• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KENDALA DAN UPAYA MENGATASI KENDALA

B. Upaya Mengatasi Kendala Dalam Pengambilan dan

Untuk mengatasi kendala dalam Pengambilan dan Pemanfaatan pajak Air Bawah tanah dan Air permukaan , diharapkan peran dan perhatian pemerintah dalam pembuatan Peraturan Daerah (PERDA) tentang pungutan Pajak Air Bawah tanah dan Air Permukaan, sehingga masyarakat tidak merasa terbebani dan menjadikan pajak sebagai hal yang menakutkan. Hal ini dikarenakan masih banyak perda pajak dan retribusi yang dimiliki harus segera direvisi, karena tidak sesuai dengan amanat UU No. 28 Tahun 2009.

Selain itu, upaya dari Kantor Pendapatan Daerah untuk memperkuat koordinasi dan meminimalisir wajib pajak yang tidak membayar Pajak Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Setiap wajib pajak yang menggunakan sumur bor tidak mau membayar pajak adalah dengan memberikan surat teguran dengan surat paksa, kepada setiap perusahaan apabila pembayaran pajak air bawah tanah yang digunakannya sudah jatuh tempo. Jika surat peringatan tersebut diabaikan maka dikenakan sanksi administrasi dan penyitaan.

Dengan demikian petugas dari Kantor Pendapatan diharapkan bersikap proaktif dalam pemungutan Pajak Air Bawah Tanah dan Air Permukaan, terutama mampu memberi laporan para wajib pajak yang belum melakukan pembayaran Pajak Air Bawah Tanah dan Air Permukaan kepada pimpinannya, guna pemberian sanksi dan tindakan.

Dalam rangka peningkatan penerimaan daerah dari pajak air bawah tanah seharusnya, rantai komando yang telah digariskan oleh Dinas Pendapatan Propinsi Riau dapat menspesifikasi hubungan antara para anggota yang ada di Dinas Pendapatan Provinsi Riau, serta Kantor dan Pos Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Riau, karena akan memudahkan arus informasi dan kerja. Dalam hal peraturan dan prosedur, petunjuk pelaksana (julak) dan petunjuk teknis (juknis) harus lengkap dan jelas, sehingga dalam pelaksanaan tugas dapat dijalankan dengan baik dan teratur. Perencanaan dan tujuan perlu ditetapkan oleh Dinas Pendapatan Provinsi Riau agar target yang ditetapkan dapat tercapai, hal ini telah dilakukan

oleh Dinas Pendapatan Provinsi Riau dengan melihat adanya realisasi dari penerimaan pajak daerah tiap tahunnya.

Dari hasil wawancara di Kantor Pendapatan dan Pos Pelayanan Dinas Pendapatan Propinsi Riau, maupun dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru termasuk Badan Pengeloaan Dampak Lingkungan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah sangat perlu dikelola secara mantap, melalui Pengembangan Sistem Informasi terpadu. Kemudian melalui sistem informasi terpadu memungkinkan adanya pertukaran informasi dan keputusan-keputusan yang diambil pada jenjang dimana informasi yang dibutuhkan benar-benar ada. Bentuk hubungan yang paling sederhana adalah kontak langsung di antara para aparat yang terkait dengan Dinas Pendapatan Propinsi Riau, terutama dalam menghadapi suatu masalah yang berhubungan dengan pemungutan pajak air bawah tanah.

Beberapa pola dan strategi yang bisa dilakukan dalam meningkatkan PAD terutama terhadap Pajak Air Bawah Tanah dan Air Permukaan adalah:

a. Penyederhanaan sistem dan prosedur pajak

1) Harus ada pelayanan prima, dalam artian waktu dan tempat harus jelas serta sikap yang ramah dari petugas pajak itu sendiri.

2) Karena sistem tersebut belum efektif maka pemerintah daerah dapat melakukan sistem jemput bola dimana pajak tersebut langsung dijemput oleh petugas pajak.

b. Peningkatan pengawasan terhadap penerimaan pajak baik terhadap wajib pajak maupun petugas pajak. Untuk wajib pajak harus ada kontrol dari pemerintah daerah. Sedangkan untuk petugas harus ada peningkatan WASKAT (pengawasan melekat) dari atasan kepada bawahan.

c. Membenahi peraturan-peraturan daerah terkait dengan berbagai jenis pungutan pajak.

d. Perlu meminta masukan yang kepada masyarakat dalam pembuatan peraturan daerah khususnya pajak daerah agar masyarakat tidak terbebani.

e. Peningkatan SDM, dalam hal ini bisa berupa pemberian pelatihan bagi petugas pajak (pembinaan tersebut dilakukan oleh atasan).

Secara teoritis, sebetulnya kemampuan keuangan daerah dapat ditingkatkan dengan intensifikasi dan atau ekstensifikasi. Ekstensifikasi dimaksudkan disini berupa upaya perluasan pungutan, tapi harus dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan ekonomi nasional. Upaya intensifikasi adalah upaya meningkatkan kemandirian penerimaan daerah dengan meningkatkan kinerja pajak daerah yang ada. Upaya ini menuntut kemampuan daerah untuk dapat mengidentifikasi secara sahih potensi penerimaan daerah dan kemudian mampu memungutnya dengan berdasar asas manfaat dan asas keadilan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009, Kewenangan Pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan dipisahkan menjadi dua jenis pajak daerah yang berbeda, yakni Pajak Air Permukaan sebagai Pajak Daerah Provinsi dan Pajak Air Tanah sebagai Pajak Daerah Kabupaten/Kota. Namun dalam pelaksanaan pemungutannya, kedua jenis pajak ini masih di pungut oleh Pemerintah Provinsi Riau dengan Peraturan daerah No. 16 Tahun 2002. Hal ini dimungkinkan berdasarkan amanat Pasal 180 ayat (3) UU No. 28 Tahun 2009.

2. Penerimaan Pajak Pengambilan Air bawah tanah dan Air permukaan cenderung meningkat. Namun demikian, kontribusinya terhadap PAD masih rendah. Dalam tahun 2005-2009 tidak pernah mencapai target yang dicantumkan dalam APBD yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah yang merupakan bagian dari Peraturan PerUndang-Undangan (peraturan formal). Hal ini disebabkan masih kurang efektifnya kinerja Dispenda dalam mengelola kegiatan pemungutan, yang mana produktivitas para aparat pelaksana pemungutan masih rendah., sehingga tidak tercapainya target pemungutan Pajak Air Bawah Tanah dan Air Permukaan yang ditetapkan. Selain itu, tidak adanya penerapan tindakan pengenaan hukuman atau sanksi, menyebabkan lemahnya kinerja para aparat pelaksana

pemungut. Sanksi tersebut dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis ataupun dengan melakukan pergantian pimpinan sebab itu merupakan tanggung jawab yang harus dipenuhi

3. Kendala-kendala yang terjadi dalam pemungutan Pajak Air Bawah Tanah dan Air Permukaan adalah sepanjang tidak ada peraturan hukum untuk melakukan pemungutan atau penarikan pajak, maka target PAD akan sulit tercapai. Selama ini masih menggunakan Perda yang seharusnya tak dapat lagi digunakan.

Keberadaan perda yang ada masih didasarkan pada peraturan yang lama, sehingga potensi penerimaan yang ditemukan atau yang diperoleh sulit untuk direalisasikan. Serta masih rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang Pajak Air Bawah Tanah dan Air Permukaan yang disebabkan kurangnya informasi dan sosialisasi dari aparat pelaksana pemungutan.

B. Saran

1. Agar Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota segera mengeluarkan peraturan-peraturan yang terkait dengan Pemungutan Pajak Air Bawah tanah dan Air Permukaan serta peraturan-peraturan pelaksanaannya seperti Peraturan Walikota/Bupati. Penerbitan Peraturan Daerah tersebut bersifat mutlak karena merupakan dasar hukum dalam rangka melaksanakan kewenangan yang diberikan tersebut.

2. Agar pemerintah daerah lebih giat lagi dalam menggali potensi dari Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.Terlebih lagi kontribusinya kepada Pandapatan asli Daerah juga cukup baik dengan meningkatkan

kompetensi aparat daerah yang melaksanakan pemungutan Pajak Pemanfaatan dan Pengambilan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan terutama dengan memberikan sanksi-sanksi yang keras agar lebih efektif dalam mengelola kegiatan pemungutan pajak P3ABTAP.

3. Agar pemerintah daerah segera membuat peraturan daerah yang baru tentang Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan sebagai pelaksanaan pemungutan pajak air bawah tanah dan air permukaan dan memfasilitasi pemberian informasi serta melakukan sosialisasi penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat agar tercipta suatu kesadaran hukum pada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

At., Salamun, Pajak, Citra dan Upaya Pembaruannya, Jakarta, PT. Bina Rena Pariwara, Cet. Ketiga, 1993

Attamimi, A. Hamid S, Hukum tentang peraturan perUndang-Undangan dan peraturan kebijakan (hukum tata Negara), Jakarta, universitas indonesia, 1990 Bird, Richard M. & Vaillancourt, Francois, Desentralisasi Fiskal di Negara-negara

berkembang. Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, 2000 Boediono, B, Perpajakan Indonesia, Jakarta, Diadit Media, 2000

Brotodihardjo, R. Santoso, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, ed. ke-3 Bandung: Refika Aditama, 1998.

Chairir, Ali, Hukum Pajak Parlementer, Bandung, Cet. Ke I, Eresco NV, 1993

Davey, K.,J, Pembiayaan Pemerintah Daerah, diterjemahkan oleh Amanullah, dkk, Jakarta, UI-Press, 1998

Devas, dkk, Keuangan Pemerintahan Daerah di Indonesia, Jakarta : UI Press, 1989.

Devano, Sony dan Rahayu, Siti Kurnia, Perpajakan. Konsep, Teori, dan Isu Jakarta:

Kencana, 2006.

Direktur Jenderal Pajak. Himpunan Peraturan Pelaksanaan Perubahan Undang-Undang Perpajakan Juli 2001, Jakarta: CV Eko Jaya, 2001.

Djatmiko, H., Ketentuan Umum Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jakarta:

Lembaga LP3 Artha Bakti PSIK, 2002.

Gunadi M, Djoned. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Jakarta: Pusdiklat Perpajakan, 2001

Halim, Abdul, Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah, Edisi Revisi, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2004

Hanata, Bwoga, Yoseph Agus BBN dkk., Pemeriksaan Pajak di Indonesia, Jakarta : Grasindo, 2005

Hoessin, Bhenyamin, Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Konsep, Teori, dan Aplikasi, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. 2002

Manan, Bagir, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Yogyakarta: Penerbit Pusat Studi Hukum (PSH) Fakultas Hukum UII,2002

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993.

Mardiasmo, Perpajakan, Yoyakarta: ANDI, Edisi Revisi XII, 2004.

Kuncoro,Mudrajat, Desentralisasi Fiskal di Indoonesia : Dilema Otonomi dan Ketergantungan, dalam PRISMA No. 4 XXIV April 1995, Jakarta: LP3ES-UI, 1995.

Lubis, M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, Cetakan ke I, 1994.

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum, cet. 3 Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2002.

Nurmantu, S., Pengantar Perpajakan, Jakarta: Grani, 2003.

Pontjowinoto, Didit M. P., “Alternatif Reformasi Kebijakan dan Manajemen Keuangan Daerah”, dalam Prisma No. 8, Agustus 1991. Jakarta: LP3ES, 1991.

Rasyid, M. Ryaas, Syaukani.HR, Afan Gaffar, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Yogyakarta, Cetakan I, Pustaka Pelajar, 2002.

Rosdiana, Haula dan Tarigan, Rasin, Perpajakan. Teori dan Aplikasi Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2005.

Setyawan, S. dan Suprapti, E., Perpajakan, Malang : Bayu Publishing, 2004.

Siahaan, Marihot P, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, 1986

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tnjauan Singkat, Jakarta: Rajawali Press, 1995

Soelarno, Slamet, Pajak daerah dan Retribusi Daerah, Jakarta, STIA LAN Press, 1999

Soemarso, SR, Beberapa Faktor Keberhasilan Pungutan Pajak di Indonesia, Pusat Pengkajian Fiskal dan Moneter Seri Kajian Fiskal dan MOneter No. 18, 1996.

Soemitro, Rochmat, Pajak Bumi dan Bangunan, Bandung, PT. Eresco, 1989.

_______________, Asas dan Dasar Perpajakan, Bandung, Eresco NV, 1990

Soeprapto,Maria Farida Indrati, Ilmu PerUndang-Undangan. Dasar-Dasar dan Pembentukannya, cet. 11 Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Subiyantoro, H. dan Riphat, S., Kebijakan Fiskal : Pemikiran, Konsep dan Implementasi, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2004.

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1998.

Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Tim Penyusun Ditjen Pajak dan Yayasan Bina Bangunan, Buku Panduan PBB, Edisi Revisi, Jakarta: Bina Rena Pariwara.

Tjokroamidjojo, Bintoro, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, Jakarta: CV.

Haji Mas Agung, 1988.

Valentina, S. dan Suryo, A., Perpajakan Indonesia, Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2003.

Waluyo, Perubahan PerUndang-Undangan Perpajakan Era Reformasi, Jakarta:

Salemba Empat, 2000.

Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, Cetakan II, 2000.

Waluyo, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 1996.

Widodo, Joko, Good Governance, Telaah dari dimensi: Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Surabaya: Insan Cendekia, 2002.

Widjaja, HAW,Penyelenggaraan otonomi Di Indortesia (Dalam Rangka Sosialisasi UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004

Wuisman , J.J.J. M., Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, Penyunting, M. Hisyam, Jakarta: UI Press, 1996.

B. Makalah, Artikel dan Karya Ilmiah

http://www.sosial-budaya.blogspot.com/2009/05/tujuan-dan-fungsi-hukum.html, diakses tanggal 19 Desember 2010.

http://pengetahuanhukum.blogspot.com/2009/05/teori-keadilan-john-rawls.html diakses pada tanggal 21 Desember 2010.

http://yahyazein.blogspot.com/2008/07/keadilan-dan-kepastian-hukum.html diakses pada tanggal 21 Desember 2010

http://www.scribd.com/doc/22004521/Dasar-Dasar-Keuangan-Publik, diakses pada tanggal 19 Desember 2010.

http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=573, diakses pada tanggal 23 Desember 2010

C. Peraturan PerUndang-Undangan

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang No.12 tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah

UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Peraturan daerah Propinsi Riau Nomor 16 Tahun 2002 Tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

Peraturan Daerah Propinsi Riau Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Nilai Perolehan Air Sebagai Dasar Penetapan Pajak Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

Keputusan Gubernur Riau Nomor 48 tahun 2002 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan daerah Propinsi Riau Nomor 16 Tahun 2002 Tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.