pegawai BNPB, hal ini terbukti dari adanya tiga orang pegawai BNPB yang diberhentikan karena melakukan pelanggaran disiplin berat.

PENUTUP Simpulan

Sebagaimana telah dikemukakan, pegawai BNPB khususnya di lingkungan Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi memiliki tingkat disiplin yang rendah. Menurunnya atau rendahnya disiplin pegawai terlihat secara kasat mata di lapangan, yaitu keterlambatan masuk kantor dan pulang kerja lebih awal dari jam kerja yang telah ditentukan, pada saat jam kerja pegawai masih berada di luar ruangan, menumpuknya berkas-berkas di meja pegawai serta pekerjaan yang tidak diselesaikan tepat pada waktunya, adanya pegawai yang meninggalkan tugas selama jam kerja tanpa izin, pegawai yang tidak mengikuti upacara-upacara nasional.

Penegakan disiplin kerja dalam rangka pelaksanaan pemberian tunjangan kinerja pegawai di Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi secara preventif dilakukan melalui sosialisasi peraturan-peraturan dan pembinaan pegawai. Penegakan disiplin tersebut antara lain penggunaan presensi melalui ingerprint dan absensi secara manual untuk mengantisipasi adanya kerusakan pada mesin presensi (ingerprint), penggunaan seragam atau pakaian dinas harian setiap hari senin dan kamis. Hal ini sudah berjalan dengan baik, namun demikian, pegawai masih kurang sepenuhnya memahami, mematuhi dan melaksanakan peraturan disiplin pegawai yang ada, terutama mengenai sanksi/hukum atas pelanggaran disiplin. Sedangkan Penegakan disiplin secara korektif melalui sanksi sudah sesuai dengan aturan disiplin

PNS, dimana pemberian sanksi dilakukan sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai yang melakukan pelanggaran. Selain itu dilakukan penga- wasan pada setiap pegawai dengan mem- berikan pembinaan dan peringatan lebih awal sebelum menjatuhi hukuman disiplin. Penegakan disiplin kerja secara progresif melalui pemberian sanksi berat. Penegakan disiplin di Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi lebih kepada pegawai yang melanggar disiplin jenis pelanggaran berat.

Belum adanya peningkatan kinerja pegawai dikarenakan: pertama, kurangnya sosialisasi mengenai kedisiplinan kerja. Kedua, belum adanya Standard Operating Prosedure (SOP) yang baku tentang pelaksanaan kebijakan disiplin pegawai di lingkungan BNPB, sehingga menjadi acuan bagi pegawai dalam menjalankan pekerjaannya. Ketiga, kurangnya pembinaan dan motivasi dari pimpinan tentang pentingnya disiplin dan kerjasama antar sesama pegawai serta inisiatif pegawai yang kesemuanya dapat berpengaruh kepada kinerja pegawai.

DAFTAR PUSTAKA

Davis, K., & Newstrom, J. W. (1985).

Organizational behavior: Readings a n d e x e r c i s e s. M c G r a w - H i l l Companies.

Handoko, T.Hani. (2014). Manajemen

Personalia & Sumber Daya Manusia, Edisi 2, Yogyakarta: BPFE.

Hasibuan, Malayu, S.P., (2014). Manajemen

Sumber Daya Manusia, Cetakan Ke- 18, Bandung: CV. Bumi Aksara.

Mangkunegara, A.A.Anwar Prabu (2009),

Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Cetakan Ke-9, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mangkuprawira, S., & Hubeis, A. V. (2007).

Manajemen Mutu SDM. Jakarta: PT Ghalia Indonesia.

Mondy, Wayne & Robert M, Noe. (1996).

Human Resource Management, New Jersey: Prentice Hall Inc

Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.

________________, Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.

________________, Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008 Tentang S i s t e m P e n g e n d a l i a n I n t e r n Pemerintah.

________________, Peraturan Pemerintah RI Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

________________, Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana. ________________, Peraturan Presiden

RI Nomor 112 Tahun 2014 Tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Nasional Penang- gulangan Bencana.

________________, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 63 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penataan Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri.

________________, Peraturan Kepala BNPB Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana. ________________, Peraturan Kepala

BNPB Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

________________, Peraturan Kepala BNPB Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Hari dan Jam Kerja Pegawai di Lingkungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

________________, Surat Edaran Nomor SE-6/PB/2014 tentang Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2014 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Saydam, Gouzali. (1996). Manajemen Sumber

Analisis Penegakan Disiplin Aparatur Sipil Negara (Studi Kasus Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB))

(Trubus Rahardiansah) Management Edisi 2. Jakarta: PT Toko

Gunung Agung.

Sutrisno, Edy. (2011). Manajemen Sumber

Daya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tohardi, Ahmad (2002). Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Mandar Maju.

Veithzal, Rivai (2015). Manajemen Sumber

Daya Manusia Untuk Perusahaan : Dari Teori ke Praktik, Edisi 3, Jakarta: Rajawali Pers.

Dalam dokumen PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIO KULTURAL A (1) (Halaman 93-101)